Thalasemia Blok 24 Sella
Thalasemia Blok 24 Sella
Chatrine Wijanarko
102012158
F6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
Pendahuluan
Anamnesis
Gejala awal thalassemia nampak seperti anemia yaitu biasanya pucat pada anak. Banyak
gejala tersembunyi diantaranya lelah, menurunya toleransi aktivitas fisik dan sesak napas.
Yang perlu ditanyakan pada pasien antara lain:2
1. Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas, nyeri dada, atau tanpa
gejala?
2. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap?
3. Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia?
4. Tanyakan kecukupan gizi dari dietnya, misal kandungan Fe. Adakah gejala yang konsisten
dengan malabsorpsi? Adakah tanda-tanda kehilangan darah dari saluran cerna (tinja gelap,
darah oer rektal, muntah butiran kpoi)?
5. Adakah sumber kehilangan darah yang lain?
1
Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyelidikan Fungsional
1. Adakah riwayat penyakit kronis (misalnya infeksi, rheumatoid artritis atau gejala
keganasan)?
2. Adakah tanda-tanda kegagalan sum-sum tulang (memar, perdarahan dan infeksi yang tak
lazim atau rekuren)?
3. Adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolysis (misalnya icterus, katup buatan yang
diketahui bocor)?
4. Adakah riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan penunjang seperti endoskopi
gastrointestinal?
5. Adakah disfagia (akibat lesi esophagus yang menyebabkan anemia atau selaput pada
esophagus akibat anemia defisiensi Fe)?
Riwayat Keluarga
1. Adakah riwayat anemia dalam keluarga? Khususnya pertimbangkan penyakit sel sabit,
thalassemaia dan anemia hemolitik yang diturunkan.
2. Dapat juga ditanyakan riwayat transfusi jangka panjang dalam keluarga.
Bepergian
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus kelainan darah tidaklah banyak, karena untuk
mendiagnosa suatu kelainan darah dibutuhkan kelengkapan dan kecocokan antara gejala
klinis yang muncul dengan hasil temuan pemeriksaaan laboratorium penunjang. Namun jika
pemeriksaan dan anamnesis dilakukan dengan baik maka hanya dibutuhkan beberapa
pemeriksaan untuk menegakan diagnosis. Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan:
Pemeriksaan keadaan umum (KU) & TTV
Pemeriksaan KU pasien ialah melihat kondisi pasien langsung ketika datang ke
klinik atau rumah sakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kesadaran dan keaktifan
pasien. Kemudian pada pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital), yang perlu diperiksa
ialah tensi, laju nafas, frekuensi nadi, dan suhu tubuh. Kedua pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan bagi seluruh pasien.
Inspeksi terhadap warna kulit wajah dan sklera
2
Inspeksi dilakukan dengan memperhatikan wajah & sclera, karena pada pasien
yang memiliki kelainan darah biasanya akan tampak anemis atau ikterik. Bila pasien
dalam keadaan anemia maka akan muncul gambaran wajah pucat dengan sclera
anemis. Namun bila pasien tersebut mengalami gangguan metabolic misalnya
hepatitis maka sclera & kulit akan tampak ikterik.
Palpasi region abdomen
Palpasi pada region abdomen bertujuan untuk memeriksa ada atau tidaknya
hepatomegali, splenomegali, dan cirrochis karena yang biasanya muncul dalam kasus
pasien kelainan darah ialah munculnya anomaly pada kedua organ ini. Hal ini
dikarenakan kedua organ ini masing-masing memegang peran dalam proses
pembentukan serta perombakan SDM. Pemeriksaan hepar dilakukan pada garis axilla
anterior kanan dan midclavicula kanan dimulai dari daerah SIAS, yang dinilai ialah
ukuran teraba/tidak, konsistensi lunak/keras, permukaan rata/berbenjol, dan
ada/tidaknya nyeri saat palpasi. Sedangkan pemeriksaan limpa dilakukan menurut
pembagian garis Schuffner yang dimulai dari arcus costae kiri melewati umbilicus
hingga ke SIAS kanan. Hal yang diperhatikan sama dengan pemeriksaan hepar.
Memang pada kasus-kasus kelainan darah, pemeriksaan fisik kurang bermakna, karena itu
dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium.3
Pemeriksaan penunjang
Screening test
Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, indeks
eritrosit (MCV, MCH dan MCHC) dan hapusan darah tepi.
Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan
lanjut endapan darah.
Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi mengenai keadaan sistem hematopoesis.
Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia.
3
Pemeriksaan sumsum tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia
megaloblastik, serta pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi sistem eritoid.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada:
- Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC (total iron binding capacity), saturasi
transferin, feritin serum.
- Anemia megaaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supersi deoksiuridin dan
tes Schiling.
- Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesisi hemoglobin dan lain-
lain
- Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang
- Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti misalnya pemeriksaan
faal hati, faal ginjal atau faal tiroid.
Dari hasil pemeriksaan tersebut kita dapa mengarahkan diagnosis ke arah talassemia bila
ditemukan beberapa keadaan dibawah ini:
Hb rendah (3-10 mg/dL)
Anemia mikrositik hipokrom,
Hitung retikulosit meningkat
Aniso-polikilositosis
Banyak sel eritroid muda pada darah tepi
Elektroforesa Hb
Pemeriksaan elektroforesis Hb dengan buffer alkalis namun pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan setelah usia diatas 2 tahun, atau setidaknya setelah 6 bulan karena tingginya kadar
HbF dapat mengganggu hasil elektroforesa.
Rontgen tulang
Pada keadaan thalassemia tertentu dapat ditemukan kelainan skeletal dengan rontgen tulang
dapat kita temukan adanya peluasan sumsum tulang diikuti dengan penipisan korteks tulang.
4
Pada pemeriksaan morfologi eritrosit ditemukan mikrositik dan hipokrom, kecuali pada
fenotip pembawa sifat tersembunyi. Pada talassemia heterozigot dan HbH disease,
eritroist mikrositik dengan poikilositosis ringan sampai dengan menengah. Pada talassemia
0 heterozigot terdapat mikrositik dan hipokrom ringan, tetapi kurang poikilositosis.
Eritrosit thalassemia yang mikrositik hipokrom memiliki fragilitas osmotic yang menurun.
hal ini digunakan sebagai dasar variasi one-tube tes fragilitas osmotic sebagai uji tapis
pembawa sifat thalassemia pada populasi di mana thalassemia sering dijumpai. Namun, tes
ini tidak dapat membedakan dengan anemia defisiensi besi, karena pada anemia defisiensi
besi ditemukan fragilitas osmotic yang juga menurunn.
Pada thalassemia minor (trait), HbH disease dan thalassemia pembawa sifat
tersembunyi (silent) tes pewarnaan brilliant cresyl blue untuk HbH inclusions dapat
digunakan untuk merangsang presipitasi HbH yang secara intrisik tidak stabil. HbH
inclusions (rantai globin yang terdenaturasi) mempunyai ciri khas berupa materi yang
kecil, multiple, berbentuk ireguler, bewarna biru kehijauan, yang mirip golf atau buah
raspberry. Materi ini tersebar merata dalam eritrosit. Pada HbH disease hampir seluruh
eritrosit mengandung inclusions, sedangkan pada thalassemia minor hanya sedikit
eritrosit yang mengandung inclusions, sementara itu pada thalassemia pembawa sifat
tersembunyi inclusions ini jarang ditemukan. Inclusions ini berbeda dengan Heinz bodies,
dimana materi ini menunjukkan ukuran yang lebih besar, jumlahnya sedikit, dan sering
letaknya ekstrensik di sepanjang membran eritrosit. Bila tidak ditemukan HbH inclusions
tidak berarti menghilangkan kemungkinan diagnosis thalassemia minor atau pembawa
5
sifat tersembunyi.
Elektroforesi dengan selulosa asetat pada pH basa penting untuk menapis diagnosis
hemoglobin H Barts Constant Springs, Lepore, dan variasi lainnya. HbH dan Barts cepat
bergerak pada selulosa asetat pada pH basanya tetapi pada pH asama hanya merupakan
hemoglobin yang bermigrasi anodally. Peningkatan HbA2 peningkatan dengan elektroforesis
hemoglobin dapat dilakukan pada uji tapis mikrohematografi. Nilai HbA 2. Peningkatan HbF
yang ditemukan pada thalassemia-. HPFH dan varian thalassemia- lainnya dapat dideteksi
juga dengan elektroforesis.
Prosedur khusus lainhya seperti tes rantai globin dan analisis DNA dikerjakan untuk
mengidentifikasikan genotip spesifik. Uji ini dapat dilakukan untuk tujuan penelitian
carrier, untuk mengidentifikasikan gen pembawa sifat gen yang banyak. Harus ditemukan
apakah keuntungan uji lengkap ini melebihi biayanya.2,4,5
Working diagnosis
Talasemia1,2,3,5
Talasemia adalah kelompok anemia hipokromik herediter yang disebabkan tidak adanya
sintesis satu atau lebih rantai polipeptida globin yang bergabung membentuk hemoglobin.
Sindrom -talesemia biasanya disebabkan oleh delesi satu gen globin atau lebih. -talesemia
depat juga kerena delesi gen, tetapi lebih lazim merupakan akibat kelainan pembacaan atau
pemoresesan DNA.
Anemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin atau
nilai hematokrit atau jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah.
WHO menetapkan kriteria anemia untuk keperluan penelitian lapangan pandang seperi yang
terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
6
Wanita dewasa < 12 g/dl
tidak hamil
Usia Hemoglobin
(g/dl)
5 tahun 14 < 12
tahun
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai thalassemia yang merupakan penyakit yang
diturunkan dan dibawa oleh kedua gen orang tua, maka perlu dibahas mengenai genotip dan
fenotip dari thalassemia.
Individu normal memiliki dua alel gen globin- , sehingga genotype thalassemia tipe dapat
muncul dalam bentuk heterozigot atau homozigot. Kedua bentuk genotype ini dapat
melahrikan berbagai bentuk fenotipe thalassemia-. Heterozigositas thalassemia- disebut
sebagai thalassemia- trait. Homozigositas atau heterozigositas ganda siebut thalassemia
mayor.
7
Tabel 3. Genotipe dan Fenotipe Thalassemia-
Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V : dasar-dasar talasemia
Heterozigot ganda:
Thal 2 0 berbeda atau 2
asse + berbeda
Atau 0 dan +
mia-
0
dan
thala
sse
mia- 8
+
Thalassemia-0, thalassemia-+, thalassemia homozigot dan heterozigot thalassemia-
0 ( zero thalassemia)
Thalassemia seperti ini dapat terjadi karena gen normal tidak dieskpresikan atau
bentuk lebih jarang terjadi karena delesi gen. pada thalassemia homozigot ( 0 0)
rantai-0 tidak diproduksi sama sekali dan hemoglobin A tidak dapat diproduksi
(hemoglobin A adalah hemoglobin yang terbentuk dari sepasang rantai globin dan
sepasang rantai globin )1.
Pada thalassemia- + ( plus thalassemia) ekspresi gen menurun namun
tidak menghilang sama sekali, dengan demikian HbA tetap diproduksi walaupun akan
menurun. Hingga saat ini banyak ditemukan mutasi dari + - thalassemia dengan berat
gangguan dalam sintesis rantai- yang bervariasi, hal ini juga mengakibatkan gejala
yang ditimbulkan juga bervariasi berat ringannya.2
Thalassemia- dengan genotip yang homozigot juga menunjukkan fenotip yang
bervariasi, dari yang ringan sampai yang sangat berat. Thalassemia- heterozigot
ganda dapat memiliki dua gen thalassemia- + atau thalassemia-0 yang berbeda atau
dapat pula kombinasi dari gen 0 atau gen +.2
Thalassemia- trait
Thalassemia- trait mempunyai genotip berupa heterozigot thalassemia-, sering
disebut juga sebagai thalassemia minor. Fenotip kelainan ini sering kali
asimptomatik.
Thalassemia mayor
Thalassemia mayor, dengan genotip homozigot atau heterozigot ganda thalassemia-
, menunjukkan fenotip klinis berupa kelainan yang sangat berat dan penderita
bergantung sepenuhnya pada transufi darah untuk memperpanjang usia.
Thalassemia intermedia
Thalassemia- intermedia menunjukkan fenotip klinis di antara thalassemia- mayor
dan thalassemia- minor. Penderita thalassemia- intermedia secara klinis dapat
asimptomatik namun disaat tertentu memerlukan transufi darah. Transufi darah pada
thalassemia intermedia tidak bertujuan untuk mempertahankan hidup. Thalassemia
intermedia merupakan kelompok kelainan yang heterogen dan mencakup:
- Homozigot dan heterozigot ganda thalassemia- minor, atau
- Heterozigot thalassemia- yang diperberat dengan faktor pemberat genetik
berupa triplikasi alfa baik dalam bentuk heterozigot maupun homozigot.
Thalassemia- dominan
Thalassemia- dominan dikaitkan dengan fenotip klinis yang abnormal dari bentuk
heterozigot.
9
Genotip dan Fenotip Thalassemia-
Thalassemia- u dikelompokkan kedalam empat bentuk genotip dengan fenotip yang berbeda
yang akan dijabarkan dibawah ini:
Thalassemia-2- trait (- / )
Ditemukan delesi satu rantai (-), yang didapatkan dari salah satu orang tuanya.
Sedangkan rantai lainnya yang lengkap (), diwarisi dari pasangan orang tuanya
dengan rantai- normal. Penderita kelainan ini merupakan pembawa fenotip yang
asimptomatik atau silent carrier state. Kelainan ini ditemukan pada 15-20% populasi
keturunan Afrika.
Thalassemia-1- trait (-/- atau /--)
Pada keadaan ini ditemukan delesi dua lokus. Delesi ini daoat berbentuk thalassemia-2a-
homozigot (-/-) atau thalassemia-1a- heterozigot (/ --). Fenotip thalassemia-1- trait
menyerupai fenotip thalassemia- minor.
Hemoglobin H disease (--/-)
Pada penderita ditemukan delesi tiga lokus, berbentuk heterozigot ganda untuk
thalassemia-2- dan thalassemia 1- (--/-). Fetus yang menderita keadaan ini dapat kita
temukan akumulasi beberapa rantai yang tidak berpasangan (unpaired chains).
Sedangkan pada orang dewasa yang menderita hemoglobin H akumulasi unpaired
chains lebih mudah larut dan akan membentuk tetramer 4, yang disebut HbH. HbH
membentuk sejumlah inklusi kecil di eritroblast, tetapi tidak ditemukan pada eritrosit
yang sudah matang dan beredar di darah tepi. Delesi tiga loki ini memberikan fenotip
yang lebih berat. Fenotipe HbH diseasemirip dengan anemia hemolitik sedang-berat,
namun disertai dengan inefektivitas eritropoeisis yang lebih ringan.
Hydrops Fetalis dengan Hb Barts (--/--)
Pada keadaan ini ditemukan delesi dari 4 loki. Pada keadaan embrional sama sekali tidak
diproduksi rantai globin . Keadaan ini kemudian akan mengakibatkan dibentuknya rantai
globin yang berlebihan dan membentuk tetramer globin 4, yang disebut Hb Barts.
Tetramer ini mempunyai afinitas terhadap oksigen yang sangat tinggi, hal ini
mengakibatkan oksigen tidak dapat mencapai jaringan fetus, sehingga terjadi asfiksia
jaringan, edema (hydrops fetalis), gagal jantung kongsetif dan meninggal dalam uterus.
Secara ringkas genotip dan fenotip dari berbagai mutasi gen pada thalassemia- akan
dipersingkat dalam bentuk tabel di bawah ini
10
Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V : dasar-
dasar talasemia
Thalassemia-1- trait:
Thalassemia-2a-
(-/ Men
homozigot
Thalassemia-1a- -) yerup
heterozigot ai
thala
ssemi
( /
a-
- -)
mino
r
11
Hydr (- - / Hydr
ops - -) ops
fetali fetali
s s
deng meni
an nggal
Hb in
Barts utero
Differential diagnosis
Per Anem
Anemia
ba Anemia
Talasem
ndi Defisi
Penyaki
ng ensi
t Kronis
an Besi
Mi
kro
+ sabit
siti
k
Hi
po
kro
m
Be
si turun/
N/turun N/naik
Ser
um
Tra turun/
nsf
erri
12
n
He
mo
turun/
sid
eri
n
Da
ya
Ika
Be
si
Ter
api
Be
si
Ele
ktr
Abnorm Abnorm
ofo
res
is
He
pat
osp
len Spleno
om megali
ega
li
13
stoma
da
titis,
lai kronis
n
pica
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada
akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, mudah lelah, pucat, sakit kepala, atau iritabel.
Pucat terlihat pada mukosa bibir, faring, telapak tangan, dasar kuku, dan konjungtiva. Papil
lidah atrofi, jantung agak membesar. Tidak ada pembesaran limpa dan hati, serta tidak
terdapat iastesis hemoragik.
Pada pemeriksaan lab, didapatkan kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, mikrositik
hipokrom, poikilositosis, sel target, serum iron (SI) menurun dan iron binding capacity (IBC)
meningkat.1,6
Etiologi
Kelainan sintesis yang terjadi, disebabkan oleh mutasi gen globin pada kromosom manusia,
terutama pada proses regulasi dan ekspresi gen. Gen terletak pada kromosom 16 dan gen
terletak pada kromosom 11.1,3,7
Epidemiologi
14
Gen talasemia sangat luas tersebar, dan kelainan in diyakini merupakan penyakit
genetik manusia yang paling prevalen. Insidennya sangat bervariasi sesuai kelompok etnik.
Ciri bawaan -talasemia paling banyak di Asia Tenggara, mengenai 2-7% nonatus kulit hitam
Amerika dan kurang lazim pada daerah Mediterania. Indiden gen -talasemia melebihi 5%
pada daerah tertentu di Italia, Yunani, Sardinia, Sisilia, India dan Asia tenggara dan sekitar
0,8% pada kulit hitam Amerika.
Daerah geografi dimana talasemia merupakan prevalen yang sangat paralel dengan daerah
dimana plasmodium falciparum dulunya merupakan endemik. Resistensi terhadap infeksi
malaria yang mematikan pada pembawa gen talasemia agaknya menggambarkan kekuatan
selektif yang kuat yang menolong ketahanan hidupnya pada daerah endemik penyakit ini.
Frekuensi gen thalassemia di Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, diperkirakan
lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia.8
Patofisiologi
Penyakit anemia pada thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah
berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoiesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel
eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder ialah karena defisiensi asam folat,
bertambahnya volume plasma intravascular yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi
erotrosit oleh system retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai
alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.
Manifestasi klinis
b. Gambaran laboratoris
15
Pada penderita talasemia- minor biasanya ditemukan anemia hemolitik ringan yang
tidak bergejala. Kadar hemoglobin terentang antara 10 13 g/dl dengan jumlah
eritrosit normal atau sedikit meningkat.
Darah tepi menunjukkan gambaran mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target dan
eliptosis, termasuk kemungkinan ditemukannya peningkatan eritrosit stippled.
Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid ringan sampai sedang dengan
eritropoiesis yang sedikit tidak efektif.
Umumnya kadar HbA2 tinggi (antara 3,5 8%). Kadar HbF biasanya terentang antara
1 -5%.1,3,5,8
16
sampai dengan anemia berat yang tidak dapat mentoleransi aktivitas berat dan fraktur
patologis.
Manifestasi besi berlebihan dijumpai, walaupun tidak mendapat transfusi darah.
Eritopoiesis nyata meningkat, namun tidak efektif, sehingga menyebabkan
peningkatan turnover besi dalam plasma, kemudian merangsang penyerapan besi dari
saluran cerna. Komplikasi jantung dan endokrin muncul 10 20 tahun kemudian
apabila tidak mendapat transfusi darah.
b. Gambaran laboratoris
Morfologi eritrosit menyerupai talasemia mayor. Kadar Hb 7 1- g/dl. Elektroforesis
Hb dapat menunjukkan peningkatan HbF dan HbA2.
Gambar 2. Karateristik wajah pada talasemia (Rodent Face or Chipmunk appearance)
Sumber : Orthodontic Characteristics of Thalassemia Patients
HbH disease
HbH disease disebabkan oleh keadaan yang mengakibatkan hanya ada satu gen yang
memproduksi rantai globin ( - - / - ) atau dapat juga disebabkan oleh kkombinasi gen 0
dengan Hb Constant Spring ( - - / CS).
17
Penderita HbH disease pada umumnya mengalami anemia hemolitik kronik yang ringan
sampai sedang. Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembesaran limpa dan
terdapat kelainan skeletal. Pemeriksaan laboraturium dapat ditemukan kadar Hb antara 7 10
g%, dan dapat ditemukan retikulosit 5 10%. Eritrosit menunjukkan mikrositik hipokromik
dengan poikilositosis yang nyata, termasuk sel target dan gambaran beraneka ragam. HbH
mudah teroksidasi dan in vivo secara perlahan ke bentuk Heinz-lika bodies dari hemoglobin
yang terdenaturasi. Inclusion bodies mengubah bentuk dan sifat viskoelastika dari eritrosit,
menyebabkan umur eritrosit menjadi lebih pendek. Dalam keadaan ini splenektomi sering
memberikan perbaikan.
Retradasi mental juga dapat terjadi bila lokus dekat cluster gen pada kromosom 16
bermutasi atau ko-delesi dengan cluster gen .
Suatu keadaan serius berupa krisis hemolitik dapat terjadi pada penderita yang mengalami
infeksi, hamil atau terpapar obat-obat oksidatif. Krisis hemolitik dapat menjadi penyebab
terdeteksinya kelainan HbH disease karna pada umumnya HbH disease sering bersifat
asimptomatik.
Hydrops Fetalis
Thalassemia homozigot ( - -/ - -) tidak dapat bertahan hidup karena sintesis rantai globin
tidak terjadi. Bayi lahir dengan hydrops fetalis, yakni bayi mengalami edema disebabkan
penumpukan cairan serosa dalam jaringan fetus akibat anemia berat.
Hemoglobin didominasi oleh Hb Barts ( 4), bersama dengan Hb Portland 5 2-%, dan
sedikit HbH. Hb Barts mempunyai afinitas oksigen yang tinggi, sehingga tidak dapat
membawa oksigen ke jaringan. Fetus dapat bertahan hidup karena adanya Hb Portland, tetapi
Hb henis ini tidak dapat mendukung tahap berikutnya pertumbuhan fetus, dan akhirnya fetus
meninggal karena anoksia berat.
Bayi dilahirkan prematur, bayi dapat hidup lalu meninggal beberapa saat kemudian.
Fetus menunjukkan anemia, edema, asites, hepatosplenomegali berat dan kardiomegali.
Rongga sumsum tulang bayi melebar dengan hyperplasia sel-sel eritoid. Hal ini menunjukkan
eritropoeisis ekstrameduler.
Kehamilan dengan hydrops fetalis berbahaya bagi si ibu, karena dapat menyebabkan
18
toksemia dan pendarahan berat pasca partus. Adanya hydrops fetalis ini dapat diketahui pada
pertengahan umur kehamilan dengan ultrasonografi. Terminasi awal perlu dilakukan untuk
menghindarkan kejadian berbahaya ini pada si ibu.7,9
Penatalaksanaan
Penanganan dari thalassemia sampai saat ini beluma ada yang dapat menyembuhkan
karena thalassemia terjadi karena adanya kelainan genetic, oleh sebab itu diperlukan terapi
gen untuk mengobati thalassemia yang sampai saat ini belum dapat dilakukan karena
tingginya variasi mutasi gen dalam thalassemia.
Penanganan Thalassemia
Penanganan Thalassemia
Untuk pasien dengan thalassemia mayor, ada dua bentuk terapi yang tersedia yaitu
transfusi darah dan menggunakan kelator besi yaitu deferoksamin, atau tranplantasi stem sel.
Tindakan tranfusi darah bertujuan untuk meningkatkan Hb 9 10 g/dL. \
Kelator besi deferoksamin saat ini hanya bisa diberikan melalui suntikan subkutan, dan masih
diteliti lebih lanjut untuk kemungkinan untuk penggunaan oral.
Tindakan splenektomi juga kadang-kadang diperlukan untuk mengurangni jumlah transfuse,
dan mencegah terjadi tumpukan besi / hemosiderin di limpa. Untuk penderita yang sudah
mengalami splenektomi perlu diberi vaksinasi untuk pneumokokus dan profilaksis
menggunakan penisilin.
Transplantasi dari sumsum tulang dan dari umbilical cord merupakan terapi yang penting
untuk anak-anak yang menderita thalassemia mayor, sebelum transplantasi harus melihat
kecocokkan HLA. Transplantasi sumsum tulang memberikan hasil yang baik dalam
thalassemia .1,9,10
Komplikasi
Kardiomiopati
Ekstramedullary hematopoiesis
Kolelithiasis
Splenomegaly
19
Hemokromatosis
Kejadian thrombosis (hiperkoagulasi, risiko aterogenesis, lesi iskemik cerebral
asimtomatis)
Ulkus maleolar
Deformitas dan kelainan tulang.1
Pencegahan
a. Edukasi
Edukasi masyarakat tentang penyakit thalassemia memegang peranan yang sangat penting
dalam program pencegahan. Masyarakat harus diberi pengetahuan tentang penyakit yang
bersifat genetik dan diturunkan, terutama tentang thalassemia dengan frekuensi kariernya
yang cukup tinggi di masyarakat. Pendidikan genetika harus diajarkan di sekolah,
demikian pula pengetahuan tentang gejala awal thalassemia. Media massa harus dapat
berperan lebih aktif dalam menyebarluaskan informasi tentang thalassemia, meliputi
gejala awal, cara penyakit diturunkan dan cara pencegahannya.2,11
b. Skrining Karier
Skrining massal dan konseling genetika telah berhasil di Italia, Yunani dan tempat yang
Skrining dapat dilakukan di sekolah, klinik dokter keluarga, klinik keluarga berencana,
klinik antenatal, saat pranikah, atau pada saat bayi baru lahir. Pada daerah dengan risiko
tinggi dapat dilakukan program skrining khusus pranikah atau sebelum memiliki anak.
20
dilakukan. Skrining silsilah genetik khususnya efektif pada daerah yang sering terjadi
perkawinan antar kerabat dekat. 2
Metode pemeriksaan thalassemia yang definitif dan akurat meliputi pemeriksaan kualitatif
HbA2, HbF, rasio sintesis rantai globin dan analisis DNA untuk mengetahui mutasi
spesifik. Namun, semua pemeriksaan ini mahal. Pasien thalassemia selalu mengalami
anemia hipokrom (MCH < 26 pg) dan mikrositik (MCV < 75 fl), karenanya kedua
kelainan ini tepat digunakan untuk pemeriksaan awal karier thalassemia.
c. Konseling genetika
Informasi dan konseling genetika harus tersedia ditempat skrining karier dilakukan.
Tenaga kesehatan tidak boleh memaksa orang untuk menjalani skrining dan harus mampu
menginformasikan pada peserta skirining bila mereka teridentifikasi karier dan
implikasinya. Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing individu atau
pasangan memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk mendapat informasi
akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal yang harus
diinformasikan berhubungan dengan kelainan genetik secara detil, prosedur obstetri yang
mungkin dijalani dan kemungkinan kesalahan diagnosis pranatal.
Informasi tertulis harus tersedia, dan catatan medis untuk pilihan konseling harus
tersimpan. Pemberian informasi pada pasangan ini sangat penting karena memiliki
implikasi moral dan psikologi ketika pasangan karier dihadapkan pada pilihan setelah
dilakukan diagnosis pranatal. Pilihan yang tersedia tidak mudah, dan mungkin tiap
pasangan memiliki pilihan yang berbeda-beda. Tanggung jawab utama seorang konselor
adalah memberikan informasi yang akurat dan komprehensif yang memungkinkan
pasangan karier menentukan pilihan yang paling mungkin mereka jalani sesuai kondisi
masing-masing. 2,11
d. Diagnosis Pranatal
21
Diagnosis pranatal meliputi skrining karier thalassemia saat kunjungan pranatal pada
wanita hamil, yang dilanjutkan dengan skrining karier pada suaminya bila wanita hamil
tersebut teridentifikasi karier.
Bila keduanya adalah karier, maka ditawarkan diagnosis pranatal pada janin serta
pengakhiran kehamilan bila ada risiko gen thalassemia homozigot. Saat ini, program ini
+ O
hanya ditujukan pada thalassemia dan yang tergantung transfusi dan sindroma Hb
Barts hydrops. Diagnosis pranatal dapat dilakukan antara usia 8-18 minggu kehamilan.
Metode yang digunakan adalah identifkasi gen abnormal pada analisis DNA janin.
Pengambilan sampel janin dilakukan melalui amniosentesis atau biopsi vili korialis (VCS/
villi chorealis sampling).
Biopsi vili korialis lebih disukai, karena bila dilakukan oleh tenaga ahli, pengambilan
sampel dapat dilakukan pada usia kehamilan yang lebih dini, yaitu pada usia gestasi 9
minggu. Namun WHO menganjurkan biopsi vili korialis pada usia gestasi 10- 12 minggu,
karena pada usia kurang dari 10 minggu ditemukan risiko malformasi janin. Seluruh
prosedur pengambilan sampel janin harus dilakukan oleh ahli fetomaternal dengan
panduan USG kualitas tinggi. Risiko terjadinya abortus pada biopsi villi korialis sekitar 1-
2% bila dilakukan oleh tenaga ahli. Sedangkan tindakan amniosentesis, yaitu mengambil
cairan amnion, umumnya efektif dilakukan pada usia kehamilan > 14 minggu. Hal ini
dikarenakan untuk menjaring sel-sel janin yang baru lepas dalam jumlah cukup ke dalam
cairan amnion. Teknik ini relatif lebih mudah, namun mempunyai kelemahan pada usia
kehamilan yang lebih besar.
Teknik lain yang juga sudah dikembangkan adalah isolasi darah janin (fetal nucleated red
blood cell) sebagai sumber DNA janin dari darah perifer ibu. DNA janin dianalisis dengan
metode polymerase chain reaction (PCR). Untuk mutasi thalassemia, analisis dilakukan
dengan Southern blot analysis, pemetaan gen (gene mapping), dan restriction fragmen
length polymorphism (RFLP) analysis. Seiring dengan munculnya trauma akibat terminasi
kehamilan pada ibu hamil dengan janin yang dicurigai mengidap thalassemia mayor, saat
ini sedang dikembangkan diagnosis pranatal untuk thalassemia sebelum terjadinya
implantasi janin dengan polar body analysis.2,11
Prognosis
22
Individu dengan thalassemia mayor memiliki prognosis tidak terlalu baik karena
pasien harus menjalani transfuse seumur hidup dan penggunaan obat kelator besi seumur
hidup yang tentu saja akan memberatkan baik di segi sosial atau segi ekonomi. Pasien
talasemia- mayor umumnya meninggal setelah usia 15 tahun.
Angka kesakitan dan angka kematian pada thalassemia mayor terjadi karena adanya iron
over loading dan anemia yang berat yang dapat mengakibatkan hipoksia jaringan yang berat
bila pasien tidak mengalami transfusi darah dang penggunaan obat kelator besi. Penumpukan
besi dijaringan (hemokromatosis) dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi
endocrine, gangguan fungsi hati, ginjal dan gangguan fungsi jantung.
Bayi dengan thalassemia mayor kebanyakan lahir mati atau lahir hidup dan meninggal
dalam beberapa jam.10
Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
24
11. Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pencegahan thalassemia. 2009; 4-19. Diunduh dari:
http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=281&Itemid=142, 17 April 2013
25