Anda di halaman 1dari 16

MACAM-MACAM PENYAKIT

A. Meningitis
Meningitis merupakan salah satu penyakit yang akhir-
akhir ini sering sekali di sebut di dalam berita. Apalagi
setelah penyakit Meningitis ini menimpa salah seorang
artis terkenal di Indonesia yang akhirnya kemudian
meninggal dunia, Meningitis semakin menjadi
perbincangan banyak orang. Pengertian dan definisi
penyakit Meningitis adalah sebuah penyakit yang
berupa gejala peradangan yang menyerang lapisan selaput
pelindung jaringan otak dan sumsum tulang belakang yang
di akibatkan oleh bakteri atau virus. Penyakit meningitis ini
bisa menyerang siapa saja, baik yang tua maupun yang
muda. Meski gejala awal dari penyakit ini tak mudah untuk
di kenali, namun penyakit meningitis ini termasuk jenis
penyakit yang harus segera di tangani karena letak dari
penyakit ini adalah berdekatan dengan otak dan tulang
belakang yang dapat menyebabkan berkurangnya fungsi
gerak, pikiran yang bisa berujung pada kematian.

Banyak sekali masyarakat yang kemudian mencari


informasi tentang pengertian dan definisi penyakit
Meningitis. Mereka berasumsi bahwa penyakit meningitis
ini termasuk penyakit yang sangat berbahaya sehingga
betul-betul harus mengetahui cara penanganan awalnya.
Untuk itulah saat ini banyak sekali berita yang mengulas
tentang pengertian dan definisi penyakit Meningitis demi
terjawabnya pertanyaan masyarakat tentang penyakit
Meningitis. Ada banyak sekali tanda dan gejala dari
penyakit Meningitis, meski tanda dan gejala tersebut sama
sekali tak bisa kita simpulkan sendiri sebelum ada diagnosa
langsung dari dunia medis.

Sebenarnya pengertian dan definisi penyakit


Meningitis secara sederhana adalah salah satu penyakit
yang berada dalam otak manusia. Penyakit ini memiliki
beberapa tingkatan yang berbeda-beda. Tergantung jenis
bakteri atau virus yang menyerang serta usia dari
penderita. Berikut beberapa tanda dan gejala dari
penyakit Meningitis.
1) Tanda dan gejala awal penyakit miningitis
a. Penderita usia anak-anak
Pada penderita Meningitis usia anak-
anak, gejala awal yang di perlihatkan
memang tidak begitu jelas. Hal ini sangat
membutuhkan kejelian dari orang tua akan
beberapa hal yang terjadi berikut ini ;
anak demam tinggi dengan kondisi tangan
dan kaki terasa dingin, rewel atau
menangis secara terus menerus, terlihat
bingung dan kurang bisa memberikan
respon dengan baik serta mereka terlihat
sangat gelisah seakan tak ingin melakukan
kontak fisik dengan siapapun.
b. Penderita usia dewasa
Pada penderita dengan usia remaja
hingga dewasa, gejala Meningitis dapat
terlihat dari adanya rasa leher yang kaku
dan agak sakit ketika berusaha
meletakkan dagu di bagian dada. Akan di
serang pusing yang amat sangat dengan
tiba-tiba di sertai muntah yang langsung
keluar tanpa rasa mual. Demam yang
tinggi serta sensitif terhadap rangsangan
cahaya. Di kulit mereka akan terlihat
ruamkulit seperti bintik-bintik berwarna
merah.

B. Difteri
Difteri menyerang selaput lendir pada hidung serta
tenggorokan dan terkadang dapat memengaruhi kulit.
Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius
yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
Difteri disebabkan oleh dua jenis bakteri,
yaitu Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium
ulcerans. Masa inkubasi (saat bakteri masuk ke tubuh
sampai gejala muncul) penyakit ini umumnya dua hingga
lima hari. Gejala-gejala yang mengindikasikan penyakit ini
meliputi:

Terbentuknya membran abu-abu yang menutupi


tenggorokan dan amandel.

Demam dan menggigil.

Sakit tenggorokan dan suara serak.

Sulit bernapas atau napas yang cepat.

Pembengkakan kelenjar limfa pada leher.

Lemas dan lelah.

Hidung beringus. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan


menjadi kental dan terkadang berdarah.

