Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP DASAR

A. Pengertian

1. Gastroenteritis adalah suatu kondisi oleh muntah, diare yang disebabkan

oleh infeksi, alergi, intoleransi terhadap bahan makanan tertentu/ taksin

yang masuk ke dalam lambung. (Susan Martin Tucker, 1992)

2. Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan saluran pencernaan (usus)

yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya

(berulang-ulang) disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari

feses menjadi lembek atau cair (Bambang Subagyo, 1997).

3. Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak

biasa (lebih dari 3 kali sehari, juga perubahan dalam jumlah dan

konsistensi (feses cair). (Brunner and Suddart, 2000)

4. Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus

yang terjadi akibat salah makan, biasanya disebabkan oleh penyebab

mikrobiologi. (Cristin Hancock, 1999)

5. Gastroenteritis adalah frekuensi buang besar lebih dari 4x sehari pada bayi

dan lebih dari 3x sehari pada anak dengan konsistensi feces cair/encer

berwarna hijau/ dapat pula bercampur lender dan darah atau lender saja.

(Ngastiyah, 1997)
Klasifikasi

Klasifikasi gastroenteritis (Kapita Selekta edisi 3, 1999) :

a. Gastroenteritis koleriform

Disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan intoksikosi

makanan.

b. Gastroenteritis degentriforin

Disebabkan oleh sigella , salmonella, entamoeba histolitica

Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja

merupakan akibat dari iritasi usus oleh suatu patogen yang mempengaruhi

lapisan usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik dan

peningatan motilitas usus. Ini menyebabkan banyak air dan mineral

terbuang karena waktu penyerapan berkurang sehingga penderita

gastroenteritis dapat mengalami dehidrasi.

Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Soeparman, 1997):

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan

Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita

belum jatuh dalam keadaan preshock.

b. Dehidrasi sedang

Kehilangan cairan 5-10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor

jelek, serak, penderita jatuh, preshock, nadi cepat, nafas cepat dan

dalam.
c. Dehidrasi berat

Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan

Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock atau

shock nadi cepat, nafas cepat dan dalam, kesadaran menurun, otot

kaku, sianosis.

Gejala dehidrasi (Sagung Seto, 2005)

Gejala Hepatonik Isotonik Hipertonik


Rasa haus - - -
BB Menurut sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menutup Tidak jelas
Kulit, Selaput lendir Basah Kering Kering sekali
Gejala SSP Apatis Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan Cepat dan keras
lemah
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyak kasus 10-30% 70% 10-20%

Perhitungan balance

Jumlah cairan yang masuk:

1) Air (makanan, minuman)

2) Cairan infus

3) Air metabolisme

4) Injeksi

Jumlah cairan yang keluar

1) Urine

2) IWL

3) Feses

4) Muntah, perdarahan, cairan drain, NGT

Catatan:
1) Urine normal > 0,5 1 cc / kg BB/jam

2) Feses 100 cc/hari

3) WIL: Dewasa 15 cc / kg BB/hari

Anak (30 usia) cc/kg BB/hari

Kenaikan suhu IWL + 200 (suhu badan 36,8oC

4) Air metabolisme balita: 8 cc/kg BB/hari

B. Penyebab

Penyebab gastroenteritis menurut Ngastiyah (1997) adalah :

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral : infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama

diare pada anak.

1) Infeksi bakteri patogen : salmonella, shigella, eschercia colli, vibris

colerae

2) Infeksi bakteri non patogen : staphilococus albus, streptococus,

proteus klebaella, pseudomonas.

3) Infeksi virus enterovirus (polio, cock sack, ECHO) adenovirus,

arbovirus.

4) Infeksi parasit : cacing ascaris, trichiuris, strongloides.

5) Infeksi jamur : cahaida (monilla)

b. Infeksi purenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan

Contoh : otitis medis akut, tonsila faringitis, bronkitis, ensefalitis

2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor Makanan

Misal : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor Psikologis

Misal : rasa takut, cemas dan stres.

C. Patofisiologi

Menurut Elisabeth.J.Corwin (2001) patofisiologi diare adalah sebagai

berikut:

Iritasi usus oleh sebuah patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus,

sehingga terjadi peningkatan produk produk sekretorik, termasuk mukus.

Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi

peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan

elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk peningkatan zat zat

tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat

meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera

yang dikeluarkan oleh bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat

merangsang motilitas dan secara langsung menyebabkan sekresi air dan

elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsur unsur plasma yang penting

ini terbuang dalam jumlah besar.


Menurut Cristin Hancock (1999), secara patofisiologi bakteri dan virus

dapat menyebabkan gastroenteritis dengan 3 cara :

1. Keracunan oleh enterotoxin eschersia colli

Dapat menyebabkan peradangan usus sehingga terjadi diare.

2. Invasi patogen

Shigella dan E. colli melalui penetrasinya dapat memperbesar usus,

merusak sel dan potensial ulserasi sehingga feses mengandung leukosit

dan eritrosit.

3. Virus patogen

Menyerang mukos epitel dan merusak villi usus sehingga menyebabkan

malabsorbsi elektrolit yang dikeluarkan. Dengan cara ini dapat

menyebabkan peningkatan peristaltik usus, peningkatan sekresi air dan

elektrolit.

a. Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare dan sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri berkembang

pesat dan timbulkan diare.

b. Gangguan air dan elektrolit mengakibatkan gangguan keseimbangan

asam-basa, gizi dan sirkulasi darah akibatnya terdapat makanan/ zat

yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus, isi rongga usus berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkan sehingga timbul diare.


Pathway
Infeksi (virus, bakteri, Makanan (basi, Psikologis (takut, Malabsorbsi
parasit) beracun) cemas)

toxilli Saraf

Gangguan asam Infeksi saluran Mengiritasi usus Hiperistaltik


basa cerna

Muntah Peradangan mukosaKerusakan sel-sel vili dan Waktu kontak makanan dan
usus mukosa usus usus berkurang

Nafsu makan turun Makrofag keluarkan zat Lendir dan darah Zat makanan dan laktosa
pirogen endogen tidak terabsorpsi
Sekresi usus
Ketosi kelaparan meningkat
Hipertermi Kebutuhan nutrisi
Tekanan osmotik kurang
meningkat
Asidosis
metabolik
Air dan elektrolit pindah ke
dalam rongga usus
Pernafasan
kusmaul

Pola nafas Zat makanan cairan dan Sering BAB cair


elektrolit keluar Diare
tidak efektif

Enzim pencernaan
merusak kulit

Kekurangan volume Resiko kerusakan


cairan dan elektrolit integritas kulit

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis menurut Ngastiyah (1997) adalah sebagai berikut :

1. Diare (BAB, lember, cair)


a. Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam

perbandingan isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi

menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran cairan dan

Iodium ke rongga usus.

b. Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder ait dan

elektrolit. Peningkatan ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi

atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang mukosa usus.

c. Perubahan mobiliti

Hiperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat

dalam usus.

2. Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)

Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan

maka tubuh juga akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga

suhu tubuh meningkat.

3. Nyeri perut dan kram abdomen

Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan

peristaltik usus dan efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau

tegangan atau kram abdomen.

4. Peristaltik meningkat (> 35x/menit)


Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus

berusaha mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga

peristaltik meningkat.

5. Penurunan berat badan

Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung

unsur-unsur penting untuk pertumbuhan dan perkembngan sehingga

kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.

6. Nafsu makan turun

Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri

sehingga tumbuh mual dan rasa tidak enak.

7. Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering

Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.

8. Mata cowong

Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik

mengakibatkan beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.

9. Gelisah dan rewel

Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita

sehingga tubuh tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis

dalam tubuh.

10. Kesadaran menurun

Gejala klinis 10,11,12 terjadi karena penurunan cairan tubuh yang

mengakibatkan kerja jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O 2

dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi cepat tapi lemah,
disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan

tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air

dengan mencegah eksresi Na sehingga urine pekat dan Na meningkat

dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak kekurangan O 2 dan

nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu.

