Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Asma
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Asma
Disusun Oleh:
MIRA RAMDHANI
150070300011054
KELOMPOK 7
Disusun Oleh:
MIRA RAMDHANI
150070300011054
KELOMPOK 7
Disusun Oleh:
MIRA RAMDHANI
150070300011054
KELOMPOK 7
b Faktor presipitasi
1 Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obat-
obatan.
c Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, seperti :
perhiasan, logam dan jam tangan.
2 Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3 Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4 Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5 Olah raga atau aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3 PATOFISIOLOGI
Suatu serangan akut asma akan disertai oleh banyak perubahan dijalan
nafas yang menyebabkan penyempitan: edema dan peradangan selaput lender,
penebalan membrane basa, hipersekresi kalenjar mucus dan yang lebih ringan
kontraksi otot polos. Perubahan histology yang sama dpat dijumpai pada
keadaan tanpa serangan akut akibat pajanan kronik derajat rendah ke satu atau
lebih pemicu asma. Melalui berbagai jalur, zat-zat pemicu tersebut merangsang
degranulasi sel mast dijalan nafas yang menyebabkan pembebasan berbagai
mediator yang bertanggung jawab untuk perubahan yang terjadi. Mediator yang
terpenting mungkin adalah leukotrien C, D dan E tetapi terdapat bukti bahwa
histamine, PAF, neuropeptida, zat-zat kemotaktik, dan berbagai protein yang
berasal dari eosinofil juga berperan penting dalam proses ini. obstruksi
menyebabkan peningkatan resistensi jalan nafas (terutama pada ekspirasi
karena penutupan jalan nafas saat ekspirasi yang terlalu dini); hiperinflasi paru;
penurunan elastisitas dan frekuensi-dependent compliance paru; peningkatan
usaha bernafas dan dispneu; serta gangguan pertukaran gas oleh paru.
Obstruksi yang terjadi tiba-tiba besar kemungkinannya disebabkan oleh
penyempitan jalan nafas besar, dengan sedikit keterlibatan jalan nafas halus,
dan biasanya berespon baik terhadap terapi bronkodilator. Asma yang menetap
dan terjadi setiap hari hampir selalu memiliki komponen atau fase lambat yang
menyebabkan penyakit jalan nafas halus kronik dan kurang berespon terhadap
terapi bronkodilator saja. Eosinofil diperkirakan merupakan sel efektor utama
pada pathogenesis gejala asma kronik, dimana beberapa mediatornya
menyebabkan kerusakan luas pada stel epitel bronkus serta perubahan-
perubahan inflmatory. Walaupun banyak sel mungkin sitokin (termasuk sel mast,
sel epitel, makrofag dan eosinofil itu sendiri) yang mempengaruhi diferensiasi,
kelangsungan hidup, dan fungsi eosinofil, sel T type TH2 dianggap berperan
sentral, karena sel ini mampu mengenali antigen secara langsung. Obstruksi
pada asma biasanya tidak sama, dan defek ventilasi-perkusi menyebabkan
penurunan PaO2. Pada eksaserbasi asma terjadi hiperventilasi yang disebabkan
oleh dispneu. pada awalnya banyak keluar dan Pa CO 2 mungkin rendah namun
seiring dengan semakinparahnya obstruksi, PaCO2 meningkat karena
hipoventilasi alveolus. Efek obstruksi berat yang timbul mencakup hipertensi
pulmonaris, peregangan ventrik.
4 KLASIFIKASI
a Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu:
1 Ekstrinsik (alergik)
Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus spesifik (alergen), seperti serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Oleh
karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan
di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik. Pasien dengan
asma ekstrinsik biasanya sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi dalam keluarganya.
2 Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3 Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Berdasarkan Derajat Penyakit
Derajat
No Gejala Gejala Malam Faal Paru Pengobatan
Asma
1 Intermitten- Gejala <1x/minggu 2 kali sebulan - VEP1 atau APE 80% - Inhalasi agonis B-2
- Tanpa gejala antar serangan - Variabilitas APE <20% jangka pendek
- Serangan singkat
2 Persisten - Gejala >1x/minggu tetapi > 2 kali sebulan - VEP1 atau APE 80% - Bronkodilator
ringan <1x/hari - Variabilitas APE 20-30% jangka pendek +
- Serangan dapat obat anti inflamasi
mengganggu aktivitas dan
tidur
3 Persisten - Gejala setiap hari > 2 kali sebulan - VEP1 atau APE 60-80% - Setiap hari
sedang - Serangan mengganggu - Variabilitas APE >30% memakai agonis B-
aktivitas dan tidur 2 jangka pendek
- Bronkodilator
jangka
pendek+kortikoster
oid
inhalasi+bronkodlat
or jangka panjang
(asma malam)
4 Persisten - Gejala terus menerus Sering - VEP1 atau APE 60%
berat - Sering kambuh - (Depkes RI, 2009; Mulia,
- Aktivitas fisik terbatas 2000)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai napas menjadi cepat dan
dangkal, terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan
sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah
untuk bernapas)
b Pemeriksaan Fungsi Paru
1 Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa
(KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan
ini sangat tergantung kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan
instruksi operator yang jelas dan kooperasi pasien. Untuk mendapatkan
nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa.
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai prediksi atau
rasio VEP1/KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma,
yaitu adanya perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau setelah
inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian
bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid
(inhalasi/oral) 2 minggu.Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi
dan efek pengobatan.
2 Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi.
Selain itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan
perbaikan nilai APE > 15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah
pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian
kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam
yang berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam
hari untuk mendapatkan nilai tertinggi.
APE malam APE pagi
Variabilitas harian = ------------------------------------- x 100%
(APE malam + APE pagi)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
c Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d Pemeriksaan Darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini hanya dilakukan
pada penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus.
8. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkhiale :
a Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
9. KOMPLIKASI
10. PENCEGAHAN
1 Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja
mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat
serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan
ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak,
istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai.
2 Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting
diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya
matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan
tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur
sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut
dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu
mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara
lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
3 Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu
sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain
seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu
diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat
menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering
mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi
orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari
tempat-tempat ramai atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan,
kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar
kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga,
lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat
pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas
seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia
dan udara kotor lainnya harus dihindari.
4 Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang,
penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul
maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang,
jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin
dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau
tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup
simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan
teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.
Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba
obat-obat pencegah penyakit asma.
11. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a Identitas Klien
1 Riwayat kesehatan masa lalu :
Riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat atau faktor
lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2 Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan sesak napas, keringat dingin.
3 Status mental :
Lemas, takut, gelisah
4 Pernapasan :
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.
5 Gastro intestinal :
adanya mual, muntah.
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia.
6 Pola aktivitas :
Kelemahan tubuh, cepat lelah
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi
7) Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah.
Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.
8) Integritas ego/psikologis
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
9) Hubungan sosial
Keterbatasan mobilitas fisik.
Susah bicara atau bicara terbata-bata.
Adanya ketergantungan pada orang lain.
b Pemeriksaan Fisik
1 Dada
a Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
b Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
c Keabnormalan struktur Thorax
d Contour dada simetris
e Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna
merata
fRR dan ritme selama satu menit.
2 Palpasi
a Temperatur kulit
b Premitus : fibrasi dada
c Pengembangan dada
d Krepitasi
e Massa
f Edema
3 Auskultasi
a Vesikuler
b Broncho vesikuler
c Hyper ventilasi
d Rochi
e Wheezing
f Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
c Pemeriksaan Penunjang
a Spirometri
b Tes provokasi
c Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g Pemeriksaan sputum.
h Foto toraks normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan.
i Faal paru (spirometri/ PEFR) menilai berat obstruksi, reversibilitas,
variabilitas
j Status alergi skin prick test, Ig E, eosinofil count
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafas (bronchospasme)
2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(alveoli tertutup mukus)
4 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan oral akibat anoreksia
5 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat kekurangan
energi oksigen
7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pernafasan/asma
8 Keletihan berhubungan dengan infeksi akut/asma
9 Ketidakefektifan pemilihan kesehatan berhubungan dengan kurang
pendidikan/kurang informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafas bronkospasme
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi bersihan jalan nafas
kembali efektif
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum,
wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
a Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing,
ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi
(empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak
duduk pada sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi.
d Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu
tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien
lansia, sakit akut/kelemahan.
e Berikan air hangat.
Rasional : Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus.
Intervensi:
a Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran
nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan
bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
b Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels,
wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
c Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
d Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
e Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
f Pantau dan kaji pasien tiap 2 jam sekali
Rasional: mengetahui keadaan pasien setelah diberikan penanganan
untuk mengetahui mengkaji kekambuhan asma
g Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang dapat kambuh
kapan saja
Rasional : memberikan pencegahan lebih parah terhadap pasien ketika
kambuh
h Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan
Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer. Bronkodilator
golongan B2, Nebulizer (via inhalasi) dg golongan terbutaline 0,25 mg,
fenoterol HBr 0,1% solution, orciprenaline sulfur 0,75 mg.
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret.
Intervensi:
a Jelaskan tentang penyakit individu
Rasional: Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan.
b Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak
diinginkan.
Rasional: Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping
mengganggu dan merugikan.
c Tunjukkan tehnik penggunaan inhaler.
Rasional: Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifannya.
d Ajarkan perawatan pasien dirumah jika kambuh sewaktu-waktu
Rasional : mencegah terjadi resiko yang lebih parah tentang penyakit
e Berikan informasi tentang pengobatan yang tepat dan efektif
Rasional : pengobatan yang tepat dapat mengurangi proses penyakit
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat kekurangan
energi oksigen
Tujuan : dalam asuhan keperawatan 1 x 24 jam, klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria Hasil :
a KU klien baik
b Badan tidak lemas
c Klien dapat beraktivitas secara mandiri
d Kekuatan otot terasa pada skala sedang
Intervensi :
a Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea
peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas.
Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
b Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : posisi yang nyaman dalam beristrirahat mampu meningkatkan
kualitas istirahat yang dijalani pasien
c Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA