Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Jumlah penduduk dunia yang terus meningkat akan menimbulkan banyak
permasalahan dalam berbagai bidang, terutama di bidang sosial dan ekonomi.
Pertambahan penduduk yang tidak terkendali dapat menyebabkan peledakan
penduduk, dan pada akhirnya akan timbul kesulitan dalam pemerataan kemakmuran
dalam masyarakat.
Dampak pertambahan penduduk yang cepat antara lain adalah dalam bidang
pendidikan (semakin banyak anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang
memadai), bidang pelayanan kesehatan (banyak masyarakat yang tidak mendapat
pelayanan kesehatan yang mencukupi), bidang tenaga kerja (banyaknya angka
pengangguran karena terbatasnya lapangan pekerjaan), bidang sosial ekonomi
(pendapatan per kapita masyarakat yang rendah), serta bidang lingkungan hidup
(keseimbangan alam akan terganggu).1
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat dengan cukup cepat. Hal
ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan penduduk pada tahun 1971 yang berjumlah
118.000.000 jiwa meningkat pesat menjadi 220.000.000 jiwa pada tahun 2005.9
Untuk menekan pertambahan penduduk tersebut, maka sejak tanggal 23 Desember
1957 telah berdiri PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), yang menjadi
cikal bakal timbulnya program nasional Keluarga Berencana (KB) di Indonesia.
Tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan keluarga, serta
mengurangi angka kelahiran untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan bangsa.
Program Nasional Keluarga Berencana di Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Metode yang digunakan untuk
mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan penggunaan alat kontrasepsi oleh
pasangan suami istri. Alat kontrasepsi tersebut dapat dengan metode sederhana

1
sampai dengan metode modern, dengan tujuan untuk menekan angka kehamilan dan
laju pertambahan penduduk.
Secara umum, persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah aman (tidak
menimbulkan komplikasi berat jika digunakan), berdaya guna (jika digunakan sesuai
aturan dapat mencegah terjadinya kehamilan), dapat diterima (dapat diterima oleh
klien dan lingkungan budaya di masyarakat), terjangkau harganya oleh masyarakat,
serta jika metode tersebut dihentikan penggunaannya maka klien akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.8

I.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui macam-macam alat
kontrasepsi, baik sederhana maupun modern, khususnya kontrasepsi yang bersifat
hormonal, serta cara kerja, indikasi, angka kegagalan, keuntungan, dan efek samping
dari kontrasepsi hormonal tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan, upaya tersebut dapat
bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Yang bersifat permanen pada
wanita dinamakan tubektomi dan pada pria vasektomi. Sedang yang bersifat
sementara dapat menggunakan obat peroral, suntikan, intravaginal, atau dengan obat
topikal intravaginal yang bersifat spermisid. Selanjutnya disini hanya akan dibahas
mengenai kontrasepsi hormonal yang umumnya digunakan secara peroral, suntikan
atau implantasiasi subkutan.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu
harus memenuhi syarat sebagai berikut, dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek
yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak
menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus-
menerus, mudah pelaksanan, murah harganya, dan dapat diterima penggunaannya
oleh pasangan yang bersangkutan.
II.2 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kontrasepsi hormon steroid antara lain akan mempengaruhi:
1. Ovulasi dan Implantasi
2. Transpor gamet
3. Fungsi corpus luteum
4. Lendir serviks
a. Mekanisme kerja Estrogen
Estrogen disintesa dari kolesterol terutama di ovarium, dan kelenjar lain
misalnya kortek adrenal, testis dan plasenta. Estrogen endogen pada manusia terdiri
dari estriol, estradiol, dan estron.

