Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah,

khususnya pasir mineral (Ishlan, 2008). Saat ini potensi SDA seperti pasir mineral

belum dapat dimanfaatkan secara optimal disebabkan karena keterbatasan

informasi, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) (Manaf, 2005). Sebagian

besar potensi alam Indonesia hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah, yang

mengakibatkan nilai jualnya relatif rendah (Zulfalina dan Azwar, 2004). Salah

satu jenis SDA Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi adalah logam titanium

(Subagja, 2010). Sumber utama untuk memperoleh logam titanium yaitu berasal

dari mineral ilmenite (FeTiO3) yang dapat ditemukan di seluruh dunia, seperti di

Australia, Mesir, Amerika Serikat, China, Venezuela, dan juga di Indonesia

(Wahyunigsih et al., 2013). Salah satu sumber mineral ilmenite yang melimpah di

Indonesia khusu di Sulawesi Tenggara banyak ditemukan di Desa Tapunggaya

Kabupaten Konawe Utara, yang mengandung pasir besi (Nurdin et al., 2016).

Pasir besi mengandung mineral hematite, magnetite, titanomagnetite,

ilmenite, dan sejumlah kecil mineral lainnya (Gazques et al., 2014). Ilmenite

adalah oksida mineral titanium-besi yang bersifat magnetik lemah dengan

kenampakan hitam atau abu-abu baja yang solid. Berdasarkan perspektif

komersial, ilmenite adalah bijih paling penting untuk mengekstraksi titanium

oksida (Wechsler, 1984). Metode ekstraksi yang digunakan untuk memperoleh

senyawa TiO2 dari pasir besi telah banyak dikembangkan oleh beberapa peneliti

(Middlemas et al., 2013).

1
2

Proses pemisahan TiO2 dari ilmenite dikategorikan sebagai proses

pirometalurgi dan hidrometalurgi. Pirometalurgi merupakan proses metalurgi

menggunakan suhu tinggi untuk mengubah bijih logam menjadi logam bebas

dengan cara reduksi. Proses pemisahan dengan metode pirometalurgi

membutuhkan waktu yang relatif singkat, namun harus dilakukan pada suhu

tinggi (Syaifuddin dan Suprapto, 2011). Sedangkan hidrometalurgi merupakan

teknik pemisahan yang menggunakan larutan asam atau reagen kimia untuk

menangkap atau melarutkan logam (Vazquez dan Molina, 2008). Terdapat tiga

metode pemisahan hidrometalurgi yang digunakan di bidang industri yaitu metode

sulfat, metode klorida dan proses Becher (Liang et al., 2005).

Metode Becher Metode sulfat telah dikenal sejak 1918 oleh Jebsen dengan

melarutkan bijih ilmenite dalam larutan asam sulfat (H2SO4), kemudian akan

terbentuk titanium sulfat yang selanjutnya dihidrolisis dan dihasilkan TiO 2.

Namun proses sulfat memiliki kekurangan dimana ketika memproduksi 1 ton TiO 2

maka akan dihasilkan 4 ton limbah padat Fe(SO4)2 selain itu asam sulfat yang

telah digunakan tidak dapat didaur ulang dan terbuang begitu saja sehingga

menyebabkan pencemaran lingkungan (Chatterjee,2007).

Proses klorida menjadi proses standar yang telah diterima secara universal

untuk mengisolasi titanium dari ilmenite secara langsung melalui jalur klorinasi,

sampai saat ini proses klorida merupakan proses yang paling ramah lingkungan.

Berdasarkan penelitian Rayhana dan Azwar (2012) berhasil mengekstraksi TiO 2

sebanyak 73,73% dari ilmenite yang hanya mengandung TiO2 sebanyak 21,21%.

Proses leaching HCl untuk ekstraksi TiO2 telah dilakukan oleh Vasques dan
3

Molina (2008); Zhang et al., (2010); proses oksidasi dan leaching dengan

pemanasan konvensional (Janssen dan Andrew, 2011; Wahyuningsih et al., 2013).

Proses leaching HCl dengan pemanasan microwave (Wahyuningsih et al., 2014;

Ghofur et al., 2015). Nurdin et al., (2016) ekstraksi TiO2 dari ilmenite dengan

metode leaching asam klorida (HCl) menggunakan pemanasan gelombang mikro

(microwave) telah dapat menghasilkan TiO2 sebesar 39,82 % dengan waktu reaksi

yang lebih singkat dibandingkan dengan metode konvensional. Efisiensi reduktor

menggunakan unsur ZnO (Arachchi et al., 2016).

Peluang pengembangan metode dengan dilakukan metode pre-oksidasi

untuk meningkatkan perolehan TiO2 berdasarkan penelitian Wahyuningsih et al.,

(2014) menyebutkan bahwa pre-oksidasi dan reduksi ilmenite pada suhu 900 C

selama 6 jam mampu meningkatkan proses pembentukan pseudorutile (Fe2Ti3O9)

dan pseudobrokite yang dikenal merupakan produk untuk pembentukan TiO2

anatase. Namun memerlukan energi yang sangat tinggi, Mozammel dan

Mohammadzadeh, (2015) mengoptimalkan pemanasan hanya dengan 2 jam.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dalam penelitian ini akan dilakukan

ekstraksi TiO2 dari pasir besi alami Sulawesi Tenggara menggunakan kombinasi

metode pre-oksidasi dan leaching HCl dengan pemanasan microwave yang

diharapkan dapat meningkatkan kadar TiO2 hasil ekstraksi.

B. Rumusan masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh ekstraksi TiO2 terhadap penggabungan

metode pre-oksidasi dan proses leaching asam klorida ?


4

2. Bagaimana mengoptimalkan penggabungan metode pre-oksidasi

dan leaching asam klorida menghasilkan kadar TiO2 yang tinggi ?

3. Bagaimana hasil TiO2 yang diperoleh dengan metode

penggabungan pre-oksidasi dan proses leaching asam klorida ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh ekstraksi TiO2 terhadap penggunaan

penggabungan metode pre-oksidasi dan leaching asam klorida.

2. Mengetahui optimasi penggabungan metode pre-oksidasi dan

leaching asam klorida untuk menghasilkan kadar TiO2 yang tinggi.

3. Menghasilkan TiO2 dengan kadar tinggi menggunakan metode

penggabungan pre-oksidasi dan leaching asam klorida.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :

1. Memberikan informasi tentang penggunaan penggabungan metode

metode pre-oksidasi dan leaching asam klorida dalam ekstraksi TiO2 dari pasir

mineral.

2. Memberikan informasi tentang keunggulan penggabungan metode

pre-oksidasi dan leaching asam klorida untuk menghasilkan kadar TiO2 yang

tinggi
5

3. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

pengolahan mineral alam Sulawesi Tenggara.


6

Anda mungkin juga menyukai