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Brunner dan Suddarth (2002), pemeriksaan diagnostik yang

harus dilakukan untuk mengetahui penyebab diare adalah:

1. Hitung darah lengkap

2. Sifat kimia

3. Urin analisis

4. Pemeriksaan feses rutin serta pemeriksaan feses untuk organisme infeksius

atau parasit

5. Proktosigmoidoskopi dan enema berium.

Uji laboratorium (Betz, Cecily L. Edisi 3, 2002)

1. Hematoseses untuk memeriksa darah (lebih umum pada bakterial)

2. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus

3. Hitung darah lengkap dengan deferensial

4. Uji antigen imonoesei enzim untuk memastikan rota virus

5. Kultur feses (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feses atau diare yang

berkepanjangan) untuk menemukan patogen

6. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit


7. Aspirasi duodenum (jika diduga G. Lamblia)

8. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dihidrasi, organisme,

shigella keluar melalui urine)

F. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif ybd hiperventilasi

2. Diare ybd malabsorbsi

3. Kurang volume cairan ybd kehilangan volume cairan aktif

4. Hipertermi ybd tidak efektifnya termoregulasi tubuh.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ybd mual muntah

6. Resiko kerusakan integritas kulit ybd ekskresi

G. Perencanaan

1. Pola nafas tidak efektif

a. Pengertian

Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi

dan atau ekspirasi tidak adekuat.

b. Batasan karakteristik

1) Penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi

2) Penurunan ventilasi per menit

3) Penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas

4) Pernapasan nasal faring

5) Dispnea
6) Orthopnea

7) Penyimpangan dada

8) Napas pendek

c. Faktor yang berhubungan

1) Hiperventilasi

2) Hipoventilasi

3) Deformitas tulang

4) Nyeri

d. Tujuan dan kriteria hasil

Tujuan : Klien mampu mencapai status respiratory pertukaran gas yang

efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan sampai tanggal ....

Indikator 1 2 3 4 5
1. Respiratory rate DBN
2. Irama pernapasan DBN
3. Kedalaman pernapasan normal
4. Ekspansi paru simetris
5. Mudah untuk bernapas

Ket : 1. Sangat tidak sesuai

2. Sering tidak sesuai

3. Kadang tidak sesuai

4. Jarang tidak sesuai

5. Sesuai

e. Intervensi

Respiratory monitoring
1) Observasi RR, pola napas, kedalaman pernapasan dan usaha

pernapasan

2) Observasi dyspnea

3) Posisikan pasien pada posisi yang nyaman untuk mamaksimalkan

kemampuan bernapas

4) Ajarkan pada pasien tentang pentingnya transport oksigen

2. Diare

a. Pengertian

Diare adalah BAB cairan atau tak berbentuk.

b. Batasan karakteristik

1) Sedikitnya BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari

2) Suara usus hiperaktif

3) Nyeri perut

4) Kram

5) Urgensi

c. Faktor yang berhubungan

1) Psikologis yaitu tingkat stres dan cemas tinggi.

2) Situasional yaitu alkoholik dan keracunan

d. Tujuan dan kriteria hasil

Tujuan : klien mampu melakukan eliminasi dengan baik setelah

dilakukan tindakan keperawatan sampai tanggal...

Kriteria hasil

Indikator 1 2 3 4 5
1. Keseimbangan input dan output
cairan
2. Berat badan stabil
3. Tidak terlihatnya mata cekung
4. Tidak terasa haus, tidak ada nyeri
tekan di perut
5. Kulit lembab
6. BAB lunak tidak cair
7. Frekuensi defekasi kembali
normal

Ket : 1. Sangat tidak sesuai

2. Sering tidak sesuai

3. Kadang tidak sesuai

4. Jarang tidak sesuai

5. Sesuai

e. Intervensi

1) Observasi dan catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses dan

faktor presipitasi.

2) Kaji faktor-faktor penyebab/ yang mempengaruhi makan

perselang, makan sembarangan, makanan dijalanan.

3) Kurangi diare

Hentikan makanan padat :

4) Minum cairan bening (jus, buah, gatorade, air )

5) Lanjutkan menyusui, hentikan ASI formula pada bayi

6) Hindari produk susu, lemak tepung beras, buah segar dan sayuran

7) Penyebaran infeksi (cuci tangan, penyimpanan makanan yang

tepat, memasak dan mengolah makanan)


8) Secara bertahap bahkan makanan semi padat dan padat (krakers,

yogurt, nasi, pisang, jus apel)

9) Tingkatkan masukan oral untuk mempertahankan berat jenis

normal urine

10) Perbanyak cairan tinggi kalium dan natrium (jus jeruk, buah

anggur, air daging)

11) Jelaskan pada pasien dan orang terdekat tentang intervensi yang

diperlukan untuk pencegahan.

12) Laksanakan terapi kolaboratif : antikolinergik, antasid, antibiotik

3. Kekurangan volume cairan

a. Pengertian

Penurunan cairan intravaskuler, intertistial atau intra seluler mengarah

kepada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan sodium.

b. Batasan karakteristik

1) Kelemahan

2) Haus

3) Penurunan turgor kulit

4) Membran mucus/ kulit kering

5) Penurunan pengisian kapiler

6) Hematokrit meningkat

c. Faktor yang berhubungan

1) Kehilanga volume cairan aktif

2) Kegagalan dalam mekanisme pengaturan


d. Tujuan dan kriteria hasil

Tujuan : klien mampu memenuhi cairan dan elektrolit setelah

dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal...

Kriteria hasil

Indikator 1 2 3 4 5
1. Tekanan darah DBN
2. Nadi perifer teraba
3. Berat badan stabil
4. Tidak ada asites

Ket : 1. Sangat tidak sesuai

2. Sering tidak sesuai

3. Kadang tidak sesuai

4. Jarang tidak sesuai

5. Sesuai

e. Intervensi :

1) Kaji faktor penyebab

2) Kaji dan berikan cairan yang disukai dalam batas diit

3) Kaji pengertian pasien dan keluarga tentang pentingnya

mempertahankan dehidrasi yang adekuata dan metode

pencapaiannya.

4) Hilangkan faktor penyebab

5) Rencanakan masukan cairan tiap shift

6) Menimbang berat badan dan cairan tiap hari dan monitor gejala

7) Monitor status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah

normal)
8) Monitor hasil laborat yang tepat (BUN , HCl, kepekatan urine)

9) Monitor tanda-tanda vital

10) Ajarkana bahwa kopi, teh, jus buah anggur menyebabkan diuresis

dan menambah kehilangan cairan.

11) Kolaborasi : hentikan cairan intravena sesuai skema rencana medik

(dalam melaksanakan asuhan sebutkan total dan jenis cairan sesuai

advis dokter).

4. Hipertermi

a. Pengertian

Peningkatan temperatur tubuh di atas rentang normal.

b. Batasan karakteristik

1) Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal

2) Kejang atau konvulsi

3) Takikardi

4) Frekuensi nafas meningkat

5) Diraba hangat

6) Kulit kemerahan

c. Faktor yang berhubungan

1) Penyakit atau trauma

2) Aktivitas berlebih

3) Medikasi atau anestesi

4) Penurunan atau tidak mampu berkeringat


5) Terpapar lingkungan panas

6) Dehidrasi

7) Pakaian tidak cocok

d. Tujuan dan kriteria hasil

Tujuan : Klien mampu menunjukkan keseimbangan dalam panas di

dalam tubuh klien pada tanggal

Kriteria hasil

Indikator 1 2 3 4 5
1. Temperatur kulit DBN
2. Temperatur tubuh DBN
3. Pucat pada waktu dingin
4. Berkeringat pada waktu panas

Ket : 1. Sangat tidak sesuai

2. Sering tidak sesuai

3. Kadang tidak sesuai

4. Jarang tidak sesuai

5. Sesuai

e. Intervensi

1) Observasi tanda-tanda vital

2) Berikan kompres air hangat

3) Anjurkan klien untuk minum yang banyak

4) Anjurkan anak untuk membatasi mobilitas untuk kurangi

metabolisme
5) Laksanakan program terapi dokter untuk pemberian antipiretik

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a. Pengertian

Yaitu intake nutrisi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik

b. Batasan karakteristik

1) Berat badan di bawah ideal lebih dari 20%

2) Konjungtiva dan membran mucus pucat

3) Lemah otot untuk menelan atau mengunyah

4) Melaporkan kurang makanan

5) Tidak mampu mengunyah makanan

6) Enggan makan

7) Kram abnormal

8) Kerusakan minat terhadap makanan

9) Pembuluh kapiler rapuh

10) Diare

11) Kurang infomasi

c. Faktor yang berhubungan

Tidak mampu memasukkan, menceran, mengabsorpsi makanan karena

faktor biologi, psikologi atau ekonomi.

d. Tujuan dan kriteria hasil

Klien mampu menunjukkan status nutrisi untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme pada tanggal....


