Mekanika Fluida
Mekanika Fluida
PENDAHULUAN
Fluida berarti sebagai zat alir yang tidak memiliki bentuk yang tetap (Dirasutisna, 2010).
Zat-zat yang dapat digolongkan ke dalam jenis fluida diantaranya adalah zat cair dan gas. Zat
cair bersifat menyesuaikan bentuk yang ditempatinya dan volumenya tetap. Sedangkan gas
bersifat menyesuaikan tempat yang diisi, yaitu bentuk dan volumenya relatif sesuai dengan
ruangan yang ditempati (volume berubah).
Mekanika fluida didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat serta hukum-
hukum dari tingkah laku atau perilaku suatu fluida. Perilaku yang dipelajari, bisa fluida diam
ataupun fluida yang bergerak (mengalir) (Dirasutisna, 2010). Mekanika fluida dapat dibagi
menjadi fluida statik dan fluida dinamik. Fluida statis mempelajari fluida pada keadaan diam
sementara fluida dinamis mempelajari fluida yang bergerak.
Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat khusus yang dapat diketahui,
antara lain: rapat massa (density), kekentalan (viscosity), kemampatan (compressibility),
tegangan permukaan (surface tension), dan kapilaritas (capillarity). Beberapa sifat fluida pada
kenyataannya merupakan kombinasi dari sifat-sifat fluida lainnya. Sebagai contoh, kekentalan
kinematik melibatkan kekentalan dinamik dan rapat massa.
Pada makalah ini, sifat fluida yang akan dibahas adalah kekentalan (viscosity) dan
penerapannya dalam bidang teknik lingkungan.
BAB II
TEORI DASAR
Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser () pada waktu
bergerak atau mengalir. Kekentalan disebabkan karena adanya kohesi antara partikel zat cair
sehingga menyebabkan adanya tegangan geser antara molekul-molekul yang bergerak. Tegangan
geser ini akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energy lain seperti panas, suara,
dan sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan energi.
Kekentalan zat cair dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kekentalan dinamik () atau
kekentalan absolute dan kekentalan kinematis ().
Dalam beberapa masalah mengenai gerak zat cair, kekentalan dinamik dihubungkan
dengan kekentalan kinematik sebagai berikut:
BAB III
PEMBAHASAN
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran tertutup dan aliran pada pipa adalah
adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka
(Kodoatie, 2002). Misalnya aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi saluran penuh air,
desainnya harus mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila mana aliran air pada gorong-
gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada saluran
terbuka. Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air (y),
sedangkan pada pipa kedalaman air tersebut ditransformasikan berupa (P/y). oleh karena itu
konsep analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.
Pada tahun 1884, Osborn Reynolds (dalam Triatmojo 1996:3) melakukan percobaan
untuk menunjukkan sifat-sifat aliran laminar dan aliran turbulen. Alat yang digunakan terdiri dari
piapa kaca yang dapat melewatkan air dengan berbagai kecepatan. Aliran tersebut diatur oleh
katub A. pipa kecil B yang berasal dari tabung berisi zat warna C. ujung yang lain berada pada
lobang masuk pipa kaca.
Reynols menunjukkan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil di dalam aliran kaca, zat
warna akan mengalir dalam suatu garis lurus seperti benang yang sejajar dengan sumbu pipa.
Apabila katub dibuka sedikit demi sedikit, kecepatan akan bertambah besar dan benang warna
mulai berlubang yang akhirnya pecah dan menyebar pada seluruh aliran dalam pipa.
Penyebaran dari benang warna disebabkan oleh percampuran dari partikel-partikel zat
cair selama pengaliran. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kecepatan kecil,
pencampuran tidak terjadi dan partikel-partikel zat cair bergerak dalam lapisan-lapisan yang
sejajar dan menggelincir terhadap lapisan di sampingnya. Keadaan ini disebut aliran laminar.
Pada kecepatan yang lebih besar, benang warna menyebar pada seluruh penampang pipa dan
terlihat bahwa pencampuran dari partikel-partikel zat cair terjadi. Keadaan ini disebut aliran
turbulen.
Menurut Reynolds, ada tiga factor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan
zat cair (), rapat massa zat cair (), dan diameter pipa (D). Hubungan antara , , dan D yang
mempunyai dimensi sama dengan kecepatan adalah
Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk
angka Reynolds di bawah 2000, gangguan aliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair dan
aliran pada kondisi tersebut adalah laminar. Aliran akan turbulen apabila angka Reynolds lebih
besar dari 4000. Apabila angka Reynolds ada diantara kedua nilai tersebut (2000<Re<4000),
maka aliran ini adalah aliran transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai di atas (Re=2000 dan
Re=4000) disebut dengan batas kritik bawah dan atas.
DAFTAR PUSTAKA
Dirasutisna, Tamara. 2010. Dasar-Dasar Fisika Mekanika dan Fisika Fluida. Jakarta:
Universitas Trisakti
http://www.scribd.com
http://www.e-bookspdf.org