Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya


penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi.

Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan
yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami
kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.

Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik ihwal
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital,
terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.

Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan
sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.

Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal itu juga disertai dengan
bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga
penggunaan bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu
masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi
dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai
ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan
menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan
salah paham.

Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih
mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin
disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga
digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.

1
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian,
kata popular, kata sapaan dan kata serapan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Diksi?


2. Apa yang dimaksud dengan KosaKata?
3. Apa saja yang dimaksud dengan Jenis Kata Dalam Bahasa Kata Serapan ?
4. Apa yang dimaksud dengan Kata Serapan ?
5. Apa yang dimaksud dengan Imbuhan Dalam Bahasa Serapan
6. Apa yang dimaksud dengan Hubungan Antar Makna ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
:

1. Mengetahui apa yang dimaksud Diksi.


2. Mengetahui apa yang dimaksud Kosakata.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kata Serapan.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Imbuhan Dalam Bahasa Serapan.
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hubungan Anta Makna.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. PILIHAN KATA/DIKSI

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata
merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam
dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca
atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan
oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan
gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat
(sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Arti kedua, arti diksi yang lebih umum digambarkan dengan kata seni
berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada
pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi
adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di
dalam karang mengarang.

Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam
penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang,
hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

Persyaratan Diksi

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan
ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami
pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan
penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan :

Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase

Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan
kata/diksiyang tepat,seksama, lazim,dan benar.

3
a. Tepat

Contohnya :

Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan
mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.

b. Seksama

Contohnya :

Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita
biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari
agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut
tidak seksama.

c. Lazim

Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam
bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja.

Contohnya :

Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula
digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi
tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakain-nya.

Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.

Jenis Makna

Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:

1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus. Makna
ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku

2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi
(pemajemukan).

4
Contoh :

Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.

Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber
protein nabati.

Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit bersalin

Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:

1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan
tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.

Contoh :

a. Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas


b. Besi : logam yang sangat keras

2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra
dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau
makna kontekstual.

Contoh :

a. Ibu kota : pusat pemerintahan


b. Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol

Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :

1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.

Contoh :

meja, baju, membaca, menulis

2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang konkret.

Contoh :

baik, indah, sedih, gembira

Perubahan Makna

5
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.

1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.

Misalnya:

Kata Dulu Sekarang

Berlayar Mengarungi laut dengan memakaiMengarungi lautan dengan


kapal layar alat apa saja

Putera-puteri Dipakai untuk sebutan anak-anakSebutan untuk semua anak


raja laki-laki dan perempuan

2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu

Kata Dulu Sekarang

Sekarang Sebutan untuk semua orangGelar untuk orang yang


cendikiawan sudah lulus dari perguruan
tinggi

Madrasah Sekolah Sekolah yang mempelajari


ilmu agama Islam

Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :

1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan
lebih baik dari arti sebelumnya.

Contoh:

a. Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan


b. Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.

2. Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan lebih
rendh nilainya dari arti sebelumnya.

Contoh:

a. Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya


b. Kata bini sekarang dirasakan kasar

6
Pergeseran Makna

Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:

1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.

Contoh:

a. Tasya menyikat giginya sampai bersih


b. Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu

2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berbeda.

Contoh:

a. Sayur itu rasanya pedas sekali


b. Kata-katanya sangat pedas didengar.

Relasi Makna

1. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.

Contoh :

a. Bisa berarti ;
b. Dapat, sanggup
c. Buku berarti ,Kitab
d. antara ruas dengan ruas

2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi
berlainan pengucapan dan arti.

Contoh:

a. Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)


b. Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
c. Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)

3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan tetapi
berlainan tulisan dan arti

Contoh:

a. Bang dengan bank

7
b. Masa dengan massa

4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi mempunyai
arti yang sama.

Contoh:

a. Pintar dengan pandai


b. Bunga dengan kembang

Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab itu, di
dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya
dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim
dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

1. Pengaruh bahasa daerah

Contoh :

a. Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .


b. Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
c. Kata rindu bersinonim dengan kata kangen

2. Perbedaan dialek regional

Contoh :

a. Handuk bersinonim tuala


b. selop bersinonim seliper

3. Pengaruh bahasa asing

Contoh :

a. kolosal bersinonim besar,


b. aula bersinonim ruangan,
c. realita bersinonim kenyataan

4. Perbedaan dialek sosial

Contohnya :

1. suami bersinonim laki,


2. istri bersinonim bini,
3. mati bersinonim wafat.

8
Perbedaan ragam bahasa

Contohnya :

a. membuat bersinonim menggubah,


b. assisten bersinonim pembantu,
c. tengah bersinonim madya.
5. Perbedaan dialek temporal

Contohnya :

a. hulubalang bersinonim komandan,


b. kempa bersinonim stempel,
c. peri bersinonim hantu .

5. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.

Contoh:

a. Tua- muda
b. Besar kecil
c. Luas sempit

6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berartibanyak dan
tanda. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.

Contoh:

a. Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga
berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
b. Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga kaki
meja yang menahan meja.
c. Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata

Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata. Dengan membedakan


lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan mengena. Lingkungan itu
dapat kita lihat berdasarkan :

1. Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek

Contoh:

9
Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita bedakan
penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat tingkat
sosialnya

2. Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek

Contoh:

Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan geografinya

3. Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku

Contoh:

Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan maknanya.

4. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.

Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.

Contoh:

bunga, bulan, hewan, kendaraan

Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau terbatas.

Contoh:

Hipernim Hiponim

Melihat Menengok,menatap, melirik,menjenguk,melotot

Bunga Melati, Anggrek, Sedap Malam

Bulan Januari,Februari, Maret

Hewan Ayam, Burung, kambing

d. Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang.

Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan kata
dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan kata
langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.

10
Contoh :

1. Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas


2. Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
3. Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil kekasihnya melalui
telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit)
4. Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS, dan kelompencir.

2.1. Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon dan Slang

a. Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia.
b. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.

Berikut adalah contoh dari kata ilmiah dan kata populer tersebut.

Kata Ilmiah Kata Popular

Analogi kiasan

Frustasi rasa kecewa

Final akhir

Diskriminasi perbedaan perlakuan

Prediksi ramalan

Kontradiksi pertentangan

Format ukuran

Anarki kekacauan

Biodata biografi singkat

Bibliografi daftar pustaka

c. Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang
dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu
(dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).

Contohnya :

11
populasi, volume, abses, H2O,dan sebagainya.

d. Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan
sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini bersifat
sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi kata-kata biasa.

Contohnya :

asoy, manatahan dan sesuatu ya .

2.2. Pilihan Kata dan Penggunaanya

1. Kata dari dan daripada

Contoh :

1. Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)


2. Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan sebab)
3. Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (menyatakan alasan)

2. Kata pada dan kepada

Contoh :

a.Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)


b. Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)

3. Kata di dan ke

a. Contoh :
a.Atik sedang berada .luar kota (fungsi kata depan di)
b. Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar (keterangan waktu)

4. Kata dan dan dengan

Contoh :

a.Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin


b. Ibu memotong kue dengan pisau

5. Kata antar dan antara

Contoh :

a. Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)

12
b. Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu
B. KOSAKATA.

Kosakata atau yang biasa disebut dengan perbendaharaan kata, dapat diartikan sebagai:

Seluruh kata yang terdapat dalam satu bahasa;


Keberagaman kata yang dimiliki oleh seseorang (pembicara atau penulis);
Kata yang digunakan dalam suatu bidang ilmu pengetahuan,
Daftar kata yang tersusun seperti kamus yang disertai penjelasan secara singkat dan
praktis.

Menurut frekwensi penggunaannya, kosakata dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Kosakata aktif

Kosakata aktif adalah kosakata yang frekwensi penggunaannya sangat sering dipakai dalam
berbicara atau menulis.

Contoh Kosakata Aktif:

- Bunga, kembang - Berkata

- Matahari - Muka

- Angin - Wajah

- Seperti, sebagai - Tidur

- Hati - Mandi

- Jiwa - Sakit

- Yang - Ketika itu, lalu

- Zaman (dahulu) - Cerita

- Makan - Sesudah itu

- Duduk - Kabarnya, katanya

- Barangkali, agaknya - Sambil

- Benar - Sekali

13
2. Kosakata pasif

Kosakata pasif adalah kosakata yang frekwensi penggunaannya sangat jarang terpakai,
bahkan sudah tidak pernah dipakai samasekali.

Contoh Kosakata Pasif:

- Puspa, kusuma - Surya, mentari

- Bayu, pawana - bak, laksamana

- Kalbu - Sukma

- Nan - Bahari

- Santap - Bersemayam

- Bertitah - Durja

- Paras - Beradu

- Bersiram - Gering

- Kalakian - Alkisah

Kata-kata yang tergolong dalam kosakata aktif,tentu saja mempunyai frekwensi penggunaan
yang lebih sering daripada kosakata pasif. Kosakata suatu bahasa selalu berubah. Ada kata-
kata yang tidak dipakai lagi sehingga menjadi kata-kata yang using, sehingga menimbulkan
kata-kata baru.

Contoh kata-kata bentukan baru:

- Acak = sembarang

- Dampak = pengaruh kuat yang membawa akibat yang merugikan atau menguntungkan

- Mengimbau = Menyeru, memanggil, atau mengajak

- Kendala = rintangan, aral atau halangan

- Mapan = Berada dalam keadaan yang mantap

- Mawas diri = Melihat diri sendiri secara jujur

14
- Kesenjangan = ketidaksamaan, ketidakseimbangan

- Pascasarjana = jenjang pendidikan setelah sarjana

- Tunawisma = Gelandangan

- Citra = gambaran dalam pikiran, khayalan, bayangan

- Matra = Dimensi atau ukuran

- Tepaslira = Toleransi, tenggang rasa

- Wigati = Penting dan Mendesak

- Pramusiwi = Penjaga atau pengasuh anak-anak ketika orang tua mereka bekerja

- Pramuria = Yang melayani orang agar bergembira (hostess)

C. JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA

Jenis-jenis kata dalam bahasa Indonesia

Dalam tangga tata bahasa, kata menduduki tingkatan ketiga setelah fonem dan morfem.
Bahasa Indonesia memiliki jutaan kosakata yang melimpah, semua kosakata itu bisa kita
golongkan sesuai dengan jenis kelas katanya. Jenis kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri
atas sepuluh kelaskata. apa saja macam-macam kata dalam bahasa Indonesia.

Kelas kata dalam bahasa indonesia

Secara umum kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas 10 macam, yaitu:

1. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya
berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata kerja apabila
memenuhi persyaratan berikut:

(1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.

Contoh:

pergi (Pergi dengan gembira.)

15
tidur (Tidur dengan nyenyak.)

jalan (Jalan dengan santai.)

(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.

Contoh:

(akan) mandi

(sedang) tidur

(telah) pergi

(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.

Contoh:

(tidak) makan

(tidak) lihat

(tidak) pulang

(4) Berawalan me- dan ber-

Contoh:

melatih
melihat
merakit
berdiskusi
berpikir
berusaha

2. Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya
keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.

Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila memenuhi persyaratan
berikut.

(1) Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali.

16
Contoh:

a. indah (sangat indah/indah sekali)


b. baik (sangat baik/baik sekali)
c. tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)

(2) Dapat diberi awalan se- dan ter-.

Contoh:

a. luas (seluas/terluas)
b. bodoh (sebodoh/terbodoh)
c. mudah (semudah/termudah)
d. buruk (seburuk/terburuk)
e. baik (sebaik/terbaik)

(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.

Contoh:

a. murah (tidak murah)


b. sulit (tidak sulit)
c. pahit (tidak pahit)

Macam-macam kata sifat bisa kita golongkan ke dalam beberapa deskripsi, antara lain:

a. Deskripsi Warna

Contoh: merah, biru, putih, kuning, hijau, dsb.

b. Deskrpsi Ukuran

Contoh: luas, sempit, panjang, pendek, dsb.

c. Deskripsi Kualitas

Contoh: mudah, sulit, pandai, pintar, dsb.

d. Deskripsi Suasana hati

Contoh: sedih, senang, bahagia, gembira, dsb.

e. Deskripsi pencerapan

Contoh: terang, samar-samar, jelas, wangi, dsb.

17
3. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva,
nomina predikatif, atau kalimat.

Berikut adalah macam-macam adverbia.

(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling,
pernah, pula, saja, saling.

(2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.

(a) Adverbia reduplikasi, misalnya ; agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.


(b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

4. Kata benda (nomina)

Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep ataupun pengertian yang
berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda
apabila memenuhi persyaratan berikut.

(1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.

Contoh:

a. mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)


b. pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah)
c. pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)

(2) Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.

Contoh:

permainan
pertunjukan
kesehatan

(3) Dapat diingkari dengan kata bukan.

Contoh :

saya (bukan saya)

18
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk)

5. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang,
binatang, dan benda.

Contoh:

a. Ibu membeli gelas selusin.


b. Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
c. Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
d. Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.

6. Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain.
Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.

Contoh:

1. Aku sudah mencoba membujuknya.


2. Kami sangat berharap kepada kalian.
3. Dia telah meninggalkan kita.
4. Itu memang miliknya.

7. Kata Sambung (Konjungsi)

Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata
dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.

Contoh :

1. adik dan kakak


2. makan atau minum
3. tidak makan, tetapi minum
4. ia tidak naik kelas karena bodoh
5. Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.

8. Kata Sandang (Artikula)

Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.

Contoh:

19
1. sang guru (sang bermakna tunggal)
2. para pemimpin (para bermakna jamak)
3. si cantik (si bermakna netral)

9. Kata Seru (Interjeksi)

Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.

Contoh:

1. Aduh, kakiku sakit sekali.


2. Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
3. Ayo, jangan putus asa.
4. Wah, mahal sekali! kata adik.
5. Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah
6. hai, nah, oh, celaka, Masya Allah, dan Alhamdulillah.

10. Kata Depan (Preposisi)

Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.

Contoh:

a. di (sebelah) utara = menunjuk arah


b. ke timur = menunjuk arah
c. dari pasar = menunjuk tempat

D. KATA SERAPAN

Kata serapan adalah kata kata yang diambil dari bahasa asing dan diintegrasikan ke dalam
bahasa Indonesia. Kata serapan sendiri sering dikenal dengan kata pungutan atau kata
adaptasi. Meskipun berasal dari bahasa asing, kata serapan tersebut telah menjadi bagian
dalam bahasa Indonesia dan dipakai luas oleh masyarakat umum dalam percakapan sehari
hari.

Proses Penyerapan Kata Asing

Kata kata asing yang terserap ke dalam bahasa Indonesia melalui beberapa cara,
diantaranya adalah karena faktor adopsi, adaptasi, dan pungutan. Berikut ini adalah
pembahasan dan contoh contoh kata serapannya.

1. Adopsi

20
Proses adopsi dalam penyerapan kata asing dilakukan dengan cara mengambil kata asing
tanpa merubah pelafalan maupun penulisan. Dengan kata lain, bunyi maupun penulisannya
sama dengan bentuk aslinya.

Contoh : Reshuffle, Hamburger, Supermarket, dan lain lain.


Contoh kalimat : Andre menjadi gemuk karena suka memakan hamburger.

2. Adaptasi

Proses adapatasi adalah proses masuknya kata asing ke dalam bahasa Indonesia dengan cara
mengambil maknanya saja sedangkan penulisan dan lafalnya dirubah dan disesuaikan ke
dalam bentuk kaidah bahasa Indonesia.

Contoh:Organisasi,fluktuasi,minimal,maksimal,danlainlain.
Contoh kalimat : Organisasi itu melakukan bakti sosial untuk membantu anak yatim.

3. Pungutan

Kata serapan yang diambil melalui proses pungutan adalah kata kata yang merupakan
padanan kata dari bahasa asing itu sendiri. Dengan kata lain kata serapan yang melalui cara
ini adalah kata kata asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Contoh

Tryout=ujicoba
Balance=Iambang
Defisit = Kekurangan, dan lain sebagainya

Contoh Kata Serapan

Ada banyak sekali bahasa asing yang terserap ke dalam bahasa Indonesia. Namun, ada tiga
jenis bahasa asing yang paling banyak terserap ke dalam bahasa Indonesia. Bahsa bahasa
asing tersebut adalah bahasa Inggris, Belanda, Arab. Berikut ini adalah contoh contoh kata
serapan dalam bahasa Indonesia.

a. Kata Serapan dari Bahasa Inggris

Business = Bisnis

21
Ayahku menjalani bisnis jual beli barang bekas.

Aquarium = Akuarium

Adik menangis karena tidak dibelikan akuarium oleh ibu.

Balloon = Balon

Aku ingin sekali menaiki baalon terbang.

Bus = Bis

Shinta menunggu bis di halte setiap pagi pukul 7.00 wib.

Community = Komunitas

Aku bergabung dalam sebuah komunitas sepeda balap di kotaku.

Consume = Konsumsi

Kami mengkonsumsi tepung terigu sebagai bahan makanan pokok.

Focus = Fokus

Kita harus fokus mengejar apa yang menjadi impian kita.

b. Kata serapan dari Bahasa Belanda

Docent = Dosen

Ayah Andri bekerja sebagai dosen Universitas Lampung.

Chocolade = Coklat

Riska gemar memakan coklat.

Hotel = Hotel

Kami meginap di Hotel Indonesia semalam ketika berkunjung ke Jakarta.

Atleet = Atlet

Kakak Andri adalah seorang atlet Volley yang terkenal.

Boezoek = Besuk

22
Ketika aku sakit, teman teman ku semua datang membesuk.

c. Kata Serapan dari bahasa Arab


1. Ilmu = Ilmu

Marilah kita menuntut ilmu setinggi mungkin.

2. Awal = Awal

Munculnya Budi Utomo di Indonesia menjadi awal kebangkitan perjuangan bangsa


Indonesia.

3. Akhir = Akhir

Pertunjukan tari disertai dengan kembang api itu adalah akhir dari rangkaian acara ini.

4. Halal = Halal

Sebagai orang islam, kita harus mengkonsumis makanan makanan yang halal.

5. Haram = Haram

Daging babi adalah makanan yang haram bagi orang islam.

7. Rizki = Rezeki

Kita harus bersyukur apabila mendapatkan rezeki dari Allah SWT.

8. Zhalim = Lalim

Penguasa yang lalim adalah penguasa yang dibenci oleh seluruh rakyatnya.

E. IMBUHAN DALAM BAHASA SERAPAN

Imbuhan serapan merupakan serapan dari bahasa asing pada umumnya berfungsi sebagai
kata benda dan kata sifat. Makan umum yaitu untuk menandai kata sifat. imbuhan serapan
sering kali berasal dari bahasa asing misalnya : berasal dari bahasa Inggris, Belanda,Jerman,
Perancis dan Arab

Imbuhan serapan mempunyai sifat atau ciri misalnya : ilegal, universal atau sportif, aktif, dan
egois. Sebaliknya, -isme mengandung makna paham, misalnya nasioalisme, komunisme dsb.

Kata serapan itu masuk kedalam bahasa Indonesia dengan empat cara yaitu :

23
1. Cara adopsi : terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk makna kata asing itu
secara / keseluruhan . contoh: super market, palaza, mall.
2. Cara adaptasi : terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna asing itu,
sedangakan ejaan atau cara penulisanya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.

Contoh:
pluralization = pluralisasi
acceprability = akseptabilitas
maximal = maksimal
cadea = kado

3. Cara penerjemah : terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung
dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut diberi padanan dalam
bahasa Indonesia. Contoh :
1. overlap= tumpah tindih,
2. acceleration= percepatan ,
3. pilot project= proyek rintisan,
4. try out= uji coba.
4. Cara kreasi : terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada
dalam bahasa sumbernya, kemudian carikan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
effektive= berhasil guna ,
spare part= suku cadang .

Penulisan serapan asing atau partikel asing atau imbuhan asing.

Penulisan kata serapan berbeda dengan penulisan kata selain kata serapan, penulisan kata
serapan ialah dengan cara digabung dengan kata dasarnya .

Contoh : -antar = antarnegara, - pasca = pascagempa , - tuna = tunarungu.

Pengecualian dalam kata serapan : dalam imbuhan serapan yang tidak boleh digabung dengan
kata dasar ialah NON. Kata non dalam imbuhan serapan harus ditulis dengan tanda strip ( -
).

Contoh :

non-islam.

Salah satu caranya adalah dengan mempercepat pengesahan RUU anti pornografi dan
antiporno aksi merupakan kata jadian dengan prefiks serapan anti. Anti merupakan prefiks

24
serapan dengan makna melawan, mementang, memusuhi.
Selain anti, bahasa Indonesia juga menyerap prefiks-prefiks asinga untuk memperkaya
kosakata bahasaIndonesia , seperti tampak pada uraian berikut :

1. Prefiks a berfungsi menindakan kata dasarnya contoh : assosial dan amoral


2. Prefiks pra berfungsi menyatakan sebelum atau di muka sesuatu yang disebut dalam
dasar contoh: prasangka dan prakarya

3. Prefiks pasca menyatkan sesudah contoh : pasca gempa dan pasca sarjana
4. Prefiks swa menyatakan , sendiri contoh : swasembada dan swakarya
5. Prefik serba menyatakan semua atau segala-galanya contoh : serbabaru dan serbaguna

Prefiks tuna menyatakan kehilangan atau kekurangan sesuatu tidak memiliki sesuatu yang
disebut dalam kata dasar.

Contoh : tunakarya dan tunanetra.

Awalan Asal makna

Contoh
Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca, Sapta, Dasa Sansekerta Satu, dua, tiga, empat, lima. Tujuh,
sepuluh Eka prasetya, dwi warna, tri satya , catur warga, pancasila, sapta marga, dasa dharma

F. HUBUNGAN ANTAR MAKNA

Hubungan antar makna adalah bentuk makna yang mengalami relasi atau hubungan antara
makna yang satu dengan makna yang lainnya. Beberapa contoh hubungan makna, antara lain.

Jenis-Jenis Hubungan Antarmakna

Hubungan antarmakna dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1. Sinonim

Sinonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki kesamaan atau
kemiripan makna.

Misalnya:

Umur-usia, unik-khas, cantik-jelita, tunai-kontan.

25
2. Antonim

Antonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang berlawanan maknanya.
Antonim dibedakan lagi menjadi :

a. Antonim mutlak

Misalnya:

Besar-kecil, atas-bawah, siang-malam, hidup-mati.

b. Antonim kembar

Misalnya:

Putra-putri, dewa-dewi, saudara-saudari.

c. Antonim gradual

Misalnya:

Tinggi-rendah, baik-buruk, panjang-pendek.

d. Antonim Relasional

Misalnya:

Bapak-anak, guru-siswa, suami-istri.

e. Antonim hierarki

Misalnya:

Jenderal-kapten, presiden-mentri, kilogram-gram

f. Antonim Majemuk

Misalnya:

Pintu-jendela, emas-perak.

3. Homonim

26
Homonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki tulisan dan lafal
yang sama , tetapi maknanya berbeda.

Misalnya:

1. Genting artinya atap rumah atau gawat


2. Bisa artinya racun ular atau dapat
3. Paku artinya nama pohon atau alat untuk membuat rumah.

4. Homofon

Homofon adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki tulisan dan
makna yang berbeda, tetapi lafalnya sama.

Misalnya:

Bank (penyimpanan uang) bang (sebutan untuk laki-laki).

5. Homograf

Homograf adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki makna dan lafal
yang berbeda, tetapi tulisannya sama.

Misalnya:

a. Apel (buah)= apel (upacara)


b. Seri (gembira)= seri (imbang)

6. Polisemi

Polisemi adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki makna ganda
atau banyak arti, namun masih terdapat hubungan kesamaan atau kemiripannya.

Misalnya:

a. Air hangat (panas)


b. Masalah hangat (baru)
c. Kembali menghangat (tegang)

7. Hipernim

27
Hipernim adalah bentuk hubungan makna yang cakupan katanya lebih luas dari beberapa kata
lainnya.

Misalnya:

a. Bacaan (buku, koran, majalah)


b. Hewan (kuda, kucing,kelinci)

8. Hiponim

Hiponim adalah bentuk hubungan makna yang tngkatan katanya lebih sempit di bawah kata
yang lebih luas.

Misalnya:

a. Melati, mawar, dahlia (bunga)


b. Kuda, kucing, kelinci (hewan)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis
gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama
dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan
penulis dapat dipahami dengan baik.

28
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai
dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan katakata itu. Pembentukan kata atau istilah
adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam
bidang tertentu.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan
yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan
maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.

SARAN

Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini
mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan kepada semua pembaca
untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi
diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan
menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Moeliono, Anton, 1991. Santun bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugono, Dendy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Jakarta.

Amran, Tasai. 2010 Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV Akademika Pressindo.

Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.

29
Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia perguruan tinggi. Erlangga. Jakarta

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta. Akademika Pressindo.

30

Anda mungkin juga menyukai