DAN PENGARUHNYA
Mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
Disusun Oleh:
Firman Jaya
Melani Isna
Rifqi Abdillah A
Tujuan utama organisasi berorientasi laba adalah memaksimalkan nilai pemegang saham
(atau pemiliknya) atau nilai perusahaan dalam jangka pendek. Result control yang ideal akan
memberikan imbalan bagi karyawan terhadap kontribusi mereka pada nilai perusahaan. Oleh
karena pengukuran langsung dari kontribusi karyawan terhadap penciptaan nilai jarang
terjadi, perusahaan harus mencari pengukuran yang mewakili tujuan akhir dan mengambil
alternatif result control. Akan tetapi pengukuran kinerja yang mana yang seharusnya
digunakan. Pada dasarnya pekerjaan manajerial sering disebut multi-tasking. Dalam
merefleksikan berbagai tugas tersebut, daftar pengukuran digunakan dalam memotivasi dan
mengevaluasi kinerja manajerial. Daftar pengukuran diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
kategori.
PENCIPTAAN NILAI
Secara umum dipahami bahwa tujuan utama dari organisasi berorientasi laba adalah
untuk memaksimalkan nilai perusahaan, menolak beberapa batasan, seperti penyesuaian
dengan hukum dan pemahaman yang memadai untuk karyawan, konsumen, dan pemegang
saham lainnya. Idealnya, untuk menggambarkan keberhasilan dengan tepat pengukuran
kinerja seharusnya meningkat ketika nilai diciptakan dan menurun ketika ditiadakan.
Nilai dari aset ekonomis dapat dihitung pada waktu tertentu dengan mendiskontokan aliran
kas masa depan yang diharap akan dihasilkan oleh perusahaan berdasarkan nilai waktu dari
uang dan risiko. Karyawan dapat meningkatkan nilai dengan mempercepat waktu dari aliran
kas (berdasarkan nilai waktu dari uang) atau dengan membuat mereka lebih pasti atau tidak
terlalu berisiko (diikuti dengan penurunan tingkat diskon). Perubahan nilai perusahaan pada
periode yang pasti disebut laba ekonomi. Laba ekonomi merupakan bentuk yang berbeda dari
laba akuntansi dan perbedaannya tersebut memiliki implikasi pengendalian manajemen yang
penting.
Salah satu cara untuk menilai perubahan nilai adalah dengan menggunakan
pengukuran pasar dari kinerja yang didasarkan pada perubahan nilai pasar atau perusahaan-
atau dividen yang juga diperhatikan, return kepada para pemegang saham. Nilai yang
diciptakan (return bagi pemegang saham) dapat diukur secara langsung pada periode tertentu
(tahunan, kuartalan, atau bulanan) sebagai jumlah dari pembayaran dividen untuk pemegang
saham pada periode pengukuran, ditambah (atau dikurangi) perubahan pada nilai pasar
saham. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, perusahaan seringkali menggunakan
berbagai rencana kompensasi berdasarkan saham, seperti opsi saham yang dihubungkan
dengan pembayaran insentif pada harga saham. Dalam hal ini, karyawan yang memenuhi
syarat untuk rencana kompensasi berdasarkan ekuitas akan diberikan imbalan return
pemegang saham atau paling tidak komponen yang paling signifikan-perubahan dalam nilai
saham umum.
Dalam hal ini, pengukuran pasar memiliki daya tarik yang kuat karena secara relatif
memberikan indikasi langsung terhadap perubahan nilai perusahaan. Berikut adalah ekspresi
mewakili kesimpulan oleh beberapa akademisi: "Setiap ukuran kinerja keuangan yang
digunakan dalam manajerial kompensasi [...] harus berkorelasi tinggi dengan perubahan
kekayaan pemegang saham". Berikut ini adalah kesimpulan yang sama dalam publikasi
berorientasi praktisi: Pemegang Saham dibayar ketika manajer menciptakan nilai ekuitas,
bukan ketika manajer memeriksa item pada to-do list. Untuk menyelaraskan kepentingan
manajer dengan kepentingan pemilik, perusahaan sebaiknya membayar manajer dengan cara
yang sama dengan bagaimana pemegang saham dibayar. Seperti halnya kesesuaian
pengukuran akan menghilangkan tekanan politik yang mungkin akan dibawa ke perusahaan
oleh pihak luar. Siapa yang akan menjadi sasaran komplain jika manajer membagikan
imbalan selaras dengan apa yang dinikmati oleh pemilik perusahaan? Selain itu, untuk
perusahaan dagang publik, nilai pasar tersedia dalam dasar yang tepat waktu (harian). Nilai
pasar tersebut tepat, secara relatif akurat, dan nilai biasaya objektif. Selain itu, nilai ini
memiliki karakteristik yang dapat dimengerti dan efisien dalam hal biaya karena tidak
memerlukan pengukuran biaya perusahaan.
Meskipun demikian, bagi tim manajemen puncak, pengukuran pasar mungkin jauh
dari yang benar-benar dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak
dapat dikendalikan oleh manajer, seperti perubahan aktivitas makroekonomi, kondisi politik,
kebijakan moneter, kegiatan dalam industri, tindakan yang diambil oleh pesaing, sama halnya
dengan kondisi pasar saham secara umum.
Kedua, nilai pasar juga tidak selalu menggambarkan kinerja yang sesungguhnya. Meskipun
nilai hanya mewakili ekspektasi, dan hal ini dapat berisiko untuk insentif dasar yang
diperkirakan karena perkiraan tersebut mungkin bukan yang sesungguhnya. Misal, pasar
dapat menciptakan reaksi berlebihan pada kabar atau berita (secara langsung, baik berita
positif maupun negatif), seperti pengangkatan CEO yang baru atau berita mengenai merger
proyek utama, atau bahkan pengumuman pendapatan. Hal ini terkadang dapat mengakibatkan
harapan manajer dan harapan pasar tidak selalu sama, dan harapan tidak selalu sama dengan
kenyataan. Penilaian pasar tidak selalu merefleksikan secara penuh nilai perusahaan sehingga
keputusan atau transaksi pada periode tertentu, seperti pada pemberian atau penggunaan opsi
saham dapat dipengaruhi oleh perbedaan tersebut.
Ketiga, masih berhubungan dengan hal tadi, masalah pengukuran kinerja pasar
sebenarnya berpotensi gagal mencapai kesesuaian. Pasar tidak selalu memberikan informasi
yang baik mengenai rencana perusahaan dan prospeknya, baik itu aliran kas masa depan
maupun risikonya. Untuk alasan persaingan, perusahaan seringkali menghilangkan informasi
mengenai produktifitas R&D, penetapan harga & sourcing, kualitas produk dan proses,
kepuasan konsumen, serta kemungkinan pemberhentian sementara sebagai sebuah hal yang
rahasia. Perubahan pasar tidak dapat merefleksikan informasi yang tidak tersedia. Jika ukuran
imbalan dihubungkan dengan perubahan pasar, manajer mungkin berupaya untuk
mengungkapkan informasi yang mempengaruhi perubahan walaupun beberapa
pengungkapan dapat merugikan perusahaan.
Selain itu, pengukuran pasar hanya tersedia untuk publicly-traded firms, pengukuran
tidak tersedia untuk bagian, divisi, atau cabang perusahaan, dan tidak dapat diterapkan pada
organisasi yang tidak berorientasi laba.
Ringkasan akuntansi atau pengukuran kinerja keuangan terbagi dalam 2 bentuk, yaitu:
1. Ukuran residual atau accounting profit measures, seperti pendapatan bersih, laba
operational, pendapatan residual, dan EBITDA.
2. Ukuran rasio atau accounting return measures, seperti return on investment (ROI), return
on equity (ROE), return in net assets (RONA), dan risk adjusted return on capital
(RAROC).
Dalam hal penerapan enterprise risk management untuk meningkatkan value of the firm,
sebuah perusahaan dapat menggunakan sebuah metode dalam pengukuran kinerja berbasis
risiko, yaitu (RAPM) Risk Adjusted Performance Measurement. RAPM menggunakan
indikator RAROC (Risk Adjusted Return on Capital), yaitu sebuah indikator untuk mengukur
seberapa besar tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh suatu Strategic Business Unit (SBU)
dalam perusahaan dibandingkan dengan modal yang dialokasikan oleh investor kepada SBU
tersebut.
1. Keuntungan dan pengembalian akuntansi dapat diukur pada jangka waktu yang relatif
pendek dengan tepat dan objektif. Individu akan merespons lebih baik pada target jangka
pendek yang sepesifik dari pada target jangka panjang. Selain itu dengan adanya standar
akuntansi, pengukuran dapat dilakukan secara objektif, walaupun dilakukan oleh orang
yang berbeda hasilnya akan tetap sama.
2. Apabila dibandingkan dengan pengukuran lainnya seperti arus kas atau penjualan,
pengukuran akuntansi relatif lebih selaras dengan tujuan organisasi dalam
memaksimalkan keuntungan.
3. Pengukuran akuntansi biasanya dapat dikontrol oleh manajer yang kinerjanya dievaluasi.
Artinya, pengukuran akuntansi dapat menggambarkan kinerja manajer yang
bersangkutan.
4. Pengukuran akuntansi dapat dimengerti dengan mudah. Akuntansi diajarkan di setiap
sekolah bisnis, dan manajer telah menggunakan pengukuran tersebut sejak lama sehingga
mengerti apa yang diwakili oleh ukuran tersebut dan bagaimana mempengaruhinya.
5. Pengukuran akuntansi tidak mahal. Pengukuran akuntansi diambil dari laporan keuangan
yang dibuat perusahaan untuk stakeholder.
Namun, bagi perusahaan tertentu pengukuran keuntungan akuntasi kadang tidak berarti.
Contohnya pada perusahaan yang baru saja berdiri. Perusahaan ini hampir pasti akan
mengalami kerugian pada awal siklus hidupnya. Pada kasus seperti ini, manajer tidak boleh
terlalu fokus pada keuntungan jangka pendek, melainkan harus fokus pada indikator
nonfinancial keuntungan di masa depan (chalper 11). Dengan kata lain, keuntungan akuntansi
relatif tidak terlalu penting pada perusahaan yang baru berdiri, karena mereka perlu lebih
fokus pada tujuan jangka panjang.
Berbagai alasan mengapa keuntungan akuntansi tidak sama dengan keuntungan ekonomi
menyebabkan beberapa kritik untuk tidak menggunakan pengukuran kinerja akuntansi. Tapi
sebagian besar manajer melihat bahwa keuntungan dari pengukuran akuntansi lebih banyak
daripada kekuranganya sehingga tetap menggunakanya. Tetapi harus disadari bahwa
memotivasi manajer untuk memaksimalkan keuntungan atau pengembalian akuntansi
daripada nilai ekonomi, dapat menimbulkan sejumlah masalah perilaku. Salah satunya adalah
myopia atau secara harfiah berarti kerabunan. Manajer yang berfokus pada keuntungan atau
pengembalian akuntansi dalam jangka pendek cenderung selalu berusaha meningkatkan
keuntungan bulanan, triwulanan, atau tahunan. Saat manajer terlalu berorientasi pada jangka
pendek, yaitu lebih fokus pada keuntungan jangka pendek daripada penciptaan nilai jangka
panjang, manajer disebut myopic atau rabun.
Pembagian divisi bukan berarti tanpa masalah dan tantangan. Beberapa isu secara khusus
berhubungan dengan masalah yang ditimbulkan dari pengukuran kinerja dalam hal ROI.
Tipe pengukuran ROI digunakan secara luas karena mereka memberikan beberapa
keunggulan yang signifikan, yaitu:
Pembilang dalam pengukuran ROI adalah terkait dengan laba akuntansi, seperti
kecenderungan untuk menghasilkan myopia manajemen, bentuk umum dari perpindahan
perilaku yang telah dijelaskan sebelumnya.
Suboptimization
Sinyal kinerja yang menyesatkan
Suboptimization
Suboptimization mendorong manajer untuk membuat investasi yang membuat divisi mereka
terlihat baik meskipun investasi tidak sesuai dengan kepentingan terbaik bagi perusahaan.
Tabel 10.2 menunjukkan suboptimisasi yang sederhana sebagai contoh. Diasumsikan
bahwa biaya modal perusahaan adalah 15%. Jika kesempatan investasi menjanjikan return
20%; investasi seharusnya dilakukan (diasumsikan bahwa kesempatan ini konsisten dengan
strategi perusahaan). Manajer divisi A yang target kinerjanya menggambarkan kinerja secara
historis sebesar 10% akan melakukan investasi ini, tetapi manajer divisi B yang beroperasi
pada target kinerja sebesar 40% tidak akan melakukannya.
Sebaliknya, pengukuran ROI dapat menyebabkan manajer dari divisi yang gagal
untuk berinvestasi dalam proyek investasi modal yang menjanjikan return di bawah biaya
modal perusahaan. Masalah ini dijelaskan pada Tabel 10.3 yang mengubah Tabel 10.2 hanya
dengan sedikit contoh dengan mengasumsikan biaya modal perusahaan sebesar 25%. Dalam
situasi ini, Divisi A akan membuat investasi yang menjanjikan return sebesar 20%, walaupun
investasi ini tidak menutup biaya modal perusahaan.
Ketika manajer divisi memiliki otoritas untuk membuat keputusan keuangan (untuk
membiayai keputusan investasi mereka), tipe pengukuran ROI dapat juga membawa pada
suboptimisasi pada level ini. Sebagai contoh, pengukuran ROE mungkin mempengaruhi
manajer untuk menggunakan utang keuangan (sebagai contoh, untuk mengurangi ekuitas
yang diletakkan pada penyebut rasio). Hal ini mungkin mendorong peningkatan entitas pada
tingkat yang lebih rendah dari peningkatan yang diinginkan perusahaan.
Kesulitan dalam mengukur penyebut dari pengukuran ROI, biasanya berkaitan dengan aset
tetap, yang dapat memberikan misleading signal tentang kinerja pusat investasi.
Masalah pernyataan ROI yang berlebih diilustrasikan seperti pada Tabel 10.3. Diasumsikan
bahwa Divisi C dan D hampir sama dalam hal unit operasi kecuali Divisi C yang lebih
banyak membeli aset tetap beberapa tahun lalu dan Divisi D yang hampir sebagian besar
asetnya baru. Untuk menyederhanakan, diasumsikan tidak ada kemajuan teknologi, kinerja
aset lama sama efisiennya dengan aset yang baru dalam melakukan tugas. Laba sebelum
depresiasi adalah sama, tetapi depresiasi Divisi D dua kali dibandingkan dengan Divisi C
sehingga laba setelah depresiasi Divisi C sedikit lebih tinggi. Akan tetapi, ROI Divisi C
secara dramatis lebih tinggi dibandingkan dengan D, sebagian besar karena aset memiliki
nilai lebih rendah dari NBV. Perbedaan antara 20% dan 3% ROI adalah sebuah hal yang tidak
nyata dan hanya merupakan artefak dari sistem pengukuran.
Ciri lain dari pengukuran ROI adalah bahwa ROI dihitung menggunakan NBV yang
secara otomatis meningkat sepanjang waktu apabila bukan investasi lebih lanjut yang dibuat.
Hal ini diilustrasikan pada Tabel 10.5. Diasumsikan bahwa Divisi E beroperasi dengan stabil,
pendapatan pada tahun pertama ROI sebesar 12%. Oleh karena aset telah didepresiasi, ROI
meningkat hingga 13,3% di tahun ke-2 dan 15% di tahun ke-3. Kenaikan ROI ini juga tidak
nyata.
Ciri dari pengukuran ini menyebabkan manajer yang menggunakan tipe pengukuran ROI
membuat keputusan yang salah:
Mendorong manajer divisi untuk mempertahankan aset lebih dari umur ekonomisnya dan
tidak berinvestasi pada aset baru yang akan menaikkan penyebut dari perhitungan ROI.
Menyebabkan manajer perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya secara berlebihan
untuk divisi dengan aset yang lebih lama karena tampaknya relatif lebih menguntungkan.
Dapat menimbulkan masalah yang diilustrasikan pada Tabel 10.2 dan 10.3;
kecenderungan untuk alokasi modal setidaknya melekat pada keberhasilan divisi yakni
divisi yang secara potensial menciptakan nilai.
Jika manajer perusahaan tidak menyadari penyimpangan atau tidak menyesuaikannya,
dapat terjadi kesalahan dalam mengevaluasi kinerja manajer divisi.
Masalah potensial terakhir adalah pengukuran ROI menciptakan dorongan bagi manajer
untuk menyewa aset daripada membelinya. Penyewaan aset dihitung berbasis sewa operasi
yang tidak dikenal pada laporan posisi keuangan sehingga mereka tidak dimasukkan dalam
penyebut pada ROI. Manajer dapat menaikkan ROI divisional dengan memainkan sistem
tertentu. Tentu saja, perusahaan dapat dengan mudah memasukkan nilai terkapitalisasi dari
aset yang digunakan dalam perhitungan ROI divisi walaupun sewa tidak perlu dikapitalisasi
untuk tujuan pelaporan keuangan. Penyesuaian ini menghindarkan masalah potensial, tetapi
penyesuaian ini membutuhkan biaya dan mungkin menyulitkan proses administrasi dari buku
lain untuk tujuan yang berbeda.
Pengukuran laba residual mengatasi masalah suboptimisasi. Tetapi tidak dapat mengatasi
distorsi yang muncul ketika manajer melakukan investasi baru dalam aktiva tetap.
Modified total capital meliputi fixed assets, working capital, and the capitalized intangibles.
Weighted average cost of capital merefleksikan biaya rata-rata tertimbang utang dan modal
dari penjualan saham.
EVA bukanlah laba ekonomis. EVA tidak menunjukkan keseluruhan masalah yang
membedakan laba akuntansi dari laba ekonomis. Secara khusus, EVA tetap fokus pada masa
sebelumnya, sementara laba ekonomis merefleksikan perubahan pada aliran kas yang
potensial di masa yang akan datang. Hal itu kemudian membuat EVA tetap mungkin untuk
menjadi indicator yang lemah dari perubahan nilai bagi organisasi yang memperoleh proporsi
yang signifikan dari nilai pertumbuhan di masa yang akan datang.
EVA juga memiliki keterbatasan pengukuran, dari masalah akurasi, pengendalian, dan sulit
untuk dipahami.
STUDI KASUS
Beberapa pertimbangan lain yang juga menjadi perhatian dalam menetukan kebijakan
akuntansi depresiasi pesawat terbang ini antara lain, adalah :
1. Jam terbang pesawat dapat tak terbatas apabila pesawat tersebut dipelihara dengan
layak.
2. Biaya pemeliharaan pesawat cenderung meningkat sepanjang waktu. Ada istilah yang
dikenal dengan faktor kematangan.
3. Masa manfaat suatu pesawat terbang terbatas, tetapi sulit diestimasi.
4. Harga pesawat baru cenderung meningkat sepanjang waktu.
5. Dibanyak Negara peraturan tentang depresiasi untuk keperluaan perpajakan diizinkan
yang sifatnya ultra-konservatif.
Implikasi
Dari data empat maskapai penerbangan yang ada pada matriks diatas dapat dilihat
bahwa keempat maskapai penerbangan tersebut menerapkan metode yang sama dalam
mengalokasikan biaya perolehan pesawat terbangnya yaitu secara merata sepanjang masa
manfaat pesawat terbang tersebut (metode garis lurus). Namun yang berbeda adalah
penetapan masa manfaat dan nilai residu pesawat terbang tersebut. Pilihan kebijakan dalam
penetapan masa manfaat dan nilai residu ini lah yang menjadi gambaran apakah perusahaan
tersebut menetapkan kebijakan yang konservatif atau liberal.
Masa Manfaat
Penetapan masa manfaat yang lebih panjang akan membuat alokasi beban depresiasi
setiap tahunnya menjadi lebih kecil, hal ini disebabkan jumlah bilangan pembagi (tahun)
yang lebih besar. Dan sebaliknya masa manfaat yang ditetapkan lebih pendek akan membuat
alokasi beban depresiasi setiap tahunnya lebih besar. Sehingga untuk penetapan masa manfaat
ini dapat disimpulkan bahwa masa manfaat lebih panjang maka kebijakan perusahaan
tersebut relatif liberal, dan sebaliknya penetapan masa manfaat lebih pendek maka kebijakan
perusahaan tersebut relatif konservatif.
Nilai Residu
Begitupun nilai residu, pengaruhnya hampir sama dengan penetapan masa manfaat
diatas. Nilai residu yang ditetapkan lebih besar maka nilai perolehan yang akan alokasikan
lebih kecil dan beban depresiasinya lebih kecil setiap tahunnya (liberal), dan nilai residu yang
ditetapkan lebih kecil maka nilai perolehan yang akan alokasikan lebih besar dan beban
depresiasinya tentunya juga akan lebih besar setiap tahunnya (konservatif).
Permasalahan
Muncul complain atau keluhan dari para manajer terutama manajer yang berkinerja baik.
Manajer ini yakin bahwa sistem bonus saat ini tidak adil karena tidak dapat mengakui
kontribusi mereka secara proporsional.