Ulkus DM Lengkap
Ulkus DM Lengkap
diabetes melitus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam tanda-tanda hiperglikemia dan
glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Gejala yang timbul pada hipoglikemia dapat dikelompokan menjadi dua kategori: gejala adrenergic dan gejala system
saraf pusat.
a. Hipoglikemia ringan
b. Hipoglikemia sedang
c. Hipoglikemia berat
2. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.Keadaan
ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
a. Dehidrasi
b. Kehilangan elektrolit
c. Asidosis
4. Penyaklit makrovaskular
Berbagai tipe penyakit makrovaskular dapat terjadi, tergantung pada lokasi lesi arterosklerosis.
b. Penyakit serebrovaskular
c. Penyakit vaskular perifer
5. Penyakit mikrovaskular
6. Neuropati
Ulkus diabetikum, sesuai dengan namanya adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan
komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri.Diabetes Melitus memiliki berbagai macam
komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetic (diabetic foot).
Di Amerika Serikat penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta klien dengan diabetes setiap tahunnya.
Sekitar 15% penderita DM dikemudian hari akan mengalami ulkus pada kakinya. Insiden ulkus diabetikum setiap
tahunnya adalah 2% diantara semua klien dengan diabetes dari 5-7,5% diantara klien diabetes dengan neuropati
perifer.
Meningkatnya prevalensi diabetes di Dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi
diabetes.Studi epidenmiologi melaporkan melaporkan lebih dari 1 juta amputasi dilakukan kepada penyandang
diabetes setiap tahunnya.Ini berarti setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes diseluruh dunia.
Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada klien diabetes didahului oleh ulkus pada kaki.Oleh sebab itu
pencegahan dan manajemen terdapat dari lesi-lesi kaki merupakan hal yang terpenting.
Pada kesempatan ini kelompok kami mengambil kasus asuhan keperawatan pada kliendengan ulkus diabetikum di
Ruang Soehoed Rumah Sakit Rajawali sehubungan dengan mulai praktisnya gaya hidup salah satunya berkenaan
dengan konsumsi makanan contohnya makanan cepat saji yang mudah di dapat juga pola makan yang tidak
seimbang, tanpa melihat efek jangka panjangnya, salah satunya berakibat diabetes. Jika seseorang telah terkena
penyakit diabetes, maka resiko terjadinya ulkus hingga ganggren diabetikum sangat memungkinkan. Disamping itu
pentingnya peran perawat dalam penatalaksanaan ulkus diabetikum melatarbelakangi kami untuk melakukan
observasi asuhan keperawatan pada kliendengan ulkus diabetikum.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada kliendengan Ulkus
Diabetikum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk institusi seperti Rumah Sakit, sehingga dapat memberi masukan untuk meningkatkan kinerja asuhan
keperawatan.
2. Untuk profesi keperawatan, sehingga bisa memberi gambaran asuahan keperawatan yang seharusnya diberikan
kepada klien.
3. Untuk pendidikan keperawatan, sehingga mampu memberikan wawasan yang luas bagi mahasiswa dalam
asuhan keperawatan
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus meliputi lima tahapan proses keperawatan.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
1. Wawancara
Merupakan pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung dan terarah yang meliputi autoanamnesa
dimana data didapatkan secara langsung dari klien dan Alloanamnesa dimana data terdapat dari keluarga klien.
2. Observasi
Merupakan pengumpulan data yang melihat secara langsung melalui pengamatan, perilaku, keadaan klien, masalah
kesehatan dan perawatan terhadap Klien
3. Pemeriksaan Fisik
Merupakan teknik pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik head to toe yang dilakukan untuk mendapatkan data
dasar.
4. Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data yang didapatkan melalui referensi untuk mendapatkan keterangan secara teoristis
berkaitan dengan kasus yang disajikan.
5. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan mempelajari data dari status klien atau catatan-catatan yang berkaitan dengan
penyakit klien.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu dimulai dengan Kata Pengantar, Daftar Isi, BAB I Pendahuluan yang
terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Metode dan Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis yang berisi
mengenai Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan Keperawatan pada Kliendengan Ulkus Diabetikum. BAB III Tinjauan
kasus yang berisi Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. Tdengan Ulkus Diabetikum di ruang Soehoed RS. Rajawali.BAB
IVPembahasan, BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran, dan yang terakhir yaitu Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
a) Diabetes melitus
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demham tanda tanda hiperglikemia
dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar, 2000).
Diabetes melitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktoral yang didirikan dengan hiperglikemia dan
hiperlipidemia (Mary Baradero, 2009; 85)
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia (smeltzer, S.C, & Bare. B.G, alih bahasa H.Y. Kuncara, dkk 2002: 1220).
b) Ulkus Diabetikum
Menurut Websters New Revirside University Dictionary definisi ulkus adalah suatu inflamasi, sering suatu lesi yang
bernanah pada kulit atau mukosa permukaan tubuh internal, seperti duodenum yang menghasilkan jaringan nekrosis.
Ulkus adalah luka terluka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan
disertai infasif kuman sapofit.Adanya kuman sapofit tersebut menyebabkan ulkus, berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropatik perifer.
Ulkus diabetikum adalah komplikasi kronik dari diabetes melitus sebagai sebab utama morbidias, mortalitas, serta
kecacatan penderita diabetes. Kadar ldl uang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik
melalui pembentukan plak arterosklerosis pada dinding pembuluh darah (Zaidah 2005).
2. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum
sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang
lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian
depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk
dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
2) Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon
langsung ke darah.
Pulau-pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan
berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau
berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang
besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.
1) Sel sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 -40 % ; memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik,
suatu hormon yang mempunyai anti insulin like activity .
2) Sel sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat insulin.
Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan.Di bawah mikroskop pulau-
pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM,
sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi
pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua
rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan
(perangkai), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Insulin dapat larut pada pH 4 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan
dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari
kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila
kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa
normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang
sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan
transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel lemak.
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan kulit juga merupakan
alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m 2. Rata-rata tebal
kulit 1-2mm. paling tebal (6mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis (0,5mm) terdapat di penis
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis dan korium dan jaringan subkutan/subkutis.
1. Epidermis
Epidermis mengandung juga: kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat
ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara
penguapan. Kelenjar ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya berjulah
antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang
bermuara ke folikel rambut, terdapat diketiak, daerah anogenital. Putting susu dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat
diseluruh tubuh, kecuali di telapak tangan, tapak kaki dan punggung kaki. Terdapat banyak di kulit kepala, muka,
kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol dan zat lain.
2. Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan sukutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat
yang dilapisan atas terjalin rapat (pars papilaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih longgar (pars reticularis).
Lapisan pars tetucularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
3. Jaringan subkutan
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis
tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah limposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan sebkutan
mengandung saraf, pembuluh darah limfe. Kandungan rambut dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar
keringan. Fungsi dari jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan
energy.
3. Etiologi
Virus dan Bakteri.Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.Melalui mekanisme infeksi
sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui
reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.
Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM. Bahan Toksik atau Beracun.Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara
langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah
sianida yang berasal dari singkong. Genetik atau Faktor Keturunan keturunan Diabetes mellitus cenderung diturunkan
atau diawariskan, bukan ditularkan.Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.
Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.Biasanya
kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
Apabila pada seseorang penderita kencing manis kadar glukosa darahnya tinggi dalam jangka waktu yang lama,
maka akan timbul komplikasi menahun (kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila
mengenai sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila mengenai ginjal menyebabkan
gangguan fungsi ginjal).
Adapun gambaran luka pada penderita kencing manis dapat berupa: demopati (kelainan kulit berupa bercak-bercak
bitam di daerah tulang kering), selulitis (peradangan dan infeksi kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka
oval, kronik, tepi keputihan), osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (Jika kehitaman dan berbau busuk).
a. Neuropati diabetik
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan
menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-
kadang tidak terasa.
Gejala-gejala Neuropati : Kesemutan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan
sakit semua terutama malam hari.
Dampak dari neuropati diabetic salah satunya mengenai saraf sensorik (sensory neuropathy) yang terjadi akibat
control metabolisme yang kurang baik, dengan tanda-tanda sebagai berikut.
a) Kurang rasa atau paraestesi pada ujung anggota tubuh tangan dan kaki yang beresiko terjadinya luka pada
ujung kaki tanpa terasa dan berakhir dengan ganggren.
b) Dalam keadaan akut, banyak kencing dan muncul rasa nyeri dan seperti terbakar mendadak pada ujung jari
tangan dan kaki (ekstremitas) menyebar ke telapak kaki.
c) Dalam keadaan kronis (chronic sensorymotoric) muncul rasa nyeri dalam seperti tertusuk-tusuk, panas seperti
terbakar, rasa seperti kesetrum, terkadang kurang rasa (paraestesia), dan terlalu peka rasa (hiperesteria) pada
tangan dan telapak kaki. Gejala tersebut memburuk atau makin berat pada malam hari.
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila
sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren
diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan
nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
c. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati)
4. Patofisiologi
a) Diabetes Melitus
Diabetes tipe I. Pada tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pancreas telah
dihancurkan oleh autoimun.Hipeerglikemi-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.Di
samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darahdengan menstimulasi pelepasan glukosa dari hati.
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukuip tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih
diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan nini
dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebih, klienakan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengtalami peningkatan selera makan (polifagia)akibat menurunnya simpanan kalori.
Dengan menurunnya simpanan kalori membuat tubuh memecah semua protein untuk memenuhi kebutuhan kalori
tubuh yang kurang, hal ini dapat memperlambat penyembuhan luka. Pada penderita diabetes sering ditemukan
mengalami ulkus bahkan sampai gangren pada bagian ekstremitas tubuh penderita.Hal ini juga dipengaruhi oleh
penurunan vaskularisasi perifer dan penurunan daya imunitas tubuh.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:
resistensi insulin dan ganguan sekkresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukjosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan reaksi intra sel ini. Dengan
demikianm insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Terjadinya ganguan sekresi insulin yeng merupakan ciri khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksai badan keton yang menyertainya.Karena itu,
ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II.Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan syndrome hiperglikemik hiperosmoler nonkenotik (HHNK).
b) Ulkus Diabetikum
Perubahan patofisiologi pada tingkat biomolekuler menyebabkan neuropati perifer, penyakitvaskuler perifer dan
penurunan sistem imunitas yang berakibat terganggunya proses penyembuhan luka.
Deformitas kaki sebagaimana terjadi pada neuroartropati Charcot terjadi sebagai akibat adanya neuropati motoris.
Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis (akibat tekanan sepatu, benda tajam, dan
sebagainya) merupakan faktor yang memulai terjadinya ulkus.
Neuropati perifer pada penyakit DM dapat menimbulkan kerusakan pada serabut motorik, sensoris dan autonom.
Kerusakan serabut motoris dapat menimbulkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, pes
cavus, pes planus, halgus valgus, kontraktur tendon Achilles) dan bersama dengan adanya neuropati memudahkan
terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi akibat rusaknya serabut mielin mengakibatkan
penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki.
Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik menimbulkan kulit kering (anhidrosis) dan
terbentuknya fisura kulit dan edema kaki. Kerusakan serabut motorik, sensoris dan autonom memudahkan terjadinya
artropati Charcot. Gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskular (aterosklerosis) maupun
karena gangguan yang bersifat mikrovaskular menyebabkan terjadinya iskemia kaki.
Keadaan tersebut di samping menjadi penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses penyembuhan ulkus
kaki.Untuk tujuan klinis praktis, kaki diabetika dapat dibagi menjadi 3 katagori, yaitu
iskemia
neuroiskemia.
Pada umumnya kaki diabetika disebabkan oleh faktor neuropati (82%) sisanya adalah akibat neuroiskemia dan murni
akibat iskemia.
5. Klasifikasi
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat menurut Wagner (1983), yaitu :
Derajat
IV
:
Derajat
V
:
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi kelainan kaki diabetik menjadi dua golongan :
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah
besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi.Klinis di jumpai kaki yang kering,
hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
6. Manifestasi Klinis
a. Diabetes Melitus
Smeltzer, S.C, & Bare. B.G, alih bahasa H.Y. Kuncara, dkk (2002) mengungkapkan beberapa tanda dan gejala
penderita Diabetes Melitus sebagai berikut :
1) Poliuri
Diuresis osmotic terjadi bila ambang ginjal terhadap reabsorbsi glukosa dicapa dan kelebihan glukosa keluar melalui
ginjal.Ambang ginjal terhadap glukosa adalah 180 mg/100 ml.
2) Polidipsi
Disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energy dari perubahan sintesis protein dan lemak
5) Pruritus Vulvular
b. Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu
tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri bagian distal.Biasanya
terdapat ulkus diabetikum pada telapak kaki.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan memberikan
gejala klinis 5 P yaitu:
1. Pain ( nyeri )
2. Paleness ( kepucatan )
5. Paralysisi ( lumpuh )
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine, yaitu 4 :
4) Denyut nadi berkurang atau bahkan tidak ada pada daerah yang
terdapat ulkus
7. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi: GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
8. Penatalaksanaan
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan
hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan
pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein
tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%.
Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian
antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah.Sebaliknya penderita dengan
hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus
diupayakan sebagai perawatan klien secara total.
2. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.Modifikasi weight bearing meliputi bed rest, memakai
crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus.Semua klien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata
kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki klien sudah tidak
peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri
masuk pada tempat luka.
3. Obat-obatan
Pencegahan infeksi sistemik karena luka lama yang sukar sembuh dan penanganan pengobatan DM merupakan faktor
utama keberhasilan pengobatan secara keseluruhan.Pemberian obat untuk sirkulasi darah perifer dengan pendekatan
multidisiplin (reologi-vasoaktif-neurotropik-antiagregasi-antioksidan-antibiotika) merupakan pokok pengobatan dan
menjadi berhasil bila juga harus dilakukan terapi bedah dengan amputasi.
4. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat
ditentukan sebagai berikut:
9. Komplikasi
Hipoglikemi yang abnormal dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang berlebihan atau telalu sekit dan aktivitas fisik yang berlebihan.
Gejala yang timbul pada hipoglikemia dapat dikelompokan menjadi dua kategori: gejala adrenergic dan gejala system
saraf pusat.
d. Hipoglikemia ringan
Terjadi ketika kadar kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke
dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
e. Hipoglikemia sedang
Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Gejala yang muncul seperti ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, matirasa didaerah bibr dan lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku
yang tidak rasional, penglihatanganda dan perasaan ingin pingsan.
f. Hipoglikemia berat
Fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga klien memerlukan perto,ongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
2. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.Keadaan
ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang
penting pada diabetes ketoasidosis:
a. Dehidrasi
b. Kehilangan elektrolit
c. Asidosis
Syndrome hiperglikemia hiperosmoler nonkenotik (HHNK) merupakan keadaan yang didominasi oleh hipeeosmolaritas
dan hioerglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.Peningkatan persisten menyebabkan diuresis osmotik
sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotic, cairan akan
berpindah dari ruang intrasel kedalam ruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai
hipernatremia dan peningkatan osmolaritas.
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua system organ dalam tubuh. Kategori komplikasi kronis
diabetes yang lazim digunakan adalah:
1. Penyaklit makrovaskular
Berbagai tipe penyakit makrovaskular dapat terjadi, tergantung pada lokasi lesi arterosklerosis.
Perubahan arterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan peningkatan insidens infark miokard.Salah
astu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang dideerita oleh klien-klien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala
iskemik yang khas.
e. Penyakit serebrovaskular
Perubahan arterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembuluh darah embolus di tempat lain dalam
system pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral dapat
menimbulkan serangan iskemia sepintas (TIA= transient ischemic attack) dan stroke.
Perubahan arterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah merupakan penyebab meningkatnya
insidens penyakit oklusif arteri perifer pada klien-klien diabetes.Tanda-tanda dan gejala penyakit vascular perifer
dapat mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikaso intermiten (nyeri pada pantat atau bertis ketika
berjalan).
2. Penyakit mikrovaskular
Perubahan mikrovaskular merupakan komplikasi unik yang hanya terjadi pada penderita diabetes.Penyakit
mikrovaskular ditandai oleh penebalan membran basalis mengelilingi sel-sel endotel kapiler. Para periset
mengemukakan hipotesis bahwa peningkatan kadar glukosa darah menimbulkan suatu respon mengenai suatu
rangkaian reaksi biokimia yang membuat membran basalis beberapa kali lebih tebal daripada keadaan normalnya.
Ada dua tempat di mana ganguan fungsi kapiler dapat berakibat srius; kedua tempat tersebut adalah mikrosirkulasi
retina dan ginjal.
3. Neuropati
Patogenesis neuropati dalam diabetes dapat dikaitkan dengan mekanisme vascular atau metabolisme atau kedua-
duanya, meskipun perannya yang berhubungan mekanisme ini masih belum berhasil ditemukan.Penebalan membran
basalis kapiler dan penutupan kapiler dapat dijumpai.Di damping itu mungkin terdapat demielinisasi saraf yang
diperkirakan berhubungan dengan hiperglikemia. Hantaran saraf akan terganggu apabila terdapat kelainan pada
selubung myelin.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klienulkus kaki diabetik hendaknya dilakukan secara komperhensif
dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan
membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi/mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan
pokok, yaitu:
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui
anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh
dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah
di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit
keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2) 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang ada pada penderita ulkus
diabetikum
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klienulkus kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya
dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu
adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti klien.
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan
sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah
lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan penderita.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan klien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria).Pada eliminasi relatif tidak ada gangguan.
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
Luka yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
Klien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya
trauma.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan klien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi
sex, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif /adaptif.
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
3) Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar
ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
e. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
f. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
g. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
h. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
4) Pemeriksaan laboratorium
5) Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam
mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow
yang terdiri dari :
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan
kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan
kemungkinan.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
4. Kerja sama
dengan tim kesehatan
lain dalam pemberian
vasodilator,
pemeriksaan gula
darah secara rutin dan
terapi oksigen (HBO).
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji luas dan 1. Pengkajian yang tepat
kulit berhubungan tindakan keperawatan keadaan luka serta terhadap luka dan proses
dengan adanya selama 3x24 jam, proses penyembuhan. penyembuhan akan membantu
gangren pada proses penyembuhan dalam menentukan tindakan
ekstrimitas. luka tercapai. 2. Rawat luka selanjutnya
dengan baik dan
Kriteria hasil: benar: membersihkan 2. Merawat luka dengan teknik
luka secara aseptik, dapat menjaga
1. Berkurangnya asepticmenggunakan kontaminasi luka dan larutan
oedema sekitar luka. larutan yang tidak yang iritatif akan merusak
2. Pus dan jaringan iritatif, angkat sisa jaringan granulasi tyang timbul,
berkurang balutan yang sisa balutan jaringan nekrosis
menempel pada luka dapat menghambat proses
3. Adanya jaringan dan nekrotomi granulasi.
granulasi. jaringan yang mati.
3. Insulin akan menurunkan
4. Bau busuk luka 3. Kolaborasi kadar gula darah, pemeriksaan
berkurang. dengan dokter untuk kultur pus untuk mengetahui
pemberian insulin, jenis kuman dan anti biotik yang
pemeriksaan kultur tepat untuk pengobatan,
puspemeriksaan gula pemeriksaan kadar gula
darah pemberian anti darahuntuk mengetahui
biotik. perkembangan penyakit.
3. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat, 1. Untuk mengetahui berapa
dengan iskemik tindakan keperawatan frekuensi, dan reaksi berat nyeri yang dialami klien.
jaringan. selama 3x24 jam, nyeri yang dialami
rasa nyeri klien. 2. Pemahaman klien tentang
hilang/berkurang penyebab nyeri yang terjadi akan
2. Jelaskan pada mengurangi ketegangan klien
Kriteria hasil: klien tentang sebab- dan memudahkan klien untuk
sebab timbulnya diajak bekerjasama dalam
1. Penderita secara nyeri. melakukan tindakan.
verbal mengatakan
nyeri 3. Ciptakan 3. Rangsangan yang
berkurang/hilang . lingkungan yang berlebihan dari lingkungan akan
tenang. memperberat rasa nyeri.
2. Penderita dapat
melakukan metode 4. Ajarkan teknik 4. Teknik distraksi dan
atau tindakan untuk distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
mengatasi atau relaksasi. nyeri yang dirasakan klien.
mengurangi nyeri .
5. Atur posisi klien 5. Posisi yang nyaman akan
3. Pergerakan senyaman mungkin membantu memberikan
penderita bertambah sesuai keinginan klien. kesempatan pada otot untuk
luas. relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan
4. Tidak ada massage dan kompres 6. Massage dapat
keringat dingin, tanda luka dengan BWC saat meningkatkan vaskulerisasi dan
vital dalam batas rawat luka. pengeluaran pus sedangkan BWC
normal. (S: 36-37,50C, sebagai desinfektan yang dapat
N: 6080 x/menit, T: 7. Kolaborasi memberikan rasa nyaman.
100130 mmHg, RR: dengan dokter untuk
1820 x/menit). pemberian analgesik. 7. Obatobat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri
klien
6. Potensial terjadinya Tujuan : Tidak terjadi 1. Kaji adanya 1. Pengkajian yang tepat
penyebaran infeksi penyebaran infeksi tanda-tanda tentang tanda-tanda penyebaran
(sepsis) berhubungan (sepsis). penyebaran infeksi infeksi dapat membantu
dengan tingginya pada luka. menentukan tindakan
kadar gula darah. Kriteria Hasil : selanjutnya.
2. Anjurkan kepada
1. Tanda-tanda klien dan keluarga 2. Kebersihan diri yang baik
infeksi tidak ada. untuk selalu menjaga merupakan salah satu cara untuk
2. Tanda-tanda vital kebersihan diri selama mencegah infeksi kuman.
dalam batas normal perawatan.
3. untuk mencegah
(S: 36-37,50C) 3. Lakukan kontaminasi luka dan
3. Keadaan luka perawatan luka secara penyebaran infeksi.
baik dan kadar gula aseptik.
4. Diet yang tepat, latihan fisik
darah normal. 4. Anjurkan pada yang cukup dapat meningkatkan
klien agar menaati daya tahan tubuh, pengobatan
diet, latihan fisik, yang tepat, mempercepat
pengobatan yang penyembuhan sehingga
ditetapkan. memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.
5. Kolaborasi
dengan dokter untuk 5. Antibiotika dapat menbunuh
pemberian antibiotika kuman, pemberian insulin akan
dan insulin. menurunkan kadar gula dalam
darah sehingga proses
penyembuhan
7. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan nyaman.
5. Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengekspresikan
perasaan kehilangan.
6. Beri dorongan
klien untuk
berpartisipasi dalam
perawatan diri dan
hargai pemecahan
masalah yang
konstruktif dari klien.
10. Ganguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Lingkungan yang nyaman
berhubungan dengan tindakan keperawatan lingkungan yang dapat membantu meningkatkan
rasa nyeri pada luka di selama 3x24 jam, nyaman dan tenang. tidur/istirahat.
kaki gangguan pola tidur
klien teratasi. 2. mengetahui perubahan dari
hal-hal yang merupakan
1. Kriteria hasil 2. Kaji tentang kebiasaan klien ketika tidur akan
:Klien mudah tidur kebiasaan tidur klien mempengaruhi pola tidur klien.
dalam waktu 30 40 di rumah.
menit. 3. Mengetahui faktor
3. Kaji adanya penyebab gangguan pola tidur
2. Klien tenang dan faktor penyebab yang lain dialami dan dirasakan
wajah segar. gangguan pola tidur klien.
yang lain seperti
3. Klien cemas, efek obat- 4. Pengantar tidur akan
mengungkapkan obatan dan suasana memudahkan klien dalam jatuh
dapat beristirahat ramai. dalam tidur, teknik relaksasi
dengan cukup akan mengurangi ketegangan
4. Anjurkan klien dan rasa nyeri.
untuk menggunakan
pengantar tidur dan 5. Untuk mengetahui
teknikrelaksasi . terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur klien akibat
5. Kaji tanda-tanda gangguan pola tidur sehingga
kurangnyapemenuhan dapat diambil tindakan yang
kebutuhan tidur klien. tepat
Diposkan oleh novi puspitasari di 22.45
Poskan Komentar
Beranda
Pengikut
Arsip Blog
2011 (1)
o November (1)
diabetes melitus
Mengenai Saya
novi puspitasari