Pola Kerja Yg Islami
Pola Kerja Yg Islami
( MAKALAH )
DISUSUN OLEH :
1. ADE HIDAYAT
2. AMBAR PAMBUDI
3. ARZON APRIZAL
4. DIAN HIDAYAT
5. EKY NOVIANTO
6. KIKI HAIRUDDIN
7. NELSON APANDI
8. RAMADAN RANGGA YUDA
9. RIO REDRIGO
10. SEPTIAN PRIMA ANGGADA
11. WAYAN SUMARTE YASE
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2011
DAFTAR ISI
Daftar
isi..
i
Bab I
Pendahuluan
1
1. Latar
Belakang
.1
2. Pembahasan
. 1
Bab II
Pembahasan..
2
Bab III
Penutup
7
1. Kesimpulan
.. 7
2. Saran
. 7
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAAN
1. Latar Belakang
Al-Quran adalah pedoman begi manusia yang ingin memilih jalan
kebenaran daripada jalan kesesatan (al-Baqarah :185), pembimbing
(guidance) untuk membina ketakwaan (al-Baqarah: 2). Namun, hidup
yang taqwa bukan semata harapan atau angan-angan untuk meraih
kebahagiaan, tetapi merupakan medan dan cara kerja yang sebaik-
baiknya untuk merealisasikan kehidupan yang berjaya di dunia dan
memperoleh balasan yang lebih baik lagi di akhirat (an-Nahl: 97).
2. Pembahasan
Al-Quran sebagai pedoman kerja kebaikan, kerja ibadah, kerja taqwa atau
amal shalih, memandang kerja sebagai kodrat hidup. Al-Quran
menegaskan bahwa hidup ini untuk ibadah (adz-Dzariat: 56). Maka,
kerja dengan sendirinya adalah ibadah, dan ibadah hanya dapat
direalisasikan dengan kerja dalam segala manifestasinya
BAB II
PEMBAHASAN
Jika kerja adalah ibadah dan status hukum ibadah pada dasarnya
adalah wajib, maka status hukum bekerja pada dasarnya juga wajib.
Kewajiban ini pada dasarnya bersifat individual, atau fardhu ain,
yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Hal ini berhubungan
langsung dengan pertanggung jawaban amal yang juga bersifat
individual, dimana individulah yang kelak akan mempertanggung
jawabkan amal masing-masing. Untuk pekerjaan yang langsung
memasuki wilayah kepentingan umum, kewajiban menunaikannya
bersifat kolektif atau sosial, yang disebut dengan fardhu kifayah,
sehingga lebih menjamin terealisasikannya kepentingan umum
tersebut. Namun, posisi individu dalam konteks kewajiban sosial ini
tetap sentral. Setiap orang wajib memberikan kontribusi dan
partisipasinya sesuai kapasitas masing-masing, dan tidak ada
toleransi hingga tercapai tingkat kecukupan (kifayah) dalam ukuran
kepentingan umum.
Jika kita melihat mengenai kaitan waktu dan prestasi kerja, maka
ada baiknya dikutip petikan surat Khalifah Umar bin Khatthab
kepada Gubernur Abu Musa al-Asyari ra, sebagaimana
dituturkan oleh Abu Ubaid, Amma badu. Ketahuilah, sesungguhnya
kekuatan itu terletak pada prestasi kerja. Oleh karena itu, janganlah
engkau tangguhkan pekerjaan hari ini hingga esok, karena
pekerjaanmu akan menumpuk, sehingga kamu tidak tahu lagi mana
yang harus dikerjakan, dan akhirnya semua terbengkalai. (Kitab al-
Amwal, 10)
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.terbaru.in/pengertian-etos-kerja-dalam-islam/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2069029-cara-
bekerja-secara-islami/
http://www.sitinjaunews.com/artikel/45-artikel/497-etos-kerja-dan-produktivitas-
islami-oleh--profdr-duski-samad-mag-tuanku-mudo--
http://www.babinrohis-nakertrans.org/akhlaq-islami/agar-kerja-anda-bernilai-
ibadah