Anda di halaman 1dari 16

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN

DAN PENGARUHNYA
Mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen

Disusun Oleh:
Firman Jaya
Melani Isna
Rifqi Abdillah A

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi


Universitas Riau
BAB 10

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DAN PENGARUHNYA

Tujuan utama organisasi berorientasi laba adalah memaksimalkan nilai pemegang saham
(atau pemiliknya) atau nilai perusahaan dalam jangka pendek. Result control yang ideal akan
memberikan imbalan bagi karyawan terhadap kontribusi mereka pada nilai perusahaan. Oleh
karena pengukuran langsung dari kontribusi karyawan terhadap penciptaan nilai jarang
terjadi, perusahaan harus mencari pengukuran yang mewakili tujuan akhir dan mengambil
alternatif result control. Akan tetapi pengukuran kinerja yang mana yang seharusnya
digunakan. Pada dasarnya pekerjaan manajerial sering disebut multi-tasking. Dalam
merefleksikan berbagai tugas tersebut, daftar pengukuran digunakan dalam memotivasi dan
mengevaluasi kinerja manajerial. Daftar pengukuran diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
kategori.

Kategori pertama, berisi pengukuran pasar yang menggambarkan perubahan harga


saham atau return pemegang saham.
Kategori kedua, berisi pengukuran akuntansi yang dapa didefinisikan baik dalam
istilah residual (seperti pendapatan bersih setelah pajak, laba operasi, laba residu, atau
tambahan nilai ekonomis) maupun rasio (seperti ROI, ROE, atau RONA).

Kategori ketiga, terdiri dari kombinasi pengukuran.

PENCIPTAAN NILAI

Secara umum dipahami bahwa tujuan utama dari organisasi berorientasi laba adalah
untuk memaksimalkan nilai perusahaan, menolak beberapa batasan, seperti penyesuaian
dengan hukum dan pemahaman yang memadai untuk karyawan, konsumen, dan pemegang
saham lainnya. Idealnya, untuk menggambarkan keberhasilan dengan tepat pengukuran
kinerja seharusnya meningkat ketika nilai diciptakan dan menurun ketika ditiadakan.

Nilai dari aset ekonomis dapat dihitung pada waktu tertentu dengan mendiskontokan aliran
kas masa depan yang diharap akan dihasilkan oleh perusahaan berdasarkan nilai waktu dari
uang dan risiko. Karyawan dapat meningkatkan nilai dengan mempercepat waktu dari aliran
kas (berdasarkan nilai waktu dari uang) atau dengan membuat mereka lebih pasti atau tidak
terlalu berisiko (diikuti dengan penurunan tingkat diskon). Perubahan nilai perusahaan pada
periode yang pasti disebut laba ekonomi. Laba ekonomi merupakan bentuk yang berbeda dari
laba akuntansi dan perbedaannya tersebut memiliki implikasi pengendalian manajemen yang
penting.

KINERJA TINDAKAN PASAR

Salah satu cara untuk menilai perubahan nilai adalah dengan menggunakan
pengukuran pasar dari kinerja yang didasarkan pada perubahan nilai pasar atau perusahaan-
atau dividen yang juga diperhatikan, return kepada para pemegang saham. Nilai yang
diciptakan (return bagi pemegang saham) dapat diukur secara langsung pada periode tertentu
(tahunan, kuartalan, atau bulanan) sebagai jumlah dari pembayaran dividen untuk pemegang
saham pada periode pengukuran, ditambah (atau dikurangi) perubahan pada nilai pasar
saham. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, perusahaan seringkali menggunakan
berbagai rencana kompensasi berdasarkan saham, seperti opsi saham yang dihubungkan
dengan pembayaran insentif pada harga saham. Dalam hal ini, karyawan yang memenuhi
syarat untuk rencana kompensasi berdasarkan ekuitas akan diberikan imbalan return
pemegang saham atau paling tidak komponen yang paling signifikan-perubahan dalam nilai
saham umum.

Dalam hal ini, pengukuran pasar memiliki daya tarik yang kuat karena secara relatif
memberikan indikasi langsung terhadap perubahan nilai perusahaan. Berikut adalah ekspresi
mewakili kesimpulan oleh beberapa akademisi: "Setiap ukuran kinerja keuangan yang
digunakan dalam manajerial kompensasi [...] harus berkorelasi tinggi dengan perubahan
kekayaan pemegang saham". Berikut ini adalah kesimpulan yang sama dalam publikasi
berorientasi praktisi: Pemegang Saham dibayar ketika manajer menciptakan nilai ekuitas,
bukan ketika manajer memeriksa item pada to-do list. Untuk menyelaraskan kepentingan
manajer dengan kepentingan pemilik, perusahaan sebaiknya membayar manajer dengan cara
yang sama dengan bagaimana pemegang saham dibayar. Seperti halnya kesesuaian
pengukuran akan menghilangkan tekanan politik yang mungkin akan dibawa ke perusahaan
oleh pihak luar. Siapa yang akan menjadi sasaran komplain jika manajer membagikan
imbalan selaras dengan apa yang dinikmati oleh pemilik perusahaan? Selain itu, untuk
perusahaan dagang publik, nilai pasar tersedia dalam dasar yang tepat waktu (harian). Nilai
pasar tersebut tepat, secara relatif akurat, dan nilai biasaya objektif. Selain itu, nilai ini
memiliki karakteristik yang dapat dimengerti dan efisien dalam hal biaya karena tidak
memerlukan pengukuran biaya perusahaan.

Namun pengukuran pasar juga memiliki keterbatasan. Pertama, pengukuran pasar


terkendala masalah pengendalian. Umumnya, hanya dapat dipegaruhi secara signifikan oleh
beberapa manajer puncak dalam organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat
keputusan yang penting. Secara individual, usaha seluruh karyawan yang berada di bawah
level manajemen yang tinggi memiliki sedikit pengaruh pada harga saham, seperti yang
diungkapkan pada kutipan berikut: Beberapa hal dapat berpengaruh pada kinerja harga
saham yang tidak memiliki hubungan dengan karyawan secara individual-karyawan mungkin
tidak termotivasi terhadap realita bahwa masalah ini seperti lotre, perusahaan seharusnya
hanya meminta karyawan mengendalikan hal yang dapat mereka pengaruhi, seperti masalah
pendapatan.

Meskipun demikian, bagi tim manajemen puncak, pengukuran pasar mungkin jauh
dari yang benar-benar dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak
dapat dikendalikan oleh manajer, seperti perubahan aktivitas makroekonomi, kondisi politik,
kebijakan moneter, kegiatan dalam industri, tindakan yang diambil oleh pesaing, sama halnya
dengan kondisi pasar saham secara umum.
Kedua, nilai pasar juga tidak selalu menggambarkan kinerja yang sesungguhnya. Meskipun
nilai hanya mewakili ekspektasi, dan hal ini dapat berisiko untuk insentif dasar yang
diperkirakan karena perkiraan tersebut mungkin bukan yang sesungguhnya. Misal, pasar
dapat menciptakan reaksi berlebihan pada kabar atau berita (secara langsung, baik berita
positif maupun negatif), seperti pengangkatan CEO yang baru atau berita mengenai merger
proyek utama, atau bahkan pengumuman pendapatan. Hal ini terkadang dapat mengakibatkan
harapan manajer dan harapan pasar tidak selalu sama, dan harapan tidak selalu sama dengan
kenyataan. Penilaian pasar tidak selalu merefleksikan secara penuh nilai perusahaan sehingga
keputusan atau transaksi pada periode tertentu, seperti pada pemberian atau penggunaan opsi
saham dapat dipengaruhi oleh perbedaan tersebut.

Ketiga, masih berhubungan dengan hal tadi, masalah pengukuran kinerja pasar
sebenarnya berpotensi gagal mencapai kesesuaian. Pasar tidak selalu memberikan informasi
yang baik mengenai rencana perusahaan dan prospeknya, baik itu aliran kas masa depan
maupun risikonya. Untuk alasan persaingan, perusahaan seringkali menghilangkan informasi
mengenai produktifitas R&D, penetapan harga & sourcing, kualitas produk dan proses,
kepuasan konsumen, serta kemungkinan pemberhentian sementara sebagai sebuah hal yang
rahasia. Perubahan pasar tidak dapat merefleksikan informasi yang tidak tersedia. Jika ukuran
imbalan dihubungkan dengan perubahan pasar, manajer mungkin berupaya untuk
mengungkapkan informasi yang mempengaruhi perubahan walaupun beberapa
pengungkapan dapat merugikan perusahaan.

Di beberapa negara berkembang, saran-saran untuk memberi imbalan pada manajer


didasarkan pada penilaian pasar saham yang berubah dan biasanya dicirikan dengan sikap
skeptis. Oleh karena peraturan di beberapa negara tidak selalu bisa dibangun dan didorong
dengan baik sepeti pada negara berkembang, manajer dapat mengukur waktu atau
mengarahkan penjelasan mereka untuk mempengaruhi perubahan pasar dan investor besar
dapat memanipulasi pasar.

Selain itu, pengukuran pasar hanya tersedia untuk publicly-traded firms, pengukuran
tidak tersedia untuk bagian, divisi, atau cabang perusahaan, dan tidak dapat diterapkan pada
organisasi yang tidak berorientasi laba.

