Ya
Selesai Selesai
PEMBEBANAN
SNI 1726-2012
Kontrol Gaya Gempa Dinamik pasal 7.9.4 Memenuhi
SNI 1726-2012
Jumlah Respon Ragam pasal 7.9.1 Memenuhi
SNI 1726-2012
Kontrol Sistem Ganda Tabel 9 poin E Memenuhi
SNI 1726-2012
Kontrol Simpangan pasal 7.8.6 Memenuhi
SNI 1726-2012
Pembesaran Torsi pasal 7.8.4.3 Memenuhi
PERHITUNGAN STRUKTUR SEKUNDER
PELAT LANTAI DAN PELAT ATAP
PERHITUNGAN TANGGA
PERHITUNGAN BALOK ANAK
PERHITUNGAN BALOK PENGGANTUNG LIFT
DESAIN PELAT LANTAI DAN ATAP
Element Dimensi
Material Tulangan
Struktur (mm)
Beton, f'c=25 MPa 13 - 240 (Arah X)
Plat Lantai t = 120 Tulangan, fy= 240 MPa 13 - 240 (Arah Y)
8 - 240 (Tul. Susut)
Beton, f'c=45 MPa 13 - 200 (Arah X)
Plat Atap t = 120 Tulangan, fy= 240 MPa 13 - 200 (Arah Y)
8 - 200 (Tul. Susut)
Penampang Lift
DASAR TEORI KONSEP DESAIN BETON
PRATEGANG
Balok prategang parsial pascatarik prategang parsial ratio (PPR) didefinisikan dengan :
(posttension).
M np
Beton prategang parsial sangat PPR
Mn
tergantung pada besarnya Partial Keterangan :
Prestressing Ratio (PPR). Mnp = kapasitas momen nominal dari beton prategang.
Mn = Total kapasitas momen nominal.
Artiningsih (2008) menyebutkan Dengan,
hasil penelitian menunjukkan bahwa a
M np Aps f ps d p
pada batas PPR 40% - 70% balok 2
mempunyai kekuatan yang tinggi a a
tetapi masih bersifat daktail. M n A ps f ps d p As f y d
2 2
DASAR TEORI KONSEP DESAIN BETON
PRATEGANG
Kuat ultimate dari balok prategang, yaitu Keterangan :
jumlah total baja tulangan non-prategang Fe= Gaya prategang efektif setelah kehilangan
dan baja prategang harus cukup untuk dapat I = Inertia balok
menghasilkan beban terfaktor paling sedikit e = Eksentrisitas dari cgc
1,2 beban retak yang terjadi berdasarkan A = Luas penampang balok
nilai modulus retak ( ), sehingga didapat y = Garis netral balok
Mu 1,2 Mcr dengan nilai = 0,9. fr = Modulus keruntuhan = 0,62 fc
Dimana :
Fe I Fe e yb I I
Mcr fr
A yb I yb yb
DASAR TEORI KONSEP DESAIN BETON
PRATEGANG
Kehilangan tegangan beton prategang
Reduksi gaya prategang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Kehilangan langsung dan kehilangan yang bergantung waktu
Kehilangan secara langsung terdiri dari :
1. Kehilangan perpendekan elastis
2. Kehilangan akibat pengankuran
3. Kehilangan akibat gesekan (Woble efek)
4. Kehilangan akibat kekangan kolom
adapun macam kehilangan tidak langsung adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan akibat susut
2. Kehilangan akibat rangkak
3. Kehilangan akibat relaksasi baja
DASAR TEORI KONSEP DESAIN BETON
PRATEGANG
Kehilangan tegangan akibat kekangan kolom
DESAIN BALOK INDUK
DESAIN BALOK PRATEGANG
DESAIN KOLOM
DESAIN SHEARWALL
DESAIN PONDASI
KESIMPULAN
1. Dari hasil analisis beban gempa, struktur gedung termasuk ke dalam kategori desain
seismik D dengan demikian konfigurasi sistem ganda yang diterapakan adalah SRPMM
dan SDSK karena ketinggian gedung tidak lebih dari 48 m.
2. Untuk membuat balok prategang dapat menerima beban gempa maka balok prategang
didesain berperilaku daktail dengan memberikan baja lunak dengan perbandingan PPR
sebesar 61,4 %. Baja lunak ditujukan untuk mendisipasikan energi gempa dengan cara
meleleh. Baja prategang memberikan ketahanan geser dari friksi yang ditimbulkan gaya
prategang.
3. Balok prategang yang menyatu dengan kolom harus memperhitungan kehilangan
tegangan akibat kekangan kolom. Hal ini dikarenakan gaya jacking ditahan sebagian
oleh kolom dan akan menghasilkan momen tambahan pada kolom sebesar kehilangan
tegangan pada balok prategang.
4. Balok prategang direncanakan dengan sistem pascatarik dengan satu buah tendon yang
didongkrak secara simultan sekaligus sehingga kehilangan tegangan akibat perpendekan
elastis tidak terjadi. Kehilangan tegangan secara langsung dan tidak langsung yang
terjadi pada balok prategang yaitu sebesar 17,55 %
DAFTAR PUSTAKA
Pangaribuan, Herri Mangara. (2012). Kajian Keandalan Struktur Gedung Tahan Gempa yang Menggunakan Balok Prategang.
Aryanti, Riza dan Aminsyah, Muhammad. (2004). Penerapan Konsep Disain Kapasitas pada Perencanaan Struktur Tahan Gempa.
Jurnal Ilmiah R & B, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2004.
Artiningsih, Titik penta. (2008). Perilaku Siklik Balok Prategang Parsial Pratarik Akibat Perbedaan Rasio Tulangan. Jurnal Teknik
Sipil, Volume 8, Nomor 3, Juni 2008 : 237 - 249
Darmawan, M. Sigit. (2009). Kemungkinan Terjadinya Retak Pada Balok Pratekan Full Prestressing. Jurnal Aplikasi ISSN 1907
753x, Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009
Imran, Yuliardi, Suhelda, dan Kristianto. (2008). Aplicability Metoda Desain Kapasitas pada Perancangan Struktur Dinding Geser
Beton Bertulang. Seminar dan Pameran HAKI 2008 - Pengaruh Gempa dan Angin terhadap Struktur.
Sutarja, I Nyoman. (2006). Pengaruh Rangkak, Susut, dan Relaksasi Baja terhadap Lendutan Balok Jembatan Komposit Beton
Prategang. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Volume 10, nomor 1, januari 2006.
Lin, T.Y., Burn, Ned H. (1982). Design of Prestressed Concrete Structures. John Wiley & Sons, Inc. Third Edition.
Nawy, Edward G., (1996). Prestressed Concrete : A Fundamental Approach, 2nd Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. (2012). SNI 1726-2012: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan Standardisasi Nasional.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. (2013). SNI 2847-2013: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung . Badan
Standardisasi Nasional.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. (2012). SNI-03-1727- 2012 Beban Minimum untuk Perancangan Banugnan Gedung dan
Struktur Lain. Badan Standardisasi Nasional.