Anda di halaman 1dari 8

Sakit Amandel

Bunda Samy mengantarkan bungsunya yang berusia 5 (lima) tahun karena sakit menelan disertai demam yang tinggi
dan suara serak sejak tiga hari yang lalu. Seminggu sebelumnya, Samy batuk pilek. Bunda samy sangat cemas,
apabila samy harus dioperasi tonsilektomy seperti kakaknya Lisa, yang sangat sering kambuh amandelnya sehingga
tubuhnya kurus, dan juga seperti dirinya yang pernah menjalani polipektomi, yang sering mengalami hidung
tersumbat. Lisa memang gemar jajan es di sekolah. Dari pemeriksaan dokter disampaikan bahwa amandelnya besar
dan kemerahan. Sebelumnya Samy belum pernah mempunyai keluhan yang seperti ini.
Keyword : tonsil, rino-laringo-faringitis, papil

Sakit menelan
Demam tinggi
Suara serak (tiga hari lalu)
Batuk pilek (seminggu sebelum)
Amandel (tonsil) edema, hiperemis

1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan tonsil (akut dan kronik)

Definisi
Peradangan tonsil palatina
Tonsil palatina bag.dari penyusun cincin waldeyer
Cincin waldeyer : susunan beberapa kelenjar limfe di rongga mulut (arah orofaring), terdiri atas :
Tonsil faringeal (adenoid)
Tonsil palatina (faucial)
Tonsil lingual (pangkal lidah)
Tonsil tuba eustachius (garlach's tonsil)
Klasifikasi
Tonsilitis akut
Viral
Etiologi
Epstein barr virus (paling sering)
Hemofilus influenza virus
Coxschakie virus
Diagnosis
Anamnesis
Common cold : bersin, batuk (sneezing)
Nyeri tenggorok
Pemeriksaan fisik
Rongga mulut : luka-luka kecil palatum, tonsil dirasakan nyeri
Penatalaksanaan
Istirahat
Minum cukup
Analgetika
Antivirus (jika gejala berat, sulit hilang)
Bakterial
Etiologi
Kuman grup A : streptococcus B hemoliticus (strept throat, pneumococcus,
strept.viridan, strept.pyogenes)
Patogenesis
Infiltrasi bakteri ke kelenjar limfe tonsil (melalui lapisan epitelnya)
Reaksi peradangan - eksudasi leukosit PMN - terbentuk detritus
Detritus : kumpulan leukosit PMN, bakteri yang mati (akibat PMN), dan epitel
yang terdegradasi (akibat infiltrasi bakteri)
Mengisi kriptus tonsil (celah, sumur buntu pada permukaan bebas tonsil
yg dilapisi epitel tonsil palatina, lingualis, faringealis)
Tampak sebagai bercak kuning
Tonsilitis folikularis : tonsilitis akut dengan detritus jelas
Tonsilitis lakunaris : tonsilitis akut dengan detritus menjadi satu beralur panjang
Dapat melebar menjadi membran semu (pseudomembrane) penutup tonsil
Diagnosis
Anamnesis
Nyeri tenggorok
Nyeri menelan
Nyeri sendi
Nyeri telinga (reffered pain : n.glossopharyngeus)
Demam suhu tinggi
Rasa lesu
Tidak nafsu makan
Pemeriksaan fisik
Tonsil edema, hiperemis
Detritus folukular, lakunaris, atau berupa pseudomembran (tertutup
membran semu)
Kelenjar sub-mandibula edema dan nyeri tekan
Penatalaksanaan
AB spektrum luas (pencillin, ampicillin)
Antipiretik, analgesik
Obat kumur berdesinfektan
Komplikasi
Otitis media akut
Sinusitis
Abses peritonsil
Abses parafaring
Bronkitis
Glomerulonefritis akut
Miocarditis
Artritis
Septikemia infeksi v.jugular interna (sindrom lemierre)
Hipertrofi tonsil : napas mulut, tidur mendengkur, sleep anpeu (gangguan tidur)
Tonsilitis membranosa
Difteri
Etiologi
Corynebacterium diphteriae (gram +)
Anak usia -10 thn (2-5 thn)
Dapat terinfeksi-tidak berdasarkan titer antitoksin dalam darah (0.03 per cc
darah) sebagai dasar imunitas
Manifestasi klinis
Gejala umum
Nyeri menelan
Nyeri kepala
Demam subfebris
Tidak nafsu makan
Rasa lesu
Nadi lambat
Gejala lokal
Tonsil edema, hiperemis
Tonsil ditutupi bercak putih kotor, meluas membentuk membran semu
Pseudomembran dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring,
laring, trakea
Membran semu bila diangkat dapat berdarah (agak intak trhdp jaringan
sekitar)
Infeksi berlanjut - bull neck/burgemeester's hals) (pembesaran limfe
leher)
Gejala akibat eksotoksin (komplikasi)
Bakteri difteri gram + menghasilkan eksotoksin
Eksotoksin menyebabkan :
Miocarditis
Paralisis m.palatum (toksik ke saraf kranial)
Paralisis otot pernapasan
Albuminuria
Pemeriksaan penunjang
Mikrobiologik : corynebacterium diphteriae pada pseudomembran tonsil
Penatalaksanaan
ADS diberikan tanpa menunggu kultur
Dosis 20rb-100rb unit trgntung umur dan berat penyakit
AB spektrum luas (penicillin, eritromisin) 25-50 mg/kgBB/3 dosis/hari (14 hari)
Kortikosteroid 1.2 mg/kgBB/hari
Antipiretik, analgesik
Istirahat isolasi 2-3 minggu
Septik
Etiologi : strept.hemoliticus dalam susu sapi (epidemi)
Jarang timbul, karena di Indonesia susu sapi sudah mengalami proses pasteurisasi
sempurna (bakteri mati)
Angina plaunt vincent (stomatitits ulsero membranosa)
Etiologi
Bakteri spirochaeta, triponema
Higiene mulut kurang
Defisiensi vit.C
Anamnesis
Demam tinggi 39derajat
Nyeri kepala
Nyeri mulut
Badan lemah
Gangguan pencernaan (kadang-kadang)
Hipersalivasi
Gigi dan gusi mudah berdarah
Pemeriksaan fisik
Mukosa mulut, faring hiperemis
Membran putih keabuan di atas tonsil, uvula, faring, gusi, proc.alveolaris
Mulut berbau (foetor ex ore)
Gland.submandibula membesar
Penatalaksanaan
AB spektrum luas 1 minggu
Perbaiki higiene mulut, vit.C, vit.B kompleks
Penyakit kelainan darah
Leukemia akut
Gejala awal : epistaksis, perdarahan mukosa mulut, gusi, kulit bercak kebiruan
Tonsil bengkak pseudomembran tanpa hiperemis
Nyeri hebat tenggorok
Angina agranulositosis
Keracunan obat gol.amidopirin, sulfa, arsen
Ulkus mulut, faring
Sekitar ulkus terdapat gejala radang
Ulkus ditemukan pula di genitalia dan GI
Infeksi mononukleosis
Terjadi tonsilofaringitis ulsero membranosa bilateral
Membran semu tonsil mudah diangkat tanpa mengalami perdarahan
Pembesaran limfa leher, ketiak, regioinguinal
Leukosit mononukleus jumlah besar
Serum beraglutinasi trhdp sel darah merah domba (reaksi paul bunnel)
Tonsilitis kronik
Etiologi
Tonsilitis akut yang menahun
Merokok, jenis makanan non-higiene, cuaca, kelelahan fisik, pengobatan tonsilitis akut
tidak adekuat
Penyebab awalnya berupa gram positif, kemudian menjadi gram negatif
Patogenesis
Inflamasi berulang - epitel mukosa jar.limfoid terkikis - jar.limfoid digantikan jar.parut -
kriptus melebar (diisi detritus) - kripti menembus kapsul tonsil - kripta berlekatan dengan
fossa tonsilaris
Pada anak, pembesaran limfa submandibularis
Anamnesis
Rasa mengganjal di tenggorok
Rasa kering di tenggorok
Napas berbau
Pemeriksaan fisik
Tonsil membesar, permukaan tidak rata
Kriptus tonsil melebar, terisi detritus
Penatalaksanaan
Hiegene mulut dengan obat kumur, obat hisap
Tonsilektomi (pengangkatan tonsil unilateral, atau bilateral) terlebih jika dicurigai
neoplasma dan sumbatan. Indikasi lengkapnya :
Serangan tonsilitis +3x pertahun walau terapinya adekuat
Tonsil hipertrofi karena dicurigai keganasan
Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi, gangguan pertumb.orofacial
Sumbatan jalan napas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan bicara, cor
pulmonale
Rinitis, sinusitis kronik, peritonsilitis, abses peritonsil
Napas bau yg tidak bisa dihilangkan melalui pengobatan
Tonsilitis berulang : strep. B hemoliticus grup A
Otitis media supurativa
Komplikasi
Rinitis kronik, sinusitis, otitis media secara perkontinuatum
Secara hematogen : artritis, miositis, nefritis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus

2. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan rhinolaringo faringitis

Faringitis

Definisi
Peradangan pada daerah faring, bisa terjadi pada nasofaring, orofaring, atau laringofaring
Klasifikasi
Faringitis akut
Faringitis viral
Etiologi
Rinovirus (influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, EBV, HIV-1,
adenovirus) yang menyebabkan rinitis
Beberapa hari setelahnya kemungkinan terkena faringitis
Anamnesis
Demam, rinorea, mual
Nyeri tenggorok, sulit menelan
Pemeriksaan fisik
Faring-tonsil hiperemis
Influenza, coxachie, cytomegalovirus : tidak mengeluarkan eksudat
EBV (epstein barr virus) : menghasilkan eksudat banyak pada faring
HIV-1 (human influenza virus) : menghasilkan eksudat pada faring,
limfadenopati akut leher, lemah
Coxachievirus : lesi vesikular orofaring, lesi kulit maculopapular rash
Adenovirus : konjungtivitis pada anak
Penatalaksanaan
Istirahat cukup
Banyak minum
Kumur mulut dengan air hangat
Analgetik tablet hisap jika perlu
Antiviral (metisoprinol : isoprenosine)
Faringitis bakterial
Etiologi
Grup A streptococcus B hemoliticus
Anamnesis
Nyeri kepala hebat
Jarang disertai batuk
Mual, muntah
Demam suhu tinggi
Pemeriksaan fisik
Faring-tonsil meradang, hiperemis, edema
Beberapa hari kemudian, muncul petechiae pada permukaan faring
Limfe leher ant.nyeri tekan dan membesar
Penatalaksanaan
Istirahat cukup
Banyak minum
Kumur mulut dengan air hangat
AB spek.luas : penicillin, amoxicilin, eritromicin
Kortikosteroid
Analgetik
Faringitis fungal
Etiologi
Candida pada mukosa rongga mulut dan faring
Anamnesis
Nyeri menelan, nyeri tenggorok
Pemeriksaan fisik
Orofaring tampak plak putih
Mukosa faring lainnya mengalami hiperemis, edema
Penatalaksanaan
Nystatin, analgetika
Faringitis gonorea
Etiologi
Pasien dengan kontak orogenitalia (oral sex)
Penatalaksanaan
Sefalosporin gen-3
Ceftriakson (IM)
Faringitis kronik
Predisposisi :
Rinitis kronik, sinusitis
Intasi kronik rokok
Minum alkohol
Inhalasi uap, debu perangsang mukosa faring
Bernapas melalui mulut karena hidung tersumbat
Faringitis kronik atrofi
Etiologi
Predisposisi : rinitis atrofikans
Suhu dan kelembaban tidak teratur - infeksi faring
Anamnesis
Tenggorok kering
Mulut berbau
Pemeriksaan fisik
Mukosa faring dengan lendir kental
Bila lendir diangkat tampak mukosa kering
Penatalaksanaan
Obat kumur, jaga kesehatan mulut
Pengobatan untuk rinitis atrofi sebagai faktor predisposisi utama
Faringitis kronik hiperplastik
Etiologi
Patologi hidung, sinus paranasales
Anamnesis
Tenggorok kering-gatal
Batuk bereak
Pemeriksaan fisik
Bawah mukosa dinding posterior faring tampak kelenjar limfe
Lateralband hiperplasia
Permukaan dinding posterior faring tidak rata (bergranular)
Penatalaksanaan
Pengobatan predisposisi (patologi hidung, sinus paranasal)
Lokal : kaustik faring dengan nitras argenti atau dengan electrocauter
Simptomatis : antitusif (ekspektoran)
Faringitis spesifik
Faringitis leutika
Etiologi
Treponema palidum (sifilis)
Stadium primer
Lidah, palatum mole, tonsil, dinding post.faring bercak keputihan
Pembesaran ulkus, tidak nyeri
Pembesaran kelenjar mandibula, tidak nyeri
Stadium sekunder
Jarang ditemukan
Eritema dinding faring menjalar ke laring
Stadium tertier
Guma pada tonsil dan palatum, jarang pada dinding faring
Dapat meluas ke vertebra cervical
Bila pecah, kematian
Bila sembuh, terbentuk jar.parut yg mengganggu fungsi palatum
permanen
Penatalaksanaan
Diagnosis tegak : serologik
Penicillin dosis tinggi
Faringitis TB
Etiologi
Proses sekunder tuberculosis paru
Penyebarannya secara endogen (limfogen, hematogen) atau eksogen
(inhalasi udara)
Anamnesis
Anoreksi
Odinofagia (nyeri tenggorok)
Otalgia (nyeri telinga)
Pembesaran limfe servikal
Pemeriksaan fisik
Lesi kedua sisi tonsil, orofaring, dinding posterior faring, palatum mole-
durum
Pemeriksaan penunjang
Biopsi histopatologik : mengambil sputum
Sputum basil tahan asam (BTA +)
Foto toraks tuberkulosis paru
Penatalaksanaan
Terapi TB paru primer

Laringitis
Definisi
Peradangan pada daerah laring, sering mengenai epiglotis
Klasifikasi
Laringitis akut
Etiologi
Bakteri atau virus yang menyebabkan rinofaringitis, berlanjut menyebabkan
laringitis akut
Anamnesis
Sumbatan jalan napas (cepat pada anak-anak)
Gejala radang umum : malaise, demam, nyeri tenggorok
Suara serak atau tidak ada suara (afoni)
Nyeri menelan, berbicara
Batuk kering, kental
Pemeriksaan fisik
Hiperemis, edema mukosa laring, epiglottis, mukosa hidung, sinus paranasal
(kadang)
Penatalaksanaan
Istirahat bicara-suara 2-3 hari
Hirup udara lembab
Menghindari iritasi laring-faring : merokok, makanan peda, minum es
AB luas, antiviral (trgtng etiologi)
Laringitis kronik
Etiologi
Sinusitis kronis, deviasi septum berat, polip atau bronkitis kronis, laringitis akut
terapi tidak adekuat
Anamnesis
Suara parau menetap
Nyeri tenggorok, sulit menelan
Sering mendehem tanpa keluar sekret
Gejala radang umum lainnya
Pemeriksaan fisik
Mukosa laring, epiglotis menebal, hiperemis
Penatalaksanaan
Pengobatan etiologi
Vocal rest
Hindari iritasi faring-laring : hindari rokok, alkohol, minum es, makan pedas
Laringitis kronik spesifik
Laringitis TB
Etiologi
TB paru sekunder
Apabila sudah mengalami stadium perikondritis sulit diatasi meskipun
TB paru primer sudah berhasil diatasi
Patogenesis
Penyebaran secara eksogen (inhalasi udara, uap air) dan endogen
(hematogen, limfogen)
Stadium klinis
Infiltrasi
Hiperemis, edema mukosa laring, epiglottis (pucat)
Submukosa laring, terdapat tuberkel (bintik kebiruan)
Bertambah besar dan dapat menjadi ulkus dengan nyeri
Ulserasi
Tuberkel berkembang menjadi ulkus
Ulkus ditutupi perkijauan dengan rasa nyeri hebat
Perikondritis
Ulkus meluas, menginvasi kartilago laring (kartilago aritenoid
dan epiglotis)
Kartilago rusak, membentuk nanah berbau dan squester
Kebanyakan pasien meninggal (tidak mempu bertahan) pada
fase ini
Fibrotuberkulosis
Terbentuk jaringan fibrosa intak pada dinding post.laring,
epiglotis (pita suara), subglotis
Anamnesis
Kering, panas, tertekan pada laring (sakit tenggorok)
Parau berminggu-minggu, berlanjut menjadi afonia
Hemoptisis (berludah darah, sputum berdarah)
Nyeri menelan hebat dibanding nyeri radang lainnya
Penatalaksanaan
Anti TB primer-sekunder
Vocal rest
Laringitis luetika
Etiologi
Treponema palidum
Anamnesis
Suara parau
Batuk kronis
Pemeriksaan fisik
4 stadium lues, hingga tersier
Awalnya membentuk bercak keputihan dengan sisi kemerahan pada
laring
Mengalami eritema laring
Ulkus berkembang menjadi guma dan dapat pecah sewaktu-waktu
(kematian)
Penatalaksanaan
Penicillin dosis tinggi
Pengangkatan squester
Sumbatan karena stenosis, trakeostomi
Komplikasi
Jaringan parut fibrosa - stenosis laring

3. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis kelainan
kongenital dan neoplasma di tenggorokan

Kongenital laring
Laringomalasi
Kartilago epiglotis pembentuk laring sangat lemah, mudah tertarik ke bawah (mudah jatuh) ketika
inspirasi dan menutup rima glotis
Menutupnya rima glotis menyebabkan adanya stridor (menarik napas, berbunyi)
Tatalaksana : intubasi endotrakea, buka dengan trakeostomi (laringomalasi sering disertai
trakeomalasi)
Stenosis subglotik
Penyempitan (stenosis) pada daerah subglotik (2-3 cm pita suara) :
Jar.sub mukosa menabal dengan hiperplasi mukus dan fibrosis
Bentuk kartilago krikoid dgn lumen yg sempit
Lumen krikoid normal, ukurannya kecil
Gesernya cincin trakea ke-1 ke superoposterior lumen krikoid
Anamnesis
Stridor, dispnea (kadang sampai apneu), gagal pernapasan (respiratory arrest)
Tata laksana
Stenosis karena kelainan submukosa : dilatasi atau laser CO2
Kelainan bentuk-ukuran kartilago krikoid : rekonstruksi kartilago krikoid
Laryngeal web
Selaput transparan (web) pada daerah glotis (paling sering), subglotis, atau supraglotis
Mengganggu jalan napas - dispneu, apneu, stridor
Tatalaksana : bedah mikro laring dengan laringoskop suspensi
Kista kongenital
Kista pangkal lidah atau plika ventrikularis
Tatalaksana : angkat kista dengan bedah mikro laring
Hemangioma
Akumulasi darah pada daerh glotis dan kadang pada leher
Hemoptisis (ludah berdarah, sputum berdarah)
Tatalaksana : bedah laser, kortikosteroid, obat skleroting
Fistel laringotrakea-esofagal
Kartilago krikoid posterior gagal menutup, menyebabkan aspirasi cairan dari esofagus ke paru-paru
(pneumonia)

4. Mahasiswa mengetahui farmakoterapi pada gangguan di tenggorokan


5. Mengetahui berbagai bentuk pemeriksaan penunjang yang dikerjakan pada kelainan organ sensory

Anda mungkin juga menyukai