Anda di halaman 1dari 38

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KESEIMBANGAN ASAM BASA

DI Susun Oeh:
SAFITRI SAHARI (16061149)

Fakultas keperawatan
Universitas Katolik De La salle Manado
2016
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dnegan
rahmat,karunianya kami dapat menyelasaikan makalah tentang Cairan dan
Elektrolit. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Cairan dan Elektrolit...
Kmai juga menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik,saran dan usuan demi perbaikan malakah yang akan
datang,mengingat tidak ada sesuatu yang telah kami buat di masa yang akan
datang,mengingat sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun..
semoga makalah sederhana ini,dpat dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Manado,21 sep 2016

Safitri Sahari
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.. 1

BAB II CAIRAN DAN ELEKTROLIT. 2

A. Pengertian. 2

B. Komposisi Cairan Tubuh. 2

1. Air2

2. Solut (terlarut )6

C. Kompartemen Cairan. 7

1. Cairan intraseluler ( CIS )7

2. Cairan Ekstraseluler ( CES )8

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan air dan zat terlarut 9

Membran. 9

1. Membrane sel memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas

lipid dan protein.9

2. Membran kapiler memisahkan CIV dari CIT. 9

3. Membran Epitelial memisahkan CIT danCIV dari CTS. 9

E. Proses Transpor10

1. Difusi10

2. Transpor aktif10

3. Filtrasi11

4. Osmosis. 11

F. Konsentrasi Cairan Tubuh. 12

1. Osmolalitas. 12

2. Tonisitas. 12

3. Larutan hipertonik. 13
G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektroli13

1. Gangguan Cairan. 13

2. Gangguan Elektrolit19

H. Asuhan Kepereawatan. 28

1. Aktifitas Pengkajian. 28

2. Diagnosa Keperawatan. 29

3. Intervensi Keperawatan. 29

BAB III PENUTUP.. 31

A. Kesimpulan. 31

B. Saran 31

BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit pada seseorang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,

dimana dapat terjadi kelebihan maupun kekurangan cairan dan atau salah satu elektrolit.

Gangguan keseimbangan cairan da elektrolit sangat umum pada pasien yang sakit berat,

pasien kritis ataupun pasien cedera.

Banyak hal yang dapat menyebabkan cairan dengan elektrolitnya hilang atau tidak

dalam keseimbangan cairan dan elektrolit normal. Kehilangan cairan dan elektrolit yang

berlebih dapat terjadi karena pengeluaran keringat yang sangat banyak, rembesan luka berat

atau luka bakar, muntah, diare, drainase gas gastrointestinal, poliuri, edema, asites,

obstruksi intestinsl, dan yang lainnya.

Terjadinya ketidakseimbangan beberapa unsur terjadi secara simultan karena adanya

saling keterkaitan antara cairan dan elektronit tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit dapat menggangu fungsi fisiologis dan dapat menyebabkan kesakitan dan

kematian. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit seperti kekurangan cairan, natrium,


kalium, magnesium, atau fosfat padapasien yang sakit berat atau kritis dapat menjadi

keadaan yang mengancam jiwa dan sering membutuhkan pertolongan segera karena dapat

menyebabkan kematian.

BAB II
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Pengertian

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).

Cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut /zat terlarut (Horne, 2001).

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang

disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Sylvia, 2006).

Elektrolit adalah substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan

menghantarkan arus listrik (Horne, 2001).

Elektrolit adalah sebuah unsur / senyawa yang jika melebur atau larut di dalam pelarut

lain akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.

B. Komposisi Cairan Tubuh

1. Air
Merupakan senyawa utama dalam tubuh manusia (Horne, 2001), sedangkan menurut

Price (2006), air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam tubuh

suspensi maupun larutan.

Fungsi air antara lain :

a. Air sebagain pelarut dan alat angkut


Sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral

serta bahan-bahan lain yang diperlukan seperti oksigen dan hormon. Zat-zat gizi dan

hormon ini di bawa ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Di samping itu, air juga

berperan sebagai alat angkut berbagai komponen sisa metabolisme termasuk kabondioksida

dan urea untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, ginjal, dan kulit.

b. Air sebagai katalisator

Sebagai komponen yang mempermudah dan mempercepat berbagai reaksi biologik di dalam

tubuh, termasuk di dalam saluran pencernaan. Air juga diperlukan untuk memecah dan

menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.

c. Air sebagai pelumas

Dalam cairan sendi-sendi tubuh sehingga tidak saling bergesekan dan dapat bergerak

dengan bebas tanpa menimbulkan rasa sakit.

d. Air sebagai pengatur suhu tubuh

Karena air mempunyai kemampuan untukmenyalurkan panas, sehingga memegang peranan

penting dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari

metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 derajat

Celcius. Suhu ini merupakan suhu paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim dalam tubuh.

Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme tubuh perlu segera dikeluarkan dari

dalam tubuh. Sebagian besar pengeluaran suhu ini melalui penguapan (keringat) sehingga

suhu tubuh tetap stabil.

e. Air sebagai peredam benturan


Terdapat pada permukaan organ-organ tubuh tertentu yang bersifat lunak untuk

menghindari dan meredam benturan yang dapat menyebabkan kerusakan. Diantaranya

adalah air dalm bola mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan air ketuban untuk

menghindari benturan pada janin.

f. Menjaga kecantikan dan kesehatan tubuh

Dengan terapi air yang penggunaanya secara internal dengan minum air atau ekternal

sebagai pengobatan penyakit. Hal ini terjadi karena air yang diminum dengan jumlah cukup

dan metode yang benar dapat memurnikan racun-racun yang terdapat di dalam tubuh.

Terapi air juga dapat menjaga ketersediaan air dalam tubuh sehingga darah tidak mengalami

kekentalan yang berlebihan yang dapat menyebabkan darah tinggi. Terapi air dapt juga

untuk menjaga kecantikan. Kulit merupakan bagian terluar yang langsung bersentuhan

dengan udara luar, panas, cahaya matahari juga polusi. Untuk menjaga elastisitas kulit, air

yang diperlukan dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan. Air dapat melembabkan kulit

sehingga tidak mudah kering dan menimbulkan kerutan. Untuk menjaga keseimbangan

berat badan, air sangat mutlak diperlukan. Ternyata air dapat meningkatkan metabolisme

dan menekan nafsu makan. Minum banyak air putih dapat menyaring kelebihan kalori.