Difteri juga terkadang dapat menyerang kulit dan


menyebabkan bisul. Bisul-bisul tersebut akan sembuh
dalam beberapa bulan, tapi biasanya akan meninggalkan
bekas pada kulit. Segera periksakan diri ke dokter jika Anda
atau anak Anda menunjukkan gejala-gejala di atas.
Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah
komplikasi.
Penularan Difteri
Penyebaran bakteri difteri dapat terjadi dengan mudah
dan yang utama adalah melalui udara saat seorang
penderita bersin atau batuk. Selain itu, ada beberapa
metode penularan lain yang perlu diwaspadai. Antara lain
melalui:
Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri,
misalnya mainan atau handuk.
Sentuhan langsung pada bisul akibat difteri di kulit
penderita. Penularan ini umumnya terjadi pada
penderita yang tinggal di lingkungan yang padat
penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.

Kontak langsung dengan hewan-hewan yang sudah


terinfeksi, misalnya sapi.

Meminum susu yang belum melalui proses pasteurisasi


atau sterilisasi.

Makanan yang terbuat dari susu yang belum melalui


proses pasteurisasi atau sterilisasi.

Bakteri difteri akan memproduksi toksin yang akan


membunuh sel-sel dalam tenggorokan. Sel-sel yang mati
tersebutlah yang akan membentuk membran abu-abu pada
tenggorokan. Di samping itu, toksin juga dapat menyebar
lewat darah dan menyerang jantung serta sistem saraf.
Orang yang sudah menerima vaksinasi masih bisa
terinfeksi penyakit ini. Namun mereka biasanya tidak
menunjukkan gejala saat sedang terinfeksi. Tetapi Anda
harus tetap waspada karena mereka juga dapat
menularkan difteri.

C. Pertusis
Pertusis atau yang sering orang sebut sebagai batuk
rejan merupakan infeksi bakteri yang terjadi pada paru-
paru dan juga saluran pernapasan yang sangat mudah
menular. Batuk rejan pernah dianggap penyakit anak-anak
ketika vaksin pertusis mash belum ditemukan. Sebenarnya
pertusis atau batuk rejan juga bisa diderita oleh orang
dewasa, akan tetapi penyakit ini bisa mengancam nyawa
jika dialami oleh lansia dan anak-anak, yang terutama bagi
bayi yang masih belum cukup usia untuk memperoleh
vaksin pertusis.
Penyakit batuk rejan memiliki ciri rentetan batuk
yang keras dan terjadi secara terus menerus dan diawali
dengan tarikan napas yang panjang melalui mulut (whoop).
Seseorang dapat menderita batuk rejan sampai tiga bulan,
sehingga penyakit batuk rejan ini juga sering disebut
sebagai batuk seratus hari. Pertusis dapat membuat
penderita mengalami kekurangan oksigen yang ada dalam
darahnya. Di samping itu bisa terjadi berbagai komplikasi,
contohnya pneumonia. Bahkan penderita pertusis dapat
secara tidak sengaja menyebabkan luka pada tulang rusuk
mereka sebab batuk yang terlalu keras. Pertusis bisa
menyebar secara cepat dari penderita ke orang lain. Oleh
arena itu, vaksin pertusis sangat diperlukan untuk
mencegah masyarakat terkena batuk rejan. Selengkapnya
mengenai pertusis dapat anda simak pada ulasan berikut.
Penyebab Pertusis
Pertusis atau batuk rejan disebabkan oleh kuman
jenis gram negatif yaitu Bordetella pertusis. Bakteri
Bordetella pertussis dapat menyebar lewat udara. Bakteri
ini masuk ke dalam tubuh dan menyerang dinding trakea
serta bronkus yaitu percabangan trakea yang akan menuju
ke paru-paru bagian kanan dan kiri.

Adapun pembengkakan saluran udara merupakan


salah satu cara badan atau tubuh bereaksi terhadap
adanya infeksi oleh bakteri. Adanya saluran udara yang
bengkak dapat membuat penderita harus sering menarik
napas dengan sangat kuat lewat mulut sebab kesulitan
bernapas. Hasil dari tarikan napas yang terlalu kuat inilah
yang menimbulkan bunyi lengkingan atau whoop yang
panjang.

Selain itu cara lain yang dilakukan tubuh ketika bakteri


menginfeksi bagian dinding saluran udara yaitu dengan
memproduksi lendir yang kental. Tubuh merangsang
penderita untuk mencoba mengeluarkan lendir yang kental
tersebut.
Gambaran Klinis Pertusis
Adapun gejala penyakit ini dapat muncul 12 minggu
sesudah berhubungan dengan penderitanya serta didahului
dengan masa inkubasi dalam waktu 714 hari. Umumnya,
penyakit ini dapat berlangsung dalam waktu 6 minggu atau
bahkan lebih. Hal itulah yang menyebabkan penyakit
tersebut disebut sebagai batuk 100 hari.

