3. Klasifikasi
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam,menurut Direja (2011)
yaitu :
Merasa bersalah
Gangguan proses
pikir : WAHAM
Gerakan tidak
Mengancam secara Harga diri terkontrol
verbal (kasar) rendah
Sumber : direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika
6. Manifestasi klinis
Menurut Direja,2011 Manifestasi Klinis Waham adalah:
a) Kognitif :
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
3) Sulit berfikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
b) Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul
c) Prilaku dan Hubungan Sosial
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktifitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsive
9) Curiga
d) Fisik
1) Higiene kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) BB menurun
7. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Menurut Townsend (1998),Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa,premidikasi dalam anestesi,dan mengurangi
gejala emesis.Untuk gangguan jiwa,dosis awal:325 mg,kemudian dapat
ditingkatkan supaya optimal,dengan dosis tertinggi:1000 mg/hari secara
oral.
Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik
diri.Dosis awal:31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
Haloperidol
Untuk keadaan ansietas,ketegangan,psikosomatik,psikosis,dan
mania.Dosis awal:30,5 mg sampai 3 mg.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan
waham.Pada kondisi gawat darurat,klien yang teragitasi parah,harus
diberikan obat antipsikotik secara intramuskular.Sedangkan jika klien gagal
berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu,anti
psikotik dari kelas lain harus diberikan.Penyebab kegagalan pengobatan
yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat.Kondisi ini
harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat.Sedangkan terapi yang
berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial,dan bukan
hilangnya waham pada klien.
b) Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling
percaya.Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.Terapis tidak
boleh mendukung ataupun menentang waham,dan tidak boleh terus-menerus
membicarakan tentang wahamnya.Terapis harus tepat waktu,jujur dan
membuat perjanjian seteratur mungkin.Tujuan yang dikembangkan adalah
hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien.Kepuasan yang
berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien,karena
disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi.Terapis perlu
menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.Bila
klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya,terapis dapat meningkatkan tes
realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien,dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,misalnya
dengan berkata:Anda pasti merasa sangat lelah,mengingat apa yang anda
lalui,tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya,sehingga
menghilangnya ketegangan klien.Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya.Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi,dapat
timbul.Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,suatu
hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat
dilakukan.
c) Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga
klien,sebagai sekutu dalam proses pengobatan.Keluarga akan memperoleh
manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan waham
b. Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan waham
c. Perubahan isi pikir : waham berhubungan dengan
harga diri rendah.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengan
waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas topik, waktu, tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu
dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang
aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan
diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat
penting.
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up
obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
Davidson, Gerald C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Nuha
Medika.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Indo Media
Keliat Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:EGC
Keliat B.A & Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kaplan & Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.
Penerjemah: Widjaja Kusuma Ed. Ke-7. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Videbeck,S.L.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC
Townsend,Mary.1998. Buku Diagnosis Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta:
EGC