Jika kekurangan air maka secara otomatis tubuh akan memberikan sinyal berupa rasa

haus. Karena adanya sisten homeostasis tubuh ini yang bekerja. Semakin banyak aktivitas

yang dilakukan oleh tubuh maka air dalam tubuh yang hilang akan semakin banyak. Begitu

juga dengan kondisi tubuh jika kadar air dalam tubuh menurun jumlahnya maka tubuh akan

menurun konsisnya. Hal ini dapat terjadi karena ada hubungan yang erat antara kualitas

dan kandungan air dalam tubuh dengan respons tubuh kita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi air tubuh meliputi :

a. Sel-sel lemak

Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.

b. Usia

Sesuai aturan, air tubuh menurun seiring peningkatan usia. Bayi prematur mengandung air

sebanyak 80% disbanding dengan berat badannya. Sedangkan bayi lahir cukup bulan kira-
kira mengandung air sebanyak 70% dari berat badannya. Dengan usia 6 bulan sampai

1tahun, air tubuh menurun menjadi sekitar 60% dari berat badannya, dengan sedikit reduksi

lebih lanjut selama masa kanak-kanak. Lansia mengandung sekitar 45% sampai dengan 55%

air dari berat badannya.

c. Jenis kelamin wanita

Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional karena lebih banyak

mengandung lemak.

Usia Presentasi berat badan


Bayi ( baru lahir ) 75 %

Dewasa pria ( 20-40 tahun ) 60 %

Dewasa wanita ( 20-40 tahun ) 90 %

Usia lanjut ( >60 tahun ) 45-50 %


Tabel. Air tubuh total dalam persentase berat badan

2. Solut (terlarut )

Selain air cairan tubuh mengandung 2 jenis substansi terlarut (zat terlarut), yaitu :

a. Elektrolit

Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk

saling berkaitan satu sama lain (miliekuivalen / liter [mEq/v]) atau dengan berat

molekul dalam gram (milimol/liter [mol/L]).

1) Kation

Merupakan ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler

utama adalah Natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah Kalium (K+).

Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa Natrium ke luar dan Kalium ke

dalam.

2) Anion
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan negative dalam larutan. Anion ekstraseluler

utama adalah Klorida (Cl-), sedangkan anion intraseluler utama adalah Fosfat (Po 43-).

b. Non-elektrolit

Adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan bermuatan listrik ( Prrice, Sylvia ).

Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam-asam

organik.

C. Kompartemen Cairan

Cairan tubuh didistribusi antara 2 kompartemen cairan utama, yaitu :

1. Cairan intraseluler ( CIS )

CIS adalah cairan yang terkandung dalam sel. Pada orang-orang dewasa, sekitar dari

cairan tubuh adalah intraseluler, atau kira-kira 25L pada rata-rata orang dewasa (70kg).

sedangkan hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.

2. Cairan Ekstraseluler ( CES )

CES adalah cairan yang berada di luar sel. Ukuran relative dari CES menurun dengan

peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira cairan tubuhterkandung di dalam CES.

Setelah usia 1 tahun, volume relative dari CES menurun sampaikira-kira 1/3 dari volume

total, ini hamper sebanding dengan 15L dalam rata-rata pria dewasa (70kg).

CES dibagi menjadi 2, antara lain :

a. Cairan Interstisisl ( CIT )

Merupakan cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8L pada orang dewasa. Cairan limfe

termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira 2

kali lebih besar pada bayi baru lahir di banding dengan orang dewasa.

b. Cairan Intravaskuler (CIV)

Adalah cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatifnya sama pada

orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata pada orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah

tersebut adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah yang mentrasport oksigen

dan bekerja sedagai buffer tubuh yang penting, sel darah putih dan trombosit.
c. Cairan Trenseluler ( CTS )

Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh, contohnya cairan

serebrospinal, pericardial, pleural, sinoval, intraokuler, dan sekresi lambung. Pada waktu

tertentu CTS mendekati jumlah 1 L.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan air dan zat

terlarut

Membran

Setiap kompartemen cairan dipisahkan oleh membran permeabel selektif yang

memungkinkan gerakan air dan beberapa zat terlarut. Molekul kecil seperti urea dan air

dapat bergerak bebas di antara semua kompartemen. Permeabilitas membrane yang selektif

membantu untuk mempertahankan komposisi unik dari setiap kompartemen sementara

memungkinkan gerakan nutrient dari sel dan akhirnya ke dalam plasma.

Membran semipermiabel tubuh meliputi :

1. Membrane sel memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas

lipid dan protein.

2. Membran kapiler memisahkan CIV dari CIT.

3. Membran Epitelial memisahkan CIT danCIV dari CTS.

E. Proses Transpor

1. Difusi

Difusi yaitu gerakan acak dari partikel pada semua arah melalui larutan atau gas.

Partikel bergerak dari area dengan konsentrasi tinggi kearea dengan konsentrasi yang lebih

rendah sepanjang gradient konsentrasi. Energi difusi dihasilkan oleh energi panas.

Faktor-faktor yang menigkatkan difusi yaitu :

a. Peningkatan suhu
b. Peningkatan konsentrasi partikel

c. Penurunan ukuran atau berat molekul dari pertikel

d. Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi

e. Penurunan jarak lintas dimana masa partikel harus berdifusi

2. Transpor aktif

Transpor aktif yaitu partikel bergerak dari area dari konsentrasi lebih rendah atau sama

kearea dengan konsentrasi lebih besar. Transport aktif sangat penting untuk

mempertahankan keunikan komposisi, baik CES dan CIS. Transpor aktif memerlukan

aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi untuk

menembus membrane sel.

3. Filtrasi

Filtrasi yaitu gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostaltik tinggi ke area

dangan tekanan hidrostaltik rendah. Tekanan hidrostsltik adalah tekanan yang dibuat oleh

berat cairan.

4. Osmosis

Osmosis yaitu gerakan air melewati membrane semi permiabel dari area dengan konsentrasi

zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.

Istilah yang dihubungkan dengan osmosis antara lain :

a. Tekanan Osmotik, yaitu jumlah tekanan hidrostaltik diperlukan

untuk menghentikan aliran osmotic air.

b. Tekanan Onkotik, yaitu tekanan osmotic dihasilkan oleh

koloid (protein). Albumin misal menghasilkan tekanan

onkotik dalam pembuluh darah dan membantu menahan

kandunagan air dalam ruang intravaskuler.

c. Diuresis Osmotik, yaitu peningkatan keluaran urin disebabkan

oleh substansi seperti manitol, glukosa, atau media kontras


yang dikeluarkan dalam urin dan mengurangi reabsorpsi air

ginjal.

F. Konsentrasi Cairan Tubuh

1. Osmolalitas

Osmolalitas yaitu pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan

osmotik dengan demikian mempengaruhi gerakan air. Osmolaritas yaitu istilah lain yang

menunjukkan jumlah partikel dalam 1L larutan dan diukur dalam miliosmolar per liter ( m

Osm/L ).

Perubahan dalam osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada

volume cairan ekstraseluler dan intraseluler :

1) Penurunan osmolalitas CES gerakan air dari CES ke CIS.

2) Peningkatan osmolalitas CES gerakan air dari CIS ke CES.

2. Tonisitas

Tonsilitas yaitu istilah lain dari osmolalitas efektif. Osmolalitas efektif yaitu osmolalitas

yang menyebabkan air bergerak dari satu kompartemen ke kompertemen lain, tidak hanya

bergantung pada jumlah zat terlarut, tetapi juga pada permeabilitas membran terhadap zat

terlarut ini.

Jenis larutan :

a. Larutan isotonik

Larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh ( kira-kira 280-

300 m Osm/kg ).

Contoh : NaCl 0,9%

b. Larutan hipotonik

Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan tubuh.
Contoh : NaCl 0,45%

3. Larutan hipertonik

Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih besar dari cairan tubuh.

Contoh : NaCl 3%

G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektroli

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit jarang terjadi secara tunggal dan dapat

mengganggu proses normal tubuh. Pasien yang mengalami kehilangan cairan tubuh akibat

luka bakar, penyakit, atau trauma, beresiko mengalami ketidakseimbangan elektrolit.

1. Gangguan Cairan

Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah sebagai berikut :

a. Ketidakseimbangan Isotonik

Kekurangan dan kelebihan isotonic dapat terjadi jika air dan elektronik diperoleh atau

hilang dalam proporsi yang sama. Kadar elektrolit dalam serum tetap tidak berubah, kecuali

terjadi ketidakseimbangan lain. Klien yang beresiko mengalami ini adalah klien yang

mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal, misal akibat

muntah, pengisap lambung, diare, atau fistula. Bayi dan lansia ( usia lanjut ) paling cepat

terkena pengaruh akibat kehilangan cairan dan elektrolit ini (Weldy, 1992). Penyebab lain

dapat meliputi perdarahan, pemberian obat-obat diuretic, keringat yang banyak, demam,

dan penurunan asupan per oral.

Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi

isotonic sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit

serum. Klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang

menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis (Weldy, 1992).

Penyebab beserta tanda dan gejala gangguan cairan ketidakseimbangan isotonic

meliputi :

Kekurangan Volume Cairan


Tanda dan gejala pemeriksaan fisik : nadi cepat tetapi lemah, kolaps vena,

hipotensi, frekwensi nafas cepat, letargi, oliguria, kulit dan membrane mukosa kering, turgor

kulit tidak elastis, kehilangan berat badan yang cepat.

Penyebab :

Kehilangan cairan dari system gastrointestinal, seperti diare, muntah atau drainase.

Kehilangan plasma atau darah utuh, seperti pada luka bakar atu perdarahan.

Keringat berlebihan

Demam

Hasil pemeriksaan laboratorium berat jenis urin >1,025, peningkatan semu

hematokrit >50%, peningkatan semu nitrogen urea darah (BUN) >25mg/100ml.

Penyebab :

Penurunan asupan cairan peroral

Penggunaan obat-obatan diuretik

Kelebihan volume cairan

Tanda dan gejala pemeriksaan fisik : denyut nadi kuat, pernapasan cepat,

hipertensi, distensi vena leher, peningkatan tekanan vena, suara krakles di paru-paru,

peningkatan berat badan yang cepat.

Penyebab :

Gagal jantung kongestif

Gagal injal

Sirosis

Paningkatan kadar aldosteron dan steroid di dalam serum

Hasil pemeriksaan laboratorium penurunan semu BUN <10mg/100ml.

Penyebab :

Asupan natrium berlebihan


Sidrom ruang-ketida terjadi jika cairan terperangkap di dalam suatu ruangan dan

cairan di ruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan cairan ekstrasel. Klien yang

menderita sindrom ruang-ketiga akan mengalami efek kekurangan volume cairan ekstrasel.

Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah kedalam suatu ruangan tubuh sehingga

cairan tersebut terperangkap di dalamnya. Akibat murni yang terjadi adalah kekurangan

volume cairan di dalam ekstrasel. Obstruksi usus yang kecil atau luka bakar dapat

menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5 sampai 10 liter keluar dari ruang ekstrasel.

Penyebab beserta tanda dan gejala sindrom ruang ketiga meliputi

Tada dan gejala pemeriksaan fisik : hipotensi, peningkatan lingkar perut (yang

disertai obstruksi usus halus, asites).

Penyebab :

Hipertensi portal

Obstruksi usus halus

Peritonitis

Hasil pemeriksaan laboratorium natrium serum menurun <135mEq/L dan

albumin menurun <3,5g/100ml (hilang dalam cairan yang terperangkap).

Penyebab :

Luka bakar

ar

Ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga

konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi. Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi)

terjadi jika ada kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolit yang proporsional,

terutama natrium,atau jika terdapat peningkatan substansi yang diperoleh melalui osmosis

aktif. Hal ini menyebabkan kadar natrium serum dan osmolalitas (konsentrasi) serta

dehidrasi intrasel meningkat.

Faktor-faktor resiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu

kecukupan asupan oral. Klien lansia yang rapuh dan lemah karena terjadi penurunan yang
pasti pada cairan intrasel, penurunan kemampuan konsentrasi di ginjal, penurunan respon

terhadap rasa haus, dan peningkatan proporsi lemak dalam tubuh (Horne et al, 1991).

Penyebab beserta tanda dan gejala gangguan ketidakseimbangan osmolar meliputi :

Ketidakseimbangan hiperosmolar :

Tanda dan gejala pemeriksaan fisik : penurunan berat badan, membrane mukosa

menjadi kering dan lengket, rasa haus, suhu tubuh meningkat, iritabilitas, konvulsi tarikan

atau ketegangan otot yang dapat menyebabkan kejang pada bagian tubuh), koma.

Penyebab :

Diabetes insipidus

Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis

Ketoasidosis diabetik

Pemberian cairan hipertonik

Diuresis hipertonik

Hasil pemeriksaan laboratorium natrium serum meningkat >145 mEq/L dan

osmolalitas serum meningkat >295mOsm/kg.

Penyebab :

Pemberian cairan hipertonik

Diuresis osmotic

Ketidakseimbangan hipoosmolar

Tanda dan gejala pemeriksaan fisik : tingkat kesadaran menurun, konvulsi, koma.

Penyebab : SIADH

Pemeriksaan laboratorium kadar serum menurun <136mEq/L dan osmolalitas

serum menurun <280 mOsm/kg

Penyebab : asupan air berlebihan


Ketidakseimbangan elektrolit meliputi :

Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135-145 mEq/L.

Hiponatremia

Hiponatremia adalah suatu kondisi dimana nilai konsentrasi natrium di dalam darah

lebih rendah dari normal yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau

kelebihan total air. Hiponatremia menyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan

ekstrasel (Long et al, 1993).

Ketika trjadi kehilangan natrium, tubuh mula-mula beradaptasi dengan menurunkan

ekskresi air untuk mempertahankan osmolalitas serum tetap berada dalam kadar yang

mendekati normal. Apabila kehilangan natrium berlanjut, tubuh akan berupaya

mempertahankan volume darah. Akibatnya, proporsi natrium di dalam cairan ekstrasel

berkurang. Kehilangan natrium dapat menyebabkan kolaps pada pembuluh darah dan syok.

Hiponatremia berat pada kadar natrium serum 120 mEq/L dapat menyebabkan

perubahan neurologist dan pada kadar natrium serum 110 mEq/L akan menyebabkan

perubahan neurologist yang tidak dapat pulih kembali bahkan dapat menyebabkan

kematian.

Penyebab beserta tanda dan gejala hiponatremia meliputi :

Penyebab penyakit ginjal, insufisiensi adrenal, kehilangan melalui gastrointestinal,

pengeluaran keringat meningkat, penggunaan diuretic (terutama yang disertai dengan diet

rendah natrium), gangguan pompa natrium-kalium disertai oenurunan kalium sel dan

natrium serum, asidosis metabolic

Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : denyut nadi cepat namun lemah, hipotensi,

pusing, ketakutan dan kecemasan, kram abdomen, mual dan muntah, diare, koma dan

konvulsi, sidik jari meninggalkan bekas pada sternum setelah palpasi, koma, kulit lembab

dan dingin, perubahan kepribadian.


Hasil pemeriksaan laboratorium : natrium serum <135 mEq/L, osmolalitas serum

<280 mOsm/kg, dan berat jenis urine <1,010

Penanganan pada pasien dengan hiponatremia : terapi tergantung kepada manifestasi

klinis dan kecepatan terjadinya hiponatremia, jika terlihat manifestasi serebral dan

hiponatremia terjadi dengan cepat maka diberikan terapi NaCl-3% 50-70 m mol/jam,

untuk meningkatkan kadar Natrium 3 m mol/jam sampai target 130 m mol. Setelah

mencapai kadar 130 m mol diberikan koreksi lambat untuk mencegah demielinsasi.

Hipernatremia

Hipernatremia adalah kondisi dimana nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari

konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan

yang ekstrim atau kelebihan natrium total. Apabila penyebab hipernatremia adalah

peningkatan sekresi aldosteron , maka natrium dipertahankan dan kalium diekskresi. Ketika

terjadi hipernatriema, tubuh berupaya mempertahankan air sebanyak mungkin melalui

rebsorpsi air di ginjal. Tekanan osmotic interstisial meningkat dan cairan berpindah dari sel

ke dalam cairan ekstrasel sehingga menyebabkan sel-sel menyusut dan menggangu sebagian

besar proses fisiologis seluler.

Penyebab serta tanda dan gejala hipernatriema :

Penyebab mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, pamberian larutan

salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic, sekresi aldosteron yang berlebihan

Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : demam tingkat rendah, lidah dan membrane

mukosa kering, agitasi, konvulsi, gelisah, oliguria atau anuria, rasa haus, kulit kering dan

kemerahan

Hasil pemeriksaan laboratorium : natrium serum >1,5 mEq/L, osmolalitas serum

>295 mOsm/kg, dan berat jenis urine >1,030 (jika kehilangan air bukan disebabkan oleh

disfungsi ginjal)
Penanganan hipernatremia adalah dengan pemberian cairan sampai defisit cairan

tergantikan. Cairan yang diberikan adalah dextrose-5% atau NaCl-0,45%, tidak diberikan

H2O karena dapat menyebabkan:

Nilai laboratorium normal untuk kalium adalah 3,5-5,0 mEq/L.

Hipokalema

Kipokalemia merupakan suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkilasi di

dalam cairan ekstrasel tidak adekuat. Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi

kondisi jantung dengan menyebabkan ketidakteraturan yang berbahaya bagi jantung.

Karena rentang normal kalium terlalu pendek, maka toleransi terhadap terjadinya fruktuasi

dalam kadar kalium serum juga kecil. Pnyebab yang paling umum adalah penggunaan

diuretik yang membuang kalium.

Penyebab serta tanda dan gejala hipokalemia :

Penyebab penggunaan diuritik yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau

kehilangan cairan lain melalui saluran gastrointestinal, alkalosis, sindrom Chusingatu tumor

yang dapat memproduksi hormone adrenal, poliuria, pengeluaran keringat yang berlebihan,

penggunaan cairan IV bebas kalium secara berlebihan

Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : denyut nadi lemah dan tidak teratur,

permafasan dangkal, hipotensi, kelemahan, bising usus menurun, keletihan, tonus otot

menurun, distensi usus

Hasil pemeriksaan laboratorium : kalium serum <3 mEq/L menyebabkan depresi

gelombang ST, gelombang T datar, gelombang U lebih tinggi pada pemeriksaan EKG, kadar

kalium serum 2 mEq/L menyebabkan komleks QRS melebar, depresi ST, inverse gelombang

T (Raimer, 1994)

Penanganan pasien dengan hipokalemia adalah dengan terapi dengan KCl oral

maupun melalui intra-vena, pemberian KCl intra-vena tidak melebihi 40 m mol/L.

Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan kondisi lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai normal

kalium di dalam darah. Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal, adanya

penurunan fungsi ginjal akan mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal (Weldy, 1992).

Penyebab serta tanda dan gejala kiperkalemia :

Penyebab Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan seluler yang parah seperti

akibat luka bakar dan trauma, pemberian kalium melalui IV dalam jumlah besar secara

latrogenik, insufisiensi adrenal, asidosis, infuse darah yang berlangsung cepat, penggunaan

diuretic yang mempertahankan kalium

Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : denyut nadi tidak teratir dan lambat,

hipotensi, kesemasan/ansietas, iritabilitas, parestesia, kelemahan

Hasil pemeriksaan laboratorium : kalium serum >5,3 mEq/L

Penanganan Hiperkalemi Terapy meliputi penyebab dan hemodialisis. Managemen

hiperkalemia yang mengancam jiwa antara lain :

IV : dextrose 50 gr dengan 20 unit insulin

IV : kalsium klorida 10% 5-10 ml

IV : sodium bikarbonat 50-10ml

Nilai laboratorium normal untuk kalsium serum adalah 4-5 mEqlL.

Hipokalsemia

Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan

kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan beberapa penyakit, beberapa diantaranya

dapat mempengaruhi kelenjar tyroid dan paratiroid. Tanda dan gejala hipokalsemia

berhibungan secara langsung dengan peran fisiologis kalsium serum pada fungsi

neuromuskuler.

Penyebab serta tanda dan gejala hipokalsemia :

Penyebab pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,

hipoparatiroidisme, devisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik, pankrealitis


Tanda dan gejala Hasil pemeriksaan fisik : kesemutan pada daerah jari-jari dan

daerah sekeliling mulut, refleksi hiperaktif, kram otot, fraktur patologi disertai hipokalsemia

kronik

Temuan laboratorium : kalsium serum <4,3 mEq/L dan perubahan EKG

Hiperkalsemia

Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan

peningkatan kalsium yang terionisasi. Seringkali hiperkalsemia merupakan suatu gejala dari

penyakit pokok yang menyebabkan resorpsi tulang berlebihan disertai pelepasan kalsium.

Penyebab serta tanda dan gejala hiperkalsemia :

Penyebab Hiperparatiroidisme, metastase tumor tulang, penyakit Pagel, osteoporosis,

imibilisasi yang lama

Tanda dan gejala Hasil pemeriksaan fisik : penurunan tonus otot, anoreksia,

mual dan muntah, kelemahan, latergi, nyeri pada punggung bagian bawah akibat batu ginjal,

penurunan level kesadaran, henti jantung

Hasil pemeriksaan laboratorium : kalsium serum >5 mEq/L, sinar X menunjukkan

adanya osteoporosis yang menyeluruh, kavitasi tulang yang menyebar, batu saluran kemih

radioopak (terlihat warna putih pada rongen), peningkatan keratin >1.5 mg/100ml karena

kekurangan cairan atau kerusakan renal akibat urolitiasi

Nilai laboratorium normal untuk magnesium serum adalah 1,5-2,5 mEq/L.

Hipomagnesemia

Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5

mEq/L. Magnesium bekerja secaralangsung pada sambungan neuromuskuler. Penurunan

konsentrasi magnesium serum meningkatkan iritabilitas neuromouskuler.

Penyebab serta tanda dan gejala hipomagnesemia :

Penyebab Asupan yang tidak adekuat (malnutrisi dan alkoholisme), absorpsi yang

tidak adekuat (diare, muntah, drainase nasogastrik, fistula, diet kalsium yang berlebihan,
penyakit usus kecil), hipoparatiroidisme, kehilangan magnesium yang berlebihan akibat

penggunaan diuretic tiazid, kelebihan aldosteron, poliuria

Tanda dan gejala hasil pemeriksaan fisik : tremor otot, refleks tendon dalam

yang hiparaktif, kebingungan, disorientasi, takikardi

Hasil pemeriksaan laboratorium magnesium serum >1,5 mEq/L

Hipermagnesemia

Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai di

atas 2,5 mEq/L. Hpermagnesemia dapat menurunkan eksitabilitas sel-sel otonom.

Penyebab serta tanda dan gejala hipermagnesiema :

Penyebab Gagal ginjal, pemberian magnesium parenteral yang berlebihan

Tanda dan gejala Hasil pemeriksaan fisik : refleks tendon dalam hipoaktif,

pernafasan dan frekuensi denyut jantung dangkal dan lambat, hipotensi, kemerahan

Pemeriksaan laboratorium : magnesium serum >2,5mEq/L

Nilai laboratorium normal untuk klorida serum adalah 100-106 mEq/L.

Hpokloremia

Hipokkloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai di bawah 100mEq/L.

muntah atau drainase nasogastrik atau drainase fistula yang berlebihan dan lama dapat

menyebabkan hipokloremia. Bayi baru lahir yang mengalami diare dapat terjadi

kipokloremia dengan cepat. Beberapa obat-obatan diuretic juga dapat menyebabkan

peningkatan ekskresi klorida. Ketika kadar klorida serum menurun, tubuh beradaptasi

dengan meningkatkan reabsorpsi ion bikarbonat sehingga mempengaruhi keseimbangan

asam-basa.

Hperkloremia
Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai di atas 106 mEq/L,

menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum. Hipokloremia dan hiperkloremia jarang

terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang tunggal, tetapi umumnya berhubungan

dengan ketidakseimbangan asam-basa. Tidak ada satu rangkaian gejala yang berhubungan

dengan perubahan ini

a. Timbang berat badan pasien setiap hari

b. Observasi volume haluaran urine yang berhubungan dengan asupan dan berat jenis

c. Pelpasi turgor kulit

d. Tanyakan jika klien merasa haus atau lemah

e. Inspeksi membrane mukosa untuk melihat derajat kelembabannya

f. Observasi adanya kehilangan cairan yang tidak normal

g. Observasi orientasi klien terhadap orang lain, tempat, dan waktu

h. Observasi frekueasi dan perilaku yang dilakukan dengan sengaja

i. Pantau PaCO2

j. Obserfasi jumlah dan karakter sputum

an

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan gastrointestinal melalui

muntah.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-alveolar

akibat banyaknya sekresi paru nerwarna krem yang kental.


tan

a. Dorong dan ukur dengan jumlah kecil asupan cairan yang mengandung elektrolit.

b. Anjurkan klien tidak meminum air murni.

c. Beri antiemitik parenteral per program dokter.

d. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan stimulasi yang dapat merangsang muntah

(misalkan : minimalkan aroma tak sedap).

e. Perbanyak tirah baring.

f. Ukur jumlah muntah.

g. Ukur jumlah haluan cairan dan banyaknya diuresis.

h. Implementasikan program yang telah ditetapkan oleh dokter untuk memberikan cairan

parenteral yang mengandung elektrilit jika klien muntah dalam jangka waktu lama.

i. Ukur asupan cairan.

4. Keseimbangan asam basa

KESEIMBANGAN ASAM BASA TUBUH

Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh

Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45)

Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH

darah >7,45

Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh

Sistem Buffer Tubuh


Sistem buffer ECF asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)

Sistem buffer ICF fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)

Sistem buffer ICF eritrosit oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb)

Sistem buffer ICF dan ECF protein (Pr- dan HPr)

Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru

dan ginjal

Persamaan Handerson Hasselbach:

20 [HCO3-]

pH = 6,1 + log ---------------------

1PaCO2

[HCO3-] faktor metabolik, dikendalikan ginjal

PaCO2 faktor respiratorik, dikendalikan paru

pH 6,1 efek buffer dari asam karbonat-bikarbonat

Selama perbandingan [HCO3-] : PaCO2 = 20 : 1 pH darah selalu = 6,1 + 1,3 = 7,4

Gangguan Asam Basa darah

Asidosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

Alkalosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2

Asidosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]

Alkalosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]

Asidosis Metabolik

Ciri: [HCO3-] <22mEq/L dan pH <7,35 kompensasi dengan hiperventilasi

PaCO2, kompensasi akhir ginjal ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4
Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat (henti

jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal ginjal mengekskresi beban asam

Hilangnya HCO3- basa diare

Gejala Asidosis Metabolik Tidak jelas dan asimptomatis Kardiovaskuler: disritmia,

penurunan kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan serebral Neurologis: letargi,

stupor, koma Pernafasan: hiperventilasi (Kussmal) Perubahan fungsi tulang:

osteodistrofi ginjal (dewasa) dan retardasi pada anak

Penatalaksanaan Asidosis Metabolik Tujuan: meningkatkan pH darah hingga ke

kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar NaHCO3 dapat

digunakan bila pH <7,2 atau [HCO3-] <15mEq/L

Risiko NaHCO3 yang berlebihan: penekanan pusat nafas, alkalosis respiratorik,

hipoksia jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia, kejang, tetani Alkalosis

Metabolik Ciri: [HCO3-] >26mEq/L dan pH >;7,45 kompensasi dengan

hipoventilasi PaCO2, kompensasi akhir oleh ginjal ekskresi [HCO3-] yang

berlebihan

Penyebab:

Hilangnya H+ (muntah, diuretik, perpindahan H+dari ECF ke ICF pada

hipokalemia)

Retensi [HCO3-] (asidosis metabolik pasca hiperkapnia)

Gejala Alkalosis Metabolik

Gejala dan tanda tidak spesifik

Kejang dan kelemahan otot akibat hipokalemia dan dehidrasi

Disritmia jantung, kelainan EKG hipokalemi

Parestesia, kejang otot hipokalsemia

Penatalaksanaan Alkalosis Metabolik


Tujuan: menghilangkan penyakit dasar

Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% (diberikan jika Cl- urine <10mEq/L)

menghilangkan rangsangan aldosteron ekskresi NaHCO3 Jika Cl- urine

>20mEq/L disebabkan aldosteron yang berlebihan tidak dapat diobati dengan

salin IV, tapi dengan diuretik

Asidosis Respiratorik

Ciri: PaCO2 >45mmHg dan pH <7,35 kompensasi ginjal retensi dan peningkatan

[HCO3-]

Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti

jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis),

gangguan pertukaran gas (COPD), obstruksi jalan nafas atas

Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia (dominan) asidosis

respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen progresif, koma asidosis

respiratorik kronis Vasodilatasi serebral meningkatkan ICV papiledema dan

pusing

Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif sesegera

mungkin pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit dasar PaO2 harus

ditingkatkan >60mmHg dan pH >7,2

Alkalosis Respiratorik

Ciri: penurunan PaCO2 <35mmHg dan peningkatan pH serum >7,45 kompensasi

ginjal meningkatkan ekskresi HCO3-

Penyebab: hiperventilasi (tersering psikogenik karena stress dan kecemasan),

hipoksemia (pneumonia, gagal jantung kongestif, hipermetabolik (demam), stroke,

stadium dini keracunan aspirin, septikemia

Gejala Alkalosis Respiratorik


Hiperventilasi (kadar gas, frekuensi nafas)

Menguap, mendesak, merasa sulit bernafas

Kecemasan: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak tangan dan kaki dingin dan

berkeringat

Parastesia, otot berkedut, tetani

Vasokontriksi serebal hipoksia cerebral kepala dingin dan sulit konsentrasi

Penatalaksanaan Alkalosis Respiratorik

Menghilangkan penyebab dasar

Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan kantong kertas yang dipegang erat

disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan serangan akut

Hiperventilasi mekanik diatasi dengan menurangi ventilasi dalam satu menit,

menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu singkat

Sistem Hormon Manusia


Hormon berasal dari bahasa homaein yang berarti memacu. Hormon dihasilkan oleh

kelenjar endokrin atau kelenjar buntu dan berfungsi untuk mengatur metabolism,

pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan tingkah laku. Hormone dibutuhkan pleh

tubuh dalam jumlah sedikit tetapi mempunyai pengaruh besar.

Pada hakekatnya hormone dan saraf memiliki persamaan tugas dalam pengaturan

kegiatan0kegiatan tubuh. Perbedaannya meliputi kecepatan kerjanya, banyaknya organ

tubuh yang dipengaruhi, kecepatan reaksi, dan sistem peredarannya. Perhatikan tabel

berikut ini

Tabel perbedaan antara sistem saraf dengan hormon

Sistem Saraf Sistem Hormon


Mengantarkan Mengantarkan

rangsangan dengan rangsangan dengan

cepat lembut
Mengantarkan Mengantarkan

rangsangan secara rangsangan secara

kurang teratur teratur


Rangsangan melalui Rangsangan melalui

serabut saraf darah


Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran

khusus sehingga juga disebut kelenjar buntu. Hormon dihasilkan oleh sel-sel kelenjar

endokrin bila ada rangsangan saraf yang sesuai. Hormon diproduksi dalam jumlah yang

sangat sedikit. Kemudian hormon diangkut oleh darah menuju ke sel, jaringan, atau organ

target. Pada organ target, hormon mempengaruhi aktivitas enzim khusus, sehingga dapat

mengatur berbagai aktivitas tubuh seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan

perkembangan. Kelenjar endokrin pada manusia meliputi kelenjar hipofisis, tiroid,

paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar kelamin, dan pankreas (kelenjar pulau-pulau

langerhans).

A. Kelenjar Hipofisis
Hipotalamus memainkan peranan penting dalam koordinasi sistem saraf dan hormone.

Misalnya, otak mengirimkan informasi sensoris mengenai perubahan musim dan

ketersediaan pasangan kawin ke hipotalamus melalui sinyal saraf. Kemudian, hipotalamus

akan memicu pembebasan hormone reproduksi yang diperlukan untuk perkawinan.

Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak, ukurannya sebesar biji ercis. Meskipun ukurannya

kecil, kelenjar hipofisis berperan penting dalam sistem koordinasi tubuh. Kelenjar hipofisis

mensekresikan berbagai macam hormon yang mengatur berbagai kegiatan dalam tubuh

(mastergland).

Hipotalamus menyekresikan dua buah hormone, yaitu hormon pembebas (releasing

hormone) yang memacu kelenjar hipofisis untuk menyekresikan hormon-hormonnya dan

hormon penghambat (inhibiting hormone) yang membuat kelenjar hipofisis berhenti

menyekresikan hormon. Setiap hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dikontrol

oleh paling tidak satu hormone pembebas dan penghambat yang dihasilkan oleh

hipotalamus.

Kelenjar hipofisis terdiri atas tiga lobus, yaitu lobus anterior, intermediate, dan posterior.

Ketiga lobus ini menghasilkan banyak hormon yang sangat penting bagi tubuh kita. Karena

itu, kelenjar hipofisis disebut juga master of gland. Hormon-hormon yang disekresikan oleh

hipofisis dan fungsinya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis


Hormon Fungsi
Lobus anterior
Memicu pertumbuhan dengan
Hormone
meningkatkan laju pembentukan
pertumbuhan
protein di dalam sel.
Laktotropik
Merangsang produksi air susu
hormone (LTH)
Thyroid stimulating Mengontrol sekresi hormone oleh

hormone (TSH) kelenjar tiroid


Adrenocorticotropic Mengontrol sekresi hormone oleh

hormone (ACTH) korteks adrenal


1. Pada wanita, merangsang

perkembangan folikel pada


Follicle stimulating
ovarium dan sekresi estrogen
hormone (FSH)
2. Pada pria, memicu testis

untuk menghasilkan sperma


1. Pada wanita, menstimulasi

ovulasi dan sekresi

Luiteinizing progesterone

hormone (LH) 2. Pada pria, menstimulasi sel

interstisial untuk

menghasilkan testosteron
Lobus

Intermediat
Melanosit

stimulating Mempengaruhi pigmentasi kulit

hormone (MSH)
Lobus posterior
Hormon antidiuretik Menurunkan volume urin dengan

(ADH) atau cara menyerap air dari ginjal dan

vasopresin meningkatkan tekanan darah


Memacu kontraksi uterus selama

Oksitosin proses melahirkan dan kelenjar susu

agar mengeluarkan air susu.


Hormone diperlukan dalam jumlah tertentu. Jika suatu hormon yang dihasilkan berkurang

atau berlebih akan membawa dampak-dampak yang tidak diinginkan. Jika pada masa anak-

anak, sekresi hormon pertumbuhan berlebih (hipersekresi) akan menyebabkan

pertumbuhan raksasa (gigantisme). Bila hipersekresi hormon pertumbuhan terjadi pada di

usia dewasa, dapat menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal di lengan, kaki, dan kepala.

Kondisi ini dikenal sebagai akromegali. Sebaliknya, bila kekurangan hormon pertumbuhan

pada masa kanak-kanak menyebabkan kekerdilan

B. Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid di leher bagian depan dan terdiri atas dua lobus. Kelenjar tiroid

menyekresikan hormon tiroksin dan kalsitonin. Fungsi dari kedua hormon ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelanjar tiroid

Hormon Fungsi
Mengatur metabolisme tubuh (memacu kecepatan

Tiroksin reaksi kimia dalam sel tubuh, sehingga meningkatkan

metabolisme tubuh)
Menurunkan kadar kalsium darah dengan cara

meningkatkan penimbunan kalsium pada tulang keras,


Kalsitonin
mengurangi pengambilan kalsium dalam usus, atau

mengurangi pengambilan kalsium dalam ginjal.


Dalam memproduksi tiroksin, kelenjar tiroid memerlukan iodium. Kekurangan iodium

dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar.

Hipotirioditisme (Kekurangan produksi hormon tiroksin menyebabkan penyakit kretinisme

(kerdil pada anak-anak) dan miksedema (pada orang dewasa). Miksedema ditandai dengan

laju metabolisme rendah, berat badan berlebihan, rambut rontok, dan bentuk tubuh menjadi

kasar. Kelebihan hormon tiroksin menyebabkan penyakit basedow, yang ditandai mudah

gugup, nadi dan napas cepat dengan tidak teratur, mulut menganga, dan mata lebar.

C. Kelenjar Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)

Kelenjar paratiroid terletak di dekat kelenjar tiroid dan menghasilkan hormon paratiroid

(parathormon). Parathormon berperan untuk meningkatkan pengeluaran fosfor oleh ginjal

dan meningkatkan penyerapan kalsium dari tulang.

D. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal berupa struktur kecil yang terletak di atas ginjal, sehingga disebut juga

kelenjar anak ginjal (suprarenalis). Kelenjar adrenal terdiri dari bagian luar dan bagian

dalam. Bagian luar (korteks) menghasilkan hormon kortison yang terdiri dari

mineralokortikoid dan glukokortikoid. Mineralokortikoid berfungsi untuk membantu

metabolisme garam natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon kelamin.

Glukokortikoid berfungsi membantu metabolism karbohidrat. Kekurangan hormon kortison

menyebabkan penyakit adison yang ditandai dengan kelelahan, nafsu makan berkurang,

mual, dan muntah-muntah.

Bagian dalam (medula) menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin). Hormon adrenalin

memengaruhi peningkatan denyut jantung, kecepatan pernapasan, dan meningkatkan

tekanan darah (menyempitkan pembuluh darah). Adrenalin bersama insulin berpengaruh

terhadap perubahan glikogen (gula dalam otot) menjadi glukosa (gula dalam darah).

E. Kelenjar Pulau-Pulau Langerhans


Kelenjar pulau-pulau langerhans merupakan sekelompok sel yang terletak di dalam kelenjar

pankreas. Hormon yang dihasilkan adalah insulin dan glukagon. Hormon insulin dan

glukagon bekerja sama untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glukosa

dalam darah tinggi, insulin disekresikan sehingga glukosa diubah menjadi glikogen.

Sebaliknya, jika kadar glukosa dalam darah menurun, glukagon disekresikan yang akan

mengubah glikogen menjadi glukosa. Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan

penyakit diabetes melitus (kencing manis) yang ditandai dengan meningkatnya kadar

glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dikeluarkan bersama urin. Tanda-tanda

diabetes melitus yaitu sering mengeluarkan urin dalam jumlah banyak, sering merasa haus

dan lapar, serta badan terasa lemas.

F. Kelenjar Kelamin

Kelenjar kelamin terdiri atas testis sebagai kelenjar kelamin jantan (pria) dan ovarium

sebagai kelenjar kelamin betina (wanita). Jadi testis dan ovarium mempunyai kegiatan

endokrin selain fungsi utamanya untuk memproduksi selsel kelamin.

1) Ovarium, menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sekresinya diatur oleh


hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis. Estrogen berfungsi untuk menimbulkan dan

mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan

pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus. Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan

dinding uterus agar dapat menerima ovum yang sudah dibuahi.

2) Testis, menghasilkan hormon testosteron yang berfungsi merangsang pematangan

sperma (spermatogenesis) dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria,

misalnya pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi

hormon tersebut juga dirangsang oleh hormon yang dihasilkan oleh hipofisis
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut.

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-pertikel yang bermuatan listrik yang

disebut dengan ion jika berada dalam larutan.

Komponen cairan tubuh terdiri dari air dan zat terlarut.

Kompartemen cairan tubuh terdiri dari cairan intra seluler (CIS) dan cairan ekstraseluler

(CES).

Gangguan keseimbangan cairan yaitu ketidak seimbangan isotonik, sindrom ruang ketiga,

ketidakseimbangan osmolar.

Gangguan elektrolit yaitu ketidakseimbangan natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan

klorida.

B. Saran

Pasien yuang mengalami gangguan cairan dan elektrolit sebaiknya segera ditangani

karena sebagian besar dalam tubuh manusia terdiri dari cairan dan elektrolit dan apabila

tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian


DAFTAR PUSTAKA

Horne, Mima M . 2001 . Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa . Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C . 1987 . Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit . Jakarta : EGC

Potter, P.A & Perry. A.G . 2005 . Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktek,
volume 2 . Jakarta : EGC

Price, Sylvia A . 2006 . Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit . Jakarta : EGC

Rahmah, Azizatur . 2008 . Pentingnya air bagi kehidupan . diambil dalam


http://siar.endonesa.net/blog/pentingnya-air-bagi-kehidupan.htm, diakses pada tanggal
17 November 2008

Stevens, P.J.M, dkk . 1999 . Ilmu keperawatan, jilid I, edisi 2 . Jakarta : EGC

Watson, Roger . 2002 . Anatomi dan fisiologi untuk perawat . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai