Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENGERTIAN PENILAIN KERJA

Para ahli menggunakan istilah Performance Assessment secara berbeda-beda dengan


merujuk kepada pendekatan penilaian yang berbeda pula. Menurut Fitzpatrick dan Morison
(1971) sebenarnya tidak ada perbedaan yang berarti anatara Performance Assessment dengan
tes lainnya yang dilakasanakan di dalam kelas. Menurut mereka perbedaan anatara
Performance Assessment dengan tes lain yang lebih konvensional adalah sejauh mana tes
dapat mensimulasikan situasi dari criteria-kriteria yang diharapkan. Sementara menurut
Trespeces (1999) Performance Assessment adalah berbagai macam tugas dan situasi di mana
peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahamannya dan mengaplikasikan
pengetahuan, serta keterampilannya dalam berbagai macam konteks. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Performance Assessment adalah suatu penilaian yang menuntut peserta tes
untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya kedalam berbagai konteks
sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Sering kali Performance Assessment dikaitkan dengan suatu kriteria yang diinginkan
dalam praktek kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikenal dengan sebutan Authentic
Assessment peserta tes selalu dilibatkan di dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam praktek kehidupan mereka sehari-hari.
BAB II

KARAKTERISTIK DASAR

Menurut Maertel (1992), Performance Assessment mempunyai dua karakteristik dasar


yaitu (1) peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan
suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan, misalnya melakukan eksperimen
untuk mengetahui tingkat penyerapan dari kertas tissue, (2) produk dari Performance Assessment
lebih penting daripada perbuatan (performance)-nya.

Dalam hal memilih, apakah yang akan dinilai itu produk atau performance (perbuatan)
tergantung pada karakteristik domain yang diukur. (Messuh, 1994). Nilainnya dalam bidang seni
seperti acting dan menari, perbuatan dan produknya sama penting, tetapi dalam creative writing
mengukur produk adalah fokus yang utama.
BAB III

KARAKTERISTIK MENGEVALUASI

Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja Performance Assessment sudah dapat


dianggap berkualitas baik, terdapat tujuh kriteria yang harus doperhatikan yaitu:

a. Generability, artinya apakah kinerja peserta tes (students performance) dalam melakukan
tugas yang diberikan guru sudah memadai untuk digeneralisasikan dengan tugas-tugas
lain. Semakin dapat digeneralisasikan atau semakin dapat dibandingkan dengan tugas
yang lainnya, maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila para
peserta tes diberikan tugas-tugas dalam penilain keterampilan (Performance
Assessment) yang berlainan.
b. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan tersebut sudah sesuai dengan apa yang
sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
c. Multiple foci, artinya apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur
lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang diinginkan (more than one instructional
outcomes).
d. Teachability, artinya apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya
semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas. Tugas yang diberikan dalam
penilain keterampilan atau penilaian kinerja (Performance Assessment) adalah tugas-
tugas yang relevan dengan yang diajarkan guru di kelas.
e. Fainess, artinya apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta tes,
tidak bisa untuk semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial
kelompok.
f. Feasibility, artinya apakah tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau
penilaian, kinerja (Performance Assessment) memang relevan untuk dapat
dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu, atau
peralatannya.
g. Scorability, artinya apakah tugas yang diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable.
Karena memang salah satu yang sensitive dari penilaian keterampilan atau penilaian
kinerja (Performance Assessment) adalah penskorannya. Karena itu nanti pada bagian
berikutdari tulisan ini akan dibahas beberapa contoh penskoran dari penilaian
keterampilan atau penilaian kinerja (Performance Assessment).
BAB 1V
LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBUAT
Performance Assessment

Salah satu alternatif pengukuran selain paper and pencil test adalah ujiana praktek atau
penilaian keterampilan/kinerja (Performance Assessment). Seperti yang telah diuraikan di atas,
bahwa Performance Assessment lebih, authentic daripada paper and pencil test, karena
bentuk tugas-tugasnya biasanya lebih mencerminkan kemampuan yang diperlukan dalam praktek
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada paper and pencil test hanya mengukur kemampuan-
kemampuan tertentu dari peserta tes, terutama yang menyangkut dengan kemampuan kognitif.
Guru-guru di kelas menggunakan paper and pencil test hanya untuk mengukur pengetahuan
suatu keterampilan itu sendiri (knowledge of performance) daripada langsung mengukur
keterampilan itu sendiri (performance skill), seperti mengoprasikan mikroskop dan alat-alat
laboratorium lainnya. Keterampialan mengetik, keterampilan memainkan alat musik dan lain-
lain.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat penilaian keterampilan atau
penilaian kinerja (Performance Assessment) yang baik antara lain adalah:
1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan yang akan mempengaruhi
hasil akhir (output).
2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan utuk
menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu
banyak, sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas.
4. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau
karakteristik produk yang dihasilkan.
5. Urutan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan
diamati.
6. Jika ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang
sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.
Hal yang juga perlu diperhatikan adalah cara mengamati dan menskor kemampuan
keterampilan/kinerja peserta didik. Untuk minimumkan faktor subjektifitas dan
memaksimumkan faktor keadilan dalam menilai atau menskor kemampuan keterampilan/
kinerja peserta tes. Penilain dilakukan oleh lebih dari satu orang, sehingga diharapkan hasil
penilaian mereka menjadi lebih valid dan reliable. Beberapa cara menilai atau menskor
kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja akan dibahas pada bagian berikut.
BAB V
ISU DALAM MENDESAIN DAN MENGGUNAKAN
Performance Assessment

Permasalahan (issue) yang sering muncul dalam mendesain dan menggunakan


Performance Assessment adalah permasalahan tentang validity, reability, dan fairness. Ketiga hal
tersebut di atas akan dibahas berikut ini.
1. Validitas
Karakteristik dan kompleksitas dari Performance Assessment seringkali menimbulkan masalah
dalam penskoran dan keterwakilannya domain yang hendak diukur. Suatu tugas dalam
Performance Assessment yang sepertinya terlihat kompleks tidak memerlukan proses penilaian
yang kompleks sebaiknya, ada pula tugas yang memerlukan lebih dari satu kemampuan dan
terlihat sederhana namun memerlukan proses penilaian yang kompleks. Misalnya dalam
kemampuan matematik yang memerlukan domain pengetahuan yang relevan dan keterampilan
tertentu dalam menjelaskan/menyelesaikan komponen-komponen kemampuan yang dituntut
pada soal.

2. Reliabilitas
Pertanyaan kunci tentang reliabilitas adalah sejauh mana skor siswa dapat merefleksikan
kemampuan siswa yang sebenarnya (true ablility) dan bukan akibat dari kesalahan pengukuran.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi reliabilitas pada penilaian performance antara lain:
a. Penskoran (rating) dari member skor Performance Assessment.
b. Siswa tidak mengenali alat-alat Performance Assessment yang dimanipulasi.
c. Siswa tidak mengenal topik yang ditingkatkan dalam performance Assessment.
Beberapa penelitian menemukan bahwa kesalahan yang disebabkan oleh penskor (rater) dapat
diminimalkan apabila pedoman penskoran Performance Assessment dibuat dan didefinisikan
sebaik mungkin, dan sebelum dimulai penskoran diadakan pelatihan penskor (rater) terlebih
dahulu.

3. Fairness
Tiga permasalahan dalam pelaksanaan Performance Assessment yang berhubungan dengan
fairness yaitu:
1. Perbandingan dalam penulisan. Apabila tugas dalam Performance Assessment ada beberapa
pilihan , maka harus ada bukti validitas perbandingan dari tugas-tugas tersebut.
2. Ketersediaan alat-alat yang diperlukan. Setiap tes yang bermaksud untuk mengukur
kemampuan siswa harus mempertimbangkan bahwa setiap siswa mempunyai akses yang
sama dalam menggunakan alat-alat yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas dalam tes.
3. Kesempatan untuk belajar atau berlatih.
BAB 6

METODE DAN CONTOH MENILAI

Performance Assessment

Penilaian kerja di sekolah-sekolah dapat diimplementasikan dalam berbagai bentuk


dalam bidang studi dapat dilakukan dengan berbagai tugas, misalnya dalam bidang studi ilmu
pengetahuan Alam, Matematika, Bahasa Indonesia dan lain-lain.

