Anda di halaman 1dari 7

Diagnosis dan Penanganan Glaukoma

Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar
untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2
sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina
0,09%. Akibat dari kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia
produktif, sehingga akan berpengaruh juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya dan
khususnya Indonesia.

Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel/menetap tidak seperti kebutaan karena katarak yang
dapat diatasi setelah dilakukan operasi pengambilan lensa katarak. Jadi usaha pencegahan kebutaan
pada glaukoma bersifat prevensi/pencegahan kebutaan dengan jalan menemukan dan mengobati/
menangani penderita sedini mungkin. Sayangnya tidak mudah untuk menemukan glaukoma dalam
stadium awal karena sebagian besar kasus glaukoma awal tidak memberikan gejala yang berarti
bahkan asimptomatik, kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak enak di mata, pegal-pegal
di mata atau sakit kepala separoh yang ringan. Gejala-gejala tersebut tidak menyebabkan penderita
memeriksakan ke dokter atau paramedis. Disamping ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya
maka peranan tenaga medis dalam mendiagnosis glaukoma awal juga perlu mendapat perhatian,
sehingga dapat menemukan glaukoma dalam stadium dini.

ANATOMI DAN FISIOLOGI HUMOR AKUOS


Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang
tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat
buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan
bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler
inilah yang berperan dalam terjadinya glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik.
Humor akuos diproduksi oleh badan silier, masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke
bilik mata depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan humor akuos akan meninggalkan
bola mata melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut iridokornea.
Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan humor akuos inilah yang menentukan
jumlah humor akuos di dalam bola mata.

Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

1. Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.
2. Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat sudut
pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut terbuka atau
tertutup.
3. Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik berdasarkan
penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.
4. OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf
sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera dideteksi sebelum terjadi
kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini
5. Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan
oleh kerusakan saraf optik.
6. Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola mata/tekanan
intraokuler/TIO.

PENANGANAN GLAUKOMA
Tekanan intraokuler (TIO) merupakan faktor penting pada glaukoma meskipun TIO bukan merupakan
penentu pada diagnosis glaukoma. Sebagian besar dari jenis glaukoma mempunyai tekanan intraokuler
yang tinggi dan menyebabkan timbulnya gejala rasa sakit di mata bahkan menimbulkan penurunan
tajam penglihatan dan kelainan lapang pandang. Pada semua jenis glaukoma akan terjadi kerusakan
saraf optik baik pada glaukoma dengan tekanan tinggi maupun dengan tekanan rendah, sampai saat ini
hanya penurunan TIO yang telah dibuktikan dapat mencegah kerusakan saraf optik lebih lanjut. Jadi
tujuan penanganan glaukoma adalah mempertahankan penglihatan dengan jalan mencegah kerusakan
saraf optik lebih berat dengan cara menurunkan TIO sampai ke level TIO aman.

Penanganan glaukoma dilakukan berdasarkan kepada prinsip-prinsip di bawah ini:

1. Makin tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik.


2. Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan saraf optk, tetapi
faktor tsb belum diketahui dengan jelas.
3. Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih lanjut
tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa kerusakan tersebut berhenti, jadi perlu
follow-up terus menerus.
4. Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai efek samping dan
membutuhkan biaya.
5. Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya sehingga selama hidup
pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek samping sekecil mungkin dan
biaya seringan mungkin.

Penurunan TIO dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Menurunkan produksi humor akuos ( timolol maleat, inhibitor karbonik anhidrase )


2. Menambah pembuangan humor akuos ( pilokarpin, analog prostaglandin, trabekuloplasti dg
laser )
3. Merusak badan silier ( siklokrioterapi, siklofotokoagulasi )
4. Operasi filtrasi (trabekulektomi, pemasangan implant seton, ahmed, molteno)

PEMBAGIAN GLAUKOMA
Berdasarkan penyebab, glaukoma dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1. Glaukoma primer, jenis ini dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan mekanisme terjadinya glaukoma
yaitu
a) Glaukoma primer sudut terbuka dan
b) Glaukoma primer sudut tertutup
2. Glaukoma sekunder
3. Glaukoma kongenital.

GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA


Gejala:

Awal :

mungkin tanpa gejala


rasa capai pada mata
rasa pegal pada mata
fluktuasi tajam penglihatan
kadang-kadang melihat seperti pelangi sekitar lampu

Lanjut :

penyempitan lapang pandang - buta

Pemeriksaan :

visus mungkin masih baik, kecuali pada stadium lanjut


mata tenang
bilik mata depan dalam
oftalmoskopik: tampak penggaungan yang melebar (CD ratio 0,5)
gonioskopik: sudut terbuka dan normal
tonometrik: tekanan 21 mmHg
pemeriksaan lapang pandang: kelainan lapang pandang ( skotoma Bjerrum, skotoma Seidel,
skotoma arcuata atau nasal step)
OCT: terdapat penipisan serabut saraf .

Pemeriksaan :

Terapi : Turunkan tekanan intraokuler sampai tekanan yang aman bagi mata tersebut, dengan prinsip
pemakaian sesedikit mungkin obat dengan dosis sekecil mungkin.

Obat :

Timolol atau Betaxolol tetes mata 0,25 - 0,50 %, 2 kali sehari, dan atau
Pilokarpin tetes mata 1 - 4 %, 4-6 kali sehari, dan atau
Acetazolamide tablet 250 mg, 3-4 kali sehari..
Operasi :

Trabekuloplasti dengan laser, atau


Trabekulektomi, atau
Pemasangan implant untuk filtrasi.

Waspada : anggota keluarga perlu diperiksa

LOW TENSION GLAUKOMA/ NORMOTENSION


GLAUKOMA
Terdapat glaukoma dengan tekanan tidak tinggi, mungkin hanya sekitar 20 mmHg atau di bawahnya,
tetapi terdapat kerusakan papil saraf optik dan kelainan lapang pandang yang berciri kerusakan karena
tekanan tinggi, dan pada pemeriksaan OCT terdapat penipisan serabut saraf. Keadaan ini mempunyai
gejala dan tanda seperti glaukoma primer sudut terbuka, terapi sama dengan glaukoma primer sudut
terbuka.

GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP


Gejala:

Akut :

rasa sakit berat (cekot-cekot) di mata, dapat sampai sakit kepala dan muntah-muntah.
mata merah, berair
penglihatan kabur

Kronik :

gejala hampir sama dengan yang akut tetapi rasa sakit, merah dan kabur dapat hilang dengan
sendirinya, dan terjadi serangan berulang beberapa kali. Biasanya rasa sakit kurang berat
dibandingkan dengan yang akut.

Pemeriksaan:

Akut :

visus turun
konjungtiva hiperemi
kornea keruh/udem
bilik mata depan dangkal
pupil lebar/lonjong dengan diameter ? 6-7 mm
oftalmoskopik: papil mungkin masih normal
tonometrik : tekanan intraokuler tinggi, bisa sampai 60 mmHg
gonioskopik: sudut tertutup
lapang pandang: terdapat kelainan yang tidak khas, atau mungkin masih normal.

Kronik:

seperti tanda akut tetapi biasanya lebih ringan


dijumpai tanda-tanda bahwa proses telah berlangsung berulang dan lama yaitu: degenerasi
koenea, atrofi iris, neovaskularisasi iris,glaukoma flecken dan sinekia anterior perifer.

Terapi:

Segera turunkan tekanan intraokuler dengan pemberian:

zat hiperosmotik untuk mengurangi volume badan kaca sehingga lensa dan iris akan bergerak
ke posterior, hal ini akan membantu pembukaan sudut yang tertutup tersebut. Misal diberikan
gliserol 50 %, 1-1,5 mg/kgBB per os, 1 kali. Atau infus Mannitol 20 %, 1-1,5 mg/kgBB, dalam
45 menit.
Acetazolamide 62,5-500 mg per os, 3-4 kali sehari. - Timolol/betaxolol 0,25 - 0,50 % tetes
mata, 2 kali sehari. - Pilokarpin 2 -4 % tetes mata, 3-4 kali sehari.

