PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan
yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami
kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik ihwal
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital,
terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan
sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal itu juga disertai dengan
bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga
penggunaan bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu
masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi
dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai
ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan
menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan
salah paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih
mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin
disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga
digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
1
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata kajian,
kata popular, kata sapaan dan kata serapan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut :
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
:
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. PILIHAN KATA/DIKSI
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata
merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam
dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca
atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan
oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan
gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat
(sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Arti kedua, arti diksi yang lebih umum digambarkan dengan kata seni
berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada
pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi
adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di
dalam karang mengarang.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam
penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang,
hal tulis-menulis, serta tutur sapa.
Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan
ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami
pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan
penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan :
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan
kata/diksiyang tepat,seksama, lazim,dan benar.
3
a. Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan
mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
b. Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita
biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari
agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut
tidak seksama.
c. Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam
bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja.
Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula
digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi
tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakain-nya.
Jenis Makna
1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus. Makna
ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi
(pemajemukan).
4
Contoh :
Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.
Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber
protein nabati.
Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit bersalin
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan
tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.
Contoh :
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra
dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau
makna kontekstual.
Contoh :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
Perubahan Makna
5
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.
Misalnya:
2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan
lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
2. Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan lebih
rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
6
Pergeseran Makna
1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berbeda.
Contoh:
Relasi Makna
1. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.
Contoh :
a. Bisa berarti ;
b. Dapat, sanggup
c. Buku berarti ,Kitab
d. antara ruas dengan ruas
2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi
berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan tetapi
berlainan tulisan dan arti
Contoh:
7
b. Masa dengan massa
4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi mempunyai
arti yang sama.
Contoh:
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab itu, di
dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya
dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim
dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
Contoh :
Contoh :
Contoh :
Contohnya :
8
Perbedaan ragam bahasa
Contohnya :
Contohnya :
Contoh:
a. Tua- muda
b. Besar kecil
c. Luas sempit
6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berartibanyak dan
tanda. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
a. Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga
berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
b. Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga kaki
meja yang menahan meja.
c. Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata
Contoh:
9
Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita bedakan
penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat tingkat
sosialnya
Contoh:
Contoh:
4. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
Contoh:
Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau terbatas.
Contoh:
Hipernim Hiponim
Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan kata
dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan kata
langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
10
Contoh :
a. Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia.
b. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.
Berikut adalah contoh dari kata ilmiah dan kata populer tersebut.
Analogi kiasan
Final akhir
Prediksi ramalan
Kontradiksi pertentangan
Format ukuran
Anarki kekacauan
c. Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang
dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu
(dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya :
11
populasi, volume, abses, H2O,dan sebagainya.
d. Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan
sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini bersifat
sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi kata-kata biasa.
Contohnya :
Contoh :
Contoh :
3. Kata di dan ke
a. Contoh :
a.Atik sedang berada .luar kota (fungsi kata depan di)
b. Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar (keterangan waktu)
Contoh :
Contoh :
12
b. Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu
B. KOSAKATA.
Kosakata atau yang biasa disebut dengan perbendaharaan kata, dapat diartikan sebagai:
1. Kosakata aktif
Kosakata aktif adalah kosakata yang frekwensi penggunaannya sangat sering dipakai dalam
berbicara atau menulis.
- Matahari - Muka
- Angin - Wajah
- Hati - Mandi
- Jiwa - Sakit
- Benar - Sekali
13
2. Kosakata pasif
Kosakata pasif adalah kosakata yang frekwensi penggunaannya sangat jarang terpakai,
bahkan sudah tidak pernah dipakai samasekali.
- Kalbu - Sukma
- Nan - Bahari
- Santap - Bersemayam
- Bertitah - Durja
- Paras - Beradu
- Bersiram - Gering
- Kalakian - Alkisah
Kata-kata yang tergolong dalam kosakata aktif,tentu saja mempunyai frekwensi penggunaan
yang lebih sering daripada kosakata pasif. Kosakata suatu bahasa selalu berubah. Ada kata-
kata yang tidak dipakai lagi sehingga menjadi kata-kata yang using, sehingga menimbulkan
kata-kata baru.
- Acak = sembarang
- Dampak = pengaruh kuat yang membawa akibat yang merugikan atau menguntungkan
14
- Kesenjangan = ketidaksamaan, ketidakseimbangan
- Tunawisma = Gelandangan
- Pramusiwi = Penjaga atau pengasuh anak-anak ketika orang tua mereka bekerja
Dalam tangga tata bahasa, kata menduduki tingkatan ketiga setelah fonem dan morfem.
Bahasa Indonesia memiliki jutaan kosakata yang melimpah, semua kosakata itu bisa kita
golongkan sesuai dengan jenis kelas katanya. Jenis kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri
atas sepuluh kelaskata. apa saja macam-macam kata dalam bahasa Indonesia.
Secara umum kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas 10 macam, yaitu:
Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya
berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata kerja apabila
memenuhi persyaratan berikut:
(1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
15
tidur (Tidur dengan nyenyak.)
(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
(telah) pergi
Contoh:
(tidak) makan
(tidak) lihat
(tidak) pulang
Contoh:
melatih
melihat
merakit
berdiskusi
berpikir
berusaha
Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya
keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila memenuhi persyaratan
berikut.
(1) Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali.
16
Contoh:
Contoh:
a. luas (seluas/terluas)
b. bodoh (sebodoh/terbodoh)
c. mudah (semudah/termudah)
d. buruk (seburuk/terburuk)
e. baik (sebaik/terbaik)
Contoh:
Macam-macam kata sifat bisa kita golongkan ke dalam beberapa deskripsi, antara lain:
a. Deskripsi Warna
b. Deskrpsi Ukuran
c. Deskripsi Kualitas
e. Deskripsi pencerapan
17
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva,
nomina predikatif, atau kalimat.
(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling,
pernah, pula, saja, saling.
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep ataupun pengertian yang
berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda
apabila memenuhi persyaratan berikut.
Contoh:
Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
Contoh :
18
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang,
binatang, dan benda.
Contoh:
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain.
Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Contoh:
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata
dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.
Contoh :
Contoh:
19
1. sang guru (sang bermakna tunggal)
2. para pemimpin (para bermakna jamak)
3. si cantik (si bermakna netral)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh:
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh:
D. KATA SERAPAN
Kata serapan adalah kata kata yang diambil dari bahasa asing dan diintegrasikan ke dalam
bahasa Indonesia. Kata serapan sendiri sering dikenal dengan kata pungutan atau kata
adaptasi. Meskipun berasal dari bahasa asing, kata serapan tersebut telah menjadi bagian
dalam bahasa Indonesia dan dipakai luas oleh masyarakat umum dalam percakapan sehari
hari.
Kata kata asing yang terserap ke dalam bahasa Indonesia melalui beberapa cara,
diantaranya adalah karena faktor adopsi, adaptasi, dan pungutan. Berikut ini adalah
pembahasan dan contoh contoh kata serapannya.
1. Adopsi
20
Proses adopsi dalam penyerapan kata asing dilakukan dengan cara mengambil kata asing
tanpa merubah pelafalan maupun penulisan. Dengan kata lain, bunyi maupun penulisannya
sama dengan bentuk aslinya.
2. Adaptasi
Proses adapatasi adalah proses masuknya kata asing ke dalam bahasa Indonesia dengan cara
mengambil maknanya saja sedangkan penulisan dan lafalnya dirubah dan disesuaikan ke
dalam bentuk kaidah bahasa Indonesia.
Contoh:Organisasi,fluktuasi,minimal,maksimal,danlainlain.
Contoh kalimat : Organisasi itu melakukan bakti sosial untuk membantu anak yatim.
3. Pungutan
Kata serapan yang diambil melalui proses pungutan adalah kata kata yang merupakan
padanan kata dari bahasa asing itu sendiri. Dengan kata lain kata serapan yang melalui cara
ini adalah kata kata asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Contoh
Tryout=ujicoba
Balance=Iambang
Defisit = Kekurangan, dan lain sebagainya
Ada banyak sekali bahasa asing yang terserap ke dalam bahasa Indonesia. Namun, ada tiga
jenis bahasa asing yang paling banyak terserap ke dalam bahasa Indonesia. Bahsa bahasa
asing tersebut adalah bahasa Inggris, Belanda, Arab. Berikut ini adalah contoh contoh kata
serapan dalam bahasa Indonesia.
Business = Bisnis
21
Ayahku menjalani bisnis jual beli barang bekas.
Aquarium = Akuarium
Balloon = Balon
Bus = Bis
Community = Komunitas
Consume = Konsumsi
Focus = Fokus
Docent = Dosen
Chocolade = Coklat
Hotel = Hotel
Atleet = Atlet
Boezoek = Besuk
22
Ketika aku sakit, teman teman ku semua datang membesuk.
2. Awal = Awal
3. Akhir = Akhir
Pertunjukan tari disertai dengan kembang api itu adalah akhir dari rangkaian acara ini.
4. Halal = Halal
Sebagai orang islam, kita harus mengkonsumis makanan makanan yang halal.
5. Haram = Haram
7. Rizki = Rezeki
8. Zhalim = Lalim
Penguasa yang lalim adalah penguasa yang dibenci oleh seluruh rakyatnya.
Imbuhan serapan merupakan serapan dari bahasa asing pada umumnya berfungsi sebagai
kata benda dan kata sifat. Makan umum yaitu untuk menandai kata sifat. imbuhan serapan
sering kali berasal dari bahasa asing misalnya : berasal dari bahasa Inggris, Belanda,Jerman,
Perancis dan Arab
Imbuhan serapan mempunyai sifat atau ciri misalnya : ilegal, universal atau sportif, aktif, dan
egois. Sebaliknya, -isme mengandung makna paham, misalnya nasioalisme, komunisme dsb.
Kata serapan itu masuk kedalam bahasa Indonesia dengan empat cara yaitu :
23
1. Cara adopsi : terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk makna kata asing itu
secara / keseluruhan . contoh: super market, palaza, mall.
2. Cara adaptasi : terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna asing itu,
sedangakan ejaan atau cara penulisanya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh:
pluralization = pluralisasi
acceprability = akseptabilitas
maximal = maksimal
cadea = kado
3. Cara penerjemah : terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung
dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut diberi padanan dalam
bahasa Indonesia. Contoh :
1. overlap= tumpah tindih,
2. acceleration= percepatan ,
3. pilot project= proyek rintisan,
4. try out= uji coba.
4. Cara kreasi : terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada
dalam bahasa sumbernya, kemudian carikan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
effektive= berhasil guna ,
spare part= suku cadang .
Penulisan kata serapan berbeda dengan penulisan kata selain kata serapan, penulisan kata
serapan ialah dengan cara digabung dengan kata dasarnya .
Pengecualian dalam kata serapan : dalam imbuhan serapan yang tidak boleh digabung dengan
kata dasar ialah NON. Kata non dalam imbuhan serapan harus ditulis dengan tanda strip ( -
).
Contoh :
non-islam.
Salah satu caranya adalah dengan mempercepat pengesahan RUU anti pornografi dan
antiporno aksi merupakan kata jadian dengan prefiks serapan anti. Anti merupakan prefiks
24
serapan dengan makna melawan, mementang, memusuhi.
Selain anti, bahasa Indonesia juga menyerap prefiks-prefiks asinga untuk memperkaya
kosakata bahasaIndonesia , seperti tampak pada uraian berikut :
3. Prefiks pasca menyatkan sesudah contoh : pasca gempa dan pasca sarjana
4. Prefiks swa menyatakan , sendiri contoh : swasembada dan swakarya
5. Prefik serba menyatakan semua atau segala-galanya contoh : serbabaru dan serbaguna
Prefiks tuna menyatakan kehilangan atau kekurangan sesuatu tidak memiliki sesuatu yang
disebut dalam kata dasar.
Contoh
Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca, Sapta, Dasa Sansekerta Satu, dua, tiga, empat, lima. Tujuh,
sepuluh Eka prasetya, dwi warna, tri satya , catur warga, pancasila, sapta marga, dasa dharma
Hubungan antar makna adalah bentuk makna yang mengalami relasi atau hubungan antara
makna yang satu dengan makna yang lainnya. Beberapa contoh hubungan makna, antara lain.
1. Sinonim
Sinonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki kesamaan atau
kemiripan makna.
Misalnya:
25
2. Antonim
Antonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang berlawanan maknanya.
Antonim dibedakan lagi menjadi :
a. Antonim mutlak
Misalnya:
b. Antonim kembar
Misalnya:
c. Antonim gradual
Misalnya:
d. Antonim Relasional
Misalnya:
e. Antonim hierarki
Misalnya:
f. Antonim Majemuk
Misalnya:
Pintu-jendela, emas-perak.
3. Homonim
26
Homonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki tulisan dan lafal
yang sama , tetapi maknanya berbeda.
Misalnya:
4. Homofon
Homofon adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki tulisan dan
makna yang berbeda, tetapi lafalnya sama.
Misalnya:
5. Homograf
Homograf adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki makna dan lafal
yang berbeda, tetapi tulisannya sama.
Misalnya:
6. Polisemi
Polisemi adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki makna ganda
atau banyak arti, namun masih terdapat hubungan kesamaan atau kemiripannya.
Misalnya:
7. Hipernim
27
Hipernim adalah bentuk hubungan makna yang cakupan katanya lebih luas dari beberapa kata
lainnya.
Misalnya:
8. Hiponim
Hiponim adalah bentuk hubungan makna yang tngkatan katanya lebih sempit di bawah kata
yang lebih luas.
Misalnya:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis
gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama
dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan
penulis dapat dipahami dengan baik.
28
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai
dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan katakata itu. Pembentukan kata atau istilah
adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam
bidang tertentu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan
yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan
maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.
SARAN
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini
mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan kepada semua pembaca
untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi
diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan
menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Tasai. 2010 Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV Akademika Pressindo.
Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.
29
Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia perguruan tinggi. Erlangga. Jakarta
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta. Akademika Pressindo.
30