Contoh Matematika
Suatu permainan dilakukan dengan melempar dua buah dadu yang masing-masing
dadu mempunyai enam buah sisi yaitu: sisi pertama mempunyai nomor 1, sisi
kedua nomornya 2, dan seterusnya sampai dengan sisi keenam mempunyai nomor
6. Setelah dua buah dadu dilempar, nomor yang kecil dikurangi oleh nomor yang
besar dan menghitung perbedaannya. Jika pemain melempar dua buah dadu
tersebut beberapa kali, perbedaan yang mana yang paling sering terjadi ? Berikan
diagram dan penjelasan untuk menerangkan kepada temanmu ( grade 8 )

Hari pertama dalam penilaian kerja dilakukan teks tentang pengetahuan singkat mengenai
konsep dan dilanjutkan dengan diskusi. Pada hari kedua siswa menulis tentang masalah
kehidupan saat ini yang berhubungan dengan materi / konsep yang diberikannya.

Dalam penilaian kinerja dapat digunakan 2 pendekatan, yaitu : (1) metode holistic, dan
(2) metode analytic.

Metode holictic digunakan para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor atau
nilai (single rating) berdasarkan penilain mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta
tes. Sedangkan pada metode analytic para penskor (rater) memberikan penilain (skor) pada
berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan analiytic dengan kinerja yang dinilai.

Dalam penilain / penskoran kinera (Performance Assessment) dengan metode antara lai
dapat menggunakan ( 1) cheklists, dan (2) Rating scales.
1. Checklist
Penilain/ penskoran menggunakan checklist merupakan cara yang paling sederhana.
Melalui cara penskoran ini kriteria kemampuan tertentu siswa atau produk yang dihasilkan siswa
dapat diamati oleh penilai atau penskor, siswa akan mendapatkan maka siswa tersebut tidak
mendapat nilai.
Ada beberapa kelemahan checlkist ,(1) penilai atau penskor hanya bisa memilih dua
pilihan yang absolut, yaitu teramati dan tidak teramati, jadi tidak ada nilai ditengahnya, misalnya
apabila sebenarnya kemampuan siswa tersebut ada ditengahnya; (2 ) sukar untuk menyimpulkan
kemampuan seseorang dalam satu skor misalnya untuk mengurutkan kemampuan beberapa
siswa. Contoh instrument dengan menggunakan checklist untuk mengukur kemampuan
keterampilan atau kemampuan kinerja berbicara di depan kelas atau berpidato dapat dilihat pada
tabel 2 berikut :
Tabel 2. Instrumen penilain berpidato dengan menggunakan checklist

Nama : Astrajingga
Petunjuk:
Tuliskan centang (v) di belakang huruf dimana kemampuan siswa teramati pada
waktu berpidato.
1. Ekspresi fisik
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pertama yang
disajikan
C. Mata melihat kepada penonton.

II. Ekspresi suara


A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
B. Nada suaranya berubah-rubah sesuai pernyataan yang ditekankan
C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton

III. Ekspresi Verbal


A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan diri
B. Tidak mengulang-ulang pernyataan
C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu
pikiran
D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting.
2. Rating Scale
Penilaian kemampuan keterampila kinerja dengan cara lain adalah dengan menggunakan
rating scale. Walaupun cara ini serupa dengan checklist, tetapi rating scale memungkinkan
penilai atau penskor untuk menilai kemampuan siswa secara kontinum tidak lagi dikotomos.
Kedua cara ini sama-sama berdasarkan pada beberapa kumpulan kemampuan keterampilan atau
kemampuan kinerja yang hendak diukur , tetapi kalau checklist hanya memberikan dua kategori
penilaian, sedangkan rating scale memberikan lebih dari dua kategori penilaian. Paling tidak ada
tiga jenis rating scale yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3)
descriptive rating scale. Contoh ketiga reting scale di atas dapat dilihat pada tabel 3,4 dan 5
berikut ini
Tabel 3. Instrumen penilain berpidato dengan menggunakan numerical rating scale

Nama : Astrajingga
Petunjuk :
Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor
1. Bila siswa selalu melakukan
2. Bila kadang-kadang
3. Bila jarang, dan
4. Bila tidak pernah
I. Ekspresi fisik
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
1 2 3 4
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang
disajikan
1 2 3 4

Tabel 4. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan graphic rating scale

Nama : Astrajingga
Petunjuk :
Tulislah x pada garis dimana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato
1. Ekspresi fisik ( physical Expression )
A. Berdiri tegak melihat pada penonton

Selalu kadang- kadang jarang tidak pernah


B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang
disajikan
tidak pernah

Selalu kadang- kadang jarang tidak pernah

Tabel 5. Instrumen penilain berpidato dengan menggunakan descriptive rating scale

Nama : Astrajingga
Petunjuk :
Tulislah x pada garis dimana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato
1. Ekspresi fisik ( physical Expression )
A. Berdiri tegak melihat pada penonton

Berdiri tegak,selalu kadang-kadang tidak pernah berdiri


tegak, maka tidak
pernah kontak dengan
penonto
melihat Para penonton berdiri tegak melihat
ke langit, kadang-kadang
melihat penononton

Berikut adalah contoh pedoman penskoran penilaian keterampilan atau penilai kinerja
(performance assessment) yang diambil dari sekolah keperawatan untuk penilain
keterampilan melakukan dry heat sterilization ( tabel 6 )
Tabel 6. Pedoman penskoran Dry Heat Sterilization

No Kegiatan Rentang Bobot Nilai Akhir


Skor skor
1 PERSIAPAN:
1. Persiapan 01
operator baju
putih bersih,
kuku pendek,
rambut rapi,
01 5 Jumlah perolehan x bobot
pakai papan
Skor maksimun
nama.
2. Persiapan
sarana
sterilisasi:
lemari,
korentang, alat
sterilisasi,
sabun, sikat,
handuk

Skor
maks = 2

II PELAKSANAAN:
1. Alatalat dicuci 01
dengan sabun
01
2. Disikat sampai
bersih 01 20 Jumlah perolehan x bobot
3. Dibilas Skor maksimun
dibawah air
01
yang mengalir
4. Dikeringkan
01
dengan handuk
yang bersih
5. Mengatur alat Skor
di dalam maks = 5
sterilisasi
0-1 40 Jumlah perolehan x bobot
Skor maksimum

6. Mengatur
temperatur dan
waktu untuk
sterilisasi ( 160
2 jam ) serta
memanaskan
alat selama 2
jam.
III PENYIMPANAN :
1. Memeriksa ada 01
tidaknya tablet
formalin dalam 30 Jumlah perolehan x bobot
01 Skor maksimum
lemari.
2. Mengambil alat
yang sudah
01
steril dengan
kerontang.
3. Mengambil alat
/ bahan sesuai
prinsip
penyimpanan
( lemari
tertutup jarum
tetap pada
bungkusnya )
Skor
maks = 3
IV Membereskan kembali 0 1 30 Jumlah perolehan x bobot
Skor maksimum
alat-alat sterilisasi
Skor
maks = 1

BAB 7
SUMBER KESALAHAN PENSKORAN DALAM PENILAIAN KERJA
Performance Assessment

Kesukaran yang paling utama ditemukan dalam penilaiain keterampilan / kinerja (performance
Assessment) adalah penskorannya. Hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil
penskoran penilaian keterampilan (Popham, 1995) yaitu :

a. Masalah dalam Instrumen


Insrumen pedoman penskoran tidak jelas sehingga sukar untuk digunakan oleh penilaian.
Selain itu komponen-komponen yang harus dinilainya juga sukar untuk di skor,
umumnya karena komponen-komponen tersebut sukar untuk diamati (unobse vable). Hal
yang demikian tentunya akan mengakibatkan hasil penskoran yang tidak valid dan tidak
akurat ( tidak reliabel ).
b. Masalah Prosedural
Prosedural yang digunakan dalam penilaian keterampilan atau penilain kinerja tidak baik
sehingga juga mempengaruhi hasil penskoran. Masalah yang biasanya terjadi adalah
penskor (rater) harus menskor komponen-komponen yang terlalu banyak. Bagi penskor
sebenarnya semakin sedikit komponen yang harus dinilai semakin banyak tetapi pembuat
pedoman penskoran tetap harus membuat pedoman penskoran yang dapat mewakili
semua komponen-komponen penting yang harus mempengaruhi kualitas hasil akhir.
Masalah lain dari prosedur ini adalah umumnya penskoran (rater) hanya satu orang,
sehingga sukar untuk dapat membandingkan hasil pertimbangan (adjusment) penskoran
dengan orang laib.
c. Masalah Penskor yang bias
Penskor (rater) cenderung untuk sukar menghilangkan masalah personal bias .
Sewaktu menskor hasil pekerjaan peserta tes ada kemungkinan penskor (rater)
mempunyai masalah generosity error artinya penskor cenderung memberi nilai yang
tinggi-tinggi, walaupun kenyataan yang sebenarnya hasil pekerjaan peseta teks tidak baik.
Kemungkinan juga penskor mempunyai masalah severity error artinya penskor
cenderung memberi nilai yang rendah rendah, walaupun kenyataannya hasil pekerjaan
peserta tes tersebut baik. Kemungkinan lain penskor juga cenderung dapat memberi nilai
yang sedang-sedang saja, walaupun kenyataan yang sebenarnya hasil pekerjaan tes ada
yang baik dan ada yang tidak baik. Masalah lain adalah adanya kemungkinan penskor
tertarik atau simpati kepada peserta tes sehingga sukar baginya untuk memberi nilai yang
objektif (halo effect).
BAB 8

BEBERAPA BENTUK PENILAIAN KERJA

Dalam aplikasi di lapangan beberapa penilain kerja dapat juga dikategorikan ke dalam
penilain kinerja (performance assessment). Penilaian kinerja yang menghasilkan suatu benda
(produk) lebih spesifiknya dinamakan penilain produk (product assessment). Adapula yang
berbentuk tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu, penilain kerja semacam itu
dapat disebut sebagai penilain projek (project assessment). Kedua bentuk penilain kinerja
(performance assessment) di atas dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Penilain produk (Product Assessment)


Penilain produk (product assessment) adalah penilain hasil karya siswa yang berbentuk
suatu benda. Benda tersebut dapat terbuat dari kain, kertas, logam, kayu, plastik, keramik,
dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung. Hasil karya yang berupa
aransemen musik, koreografi, karya sastra tidak termaksud hasil kerja yang dimaksud
disini, tetapi merupakan bagian dari penilain kinerja (performance assessment). Penilaian
produk biasa dilakukan pada mata pelajaran kerajinan tangan dari kesenian, menggambar,
dan mata pelajaran produktif di sekolah kejuruan.
Meskipun fokus penilain adalah hasil kerja, namun proses pengerjaan karya tersebut juga
harus tetap dinilai. Aspej yang dinilai adalah :
a. Keterampilan menggunakan alat serta prosedur kerja.
b. Kualitas teknis dan estetik hasil karya.
Beberapa contoh penilain produk.
a. Penilaian keterampilan melukis
b. Penilaian keterampilan menyulam
c. Penilaian keterampilan memanggang roti.
Ada tiga tahapan yang harus dilakukan untuk membuat hasil kerja ( produk ) yaitu:
a. Tahapan perencanaan : siswa merancang bentuk, merencanakan bahan yang akan
digunakan, membuat sketsa gambar, menyusun rancangan biaya pembuatan dll.
b. Tahap produksi : cara menggunakan alat, prosedur kerja dalam membuat karya, sikap
pada waktu bekerja dll.
c. Tahap akhir : siswa menguji karyanya berfungsi atau tidak, melakukan finishing agar
karyanya indah dipandang dll.

Tujuan penilain produk adalah :

a. Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari


keterampilan berikutnya.
b. Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada akhir kelas.
c. Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan kejuruan.

Metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilain produk adalah :

a. Anecdotal : metode yang cocok untuk menilai pada tahap produk.


b. Skala penilain analitis : metode yang biasa digunakan untuk tahap perencanaan dan
tahap akhir.
c. Skala penilai holistik : metode penilain pada tahap akhir.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci dan lengkap mengenai penilaian kerja
(performance assessment), pembaca dipersilahkan untuk membaca modul khusus tentang
penilain produk (product assessment).

2. Penilain projek (Project Assessment )

Salah satu bagian dari penilain kerja (performance Assessment) adalah penilai projek
(Project Assessment). Dalam tulisan ini projek didefinisikan sebagai tugas yang harus
diselesaikan dalam periode tertentu. Tugas yang dimaksud adalah suatu investigasi sejak dari
pengumpulan pengorganisasiaan pengevaluasian, hingga penyajian data, sedangkan periode
untuk menyelesaikannya, misalnya selama dua minggu, satu bulan, satu semester, atau lebih.

Penilaian projek juga dilakukan pada proses dan produk akhir dari tugas tersebut, baik
pada proses maupun produk, penilaian difokuskan ketika sedang merencanakan, membuat
spesifikasi, mencatat, dan mengestimasi.namun, dalam tahapan-tahapan ini terdapat beberapa
komponen yang berbeda dan harus diperhatikan. Untuk lebih jelasnya, pembaca dipersihlakan
untuk membaca modul penilaian projek.

Anda mungkin juga menyukai