Setelah serangan akut teratasi/tekanan turun dan sudut sudah terbuka, maka segera dilakukan
iridektomi perifer atau iridotomi dengan laser pada mata tersebut, sedangkan untuk mata yang satu
dilakukan juga iridektomi perifer / iridotomi laser sebagai tindakan preventif. Untuk mata yang sehat
jika tidak dilakukan iridektomi perifer dapat diberikan pilokarpin dan timolol untuk mencegah
penutupan sudut. Jika setelah tekanan turun sudut tidak dapat terbuka kembali maka lakukan operasi
filtrasi misal trabekulektomi. Jika 24 jam tekanan tidak turun maka lakukan segera operasi filtrasi.

GLAUKOMA SEKUNDER
Pada glaukoma jenis ini terjadi akibat penyakit/kelainan mata yang lain misalnya:

1. Inflamasi mata/ uveitis


2. Trauma yang merusak sudut iridokornea atau menyebabkan iris menutup sudut atau
menyebabkan blok pupil atau blok silier.
3. Kelainan lensa. Misal lensa maju akibat katarak insipien.
4. Obat-obatan, misal pemakaian steroid yang lama.
5. Neovaskularisasi sudut, misal pada penderita Diabetes Melitus.
6. Sindroma pigmentari, disini terdapat sumbatan trabekulum oleh pigmen iris.
7. Sindroma eksfoliatif, terdapat sumbatan pada trabekulum oleh bahan yang lepas pada sindroma
ini.
8. Kenaikan tahanan vena episklera, misal adanya fistula karotiko-kavernosa.
9. Operasi mata, misal operasi katarak.

Gejala :

Tergantung kecepatan kenaikan TIO, jika kenaikan TIO terjadi perlahan-lahan maka tidak
menimbulkan gejala yang nyata. Jika TIO naik dengan cepat dan tinggi maka dapat terjadi gejala sbb :

penglihatan kabur
mata merah
rasa sakit di mata dan sakit kepala.

Pemeriksaan :

visus turun
konjungtiva hiperemi
kornea keruh
pupil kecil atau lebar, tergantung penyebab. Jika karena uveitis maka pupil kecil dan terdapat
sinekia posterior.
dijumpai kelainan mata yang lain sesuai dengan penyebab.
oftalmoskopi: papil dapat normal atau penggaungan bertambah.
gonioskopik : terbuka atau tertutup tergantung penyebab. - tonometrik: tekanan intraokuler ? 21
mmHg.
lapang pandang: masih normal atau ada kelainan tergantung beratnya penyakit.

Terapi :

Segera turunkan tekanan intraokuler dengan pemberian:

Zat hiperosmotik, Gliserol per os atau Mannitol infus.


Timolol/ Betaxolol 0,25 - 0,50 % tetes mata, 2 kali sehari
Acetazolamide 250 per os, 3 - 4 kali sehari.
Terapi penyakit dasar/penyebab dan hentikan pemakaian steroid jika penyebabnya adalah
steroid.

GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma ini disebut juga glaukoma infantil, terjadi pada bayi dan anak yang disebabkan oleh
kelainan pembentukan sudut iridokornea. Gejala dan tanda dapat terlihat pada saat lahir atau pada
tahun awal kehidupan

Gejala:

fotofobia/takut sinar
mata berair

Pemeriksaan:

kornea keruh, membesar


mata menonjol
tekanan intraokuler naik.

Terapi:

goniotomi atau
trabekulotomi atau
trabekulektomi atau
pemasangan implant filtrasi

Tidak ada operasi yang memuaskan untuk glaukoma kongenital, sering memerlukan operasi ulangan

Anda mungkin juga menyukai