Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

NAMA : T. Syarifah Latifah Hanum, S.Kep


NIM : 1611437573
Kasus : Waham
A. KONSEP WAHAM
1. Pengertian
Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan
dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya dengan latar belakang budaya
(Keliat,2009).
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkinaneh (misalnya saya adalah nabi yang
menciptakan biji mata manusia) atau bisa pula tidak aneh (hanya sangat tidak
mungkin, contoh masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya
pergi) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk,2008)
Waham adalah keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki
dasar dalam realitas (Videbeck,2008)
Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan isi pikirannya
padahal tidak sesuai dengan kenyataan .Atau kepercayaan yang telah
terpaku/terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan
kenyataan tetapi tetap dipertahankan.Jika disuruh membuktikan berdasar akal
sehatnya,tidak bias.Atau disebut juga kepercayaan yang palsu dan sudah tidak
dapat dikoreksi (Baihaqi,2007).
2. Etiologi
Menurut Direja (2011) penyebab waham adalah :
a) Faktor predisposisi
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/sistem saraf pusat yang
menimbulkan:
Hambatan perkembangan otak khususnya lobus frontal,temporal dan
limbic
Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal,
neonatus dan kanak-kanak
2) Psikososial
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
seperti penolakan dan kekerasan
3) Sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat huga mempengaruhi timbulnya waham
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusakan
,kerawanan ) serta kehidupan yang terisolasi dan stres yang menumpuk.
b) Faktor prepesitasi
Riwayat prepisitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan
karakteristik umum, latar belakang, termasuk penganiayaan fisik / emosional,
tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya
(Direja,2011).

3. Klasifikasi
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam,menurut Direja (2011)
yaitu :

Jenis waham Pengertian Perilaku klien


Keyakinan secara berlebihan bahawa Saya ini pejabat di
dirinya memiliki kekuatan khusus atau kementrian semarang!
Waham
kelebihan yang berbeda dengan orang Saya punya perusahaan
kebesaran
lain,diucapkan berulang-ulang tetapi paling besar lho .
tidak sesuai dengan kenyataan
Keyakinan terhadap suatu agama secara Saya adalah tuhan yang
berlebihan,diucapkan berulang-ulang bisa menguasai dan
Waham agama
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan mengendalikan semua
makhluk.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau sekelompok Saya tahu mereka mau
orang yang mau merugikan atau menghancurkan saya,karena
mencederai dirinya,diucapkan iri dengan kesuksesan saya.
berulang-ulang
tetapai tidak sesuai dengan kenyataan.
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau Saya menderita kanker.
sebagian tubuhnya terserang penyakit, Padahal hasil pemeriksaan
Waham somatik
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak lab tidak ada sel kanker pada
sesuai dengan kenyataan. tubuhnya.
Keyakinan seseorang bahwa dirinya ini saya berada di alam
sudah meninggal dunia,diucapkan kubur ya,semua yang ada
Waham nihlistik
berulang ulang tetapi tidak sesuai disini adalah roh-roh nya
dengan kenyataan.
(Direja, 2011)

Skema Rentang Respons Neurobiologis Waham.(Keliat,2009)


4. Proses Terjadinya
Menurut Direja, 2011 Proses Terjadinya Waham adalah sebagai berikut:
Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan.
Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalah artikan kesan terhadap kejadian
Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal
Individu memberikan pembenaran atau interpretasi personal tentang realita
pada diri sendiri atau orang lain.
5. Patofisiologi

Biologis (gangguan Psikososial Social budaya (konflik


Perkembangan fungsi (penolakan & social budaya,
otak/system saraf) kekerasan) kemiskinan,terisolasi)

Hambatan pada Ancaman dari Pencapaian tidak


perkembangan otak lingkungan sesuai dengan
(frontal,temporal, harapan
system limbic)
cemas Kekecewaan
Hambatan perkembangan
individu

Merasa bersalah
Gangguan proses
pikir : WAHAM

Menutup diri dari Sulit membedakan


lingkungan kenyataan
Hubungan antar Halusinasi
individu terganggu

Tidak bisa mengambil


Cenderung
keputusan
menghindari orang
lain
Perilaku tidak
Hipersensitif (mudah terorganisir
tersinggung)

Gerakan tidak
Mengancam secara Harga diri terkontrol
verbal (kasar) rendah

Gg. Interaksi Resiko mencederai


sosial orang lain

Sumber : direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika
6. Manifestasi klinis
Menurut Direja,2011 Manifestasi Klinis Waham adalah:
a) Kognitif :
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
3) Sulit berfikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
b) Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul
c) Prilaku dan Hubungan Sosial
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktifitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsive
9) Curiga
d) Fisik
1) Higiene kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) BB menurun
7. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Menurut Townsend (1998),Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa,premidikasi dalam anestesi,dan mengurangi
gejala emesis.Untuk gangguan jiwa,dosis awal:325 mg,kemudian dapat
ditingkatkan supaya optimal,dengan dosis tertinggi:1000 mg/hari secara
oral.
Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik
diri.Dosis awal:31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
Haloperidol
Untuk keadaan ansietas,ketegangan,psikosomatik,psikosis,dan
mania.Dosis awal:30,5 mg sampai 3 mg.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan
waham.Pada kondisi gawat darurat,klien yang teragitasi parah,harus
diberikan obat antipsikotik secara intramuskular.Sedangkan jika klien gagal
berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu,anti
psikotik dari kelas lain harus diberikan.Penyebab kegagalan pengobatan
yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat.Kondisi ini
harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat.Sedangkan terapi yang
berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial,dan bukan
hilangnya waham pada klien.

b) Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling
percaya.Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.Terapis tidak
boleh mendukung ataupun menentang waham,dan tidak boleh terus-menerus
membicarakan tentang wahamnya.Terapis harus tepat waktu,jujur dan
membuat perjanjian seteratur mungkin.Tujuan yang dikembangkan adalah
hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien.Kepuasan yang
berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien,karena
disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi.Terapis perlu
menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.Bila
klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya,terapis dapat meningkatkan tes
realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien,dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,misalnya
dengan berkata:Anda pasti merasa sangat lelah,mengingat apa yang anda
lalui,tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya,sehingga
menghilangnya ketegangan klien.Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya.Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi,dapat
timbul.Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,suatu
hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat
dilakukan.

c) Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga
klien,sebagai sekutu dalam proses pengobatan.Keluarga akan memperoleh
manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan waham
b. Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan waham
c. Perubahan isi pikir : waham berhubungan dengan
harga diri rendah.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengan
waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas topik, waktu, tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu
dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang
aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan
diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat
penting.
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up
obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


berhubungan dengan waham
a. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
Observasi tanda perilaku kekerasan.
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
Bantu memilih cara yang paling tepat.
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
melalui pertemuan keluarga.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping).
Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.

Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham


1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat
harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Nuha
Medika.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Indo Media
Keliat Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:EGC
Keliat B.A & Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kaplan & Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.
Penerjemah: Widjaja Kusuma Ed. Ke-7. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Videbeck,S.L.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC
Townsend,Mary.1998. Buku Diagnosis Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai