Anda di halaman 1dari 12

BAB I

STATUS PASIEN

1.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 64 tahun
Alamat : Jl. Sunter Agung no. 23, Jakarta Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

1.2. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis pada anak pasien pada tanggal
25 Oktober 2016
Keluhan utama : Nyeri pada kaki kanan sejak 1 minggu yang lalu
Keluhan tambahan : Perih dan rasa terbakar pada kaki kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit :

Dua minggu yang lalu, pasien mengatakan dirawat di RSPAD Gatot


Soebroto karena mengeluh lemas dan pusing. Saat dirawat, pasien
mengatakan dipasang infus di bagian kaki kanan nya dan terasa sangat nyeri
seperti ditusuk-tusuk saat pemasangan infus tersebut. Pasien dirawat selama
4 hari di perawat umum RSPAD.

Satu minggu yang lalu saat pasien sedang berada di rumah, pasien
mengatakan kaki kanan nya menjadi mulai bengkak, perih, dan nyeri saat
kaki kanan nya disentuh. Pasien mengatakan ada nanah yang keluar dari
mata kaki kanan nya yang merupakan bekas tempat pemasangan infus saat
pasien dirawat satu minggu yang lalu.

Tiga hari yang lalu, pasien merasakan gejala pada kaki kanan nya
semakin memberat. Bengkak disertai dengan rasa perih dan terbakar. Pasien
juga mengatakan mengalami demam. Lalu pasien berobat kembali ke

1
RSPAD melalui IGD. Pasien diberikan antibiotic, tetapi lupa nama obat
yang diberikan. Pasien hanya ingat obat yang diberikan diminum 3 kali
sehari. Lalu pasien disarankan untuk kontrol ke poli kulit dan kelamin pada
tanggal 25 Oktober 2016.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus sejak 15 tahun


yang lalu dan tidak terkontrol. Selain itu pasien juga memiliki riwayat
penyakit hipertensi sejak 15 tahun yang lalu. Pasien juga memiliki riwayat
sakit ginjal sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

1.3. Status Generalis


Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Status gizi
Tinggi badan : 152 cm
Berat badan : 63 kg
IMT : 27,2 = Overweight
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Frekuensi Nadi : 82 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu Tubuh : Afebris
Kepala : Normocephali
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Telinga : Liang telinga kanan dan kiri lapang, membran timpani (+/+)
Hidung : Sekret hidung (-), septum deviasi (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Nyeri tekan (-), BU (+)

Ekstremitas : Terdapat edema pitting pada kaki kanan, akral hangat.

2
Terdapat nyeri tekan pada kaki kanan.

1.4. Status Dermatologikus


1. - Lokasi : Bagian tungkai kanan bawah (regio cruris dextra)
- Effloresensi : Bercak eritematosa berbatas tidak tegas, berukuran
Plakat. Disertai adanya ulkus soliter pada mata kaki
berbatas tegas, berukuran nummular, disertai dengan
skuama halus pada pinggir luka.

3
Gambar 1. Lesi pada tungkai kanan bawah

4
1.5. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram yang diambil dari ulkus pada kaki
kanan pasien. Hasil pemeriksaannya adalah negatif

1.6. RESUME
Ny. R, perempuan berusia 64 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
tungkai kanan bawah. Nyeri disertai rasa perih, terbakar, dan seperti ditusuk-tusuk.
Terdapat juga bengkak dan nyeri pada kaki kanan nya. Pasien mengalami demam,
tetapi sudah diberikan obat penurun panas dan antibiotik saat pasien berobat ke
IGD RSPAD. Pasien memiliki riwayat penyakit dibaetes mellitus dan hipertensi
sejak 15 tahun yang lalu, riwayat penyakit ginjal 1 tahun yang lalu. Penyakit ini
diderita pasien untuk yang pertama kalinya.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Dari


pemeriksaan dermatologikus ditemukan pada lokasi tungkai kanan bawah dengan
efloresensi bercak eritematosa berbatas tegas, berukuran plakat. Disertai dengan
adanya ulkus soliter pada mata kaki berbatas tegas, berukuran nummular, disertai
dengan skuama halus pada pinggir luka. Terdapat juga nyeri tekan dan edema
pitting pada daerah yang eritema.

1.7. DIAGNOSIS KERJA


Selulitis Cruris Dextra
1.8. DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada
1.9. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tidak ada

5
1.10. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
o Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
o Menganjurkan pasien untuk menaikkan kakinya lebih tinggi
daripada posisi jantung pada waktu berbaring
Medikamentosa :
- Sistemik
Co-Amoxiclav 625 mg tiga kali sehari selama 7 hari
Kompres NaCl 0,9% 15-20 menit
Bactoderm cream 2% dua kali per hari selama 10 hari

1.11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
Selulitis

2.1. Definisi
Selulitis adalah suatu infeksi pada kulit bagian dermis dan jaringan subkutan yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus atau Streptococcus beta hemolitikus grup
A. Walaupun selulitis memiliki banyak kemiripan dengan erisipelas, yaitu eritema dan
nyeri, selulitis bisa dibedakan dari erisipelas dari batas lesi yang tidak tegas atau jelas
antara jaringan yang normal dan yang terkena infeksi.1

2.2. Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus
dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah
Haemophilus influenza tipe B (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan
Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang
2
jarang pada selulitis. Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan
oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus diabetikum
dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus gram
positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur
eksternal maupun hematogen. Pada individu yang imunokompeten perlu ada kerusakan
barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran darah. Onset
timbulnya penyakit ini pada semua usia. 2

7
Gambar 1: Specific Anatomical Variants of Cellulitis and Causes of Predisposition to the
Condition. 2
2.3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi selulitis adalah kaheksia, diabetes mellitus, malnutrisi,
disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
terutama bila diseratai higiene yang buruk. Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi

8
suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada
kulit yang normal terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal
kronik atau hipostatik. 3

2.4. Patogenesis
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang menderita diabetes
mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan
dibawahnya (subkutis) dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi
polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan
membran sel. Akhirnya terjadi peradangan akut yang dapat meluas dan terlihat pada
permukaan kulit. 4

Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,


stapilokokus aureus)

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

Eritema lokal pada kulit Edema kemerahan

9
Lesi

Nyeri tekan

Kerusakan integritas kulit

Gangguan rasa nyaman dan


nyeri

Gambar 2. Skema patogenesis

2.5. Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada
pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak
jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis.
Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemia. 3
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan sering
disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan septikemia. Lesi
kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi
kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus
pneumonia Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000)
dengan hitung jenis bergeser ke kiri. 3

Gejala dan tanda Selulitis


Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan
genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah

10
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Fluktuasi
Tabel 1. Gejala dan tanda selulitis. 2

Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian besar pasien
dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan juga
tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada
selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated
cellulitis. ESR dan C-reactive protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang
membutuhkan perawatan rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan
Gram dan kultur darah tidak terlalu penting dan efektif. 3

2.6. Pengobatan
Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM
selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam,
selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan Ampicilin untuk anak (3
bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.
Pada penderita yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan penisilin semi
sintetik (nafsilin) sebagai alternatif. Untuk pasien yang memiliki MRSA, digunakan
vankomisin dengan dosis 1 gram secara IV sebanyak 2 kali sehari. 5
Untuk terapi non farmakologi, pengobatan dilakukan dengan istirahat, tungkai
bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), sedikit lebih tinggi daripada letak
jantung. Dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic. Jika terdapat edema
dapat diberikan obat diuretika. 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Swartz M: Cellulitis. N Engl J Med 350: 904, 2004


2. Concheiro J, Loureiro M, Gonzalez-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and
cellulitis: a retrospective study of 122 cases. 100(10): 888-94

11
3. Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks: color atlas and synopsis of clinically
dermatology. New York: McGrawHill. 2008
4. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition.
New York: McGrawHill: 2008
5. Stevens DL et al: Practice guidelines for the diagnosis and management of
skin and soft tissue infections. Clin Infect Dis 41: 1373, 2005

12

Anda mungkin juga menyukai