Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan Medis

1. Farmakologi
a. Beta Agonists
Beta agonists merupakan jenis obat yang diberikan paling awal yang
digunakan dalam pengobatan asma. Hal tersebut dikarenakan obat ini bekerja dengan
cara mendilatasikan otot polos. Agen adrenergik juga meningkatkan pergerakan silia,
menurunkan mediator kimia anafilaksis, dan dapat meningkatkan efek bronkolasi dari
kortikosteroid. Agen adrenergik yang sering digunakan antara lain, epinephrine,
albuterol, metaproteronol, isoproterenol, isoetharine, dan terbutaline. Biasanya
diberikan secara parenteral atau inhalasi. Cara inhalasi merupakan jalan pilihan utama
dikarenakan dapat mempengaruhi secara angsung dan mempunyai efek samping yang
lebih kecil.
b. Bronkodilator
Pada kasus penyakit asma, bronkodilator tidak digunakna secara oral tetapi
dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat
golongan simpatomimetik, maka sebaliknya diberikan Aminophilin secara parenteral.
Demikian sebaliknya , bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin secara
oral maka sebaiknya diberikan obat goongan simpatomimetik secara aerosol atau
parenteral.
Obat obat bronkodilator simpatomimetik berefek samping menimbulkan
takikardia sehingga penggunaan parenteral pada orang tua harus dilakukan dengan
hati hati. Obat jenis ini pun berbahaya pada pasien dengan penyakit hipertensi,
kardiovaskulerdan serebrovaskuler . pada orang dewasa , bronkodilator diberikan
bersama 0,3 ml larutan epinefrin 1: 1000 (perbandingan epinefrin dan zat pengencer ,
sehingga yang digunakan adalah epinefrin dengan pengenceran 10-3) secara subkutan.
Sedangkan pada anak anak diberikan bronkodilator sebanyak 0,01 mg/kg BB
subkutan (1 mg permil) dan dapat diulang tiap 30 menit sebanyak 2 3 kali atau
sesuai kebutuhan.
Obat obatan brobkodilator golongan simpatomimetik yang selektif terhadap
adrenoreseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, dan
Fenoterol).Selain itu , obat obatan tersebut mempunyai sifat yang lebih efektif
dengan masa kerja lebih lama dan efek samping lebih kecil daripada bentuk
nonselektif (Adrenalin,Efedrin,dan Isoprendlin).
Obat obatan bronkodilator yang diberikan dengan aerosol bekerja lebih cepat
dan efek samping sistemiknya lebih kecil. Campuran tersebut baik digunakan untuk
sesak napas berat pada anak anak dan dewasa. Untuk menggunakannya mula mula
diberikan sebanyak sedotan Metered Aerosol Defire (Afulpen Metered Aerosol). Jika
menunjukkan perbaikan, maka dapat diulang tiap empat jam dan jika tidak ada
perbaikan selama 10 15 menit segera berikan Aminophilin secara intervena.
Pemberian Aminophilin dengan perlahan disuntikkan secara intravena dalam durasi 5
10 menit. Efek samping yang timbul jika diberikan secara tidak perlahan adalah
menurunnya tekanan darah. Dosis awal yang diberikan sebesar 5-6 mg/kg BB untuk
orang dewasa dan anak anak. Sedangkan dosis penunjang yang diberikan adalah
sebesar 0,9 mg/kg BB/jam secara infus.
c. Kortikosteroid
Bila pemberian obat obatan bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan
maka pengobatan dilanjutkan dengan 200 mg hidrokortison secara oral atau dengan
dosis 3 4 mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dan dapat diulang 2 4 jam
secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 60
mg prednison atau dengan dosis 1 2 mg/kg BB/ hari secara oral dalam dosis terbagi,
kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
d. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen menggunakan kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2 4 liter/
menit yang dialirkan melalui air untuk memberikan kelembapan. Obat ekspektoran
seperti Gliserolguaiakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi. Oleh
karena itu, intake cairan per oral dan infus harus cukup dan sesuai dengan prinsip
rehidrasi. Antibiotik diberikan hanya bila ada infeksi.

2. Penatalaksanaan nonfarmakologis
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma
sehingga klien secara sadar menghindari faktor faktor pencetus, menggunakan obat
secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien petlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada
lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Dapat digunakna untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan
dengan postural drainage, perkusi, dan fibrasi dada.
d. Pijat pada bagian kaki. Kemudian , berdiri dengan kaki dilipat sampai berkeringat.
Setelah itu minum air hangat. Oleskan minyak kelapa pada bagian dada, perut,
punggung, dan sebagainya
Pencegahan

- Menghindari pemicu lingkungan atau alergen penting. Terutama menghindari asap


rokok.
- Jangan minum air es
- Jangan makan makanan yang bercita rasa pedas
- Hindari rangsangan yang bisa membuat berkeringat
- Hindari aktivitas yang merangsang pernapasan
- Berolahraga tapi tidak berlebihan
- Jangan mandi dengan air dingin
- Hindari kepulan debu/asap

Referensi

Sudarno, Paulus. 2009.Manajemen Terapi Motivasi.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Muttaqin,Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:

Salemba Medika

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah:Asuhan Keperawatan pada Pasien


dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai