Anda di halaman 1dari 8

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI

HALUSINASI PENDENGARAN PADA Sdr.A

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program

Pendidikan Doploma III di Akademi Keperawatan

Insan Husada Surakarta

Oleh :

SAYATI

NIM 14098

AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA

SURAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Globalisasi atau era pasar bebas disadari atau tidak berdampak pada pelayanan

kesehatan. Dua hal utama yang berpengaruh terhadap perkembangan pelayanan

kesehatan termasuk keperawatan, adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan

pennyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa pelayanan. Pada

hakikatnya persaingan itu adalah prsaingan kualitas. Ini berarti bahwa tenaga kesehatan

termasuk tenaga keperawatan jiwa, harus mempunyai standar global dalam memberikan

pelayanan kesehatan jika mereka tidak ingin ketinggalan (Iyus Yosep, 2010: 32)
Terjadinya perang, konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan

salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan

jiwa pada manusia. Menurut data WHO (World Health Organization), masalah gangguan

kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius.

WHO (2001) menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang didunia mengalami

masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia yang

mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara wilayah Asia Tenggara hampir satu

pertiga dari penduduk diwilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri.

Buktinya, bisa kita kita cocokan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan Rumah

tangga (SKRT) tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1000

anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa. Dalam hal ini Dirjen Bina Kesehatan

Masyarakat Depkes mengatakan, angka itu menunjukan jumlah penderita gangguan

kesehatan jiwa dimasyarakat sangat tinggi,yakni satu dari emoat penduduk indonesia

mengalami kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat,

kenakalan remaja sampai skizofrenia (Iyus Yosep, 2010: 30)


Bencana yang tidak habis-habisnya, baik yang dibuat oleh manusia maupun

kejadian alam merupakan sumber stressor yang berat mengakibatkan terjadinya berbagai

masalah kesehatan jiwa dari yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa

yang ringan berupa masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi

pada orang yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi

dan psikosis dapat terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani

dengan baik (Keliat Budi Anna, 2010: 2). Menurut data kesehatan di Aceh, hampir 90%

korban gempa bumi dan tsunami Aceh yang selamat mengalami gangguan jiwa baik

skala berat maupun ringan. Cara termudah dan termurah membantu mereka adalah

menjadi pendengar dan teman bicara yang baik. Menurut Ketua Tim Psikologi RSJP

Medan, pasien yang mereka rawat kebanyakan penderita gangguan jiwa berat. Psikiater

dari Rumah Sakit Cipto Mngunkusumo, jakarta. Lima hari di Aceh cukup bagi dia untuk

menyimpulkan bahwa 90% warga Aceh yang selamat mengalami problem emosional

dari tingkatan rendah sampai tingkatan tertinggi. Penyakit mental yang mereka derita

ternyata tak hanya karena kehilangan harta benda dan anggota keluarga akibat tsunami.

Gangguan mental warga Aceh yang ditemukan juga diperkuat oleh trauma masa silam

saat konflik dan perang yang berkepanjangan di Serambi Mekah (Iyus Yosep, 2010: 35)
Gangguan jiwa adalah Kumpulan dari keadaan-keadan yang tidak normal, baik

yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Kebnormalan terlihat dalam

berbagai macam yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa

dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), histeria,

rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan

sebagainya (Iyus Yosep, 2010: 77).


Ganguan skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak, dalam

Broken Brain, The Biological in Psychitri, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan

skizofrenia merupakan suatu hal melibatkan banyak sekali faktor. Faktor itu meliputi
perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik. Secara

general gejala serangan skrizofenia dibagi menjadi dua yaitu gejala positif dan negatif

(Iyus Yosep, 2010: 211). Berdasarkan data dari Amerika serikat terdapat 300.000 pasien

skizofrenia mengalami episode akut, 20% samapai 50% pasien skizofrenia melakukan

percobaan bunuh diri, dan 10% diantaranya berhasil bunuh diri, dan angka kematian

pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya

(Yoseph, 2007: 59).


Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat

stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing

voices or sound), penglihatan (Visual-seeing persons of things), penciuman (Olfactory-

smelling odors), pengecapan (Gustatori-expriencing tastes) (Iyus Yosep, 2010: 217).

Halusinasi pendengaran adalah mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas

ataupun yang kurang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak

berbicara klien dan kadang memerintahbklien untuk melakukan sesuatu (Farida. K/Yudi.

H, 2010: 107).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di

atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien

melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang

nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar

suara, terutamanya suarasuara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang

dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.


Dari data yang telah di dapatkan dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta di

dapat data sebagai berikut :


Tabel. 1 Distribusi gangguan jiwa di RSJD tahun 2010

No Kode diagnosa Jumlah %


1 F20.8 1047 4075
2 F20.0 407 16
3 F20.3 333 13
4 F20.5 158 6,15
5 F32.3 71 2,76
6 F23.0 67 2,6
7 F06.8 59 2,3
8 F20.1 33 1,28
9 F25.0 33 1,28
10 F31.2 31 1,2
11 F23.2 30 1,16
12 F20.9 29 1,12
13 F23.1 26 0,85
14 F25.1 22 0,85
15 F23 16 0,62
16 F25.1 12 0,46
17 F06.9 10 0,38
18 F20.2 10 0,38
19 F00 10 0,38
20 F23.3 7 0,27
21 Lain-lain 158 6,15
2569 100

Sementara data yang di dapatkan dari ruang Pringgondani RSJD Surakarta pada

bulan januari jumlah pasien 38 orang diantaranya; pasien dengan Defisit Perawatan Diri

(DPD) sebanyak 17 pasien (44,7%), , Harga Diri Rendah (HDR) 7 pasien (18,4%),

Halusinasi 5 pasien (13,2%) dan Perilaku Kekerasan 5 pasien (13,2%), Menarik Diri

(MD) 4 pasien (10,5%). Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa jumlah pasien dengan

gangguan persepsi halusinasi cukup rendah atau sedikit di bandingkan dengan pasien

dengan DPD dan HDR. Walaupun demikian, pada pasien dengan gangguan persepsi

sensori halusinasi mempunyai resiko untuk menciderai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan. Tentunya hal itu sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kematian.

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis telah menagambil masalah tersebut

sebagai kasus dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah dan agar dapat membantu klien

dalam mengatasi permasalahan yang ada.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah penulis dapat memberikan

Asuhan Keperawatan secara optimal pada klien dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian dengan benar pada klien dengan

gangguan persepsi sensori halusinasi auditory.


b. Penulis mampu membuat pohon masalah gangguan persepsi sensori halusinasi

auditory.
c. Penulis mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi auditory.


d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien dengan gangguan persepsi

sensori halusinasi auditory.


e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan persepsi

sensori halusinasi auditory.


3. Manfaat
1. Manfaat bagi Penulis
Sebagai sarana menambah pengetahuan, pengalaman serta keterampilan penulis

dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori halusinasi auditory.


2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan karya tulis ilmiah ini menjadi bahan masukan dalam proses belajar

mengajar khususnya mata ajar Keperawatan Jiwa dalam asuhan keperawatan pada

klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi auditory.


3. Manfaat bagi Rumah Sakit
a. Rumah Sakit
Untuk dapat meningkatakan mutu pelayanan kesehatan dengan cara

menekankan pada pengaplikasian SOP dan Protap yang dibuat secara

maksimal dalam pemberian Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi auditory.


b. Perawat Ruangan Pringgondani
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam pemberian

Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi

tetapi tidak mengesampingkan masalah kesehatan fisik pasien yang ada di

ruang Pringgondani, karena di ruangan tersebut selain menangani gangguan

psikis tetapi juga gangguan pada fisik pasien.


4. Masyarakat
a. Keluarga
1. Perawatan di rumah
Agar keluarga mampu merawat anggota keluarganya dengan gangguan

persepsi sensori sebelum gangguan tersebut semakin parah, keluarga

mampu mengelola anggota keluarga yang mengalami gangguan persepsi

sensori halusinasi antara lain tahu kapan pasien harus kontrol ke rumah

sakit dan membantunya untuk minum obat secara teratur di rumah.


2. Perawatan di rumah sakit
Agar keluarga selalu memdukung anggota keluarganya yang menderita

gangguan persepsi sensori halusinasi dengan cara mengunjungi pasien,

mampu berperan aktif dalam memantau perkembangan pasien dirumah

sakit, serta mampu merawat anggota keluarganya setelah pulang dari rumah

sakit untuk mencegah kekambuhan atau kejadian tersebut terulang kembali.


b. Masyarakat
Agar masyarakat tahu bagaimana cara memperlakukan seseorang dengan

gangguan persepsi sensori halusinasi dan tidak mengangagap bahwa orang

yang tersebut sebagai sampah masyarakat yang tidak berguna.


C. Metode pengumpulan data
Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan data dasar penulis menggunakan atau membaca

referensi-referensi dari internet dan buku yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas yaitu : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


2. Studi Kasus.
Untuk studi kasus penulis mempelajari kasus klien dengan menggunakan

metode pemecahan masalah melalui pendekatan atau proses keperawatan yang

komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa data, perumusan diagnosa

keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi

asuhan keperawatan.
3. Teknik Wawancara.
Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung pada klien, perawat, dan

dokter yang merawat guna memperoleh data-data yang dibutuhkan di RSJD

Surakarta.

4. Teknik Observasi.
Penulis secara langsung melakukan pengamatan untuk dapat melihat secara

langsung bagaimana pelaksanaan perawatan dan keadaan klien selama perawatan.


5. Studi Dokumentasi.
Penulis mengumpulkan data atau informasi melalui catatan keperawatan

dilembaran status klien serta mengadakan diskusi dengan tim kesehatan di RSJD

Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai