Anda di halaman 1dari 3

Fisika dan Kimia Air

Reaksi Penyabunan (SAPONIFIKASI)


November 17, 2014 oleh tewewe

Tujuan: Membuat sabun dengan mereaksikan antara minyak/ lemak dengan NaOH

DASAR TEORI

Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan menggunakan basa


kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau
sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk
menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Perbedaan antara sabun
keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut
dalam air jika dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi
saponifikasi.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara
senyawa alkali dan lemak / minyak.

Sabun memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak
akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg
atau Ca dalam air mengendap.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid, sabun
(garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat
polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3,
NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam
industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun
keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut
dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat


digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut
dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari
ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut
lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah
tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan
untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan
baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik
dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk
yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

1. NaCl

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada
produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine)
atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar
diperoleh sabun yang berkualitas.

2. Bahan aditif

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan
untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif
tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan:

1. Neraca Analitik / timbangan : 1 buah


2. Gelas kimia 250 mL : 2 buah
3. Penangas Air : 1 buah
4. Gelas ukur 10 ml : 2 buah
5. Gelas ukur 50 ml :1 buah
6. Penjepit Tabung : 2 buah
7. Spatula/ pengaduk : 1 buah
8. Hot Plate : 1 buah
9. Corong : 1 buah

Bahan yang digunakan :

1. Sampel minyak
1. Minyak pasaran
2. Minyak kemasan
2. Etanol 95%
3. NaOH 25%
4. NaCl (jenuh/ pekat)
5. Kertas saring 4 buah

PROSEDUR KERJA

1. Memasukkan 5 gram sampel minyak ke dalam beker gelas 250 mL.


2. Menambahkan 5 mL etanol 95% dan dalam 5 mL larutan NaOH 25%.
3. Memanaskan campuran tersebut sampai terjadi perubahan (menggumpal) dalam
penangas air yang telah mendidih (sambil mengaduk-aduk menggunakan batang
pengaduk) dan mengusahakan tinggi air jangan melebihi beker gelas.Mengamati hasil
yang terjadi.
4. Mengangkat gelas kimia dari penangas air
5. Menambahkan 40 mL larutan NaCl jenuh ke dalam larutan tersebut.
6. Mendinginkan dan menyaring dengan kertas saring (dirangkap).
7. Mengamati hasil yang terbentuk.
8. Membandingkan hasilnya antara minyak pasaran dengan minyak kemasan.

Anda mungkin juga menyukai