Keterbasan-keterbatasan pada pengukuran pasar menyebabkan organisasi untuk mencari


pengganti pengukuran kinerja. Pengukuran akuntansi, khususnya akuntansi laba dan return
adalah pengganti yang sangat penting digunakan, terutama pada level manajemen yang
berada di bawah tim manajemen puncak.

PENGUKURAN KINERJA AKUNTANSI

Secara tradisional, sebagian organisasi mendasarkan evaluasi dan penghargaan


manajer pada ringkasan kinerja keuangan yang sesuai dengan standar. Salah satu studi
mendapati bahwa 161 dari 177 perusahaan sampel memasukan paling tidak satu ringkasan
kinerja keuangan sebagai dasar bonus tahunan.

Ringkasan akuntansi atau pengukuran kinerja keuangan terbagi dalam 2 bentuk, yaitu:
1. Ukuran residual atau accounting profit measures, seperti pendapatan bersih, laba
operational, pendapatan residual, dan EBITDA.
2. Ukuran rasio atau accounting return measures, seperti return on investment (ROI), return
on equity (ROE), return in net assets (RONA), dan risk adjusted return on capital
(RAROC).

Dalam hal penerapan enterprise risk management untuk meningkatkan value of the firm,
sebuah perusahaan dapat menggunakan sebuah metode dalam pengukuran kinerja berbasis
risiko, yaitu (RAPM) Risk Adjusted Performance Measurement. RAPM menggunakan
indikator RAROC (Risk Adjusted Return on Capital), yaitu sebuah indikator untuk mengukur
seberapa besar tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh suatu Strategic Business Unit (SBU)
dalam perusahaan dibandingkan dengan modal yang dialokasikan oleh investor kepada SBU
tersebut.

Pengukuran berdasar ringkasan akuntansi memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

1. Keuntungan dan pengembalian akuntansi dapat diukur pada jangka waktu yang relatif
pendek dengan tepat dan objektif. Individu akan merespons lebih baik pada target jangka
pendek yang sepesifik dari pada target jangka panjang. Selain itu dengan adanya standar
akuntansi, pengukuran dapat dilakukan secara objektif, walaupun dilakukan oleh orang
yang berbeda hasilnya akan tetap sama.
2. Apabila dibandingkan dengan pengukuran lainnya seperti arus kas atau penjualan,
pengukuran akuntansi relatif lebih selaras dengan tujuan organisasi dalam
memaksimalkan keuntungan.
3. Pengukuran akuntansi biasanya dapat dikontrol oleh manajer yang kinerjanya dievaluasi.
Artinya, pengukuran akuntansi dapat menggambarkan kinerja manajer yang
bersangkutan.
4. Pengukuran akuntansi dapat dimengerti dengan mudah. Akuntansi diajarkan di setiap
sekolah bisnis, dan manajer telah menggunakan pengukuran tersebut sejak lama sehingga
mengerti apa yang diwakili oleh ukuran tersebut dan bagaimana mempengaruhinya.
5. Pengukuran akuntansi tidak mahal. Pengukuran akuntansi diambil dari laporan keuangan
yang dibuat perusahaan untuk stakeholder.

Namun, bagi perusahaan tertentu pengukuran keuntungan akuntasi kadang tidak berarti.
Contohnya pada perusahaan yang baru saja berdiri. Perusahaan ini hampir pasti akan
mengalami kerugian pada awal siklus hidupnya. Pada kasus seperti ini, manajer tidak boleh
terlalu fokus pada keuntungan jangka pendek, melainkan harus fokus pada indikator
nonfinancial keuntungan di masa depan (chalper 11). Dengan kata lain, keuntungan akuntansi
relatif tidak terlalu penting pada perusahaan yang baru berdiri, karena mereka perlu lebih
fokus pada tujuan jangka panjang.

Pengukuran keuntungan akuntansi tidak selalu menggambarkan keuntungan ekonomi.


Banyak hal yang mempengaruhi keuntungan akuntansi tapi tidak berpengaruh terhadap
keuntungan ekonomi, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain:
1. Sistem akuntansi berorientasi pada transaksi. Keuntungan akuntansi didapatkan dari
selisih atau jumlah nominal dari transaksi pada jangka waktu tertentu. Perubahan
terhadap nilai perusahaan yang tidak menghasilkan atau didasarkan pada transaksi tidak
masuk pada pendapatan.
2. Keuntungan akuntansi sangat tergantung pada metode pengukuran yang digunakan.
Beberapa metode pengukuran biasanya tersedia untuk even ekonomi tertentu. Misalnya
dalam penyusutan aset, terdapat beberapa metode seperti garis lurus atau saldo berganda.
3. Keuntungan akuntansi diukur secara lebih konservatif, yaitu cepat dalam mengakui
beban dan kerugian, namun lebih lambat dalam mengakui keuntungan dan pendapatan.
Oleh karena itu, pengukuran akuntansi tidak sepenuhnya cocok dengan pendapatan dan
beban.
4. Perhitungan keuntungan akuntansi mengabaikan beberapa nilai ekonomi dan perubahan
nilai yang dirasa tidak dapat diukur dengan tepat dan objektif. Contohnya adalah
investasi dalam aset tak berwujud seperti research in progress, sumber daya manusia, dan
sistem informasi dibebankan secara langsung, tapi aset tersebut tidak dicatat pada
neraca.
5. Keuntungan akuntansi mengabaikan biaya investasi pada modal kerja. Kadang manajer
meningkatkan penjualan dan keuntungannya dengan melakukan investasi yang buruk
pada persediaan tambahan, tapi biaya tersebut tidak muncul pada laporan laba rugi.
6. Keuntungan akuntansi mengabaikan resiko dan perubahan resiko. Perusahaan yang tidak
mengubah pola atau timing arus kas di masa depan yang diharapkan tapi telah membuat
arus kas lebih pasti (kurang beresiko) telah meningkatkan nilai ekonomisnya, tapi
perubahan ini tidak dapat digambarkan di keuntungan akuntansi.
7. Keuntungan akuntansi fokus pada masa lalu. Nilai ekonomis didasarkan pada arus kas
masa depan, dan tidak ada garansi kinerja di masa lalu dapat dijadikan indikator atas
kinerja di masa depan.

Berbagai alasan mengapa keuntungan akuntansi tidak sama dengan keuntungan ekonomi
menyebabkan beberapa kritik untuk tidak menggunakan pengukuran kinerja akuntansi. Tapi
sebagian besar manajer melihat bahwa keuntungan dari pengukuran akuntansi lebih banyak
daripada kekuranganya sehingga tetap menggunakanya. Tetapi harus disadari bahwa
memotivasi manajer untuk memaksimalkan keuntungan atau pengembalian akuntansi
daripada nilai ekonomi, dapat menimbulkan sejumlah masalah perilaku. Salah satunya adalah
myopia atau secara harfiah berarti kerabunan. Manajer yang berfokus pada keuntungan atau
pengembalian akuntansi dalam jangka pendek cenderung selalu berusaha meningkatkan
keuntungan bulanan, triwulanan, atau tahunan. Saat manajer terlalu berorientasi pada jangka
pendek, yaitu lebih fokus pada keuntungan jangka pendek daripada penciptaan nilai jangka
panjang, manajer disebut myopic atau rabun.

INVESTASI DAN OPERASIONAL MYOPIA

Pengukuran kinerja akuntansi dapat menyebabkan manajer bertindak secara rabun


dalam melakukan investasi atau mengambil keputusan operasional. Manajer yang bertindak
secara rabun akan mengurangi atau menunda investasi yang menjajikan pengembalian pada
periode pengukuran masa depan, bahkan saat investasi tersebut jelas memiliki nilai bersih
sekarang yang positif. Hal ini disebut investasi rabun.
Efek motivasional dari pengukuran ini dapat menyimpang karena manajer yang
termotivasi untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian akuntansi jangka pendek
dapat melakukanya dengan tidak melakukan investasi. Dengan tidak melakukan investasi,
mereka mengurangi beban pada periode berjalan sehingga keuntungan lebih besar. Bahkan
kadang manajer melakukan manipulasi dengan tidak mencatat beban operasional seraca
langsung, tapi mendorongnya ke periode masa depan dengan mencatat sebagai investasi
modal.

Manajer juga dapat mendorong keuntungan dan pengembalian periode berjalan


dengan merusak goodwill yang telah dibangun dengan pelanggan, pemasok, pegawai,
dan/atau masyarakat. Manajer dapat memaksa pegawai untuk bekerja lembur secara berlebih
menjelang akhir periode pengukuran untuk menyelesaikan produksi sehingga produk dapat
dikirim serta pendapatan dan keuntungan dapat dicatat. Karena kualitas produk lebih rendah,
kepuasan pelanggan serta penjualan di masa depan akan menurun, biaya pengembalian
produk meningkat, dan sebagian pegawai mungkin demotivasi. Itu adalah contoh dari
operasional rabun.

Dalam membuat pertimbangan keputusan jangka pendek vs jangka panjang,


kemungkinan myopia akan selalu ada. Investasi rabun mungkin hanya dapat terjadi pada
bisnis yang berhubungan dengan investasi di masa depan, tapi operasional rabun merupakan
potensi masalah di semua bisnis. Langkah-langkah untuk mengatasi masalah kerabunan ini
akan dibahas selanjutnya di chapter 11.

UKURAN KINERJA RETURN-ON-INVESTMENT (ROI)

Organisasi berdivisi terdiri dari berbagai pusat pertanggungjawaban, manajer yang


bertanggung jawab pada laba atau beberapa bentuk return akuntansi pada akuntansi (ROI).
Pembagian divisi dan desentralisasi merupakan konsep yang saling berhubungan, tetapi dua
kata tersebut tidaklah bersinonim. Sebuah organisasi dikatakan terdesentralisasi ketika
otoritas untuk membuat keputusan didorong turun ke level organisasi yang lebih rendah.
Semua organisasi berdivisi mendesentralisasi otoritasnya, paling tidak untuk beberapa
tingkatan dalam beberapa bagian khusus operasi yakni garis bisnis utama atau area geografis.
Akan tetapi hal ini tidak selalu benar, tidak semua organisasi yang terdesentralisasi
merupakan organisasi yang terbagi menjadi divisi-divisi. Ketika desentralisasi dilakukan
sepanjang garis otoritas fungsional (seperti produksi dan pemasaran), pusat
pertanggungjawaban biasanya ada pada pusat biaya dan pendapatan, bukan pusat laba atau
investasi (divisi)

Pembagian divisi bukan berarti tanpa masalah dan tantangan. Beberapa isu secara khusus
berhubungan dengan masalah yang ditimbulkan dari pengukuran kinerja dalam hal ROI.

Return on Investment (ROI)


ROI adalah rasio dari laba akuntansi yang dihasilkan oleh divisi dibagi dengan investasi yang
ada dalam divisi. Grafik formula ROI bermanfaat untuk menghubungkan kinerja pada
berbagai tingkat organisasi.

Tipe pengukuran ROI digunakan secara luas karena mereka memberikan beberapa
keunggulan yang signifikan, yaitu:

1. Menyediakan pengukuran yang komprehensif yang menggambarkan tradeoff yang harus


dibuat antara pendapatan, biaya, dan investasi.
2. Memberikan bilangan pembagi yang dapat digunakan untuk membandingkan return pada
bisnis yang berbeda, seperti divisi dan pesaing di luar, atau tipe-tipe investasi.
3. Ditunjukkan dalam persentase, sehingga memberikan kesan bahwa gambar ROI dapat
dibandingkan dengan return keuangan lainnya seperti halnya menghitung saham dan
obligasi.
4. Pengukuran ROI telah digunakan selama ini pada berbagai tempat, hampir semua
manajer memahami apa yang digambarkan oleh pengukuran dan bagaimana mereka
dapat terpengaruhi.

Masalah yang disebabkan oleh tipe pengukuran ROI

Pembilang dalam pengukuran ROI adalah terkait dengan laba akuntansi, seperti
kecenderungan untuk menghasilkan myopia manajemen, bentuk umum dari perpindahan
perilaku yang telah dijelaskan sebelumnya.
Suboptimization
Sinyal kinerja yang menyesatkan

Suboptimization

Suboptimization mendorong manajer untuk membuat investasi yang membuat divisi mereka
terlihat baik meskipun investasi tidak sesuai dengan kepentingan terbaik bagi perusahaan.
Tabel 10.2 menunjukkan suboptimisasi yang sederhana sebagai contoh. Diasumsikan
bahwa biaya modal perusahaan adalah 15%. Jika kesempatan investasi menjanjikan return
20%; investasi seharusnya dilakukan (diasumsikan bahwa kesempatan ini konsisten dengan
strategi perusahaan). Manajer divisi A yang target kinerjanya menggambarkan kinerja secara
historis sebesar 10% akan melakukan investasi ini, tetapi manajer divisi B yang beroperasi
pada target kinerja sebesar 40% tidak akan melakukannya.

Sebaliknya, pengukuran ROI dapat menyebabkan manajer dari divisi yang gagal
untuk berinvestasi dalam proyek investasi modal yang menjanjikan return di bawah biaya
modal perusahaan. Masalah ini dijelaskan pada Tabel 10.3 yang mengubah Tabel 10.2 hanya
dengan sedikit contoh dengan mengasumsikan biaya modal perusahaan sebesar 25%. Dalam
situasi ini, Divisi A akan membuat investasi yang menjanjikan return sebesar 20%, walaupun
investasi ini tidak menutup biaya modal perusahaan.

Ketika manajer divisi memiliki otoritas untuk membuat keputusan keuangan (untuk
membiayai keputusan investasi mereka), tipe pengukuran ROI dapat juga membawa pada
suboptimisasi pada level ini. Sebagai contoh, pengukuran ROE mungkin mempengaruhi
manajer untuk menggunakan utang keuangan (sebagai contoh, untuk mengurangi ekuitas
yang diletakkan pada penyebut rasio). Hal ini mungkin mendorong peningkatan entitas pada
tingkat yang lebih rendah dari peningkatan yang diinginkan perusahaan.

Sinyal Kinerja yang Menyesatkan

Kesulitan dalam mengukur penyebut dari pengukuran ROI, biasanya berkaitan dengan aset
tetap, yang dapat memberikan misleading signal tentang kinerja pusat investasi.

Masalah pernyataan ROI yang berlebih diilustrasikan seperti pada Tabel 10.3. Diasumsikan
bahwa Divisi C dan D hampir sama dalam hal unit operasi kecuali Divisi C yang lebih
banyak membeli aset tetap beberapa tahun lalu dan Divisi D yang hampir sebagian besar
asetnya baru. Untuk menyederhanakan, diasumsikan tidak ada kemajuan teknologi, kinerja
aset lama sama efisiennya dengan aset yang baru dalam melakukan tugas. Laba sebelum
depresiasi adalah sama, tetapi depresiasi Divisi D dua kali dibandingkan dengan Divisi C
sehingga laba setelah depresiasi Divisi C sedikit lebih tinggi. Akan tetapi, ROI Divisi C
secara dramatis lebih tinggi dibandingkan dengan D, sebagian besar karena aset memiliki
nilai lebih rendah dari NBV. Perbedaan antara 20% dan 3% ROI adalah sebuah hal yang tidak
nyata dan hanya merupakan artefak dari sistem pengukuran.

Ciri lain dari pengukuran ROI adalah bahwa ROI dihitung menggunakan NBV yang
secara otomatis meningkat sepanjang waktu apabila bukan investasi lebih lanjut yang dibuat.
Hal ini diilustrasikan pada Tabel 10.5. Diasumsikan bahwa Divisi E beroperasi dengan stabil,
pendapatan pada tahun pertama ROI sebesar 12%. Oleh karena aset telah didepresiasi, ROI
meningkat hingga 13,3% di tahun ke-2 dan 15% di tahun ke-3. Kenaikan ROI ini juga tidak
nyata.

Ciri dari pengukuran ini menyebabkan manajer yang menggunakan tipe pengukuran ROI
membuat keputusan yang salah:

Mendorong manajer divisi untuk mempertahankan aset lebih dari umur ekonomisnya dan
tidak berinvestasi pada aset baru yang akan menaikkan penyebut dari perhitungan ROI.
Menyebabkan manajer perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya secara berlebihan
untuk divisi dengan aset yang lebih lama karena tampaknya relatif lebih menguntungkan.
Dapat menimbulkan masalah yang diilustrasikan pada Tabel 10.2 dan 10.3;
kecenderungan untuk alokasi modal setidaknya melekat pada keberhasilan divisi yakni
divisi yang secara potensial menciptakan nilai.
Jika manajer perusahaan tidak menyadari penyimpangan atau tidak menyesuaikannya,
dapat terjadi kesalahan dalam mengevaluasi kinerja manajer divisi.

Masalah potensial terakhir adalah pengukuran ROI menciptakan dorongan bagi manajer
untuk menyewa aset daripada membelinya. Penyewaan aset dihitung berbasis sewa operasi
yang tidak dikenal pada laporan posisi keuangan sehingga mereka tidak dimasukkan dalam
penyebut pada ROI. Manajer dapat menaikkan ROI divisional dengan memainkan sistem
tertentu. Tentu saja, perusahaan dapat dengan mudah memasukkan nilai terkapitalisasi dari
aset yang digunakan dalam perhitungan ROI divisi walaupun sewa tidak perlu dikapitalisasi
untuk tujuan pelaporan keuangan. Penyesuaian ini menghindarkan masalah potensial, tetapi
penyesuaian ini membutuhkan biaya dan mungkin menyulitkan proses administrasi dari buku
lain untuk tujuan yang berbeda.

PENGUKURAN LABA RESIDUAL SEBAGAI SOLUSI YANG TEPAT UNTUK


MASALAH PENGUKURAN ROI

Sejumlah peneliti dan konsultan memiliki argumen bahwa penggunaan dari


pengukuran laba residual dapat membantu mengatasi keterbatasan suboptimisasi dari ROI.
Laba residual dihitung dengan mengurangkan laba dari perubahan modal untuk aset bersih
yang ada pada pusat investasi.

Pengukuran laba residual mengatasi masalah suboptimisasi. Tetapi tidak dapat mengatasi
distorsi yang muncul ketika manajer melakukan investasi baru dalam aktiva tetap.

Sebuah perusahaan konsultasi, Stern Stewart & Company, merekomendasikan sebuah


pengukuran yang disebut dengan Economic Value Added (EVA) yang mengombinasikan
beberapa modifikasi dari model standar akuntansi pada tipe pengukuran laba residual.
Formula EVA adalah:
Modified after-tax operating profit berbeda dari yang didefinisikan oleh akuntan seperti
kapitalisasi dan amortisasi lebih lanjut dari investasi tidak berwujud seperti penelitian dan
pengembangan, pelatihan karyawan, periklanan, dan pembiayaan goodwill.

Modified total capital meliputi fixed assets, working capital, and the capitalized intangibles.

Weighted average cost of capital merefleksikan biaya rata-rata tertimbang utang dan modal
dari penjualan saham.

EVA bukanlah laba ekonomis. EVA tidak menunjukkan keseluruhan masalah yang
membedakan laba akuntansi dari laba ekonomis. Secara khusus, EVA tetap fokus pada masa
sebelumnya, sementara laba ekonomis merefleksikan perubahan pada aliran kas yang
potensial di masa yang akan datang. Hal itu kemudian membuat EVA tetap mungkin untuk
menjadi indicator yang lemah dari perubahan nilai bagi organisasi yang memperoleh proporsi
yang signifikan dari nilai pertumbuhan di masa yang akan datang.

EVA juga memiliki keterbatasan pengukuran, dari masalah akurasi, pengendalian, dan sulit
untuk dipahami.
STUDI KASUS

Kasus 1 : Implikasi Perilaku dari Pilihan Kebijakan Depresiasi pada Perusahan


Penerbangan
Kebijakan akuntansi merupakan keleluasaan yang dimiliki oleh manajer. Secara
umum kebijakan yang dipilih oleh manajer ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang relatif
konservatif dan yang relatif liberal. Konservatif menyebabkan tertundanya pengakuan
keuntungan dan/atau percepatan pengakuan beban. Dan kebijakan akuntansi liberal adalah
sebaliknya dari kebijakan akuntansi konservatif.
Untuk menentukan apakah Perusahaan Penerbangan cenderung konservatif atau
liberal dapat ditinjau dari kebijakan akuntansinya mengenai aset tetap (Property, Plant &
Equipment PPE) secara spesifik yaitu terhadap kebijakan depresiasi yang diterapkan
terhadap aset tetapnya.
Berikut matriks kebijakan akuntansi mengenai praktik depresiasi pesawat terbang di empat
perusahaan penerbangan utama.
No Maskapai Metode
Masa Manfaat Nilai Residu
. Penerbangan Depresiasi
1 Delta Airlines Garis Lurus 20 tahun 5% biaya perolehan
2 AMR Corporation Garis Lurus 25 tahun 10% biaya
perolehan
3 Singapore Airlines Garis Lurus 15 tahun 10% biaya
perolehan
4 Lufthansa Garis Lurus 12 tahun 15% biaya
perolehan

Beberapa pertimbangan lain yang juga menjadi perhatian dalam menetukan kebijakan
akuntansi depresiasi pesawat terbang ini antara lain, adalah :
1. Jam terbang pesawat dapat tak terbatas apabila pesawat tersebut dipelihara dengan
layak.
2. Biaya pemeliharaan pesawat cenderung meningkat sepanjang waktu. Ada istilah yang
dikenal dengan faktor kematangan.
3. Masa manfaat suatu pesawat terbang terbatas, tetapi sulit diestimasi.
4. Harga pesawat baru cenderung meningkat sepanjang waktu.
5. Dibanyak Negara peraturan tentang depresiasi untuk keperluaan perpajakan diizinkan
yang sifatnya ultra-konservatif.
Implikasi
Dari data empat maskapai penerbangan yang ada pada matriks diatas dapat dilihat
bahwa keempat maskapai penerbangan tersebut menerapkan metode yang sama dalam
mengalokasikan biaya perolehan pesawat terbangnya yaitu secara merata sepanjang masa
manfaat pesawat terbang tersebut (metode garis lurus). Namun yang berbeda adalah
penetapan masa manfaat dan nilai residu pesawat terbang tersebut. Pilihan kebijakan dalam
penetapan masa manfaat dan nilai residu ini lah yang menjadi gambaran apakah perusahaan
tersebut menetapkan kebijakan yang konservatif atau liberal.

Masa Manfaat
Penetapan masa manfaat yang lebih panjang akan membuat alokasi beban depresiasi
setiap tahunnya menjadi lebih kecil, hal ini disebabkan jumlah bilangan pembagi (tahun)
yang lebih besar. Dan sebaliknya masa manfaat yang ditetapkan lebih pendek akan membuat
alokasi beban depresiasi setiap tahunnya lebih besar. Sehingga untuk penetapan masa manfaat
ini dapat disimpulkan bahwa masa manfaat lebih panjang maka kebijakan perusahaan
tersebut relatif liberal, dan sebaliknya penetapan masa manfaat lebih pendek maka kebijakan
perusahaan tersebut relatif konservatif.
Nilai Residu
Begitupun nilai residu, pengaruhnya hampir sama dengan penetapan masa manfaat
diatas. Nilai residu yang ditetapkan lebih besar maka nilai perolehan yang akan alokasikan
lebih kecil dan beban depresiasinya lebih kecil setiap tahunnya (liberal), dan nilai residu yang
ditetapkan lebih kecil maka nilai perolehan yang akan alokasikan lebih besar dan beban
depresiasinya tentunya juga akan lebih besar setiap tahunnya (konservatif).

Kasus 2 : Industrial Electronics, Inc


Profil Perusahaan
Beberapa hal atau data yang dapat diidentifikasi dari perusahaan Industrial Electronics, Inc
adalah :
Merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham New York (NYSE).
Perusahaan memproduksi berbagai peralatan elektronik antara lain: sumber sinyal,
peralatan tes, system komunikasi, rangkaian mesin (motor) dan pembangkit tenaga
listrik (generator).
Perusahaan diorganisasi menjadi 16 divisi yang masing-masing independen dan
ditetapkan sebagai pusat laba (profit center).
Tujuan perusahaan secara umum / keseluruhan adalah untuk memaksimalkan
keuntungan / nilai pemegang saham.
Strategi yang diterapkan oleh perusahaan adalah control yang ketat (tight) mengingat
adannya kompetisi persaingan harga yang ketat dengan pesaing lainnya.
Total penjualan yang didapatkan oleh perusahaan (omzet) tahun lalu adalah sebesar $
8 Miliar.

Sistem Manajemen Bonus saat ini


Beberapa data dan fakta yang dapat dilihat dari Sistem Manajemen Bonus yang dijalankan
oleh perusahaan saat ini adalah sebagai berikut :
Manajemen bonus yang dijalankan saat ini adalah manajemen yang berdasarkan pada
kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Bonus sebesar 10% dari keuntungan setelah pajak akan diberikan apabila telah
melebihi 12% nilai kekayaan bersih perusahaan. Dan pembagiannya dilakukan
membagi total bonus dengan total gaji semua eksekutif yang berhak atas bonus.
Bonus maksimum dibayarkan sebesar 150% dari gaji.
Dan secara historis, manajer-manajer di Industrial Electronic, Inc selama ini
mendapatkan bonus dalam rentang 30 120% dari gaji, dan rata-ratanya sekitar 50%.
Namun pada tahun 2000 dan 2001 ketika resesi terjadi, jumlah bonus adalah nol,
perusahaan tidak dapat memberikan bonus kepada pegawainya.

Permasalahan
Muncul complain atau keluhan dari para manajer terutama manajer yang berkinerja baik.
Manajer ini yakin bahwa sistem bonus saat ini tidak adil karena tidak dapat mengakui
kontribusi mereka secara proporsional.

Rencana Sistem Manajemen Bonus yang baru


Sebagai respon dari munculnya complain dari para manajer, maka manajemen puncak
bersama dengan Dept. SDM dan Bagian Keuangan telah merancang suatu sitem baru dalam
pemberian bonus bagi para karyawan dan manajer. Beberapa hal baru yang ditawarkan antara
lain :
Bonus akan ditentukan oleh kinerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing
entitas.
Untuk pengukuran dalam pemberian bonus, kinerja actual akan dibandingkan dengan
target anggaran yang telah dinegosiasikan sebelumnya.
Setiap divisi akan diberikan tujuan laba ekonomis. Ini dimaksudkan agar penggunaan
aset benar-benar maksimal dan optimal dalm menghasilkan laba.
Jika laba aktual sama persis dengan laba tujuan yang telah ditetapkan maka manajer
akan memperoleh bonus 50% dari gaji. Bonus akan meningkat dan/atau menurun
secara linear sebesar 5% untuk setiap $100.000 diatas dan/atau dibawah tujuan.
Bonus maksimum adalah sebesar 150% gaji dan bonus minimum adalah sebesar no

Anda mungkin juga menyukai