DI Susun Oeh:
SAFITRI SAHARI (16061149)
Fakultas keperawatan
Universitas Katolik De La salle Manado
2016
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dnegan
rahmat,karunianya kami dapat menyelasaikan makalah tentang Cairan dan
Elektrolit. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Cairan dan Elektrolit...
Kmai juga menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik,saran dan usuan demi perbaikan malakah yang akan
datang,mengingat tidak ada sesuatu yang telah kami buat di masa yang akan
datang,mengingat sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun..
semoga makalah sederhana ini,dpat dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Safitri Sahari
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A. Pengertian. 2
1. Air2
2. Solut (terlarut )6
C. Kompartemen Cairan. 7
Membran. 9
E. Proses Transpor10
1. Difusi10
2. Transpor aktif10
3. Filtrasi11
4. Osmosis. 11
1. Osmolalitas. 12
2. Tonisitas. 12
3. Larutan hipertonik. 13
G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektroli13
1. Gangguan Cairan. 13
2. Gangguan Elektrolit19
H. Asuhan Kepereawatan. 28
1. Aktifitas Pengkajian. 28
2. Diagnosa Keperawatan. 29
3. Intervensi Keperawatan. 29
A. Kesimpulan. 31
B. Saran 31
BAB I
PENDAHULUAN
dimana dapat terjadi kelebihan maupun kekurangan cairan dan atau salah satu elektrolit.
Gangguan keseimbangan cairan da elektrolit sangat umum pada pasien yang sakit berat,
Banyak hal yang dapat menyebabkan cairan dengan elektrolitnya hilang atau tidak
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit normal. Kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebih dapat terjadi karena pengeluaran keringat yang sangat banyak, rembesan luka berat
atau luka bakar, muntah, diare, drainase gas gastrointestinal, poliuri, edema, asites,
saling keterkaitan antara cairan dan elektronit tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat menggangu fungsi fisiologis dan dapat menyebabkan kesakitan dan
keadaan yang mengancam jiwa dan sering membutuhkan pertolongan segera karena dapat
menyebabkan kematian.
BAB II
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut /zat terlarut (Horne, 2001).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
Elektrolit adalah substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
Elektrolit adalah sebuah unsur / senyawa yang jika melebur atau larut di dalam pelarut
lain akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.
1. Air
Merupakan senyawa utama dalam tubuh manusia (Horne, 2001), sedangkan menurut
Price (2006), air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam tubuh
serta bahan-bahan lain yang diperlukan seperti oksigen dan hormon. Zat-zat gizi dan
hormon ini di bawa ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Di samping itu, air juga
berperan sebagai alat angkut berbagai komponen sisa metabolisme termasuk kabondioksida
dan urea untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, ginjal, dan kulit.
Sebagai komponen yang mempermudah dan mempercepat berbagai reaksi biologik di dalam
tubuh, termasuk di dalam saluran pencernaan. Air juga diperlukan untuk memecah dan
Dalam cairan sendi-sendi tubuh sehingga tidak saling bergesekan dan dapat bergerak
penting dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari
Celcius. Suhu ini merupakan suhu paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim dalam tubuh.
Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme tubuh perlu segera dikeluarkan dari
dalam tubuh. Sebagian besar pengeluaran suhu ini melalui penguapan (keringat) sehingga
adalah air dalm bola mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan air ketuban untuk
Dengan terapi air yang penggunaanya secara internal dengan minum air atau ekternal
sebagai pengobatan penyakit. Hal ini terjadi karena air yang diminum dengan jumlah cukup
dan metode yang benar dapat memurnikan racun-racun yang terdapat di dalam tubuh.
Terapi air juga dapat menjaga ketersediaan air dalam tubuh sehingga darah tidak mengalami
kekentalan yang berlebihan yang dapat menyebabkan darah tinggi. Terapi air dapt juga
untuk menjaga kecantikan. Kulit merupakan bagian terluar yang langsung bersentuhan
dengan udara luar, panas, cahaya matahari juga polusi. Untuk menjaga elastisitas kulit, air
yang diperlukan dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan. Air dapat melembabkan kulit
sehingga tidak mudah kering dan menimbulkan kerutan. Untuk menjaga keseimbangan
berat badan, air sangat mutlak diperlukan. Ternyata air dapat meningkatkan metabolisme
dan menekan nafsu makan. Minum banyak air putih dapat menyaring kelebihan kalori.
Jika kekurangan air maka secara otomatis tubuh akan memberikan sinyal berupa rasa
haus. Karena adanya sisten homeostasis tubuh ini yang bekerja. Semakin banyak aktivitas
yang dilakukan oleh tubuh maka air dalam tubuh yang hilang akan semakin banyak. Begitu
juga dengan kondisi tubuh jika kadar air dalam tubuh menurun jumlahnya maka tubuh akan
menurun konsisnya. Hal ini dapat terjadi karena ada hubungan yang erat antara kualitas
a. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
b. Usia
Sesuai aturan, air tubuh menurun seiring peningkatan usia. Bayi prematur mengandung air
sebanyak 80% disbanding dengan berat badannya. Sedangkan bayi lahir cukup bulan kira-
kira mengandung air sebanyak 70% dari berat badannya. Dengan usia 6 bulan sampai
1tahun, air tubuh menurun menjadi sekitar 60% dari berat badannya, dengan sedikit reduksi
lebih lanjut selama masa kanak-kanak. Lansia mengandung sekitar 45% sampai dengan 55%
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional karena lebih banyak
mengandung lemak.
2. Solut (terlarut )
Selain air cairan tubuh mengandung 2 jenis substansi terlarut (zat terlarut), yaitu :
a. Elektrolit
Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk
saling berkaitan satu sama lain (miliekuivalen / liter [mEq/v]) atau dengan berat
1) Kation
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler
utama adalah Natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah Kalium (K+).
Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa Natrium ke luar dan Kalium ke
dalam.
2) Anion
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan negative dalam larutan. Anion ekstraseluler
utama adalah Klorida (Cl-), sedangkan anion intraseluler utama adalah Fosfat (Po 43-).
b. Non-elektrolit
Adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan bermuatan listrik ( Prrice, Sylvia ).
Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam-asam
organik.
C. Kompartemen Cairan
CIS adalah cairan yang terkandung dalam sel. Pada orang-orang dewasa, sekitar dari
cairan tubuh adalah intraseluler, atau kira-kira 25L pada rata-rata orang dewasa (70kg).
CES adalah cairan yang berada di luar sel. Ukuran relative dari CES menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira cairan tubuhterkandung di dalam CES.
Setelah usia 1 tahun, volume relative dari CES menurun sampaikira-kira 1/3 dari volume
total, ini hamper sebanding dengan 15L dalam rata-rata pria dewasa (70kg).
Merupakan cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8L pada orang dewasa. Cairan limfe
termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira 2
kali lebih besar pada bayi baru lahir di banding dengan orang dewasa.
Adalah cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatifnya sama pada
orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata pada orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah
tersebut adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah yang mentrasport oksigen
dan bekerja sedagai buffer tubuh yang penting, sel darah putih dan trombosit.
c. Cairan Trenseluler ( CTS )
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh, contohnya cairan
serebrospinal, pericardial, pleural, sinoval, intraokuler, dan sekresi lambung. Pada waktu
terlarut
Membran
memungkinkan gerakan air dan beberapa zat terlarut. Molekul kecil seperti urea dan air
dapat bergerak bebas di antara semua kompartemen. Permeabilitas membrane yang selektif
E. Proses Transpor
1. Difusi
Difusi yaitu gerakan acak dari partikel pada semua arah melalui larutan atau gas.
Partikel bergerak dari area dengan konsentrasi tinggi kearea dengan konsentrasi yang lebih
rendah sepanjang gradient konsentrasi. Energi difusi dihasilkan oleh energi panas.
a. Peningkatan suhu
b. Peningkatan konsentrasi partikel
2. Transpor aktif
Transpor aktif yaitu partikel bergerak dari area dari konsentrasi lebih rendah atau sama
kearea dengan konsentrasi lebih besar. Transport aktif sangat penting untuk
mempertahankan keunikan komposisi, baik CES dan CIS. Transpor aktif memerlukan
aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi untuk
3. Filtrasi
Filtrasi yaitu gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostaltik tinggi ke area
dangan tekanan hidrostaltik rendah. Tekanan hidrostsltik adalah tekanan yang dibuat oleh
berat cairan.
4. Osmosis
Osmosis yaitu gerakan air melewati membrane semi permiabel dari area dengan konsentrasi
zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
ginjal.
1. Osmolalitas
osmotik dengan demikian mempengaruhi gerakan air. Osmolaritas yaitu istilah lain yang
menunjukkan jumlah partikel dalam 1L larutan dan diukur dalam miliosmolar per liter ( m
Osm/L ).
2. Tonisitas
Tonsilitas yaitu istilah lain dari osmolalitas efektif. Osmolalitas efektif yaitu osmolalitas
yang menyebabkan air bergerak dari satu kompartemen ke kompertemen lain, tidak hanya
bergantung pada jumlah zat terlarut, tetapi juga pada permeabilitas membran terhadap zat
terlarut ini.
Jenis larutan :
a. Larutan isotonik
Larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh ( kira-kira 280-
300 m Osm/kg ).
b. Larutan hipotonik
Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan tubuh.
Contoh : NaCl 0,45%
3. Larutan hipertonik
Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih besar dari cairan tubuh.
Contoh : NaCl 3%
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit jarang terjadi secara tunggal dan dapat
mengganggu proses normal tubuh. Pasien yang mengalami kehilangan cairan tubuh akibat
1. Gangguan Cairan
a. Ketidakseimbangan Isotonik
Kekurangan dan kelebihan isotonic dapat terjadi jika air dan elektronik diperoleh atau
hilang dalam proporsi yang sama. Kadar elektrolit dalam serum tetap tidak berubah, kecuali
terjadi ketidakseimbangan lain. Klien yang beresiko mengalami ini adalah klien yang
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal, misal akibat
muntah, pengisap lambung, diare, atau fistula. Bayi dan lansia ( usia lanjut ) paling cepat
terkena pengaruh akibat kehilangan cairan dan elektrolit ini (Weldy, 1992). Penyebab lain
dapat meliputi perdarahan, pemberian obat-obat diuretic, keringat yang banyak, demam,
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi
serum. Klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang
menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis (Weldy, 1992).
meliputi :
hipotensi, frekwensi nafas cepat, letargi, oliguria, kulit dan membrane mukosa kering, turgor
Penyebab :
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal, seperti diare, muntah atau drainase.
Kehilangan plasma atau darah utuh, seperti pada luka bakar atu perdarahan.
Keringat berlebihan
Demam
Penyebab :
Tanda dan gejala pemeriksaan fisik : denyut nadi kuat, pernapasan cepat,
hipertensi, distensi vena leher, peningkatan tekanan vena, suara krakles di paru-paru,
Penyebab :
Gagal injal
Sirosis
Penyebab :
cairan di ruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan cairan ekstrasel. Klien yang
menderita sindrom ruang-ketiga akan mengalami efek kekurangan volume cairan ekstrasel.
Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah kedalam suatu ruangan tubuh sehingga
cairan tersebut terperangkap di dalamnya. Akibat murni yang terjadi adalah kekurangan
volume cairan di dalam ekstrasel. Obstruksi usus yang kecil atau luka bakar dapat
menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5 sampai 10 liter keluar dari ruang ekstrasel.
Tada dan gejala pemeriksaan fisik : hipotensi, peningkatan lingkar perut (yang
Penyebab :
Hipertensi portal
Peritonitis
Penyebab :
Luka bakar
ar
terjadi jika ada kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolit yang proporsional,
terutama natrium,atau jika terdapat peningkatan substansi yang diperoleh melalui osmosis
aktif. Hal ini menyebabkan kadar natrium serum dan osmolalitas (konsentrasi) serta
kecukupan asupan oral. Klien lansia yang rapuh dan lemah karena terjadi penurunan yang
pasti pada cairan intrasel, penurunan kemampuan konsentrasi di ginjal, penurunan respon
terhadap rasa haus, dan peningkatan proporsi lemak dalam tubuh (Horne et al, 1991).
Ketidakseimbangan hiperosmolar :
Tanda dan gejala pemeriksaan fisik : penurunan berat badan, membrane mukosa
menjadi kering dan lengket, rasa haus, suhu tubuh meningkat, iritabilitas, konvulsi tarikan
atau ketegangan otot yang dapat menyebabkan kejang pada bagian tubuh), koma.
Penyebab :
Diabetes insipidus
Ketoasidosis diabetik
Diuresis hipertonik
Penyebab :
Diuresis osmotic
Ketidakseimbangan hipoosmolar
Tanda dan gejala pemeriksaan fisik : tingkat kesadaran menurun, konvulsi, koma.
Penyebab : SIADH
Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu kondisi dimana nilai konsentrasi natrium di dalam darah
lebih rendah dari normal yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau
kelebihan total air. Hiponatremia menyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan
ekskresi air untuk mempertahankan osmolalitas serum tetap berada dalam kadar yang
berkurang. Kehilangan natrium dapat menyebabkan kolaps pada pembuluh darah dan syok.
Hiponatremia berat pada kadar natrium serum 120 mEq/L dapat menyebabkan
perubahan neurologist dan pada kadar natrium serum 110 mEq/L akan menyebabkan
perubahan neurologist yang tidak dapat pulih kembali bahkan dapat menyebabkan
kematian.
pengeluaran keringat meningkat, penggunaan diuretic (terutama yang disertai dengan diet
rendah natrium), gangguan pompa natrium-kalium disertai oenurunan kalium sel dan
Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : denyut nadi cepat namun lemah, hipotensi,
pusing, ketakutan dan kecemasan, kram abdomen, mual dan muntah, diare, koma dan
konvulsi, sidik jari meninggalkan bekas pada sternum setelah palpasi, koma, kulit lembab
klinis dan kecepatan terjadinya hiponatremia, jika terlihat manifestasi serebral dan
hiponatremia terjadi dengan cepat maka diberikan terapi NaCl-3% 50-70 m mol/jam,
untuk meningkatkan kadar Natrium 3 m mol/jam sampai target 130 m mol. Setelah
mencapai kadar 130 m mol diberikan koreksi lambat untuk mencegah demielinsasi.
Hipernatremia
Hipernatremia adalah kondisi dimana nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari
konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
yang ekstrim atau kelebihan natrium total. Apabila penyebab hipernatremia adalah
peningkatan sekresi aldosteron , maka natrium dipertahankan dan kalium diekskresi. Ketika
rebsorpsi air di ginjal. Tekanan osmotic interstisial meningkat dan cairan berpindah dari sel
ke dalam cairan ekstrasel sehingga menyebabkan sel-sel menyusut dan menggangu sebagian
Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : demam tingkat rendah, lidah dan membrane
mukosa kering, agitasi, konvulsi, gelisah, oliguria atau anuria, rasa haus, kulit kering dan
kemerahan
>295 mOsm/kg, dan berat jenis urine >1,030 (jika kehilangan air bukan disebabkan oleh
disfungsi ginjal)
Penanganan hipernatremia adalah dengan pemberian cairan sampai defisit cairan
tergantikan. Cairan yang diberikan adalah dextrose-5% atau NaCl-0,45%, tidak diberikan
Hipokalema
dalam cairan ekstrasel tidak adekuat. Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi
Karena rentang normal kalium terlalu pendek, maka toleransi terhadap terjadinya fruktuasi
dalam kadar kalium serum juga kecil. Pnyebab yang paling umum adalah penggunaan
Penyebab penggunaan diuritik yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran gastrointestinal, alkalosis, sindrom Chusingatu tumor
yang dapat memproduksi hormone adrenal, poliuria, pengeluaran keringat yang berlebihan,
Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : denyut nadi lemah dan tidak teratur,
permafasan dangkal, hipotensi, kelemahan, bising usus menurun, keletihan, tonus otot
gelombang ST, gelombang T datar, gelombang U lebih tinggi pada pemeriksaan EKG, kadar
kalium serum 2 mEq/L menyebabkan komleks QRS melebar, depresi ST, inverse gelombang
T (Raimer, 1994)
Penanganan pasien dengan hipokalemia adalah dengan terapi dengan KCl oral
Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan kondisi lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai normal
kalium di dalam darah. Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal, adanya
penurunan fungsi ginjal akan mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal (Weldy, 1992).
Penyebab Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan seluler yang parah seperti
akibat luka bakar dan trauma, pemberian kalium melalui IV dalam jumlah besar secara
latrogenik, insufisiensi adrenal, asidosis, infuse darah yang berlangsung cepat, penggunaan
Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : denyut nadi tidak teratir dan lambat,
Hipokalsemia
kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan beberapa penyakit, beberapa diantaranya
dapat mempengaruhi kelenjar tyroid dan paratiroid. Tanda dan gejala hipokalsemia
berhibungan secara langsung dengan peran fisiologis kalsium serum pada fungsi
neuromuskuler.
daerah sekeliling mulut, refleksi hiperaktif, kram otot, fraktur patologi disertai hipokalsemia
kronik
Hiperkalsemia
peningkatan kalsium yang terionisasi. Seringkali hiperkalsemia merupakan suatu gejala dari
penyakit pokok yang menyebabkan resorpsi tulang berlebihan disertai pelepasan kalsium.
Tanda dan gejala Hasil pemeriksaan fisik : penurunan tonus otot, anoreksia,
mual dan muntah, kelemahan, latergi, nyeri pada punggung bagian bawah akibat batu ginjal,
adanya osteoporosis yang menyeluruh, kavitasi tulang yang menyebar, batu saluran kemih
radioopak (terlihat warna putih pada rongen), peningkatan keratin >1.5 mg/100ml karena
Hipomagnesemia
Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5
Penyebab Asupan yang tidak adekuat (malnutrisi dan alkoholisme), absorpsi yang
tidak adekuat (diare, muntah, drainase nasogastrik, fistula, diet kalsium yang berlebihan,
penyakit usus kecil), hipoparatiroidisme, kehilangan magnesium yang berlebihan akibat
Tanda dan gejala hasil pemeriksaan fisik : tremor otot, refleks tendon dalam
Hipermagnesemia
Tanda dan gejala Hasil pemeriksaan fisik : refleks tendon dalam hipoaktif,
pernafasan dan frekuensi denyut jantung dangkal dan lambat, hipotensi, kemerahan
Hpokloremia
Hipokkloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai di bawah 100mEq/L.
muntah atau drainase nasogastrik atau drainase fistula yang berlebihan dan lama dapat
menyebabkan hipokloremia. Bayi baru lahir yang mengalami diare dapat terjadi
peningkatan ekskresi klorida. Ketika kadar klorida serum menurun, tubuh beradaptasi
asam-basa.
Hperkloremia
Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai di atas 106 mEq/L,
terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang tunggal, tetapi umumnya berhubungan
dengan ketidakseimbangan asam-basa. Tidak ada satu rangkaian gejala yang berhubungan
b. Observasi volume haluaran urine yang berhubungan dengan asupan dan berat jenis
i. Pantau PaCO2
an
muntah.
a. Dorong dan ukur dengan jumlah kecil asupan cairan yang mengandung elektrolit.
h. Implementasikan program yang telah ditetapkan oleh dokter untuk memberikan cairan
parenteral yang mengandung elektrilit jika klien muntah dalam jangka waktu lama.
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45)
darah >7,45
Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru
dan ginjal
20 [HCO3-]
1PaCO2
Asidosis Metabolik
PaCO2, kompensasi akhir ginjal ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4
Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat (henti
jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal ginjal mengekskresi beban asam
kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar NaHCO3 dapat
berlebihan
Penyebab:
hipokalemia)
Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% (diberikan jika Cl- urine <10mEq/L)
Asidosis Respiratorik
Ciri: PaCO2 >45mmHg dan pH <7,35 kompensasi ginjal retensi dan peningkatan
[HCO3-]
Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti
jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis),
pusing
Alkalosis Respiratorik
Kecemasan: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak tangan dan kaki dingin dan
berkeringat
Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan kantong kertas yang dipegang erat
menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu singkat
kelenjar endokrin atau kelenjar buntu dan berfungsi untuk mengatur metabolism,
Pada hakekatnya hormone dan saraf memiliki persamaan tugas dalam pengaturan
tubuh yang dipengaruhi, kecepatan reaksi, dan sistem peredarannya. Perhatikan tabel
berikut ini
cepat lembut
Mengantarkan Mengantarkan
khusus sehingga juga disebut kelenjar buntu. Hormon dihasilkan oleh sel-sel kelenjar
endokrin bila ada rangsangan saraf yang sesuai. Hormon diproduksi dalam jumlah yang
sangat sedikit. Kemudian hormon diangkut oleh darah menuju ke sel, jaringan, atau organ
target. Pada organ target, hormon mempengaruhi aktivitas enzim khusus, sehingga dapat
langerhans).
A. Kelenjar Hipofisis
Hipotalamus memainkan peranan penting dalam koordinasi sistem saraf dan hormone.
Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak, ukurannya sebesar biji ercis. Meskipun ukurannya
kecil, kelenjar hipofisis berperan penting dalam sistem koordinasi tubuh. Kelenjar hipofisis
mensekresikan berbagai macam hormon yang mengatur berbagai kegiatan dalam tubuh
(mastergland).
menyekresikan hormon. Setiap hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dikontrol
oleh paling tidak satu hormone pembebas dan penghambat yang dihasilkan oleh
hipotalamus.
Kelenjar hipofisis terdiri atas tiga lobus, yaitu lobus anterior, intermediate, dan posterior.
Ketiga lobus ini menghasilkan banyak hormon yang sangat penting bagi tubuh kita. Karena
itu, kelenjar hipofisis disebut juga master of gland. Hormon-hormon yang disekresikan oleh
Luiteinizing progesterone
interstisial untuk
menghasilkan testosteron
Lobus
Intermediat
Melanosit
hormone (MSH)
Lobus posterior
Hormon antidiuretik Menurunkan volume urin dengan
atau berlebih akan membawa dampak-dampak yang tidak diinginkan. Jika pada masa anak-
usia dewasa, dapat menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal di lengan, kaki, dan kepala.
Kondisi ini dikenal sebagai akromegali. Sebaliknya, bila kekurangan hormon pertumbuhan
B. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid di leher bagian depan dan terdiri atas dua lobus. Kelenjar tiroid
menyekresikan hormon tiroksin dan kalsitonin. Fungsi dari kedua hormon ini dapat dilihat
Hormon Fungsi
Mengatur metabolisme tubuh (memacu kecepatan
metabolisme tubuh)
Menurunkan kadar kalsium darah dengan cara
(kerdil pada anak-anak) dan miksedema (pada orang dewasa). Miksedema ditandai dengan
laju metabolisme rendah, berat badan berlebihan, rambut rontok, dan bentuk tubuh menjadi
kasar. Kelebihan hormon tiroksin menyebabkan penyakit basedow, yang ditandai mudah
gugup, nadi dan napas cepat dengan tidak teratur, mulut menganga, dan mata lebar.
Kelenjar paratiroid terletak di dekat kelenjar tiroid dan menghasilkan hormon paratiroid
D. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal berupa struktur kecil yang terletak di atas ginjal, sehingga disebut juga
kelenjar anak ginjal (suprarenalis). Kelenjar adrenal terdiri dari bagian luar dan bagian
dalam. Bagian luar (korteks) menghasilkan hormon kortison yang terdiri dari
metabolisme garam natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon kelamin.
menyebabkan penyakit adison yang ditandai dengan kelelahan, nafsu makan berkurang,
terhadap perubahan glikogen (gula dalam otot) menjadi glukosa (gula dalam darah).
pankreas. Hormon yang dihasilkan adalah insulin dan glukagon. Hormon insulin dan
glukagon bekerja sama untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glukosa
dalam darah tinggi, insulin disekresikan sehingga glukosa diubah menjadi glikogen.
Sebaliknya, jika kadar glukosa dalam darah menurun, glukagon disekresikan yang akan
penyakit diabetes melitus (kencing manis) yang ditandai dengan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dikeluarkan bersama urin. Tanda-tanda
diabetes melitus yaitu sering mengeluarkan urin dalam jumlah banyak, sering merasa haus
F. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin terdiri atas testis sebagai kelenjar kelamin jantan (pria) dan ovarium
sebagai kelenjar kelamin betina (wanita). Jadi testis dan ovarium mempunyai kegiatan
pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus. Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan
misalnya pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi
hormon tersebut juga dirangsang oleh hormon yang dihasilkan oleh hipofisis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-pertikel yang bermuatan listrik yang
Kompartemen cairan tubuh terdiri dari cairan intra seluler (CIS) dan cairan ekstraseluler
(CES).
Gangguan keseimbangan cairan yaitu ketidak seimbangan isotonik, sindrom ruang ketiga,
ketidakseimbangan osmolar.
klorida.
B. Saran
Pasien yuang mengalami gangguan cairan dan elektrolit sebaiknya segera ditangani
karena sebagian besar dalam tubuh manusia terdiri dari cairan dan elektrolit dan apabila
Horne, Mima M . 2001 . Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa . Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C . 1987 . Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit . Jakarta : EGC
Potter, P.A & Perry. A.G . 2005 . Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktek,
volume 2 . Jakarta : EGC
Price, Sylvia A . 2006 . Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit . Jakarta : EGC
Stevens, P.J.M, dkk . 1999 . Ilmu keperawatan, jilid I, edisi 2 . Jakarta : EGC
Watson, Roger . 2002 . Anatomi dan fisiologi untuk perawat . Jakarta : EGC