Kriteria hasil

Indikator 1 2 3 4 5
1. Masukan nutrisi per oral
2. Masukan cairan per oral
3. Intake cairan perenteral
4. Berat badan
5. Energi

Ket : 1. Sangat tidak sesuai

2. Sering tidak sesuai

3. Kadang tidak sesuai

4. Jarang tidak sesuai

5. Sesuai

e. Intervensi

Manajemen nutrisi :

1) Identifikasi adanya alergi pada pasien

2) Pastikan makanan kesukaan pasien

3) Dorong klien untuk meningkatkan asupan kalori

4) Sajikan makanan tmbahan snack dan minuman

5) Ajarkan pada pasien tentang nutrisi

6) Monitor berat badan secara teratur

7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan kebutuhan nutrisi

6. Resiko kerusakan integritas kulit

a. Pengertian

Resiko kulit berubah kearah yang lebih buruk.

b. Batasan karakteristik

1) Faktor resiko eksternal :


a) Radiasi

b) Imobilisasi fisik

c) Faktor mekanik

d) Hipotermi atau hipertermi

e) Kelembaban udara

f) Substansi kimia

g) Ekskresi dan atau sekresi

h) Kelembaban kulit

i) Usia ekstrim

2) Faktor risiko eksternal

a) Medikasi

b) Penonjolan tulang

c) Faktor imunologis

d) Faktor perkembangan

e) Perubahan sensasi

f) Perubahan kondisi metabolik

g) Perubahan sirkulasi

h) Perubahan turgor kulit

i) Perubahan status nutrisi

j) Psikogenetik

c. Tujuan dan kriteria hasil

Tujuan : klien mampu mencapai integritas jaringan kulit yang baik

setelah dilakukan tindakan keperawatan sampai tanggal....


Indikator 1 2 3 4 5
1. Temperatur kulit dan mukosa
DBN
2. Elastisitas DBN
3. Hidrasi DBN
4. Warna DBN
5. Derfusi jaringan DBN

Ket : 1. Sangat tidak sesuai

2. Sering tidak sesuai

3. Kadang tidak sesuai

4. Jarang tidak sesuai

5. Sesuai

d. Intervensi

1) Observasi kulit untuk lokasi yang kemerahan

2) Observasi status nutrisi

3) Lindungi tepi luka dari trauma

4) Jaga agar tempat tidur bersih kering dan tidak kusut

DAFTAR PUSTAKA

Supartini Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Editor. Monica
Ester. Jakarta: EGC, 2004.

Mansjoer, Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius, 1999.

Haryani, Ani, ed. Diagnosis Keperawatan Nanda. Editor Ani Haryani et all.
Yogyakarta: UGM, 2001.

IKG, Suandi. Diet pada Anak Sakit. Editor Setiawan. Jakarta: EGC, 1998.
Johnson, Marion, Meridean Maas dan Sue Moorhead, ed. Nursing Outcomes
Classificatin (NOC). Philadelphia: Mosby, 2000.

Mc. Closkey, Joane dan Gloria M. Buledek, ed. Nursing Intervention


Classification (NIC). Edisi 2. Philadhelpia: Mosby, 2000.

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta kedokteran, Jakarta: FKUI

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Editor Setiawan. Jakarta: EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne, C, dan Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi VII. Jakarta : EGC. 2001.

Subagyo, Bambang. Ilmu Kesehatan Anak I (Diare pada Anak). Surakarta:


Depdikbud RI UNS, 1997.

Tjokronegoro, Arjatmo. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI,
2002.

Anda mungkin juga menyukai