Selain itu dalam perjalanannya, pertusis dapat


meliputi beberapa stadium:

1. Kataralis yang dapat ditandai dengan timbulnya batuk


yang ringan, terutama terjadi pada malam hari, dan
disertai demam serta pilek ringan. Pada stadium ini
dapat berlangsung dalam waktu 12 minggu atau 14
hari. Pada stadium kataral tidak bisa dibedakan dengan
ISPA akibat virus.
2. Stadium Kedua merupakan spasmodik yang dapat
berlangsung 24 minggu. Adapun gejalanya yaitu batuk
yang terjadi lebih sering, penderita akan berkeringat,
serta pembuluh darah yang berada di muka-leher akan
melebar. Serangan batuknya cukup panjang dan
biasanya diakhiri dengan suara melengking yang khas
atau whooping caugh dan dapat disertai dengan
muntah. Sering sekali terjadi perdarahan
subkonjungtiva serta epistaksis. Kuku dan juga bibir
penderita menjadi berwarna kebiruan sebab darah
kekurangan oksigen. Namun di luar serangan tersebut,
penderita terlihat sehat.
3. Stadium Selanjutnya adalah konvalesensi, yang dapat
terjadi sekitar minggu. Gejalanya yaitu penderita mulai
mereda batuknya serta berangsur-angsur mulai
bertambah juga nafsu makannya sampai kemudian
batuk yang dialami hilang.

D. Tetanus

Semua orang pasti pernah mengalami luka pada kulit.


Jika tidak dirawat dan diobati dengan benar, luka tersebut
memiliki risiko terkontaminasi dan mengalami infeksi.
Salah satu infeksi yang mungkin terjadi adalah tetanus.
Tetanus merupakan infeksi yang tergolong serius dan
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini
umumnya terdapat dalam debu, tanah, serta kotoran
hewan dan manusia. Bakteri tetanus sering kali masuk ke
tubuh melalui luka terbuka akibat cidera atau luka bakar.
Jika berhasil memasuki tubuh, bakteri tetanus akan
berkembang biak dan melepas neurotoksin, yaitu racun
yang menyerang sistem saraf.

Neurotoksin yang mengacaukan kinerja saraf dapat


menyebabkan pengidap mengalami kejang dan kekakuan
otot yang merupakan gejala tetanus yang utama. Gejala ini
dapat menyebabkan rahang pengidap mengatup rapat dan
tidak bisa dibuka atau biasa disebut dengan istilah rahang
terkunci (lockjaw). Selain itu, masalah sukar menelan juga
dapat dialami oleh pengidap tetanus.

Diagnosis dan Pengobatan Tetanus


Untuk mendiagnosis tetanus, dokter biasanya akan
melakukan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan luka
sambil menanyakan riwayat kesehatan, vaksinasi yang
pernah diterima, serta gejala-gejala yang dialami pasien.

Langkah pengobatan yang diberikan juga tergantung


pada riwayat vaksinasi pasien. Jika pasien sudah
divaksinasi, dokter akan memberikan obat imunoglobulin
tetanus (TIG) untuk mencegah terjadinya infeksi. Tetapi jika
ada pasien yang belum divaksinasi tetanus, perawatan di
rumah sakit akan diperlukan. Penanganan ini biasanya
meliputi pemberian antibiotik, obat relaksan otot, serta
antitoksin. Masa penyembuhan penyakit ini umumnya akan
membutuhkan waktu sekitar 16 minggu.

Pencegahan dan Komplikasi Tetanus

Langkah utama untuk mencegah tetanus adalah


dengan vaksinasi. Di Indonesia, vaksin tetanus termasuk
dalam daftar imunisasi wajib untuk anak. Imunisasi tetanus
diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (Difteri, Pertusis,
Tetanus). Proses vaksinasi ini harus diberikan dalam lima
tahap, yaitu pada usia 2, 4, 6, 18 bulan, dan 4-6 tahun.

Bagi anak berusia di atas 7 tahun, tersedia vaksin Td


yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap tetanus
sekaligus difteri. Proses vaksinasi ini perlu diulang tiap 10
tahun untuk mempertahankan kekebalan tubuh terhadap
tetanus serta difteri.

Selain dengan vaksinasi, pencegahan tetanus juga


dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan,
terutama ketika merawat luka agar tidak terkena infeksi.

Infeksi tetanus yang tidak segera ditangani dapat


menyebabkan komplikasi dan berakibat fatal. Beberapa
komplikasi tetanus yang dapat terjadi adalah jantung yang
tiba-tiba berhenti, emboli paru, pneumonia, dan gagal
ginjal akut.

E. Campak
Morbili atau yang lebih sering disebut campak
merupakan infeksi yang disebabkan virus. Campak bisa
memunculkan ruam pada seluruh tubuh serta sangat
menular. Campak dapat sangat mengganggu serta dapat
mengarah pada suatu komplikasi yang serius. Gejala
campak dapat mulai muncul sekitar 1 sampai 2 minggu
sesudah virus masuk dalam tubuh. Campak lebih sering
dialami oleh anak-anak yang berusia lima tahun ke bawah.
Akan tetapi pada dasarnya seluruh umur dapat terinfeksi
virus ini, yang terutama sekali bagi mereka yang belum
pernah menderita campak ataupun yang belum
memperoleh vaksinasi campak.
Mekanisme virus campak/ virus rubella menular dan
komplikasinya
Di dalam lendir di hidung dan tenggorokan orang yang
terinfeksi terdapat virus campak. Saat bersin atau batuk
penularan campak dapat terjadi. Saat mereka bernapas
atau memasukkan jari-jari meraka di dalam mulut atau
hidau setelah menyentuh permukaan yang terindeksi,
lendir yang terinfeksi dapat hingga di hidung orang lain.
Selama 2 jam di permukaaan yang terinfeksi viru tetap
aktif dan menular. Siapa pun yang tidak diimunasai campak
akan ditramisi campak terjadi secara begitu mudah. Orang
yang terinfeksi virus campak/ virul rubella sebagian besar
sembuh, tapi jangan dianggap sepele komplikasi campak.
Komplikasi campak akan berkembang sekitar 6 sampai 20
persen orang yang terkena penyakit. Hampir 1 dari setiap
10 anak yang mendapatkan infeksi virus campak
disebabkan infeksi telinga. Campak yang mendapat
pnemonia sebanyak 1 dari 20 anak dan campak
berkembang ensefalitis terdapat pada sekitar 1 di setiap
1.000 anak.
Penyebab penyakit campak
Penyebab campak dikarenakan terdapat 2 jenis virus
yaitu rubeola dan rubella. Jenis campak disebabkan virus
yang berbeda. Campak merah yang terkenal atau disebut
juga campak keras disebabkan virus rubeola. Kondisi juwa
sepeti pnemonia dan ensefalitis disebabkan penyakit ini,
walaupun kebanyakan orang sembuh dari penyakit ini.
Disisi lain, campak jerman disebabkan virus rubella.
Beberapa kerusakan terutama pada ibu hamil yang juga
disebabkan campak jerman, walaupun dianggap bentuk
campak yang lebih ringan, yang membuat anak yang
belum lahir beresiko lebih tinggi memiliki cacat lahir yang
yang disebabkan campak jerman ini.
Baik rubeola maupun rubella bersifat sangat menular.
Rubeola merupakan salah satu virus yang paling cepat
menyebar, yang diketahui manusia.. Untungnya, banyak
tersedia vaksin campak ini, itu sebabnya kenapa wabah
campak jarang terjadi di banyak negara lain sebagai
alasanya di seluruh dunia. Tapi, virus ini dapat tersebar
dengan cepat di daerah yang sangat rentan terserang.
Karena hal ini Sebelum gejala utama dari penyakit campak
muncul membutuhkan 7-18 hari.
Campak, rubeola atau measles (di beberapa daerah
disebut juga sebagai tampek, dabaken atau morbili) adalah
penyakit infeksi yang menular atau infeksius sejak awal
masa prodromal, yaitu kisaran 3-4 hari pertama sejak
munculnya ruam pada kulit.
Campak di sebabkan oleh virus campak
( Paramiksovirus ). Penularan terjadi melalui percikan ludah
dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak
(air borne disease). Masa inkubasi adalah 7-14 hari
sebelum gejala awal muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah
vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang
bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1
tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
- bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang
belum mendapatkan imunisasi kedua.

F. Hepatitis B
Hati memiliki ratusan fungsi sehingga menjadi salah
satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Fungsi hati di
antaranya adalah memproduksi cairan empedu yang dapat
membantu pencernaan lemak, menyimpan karbohidrat,
memproduksi senyawa yang penting dalam pembekuan
darah, serta menghilangkan racun dari tubuh.

Manusia hanya memiliki satu buah hati. Organ ini


memiliki daya tahan yang sangat tangguh. Hati bahkan
tetap bekerja meski mengalami kerusakan dan mampu
terus beregenerasi (memperbaiki diri) selama tidak
mengalami kerusakan yang benar-benar parah.

Salah satu infeksi serius yang dapat menyerang hati


adalah hepatitis B yang disebabkan oleh virus.
Beberapa gejala hepatitis B antara lain:

Kehilangan nafsu makan.

Mual dan muntah.


Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata
yang menguning).
Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada
tubuh, dan sakit kepala.
Tetapi gejala-gejala tersebut tidak langsung terasa dan
bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah
banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah
terinfeksi. Inkubasi adalah jarak waktu antara virus
pertama masuk ke dalam tubuh hingga munculnya gejala
pertama infeksi tersebut. Masa inkubasi hepatitis B
biasanya berkisar antara 1-5 bulan sejak terjadi pajanan
terhadap virus.

Cara Penularan Hepatitis B


Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan
tubuh, misalnya sperma dan cairan vagina. Virus penyakit
ini jauh lebih mudah ditularkan dibandingkan HIV. Beberapa
cara penularannya adalah:
Kontak seksual, misalnya berganti-ganti pasangan dan
berhubungan seks tanpa alat pengaman.

Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan alat


suntik yang sudah terkontaminasi darah penderita
hepatitis B.

Kontak dengan jarum suntik secara tidak disengaja.


Misalnya petugas kesehatan (paramedis) yang sering
berurusan dengan darah manusia.

Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil dapat menularkan


penyakit ini pada bayinya saat persalinan.

Vaksin dan Langkah Pencegahan Terpapar Virus Hepatitis B

Langkah efektif dalam pencegahan hepatitis B adalah


dengan vaksin. Di Indonesia sendiri, vaksin hepatitis B
termasuk vaksin wajib dalam imunisasi. Proses pemberian
vaksin dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat anak lahir,
saat anak berusia satu bulan, dan saat anak berusia 3-6
bulan. Tetapi orang dewasa dari segala umur dianjurkan
untuk menerima vaksin hepatitis B.

Pemberian vaksin ini juga dianjurkan untuk mereka


yang berisiko tinggi tertular hepatitis B, seperti:

Orang yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual.

Orang yang menggunakan obat suntik atau


berhubungan seks dengan pengguna obat suntik.

Petugas kesehatan (paramedis) yang berisiko terpapar


virus hepatitis B. Orang yang tinggal serumah dengan
penderita hepatitis B.

Penderita penyakit hati kronis.

Penderita penyakit ginjal.

Pemeriksaan hepatitis B juga diterapkan bagi ibu


hamil. Jika sang ibu mengidap penyakit ini, bayinya dapat
menerima vaksin pada saat lahir (12 jam setelah
persalinan) untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi.

Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi


risiko terkena hepatitis B di antaranya adalah:

Berhenti atau jangan menggunakan obat-obatan


terlarang.

Hindari berbagi penggunaan barang seperti sikat gigi,


anting-anting, serta alat cukur.

Waspadalah saat ingin menindik dan menato tubuh.


Jangan berhubungan seks tanpa alat pengaman
kecuali Anda yakin pasangan Anda tidak memiliki
hepatitis B atau penyakit kelamin menular lainnya.

Bagi Penderita Hepatitis B

Penderita hepatitis B dewasa umumnya sanggup


mengendalikan virusnya. Mereka dapat kembali sehat
dalam waktu beberapa bulan meski mengalami gejala yang
parah.

Kerusakan hati adalah risiko yang dimiliki oleh


penderita hepatitis B kronis. Sebagian besar dari mereka
mengalami kerusakan hati yang sangat kecil. Tetapi ada
juga penderita hepatitis B kronis yang akhirnya menderita
sirosis dan terkadang kanker hati.

Karena itu, vaksinasi sangat penting sebagai langkah


pencegahan. Terutama jika Anda termasuk dalam salah
satu kategori orang yang berisiko tinggi terkena hepatitis
B.

Anda mungkin juga menyukai