3
Mekanisme kerja estrogen dalam kontrasepsi adalah sebagai berikut:
1. Ovulasi
a. Estrogen menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, yang
kemudian mengakibatkan supresi pada FSH dan LH kelenjar hipofise.
b. Penghambatan tersebut tampak dari tidak adanya estrogen pada
pertengahan siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH dan LH pada
pertengahan siklus dan supresi post-ovulasi peniggian progesteron dalam
serum dan pregnandiol dalam urine yang terjadi dalam keadaan normal.
c. Ovulasi pun tidak selalu dihambat oleh estrogen dalam pil oral kombinasi
(yang berisi estrogen 50 mcg atau kurang), karena estrogen mungkin
hanya efektif 95-98% dalam menghambat ovulasi oleh estrogen, yaitu
karena efek progesteron pada lendir cervix dan lingkungan endometrium
serta tuba.
d. Produksi hormon-endogenous memang dihambat, tetapi tidak seluruhnya.
Masih ada sedikit estrogen yang dihasilkan ovarium seperti pada fase
folikuler dini siklus haid.
2. Implantasi
a. Implantasi dari blastocyst yang sedang berkembang terjadi 6 hari setelah
fertilisasi, dan ini dapat dihambat bila lingkungan endometrium tidak
berada dalam keadaan optimal. Kadar estrogen atau progesteron yang
berlebihan atau kurang/inadekuat atau keseimbangan estrogen-progesteron
yang tidak tepat, menyebabkan pola endometrium yang abnormal
sehingga tidak baik untuk implantasi.
b. Implantasi dari ovum yang telah dibuahi juga dapat dihambat dengan
estrogen dosis tinggi (diethylstilbestrol, ethinylestradiol) yang diberikan
sekitar pertengahan siklus pada sanggama yang tidak dilindungi, dan ini
disebabkan karena terganggunya perkembangan endometrium yang
normal. Efek inilah rupanya yang menjadi dasar bagi metode kontrasepsi
pasca sanggama atau post-coitus.

4
3. Transpor gamet/ovum
Pada percobaan binatang, transpor gamet/ovum dipercepat oleh estrogen
dan ini disebabkan karena efek hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba
serta kontraktilitas uterus.
4. Luteolisis
a. Yaitu degenerasi dari corpus luteum, yang menyebabkan penurunan yang
cepat dari produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium, yang
selanjutnya menyebabkan dibuangnya jaringan endometrium. Untuk
kelangsungan kehamilan yang baik diperlukan fungsi corpus luteum yang
baik.
b. Degenerasi dari corpus luteum menyebabkan penurunan kadar progesteron
serum dan selanjutnya mencegah implantasi yang normal, merupakan efek
yang mungkin disebabkan oleh pemberian estrogen dosis tinggi pasca
sanggama 4.
b. Mekanisme Kerja Progesterone
Gestagen atau progesteron adalah hormone steroid yang menyebabkan
terjadinya transformasi sekretorik pada endometrium dan yang juga sekaligus dapat
mempertahankan kehamilan. Mekanisme kerja progesterone dalam kontrasepsi
adalah sebagai berikut:
1. Ovulasi
Ovulasi sendiri mungkin dapat dihambat karena terganggunya fungsi
poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan LH
pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron.
2. Implantasi
a.
Implantasi mungkin dapat dicagah bila diberikan progesteron pra-
ovulasi. Ini yang menjadi dasar unutk membuat IUD yang mengandung
progesteron.
b.
Pemberian progesteron-eksogenous dapat mengganggu kadar puncak
FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi produksi progesterone

5
yang berkurang dari corpus luteum menyebabkan penghambatan dari
implantasi.
c.
Pemberian progesterone secara sistemik dan unutk jangka waktu yang
lama menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat dan
atropi.
3. Transpor Gamet atau Ovum
Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan progesterone
sebelum terjadi fertilisasi.
4. Luteolisis
Pemberian jangka lama progesteron saja mungkin menyebabkan
fungsi corpus luteum yang tidak adekuat pada siklus haid sehingga
menghambat folikulogenesis.
5. Lendir serviks yang kental
a.
Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron, sudah tampak lendir
serviks yang kental, sehingga motilitas dan daya penetrasi dari
spermatozoa sangat terhambat.
b.
Lendir serviks yang tidak cocok dengan sperma adalah lendir yang
jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukkan ferning
dan spinnbarkeit.4
II.4 MACAM-MACAM KONTRASEPSI HORMONAL
II.4.1 PIL / TABLET
a. Pil Oral Kombinasi (POK)
Adalah pil kontrasepsi berisi estrogen maupun progesterone
(progestagen, gestagen). Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08; dan 0,1 mg
pertablet. Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-
masing pabrik pembuatnya.7
Pil Oral Kombinasi (POK):
a. Mengandung estrogen dan progesterone
b. Terdapat beberapa macam POK:

6
Monophasic
Jumlah dan proporsi hormonnya konstan setiap hari
Multiphasic
Dosis hormon bervariasi setiap hari dalam satu siklus
Contoh: Pil Biphasic dan pil Triphasici.
Mekanisme Kerja
Pil kombinasi akan (a) menghalangi produksi gonadotropin dan hipofise
secara terus-menerus, sehingga tidak terjadi ovulasi; (b) merubah konsistensi lendir
serviks menjadi tebal dan kental, sehingga penetrasi dan transportasi sperma akan
terhalang, sulit, atau tidak mungkin sama sekali; (c) merubah peristaltic tuba dan
rahim, sehingga mengganggu transportasi sperma maupun sel telur; (d) menimbulkan
perubahan pada endometrium, sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi; dan
(e) merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan-rangsangan gonadotropin.
Efektivitas
Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1-0,7
Kelebihan
1. Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakainya.
2. Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan dapat kembali
dengan cepat.
3. Tidak mengganggu kegiatan seksual suami istri
4. Siklus haid menjadi teratur
5. Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea).
6. Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk
memancing kesuburan
7. Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda (Juvenile bleeding)
8. Dapat memperbaiki perdarahan tidak teratur yang disebabkan pemberian
kontrasepsi hormonal lainnya.
9. Dikatakan dapat mengurangi kejadian kanker ovarium

7
Kekurangan
1. Pil harus dimakan setiap hari, kurang cocok bagi wanita yang pelupa.
2. Motivasi harus diberikan secara lebih intensif
Efek samping
Ringan
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak
teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat,
alopesia, dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini berlangsung pada bulan-
bulan pertama pemakaian pil.
Berat
Dapat terjadi trombo-embolisme, mungkin karena terjadi peningkatan
aktivitas karena factor-faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler
secara langsung. Angka kejadian trombo-embolisme ini dilaporkan 4-9 kali
lebih tinggi dari wanita bukan pemakai pil dari golongan umur yang sama.
Namun angka kematian yang terjadi amat rendah, yaitu 3 per 100.000 wanita
pemakai pil, hal ini diamati pada wanita-wanita di negara barat.
Mengenai kemungkinan timbulnya karsinoma serviks uteri, menurut
penelitian-penelitian yang dipercaya diluar negeri, dikatakan bahwa tidak
diperoleh hubungan yang bermakna antara pemakai pil dengan kanker serviks
maupun dengan displasia serviks.
Kontra indikasi
- Absolut
Adanya gangguan fungsi hati, tromboflebitis atau riwayat tromboflebitis,
kelainan serebro-vaskuler, keganasan pada kelenjar mamma dan alat reproduksi, serta
adanya varises yang berat.
- Relatif
Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit tiroid;perdarahan abnormal
pervaginam, yang tidak jelas penyebabnya; penyakit jantung dan penyakit

8
ginjal;serangan asma bronchial, eksema luas; migraine yang hebat; sering dapat
serangan epilepsy;serta mioma uteri.3,5
Cara pemakaian
Pil kombinasi yang dalam satu bungkus berisi 21 atau 22 pil dan ada juga yang
berisi 28 pil. Pil dengan jumlah 21 atau 22 diminum mulai hari ke-5 haid setiap
hari satu secara terus menerus, dan berhenti jika isi bungkus habis. Baiknya pil
diminum pada waktu tertentu, misalnya malam sebelum tidur. Biasanya beberapa
hari setelah minum pil dihentikan akan terjadi withdrawal bleeding dan pil dalam
bungkus kedua dimulai pada hari ke-5 dari permulaan perdarahan. Jika tidak
terjadi withdrawal bleeding, pil kedua mulai diminum 7 hari setelah pil bungkus
pertama habis. Pil dengan bungkus 28 pil diminum tiap malam terus-menerus.
Pada hari pertama haid pil yang inaktif mulai diminum, dan dipilih pil menurut
hari yang ditentukan dalam bungkus. Keuntungan minum pil 28 tablet ialah
menghilangkan faktor kelupaan karena pil diminum tiap hari terus-menerus. Jika
lupa meminumnya, pil diminum keesokan paginya dan pil untuk hari ini tetap
diminum pada waktu biasa. Jika lupa minum pil 2 hari berturut-turut, dapat
diminum 2 pil keesokan harinya dan 2 pil lusanya.

Gambar 1. Contoh Kontrasepsi Pil


b. Pil sequential
Kontrasepsi jenis ini terdiri dari estrogen saja untuk 14-15 hari. Disusul tablet
kombinasi untuk 5-7 hari.3

9
Cara pemakaian
Mula-mula makanlah pil yang berisi estrogen selama 2 minggu, diteruskan
dengan memakai pil kombinasi selama 1 minggu, lalu selama 1 minggu tidak makan
pil apapun. Pada akhir minggu keempat akan terjadi perdarahan haid (withdrawal
bleeding).
Mekanisme kerja
Khasiat utama pil sekunsial adalah menghambat ovulasi. Dosis estrogen yang
ada lebih tinggi daripada dosis estrogen dalam pil kombinasi. Berhubung tidak
adanya progesterone pada 2 minggu pertama, maka kelupaan makan pil hanya 1 hari
saja akan menyebabkan terjadinya ovulasi, sehingga masih mungkin terjadi
kehamilan.
Indikasi
Pada wanita hipoestrogenik, haid tidak teratur, hipofertil, haid yang sering
terlambat, dan wanita dengan jerawat
Efek samping
Sama dengan pil kombinasi
Efektivitas
Pil sequensial sekarang ini kurang populer dibandingakn pil kombinasi. Angka
kegagalan lebih tinggi dibandingkan pil kombinasi, yaitu 0,5-1,4. Ini disebabkan
karena bila makan pil sekuensial in tidak boleh lipa, dapat terjadi kehamilan.
c. Mini pill
Dewasa ini mini pill mengandung gestagen turunan nortestosteron. Meskipun
efek sampingnya rendah, penggunaan mini pill sebagai kontrasepsi sangat rendah.
Rendahnya penggunaan mini pill karena mini pill tidak dapat menjamin
berlangsungnya suatu siklus haid yang normal.
Cara Pemakaian
Mini pill digunakan setip hari dan apabila lupa tidak usah dirangkap.
Mekanisme Kerja

10
Cara kerja mini pill sangat kompleks dan hingga kini belum diketahui secara
pasti. Beberapa cara kerja yang telah diketahui diantaranya adalah menekan sekresi
gonadotropin, mempengaruhi fungsi korpus luteum, menghambat nidasi,
memperlambat gerakan tuba yang akan mengakibatkan transportasi ovum terganggu,
dan menekan produksi steroid di ovarium.
Efek samping
Gangguan metabolisme lemak mauoun gangguan faktor pembekuan darah
dijumpai jauh lebih sedikit pada penggunaan mini pill, dibandingkan bila
menggunakan pil kombinasi. Kejadian kanker payudara juga jauh lebih rendah pada
pemakai mini pill, sedangkan penggunaan pil kombinasi jangka panjang dijumpai
angka kejadian kanker payudara yang sedikit meningkat. Kareana mini pill
mengandung gestagen saja, kemungkinann terjadi kanker endometrium jauh lebih
rendah bila dibandingkan dengan pil yang mengandung estrogen. Terjadi sedikit
peningkatan gula darah pada penggunaan mini pill. Namun, pada uji oral glukosa
dijumpai kadar yang normal sehingga mini pill bukan merupakan kontraindikasi
absolut bagi penderita kencing manis yang ringan maupun kencing manis yang laten.
Efektivitas
Keefektifan mini pill sangat bergantung pada jenis gestagen yang terkandung
dalam mini pill tesebut. Pada penggunaan mini pill jangan sampai kelupaan satu-dua
tablet, atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena
akibatnya kemungkinan kehamilan sangat besar. Penggunaan obat mukolitik dapat
meningkatkan permeabilitas sperma, sehingga kemampuan kontraseptif mini pill
dapat terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang cukup tinggi, maka jangan sampai
ada tablet yang terlupa, teblet digunakan pada jam yang sama (malam hari), dan
senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan mini pill. Perlu hati-hati
pemberian mini pill pada wanita gemuk karena kegagalannya akan lebih tinggi.
Estrogen dalam lemak wanita gemuk sangat tinggi. Estrogen tersebut memiliki efek
positif terhadap lendir serviks.5

11
d. Morning after pill
Banyak istilah yang dipalai untuk menamakan kontrasepsi ini. Morning after
pill menerangkan bahwa pil atau obat tersebut harus dimulai dalam waktu beberapa
jam atau diberikan esok paginya. Karena Morning after pill ini digunakan setelah
senggama, kontrasepsi ini bertujuan bukan mencegah konsepsi, melainkan untuk
mencegah nidasi. Morning after pill ini berisi kombinasi estrogen dan progesteron.
Cara Pemakaian
Pil atau obat ini diminum setelah senggama pada keesokan harinya paling
lambat 48 jam pascasenggama. Misalnya dengan pemberian 2 tablet pil kombinasi, 2
kali/hari, dalam waktu 12 jam pascasenggama.
Mekanisme Kerja
Pemberian pil ini dapat mencegah terjadinya nidasi dan meningkatkan
motilitas tuba sehingga transfor ovum tidak berjalan secara fisiologis.Untuk nidasi
endometrium memproduksi enzim karbonanhidrase. Pemberian estrogen dan
progesteron dosis tinggiakan mengurangi pembentukan enzim tersebut, sehingga
endometrium tidak fisiologis lagi.
Indikasi
Hanya diindikasikan bagi wanita yang tidak menggunakan jenis kontrasepsi
apapun, dan yang melakukan senggama pada pertengahan siklus. Kontrasepsi
pascasenggama ini bukan merupakan suatu alternatif untuk kontrasepsi, melainkan
pencegahan kehamilan secara darurat saja.
Efek samping
Kemungkinan terjadinya kelainan bawaan major sangat kecil, seperti kanker
genitalia. Perlu hati-hati dalam menggunakan dietilstilbestrol (DES) kerena pernah
dilaporkan menimbulkan kanker vulva. Obat kontrasepsi pascasenggama dapat
menimbulkan sakit kepala, mual, dan muntah, sehingga perlu kadang-kadang
diberikan tambahan obat antimuntah.3,5

12
Gambar 2. Contoh Kontrasepsi Morning After Pill
e. Kontrasepsi suntikan
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai
karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan
aman. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta
pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan (1983).
Penelitian lapangan kontrasepsi suntikan dimulai tahun 1965, dan sekarang di seluruh
dunia diperkirakan berjuta-juta wanita memakai cara ini untuk tujuan kontrasepsi.
Macam kontrasepsi suntikan antara lain Depo-Provera dan Noristrat (Norigest).
Depo-Provera adalah Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang diproduksi
oleh Upjohn, Amerika Serikat. Kemasan satu botol berisi 3 ml @ 50 mg/ml.
Cara kerja:
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan
Releasing factor dari hipotalamus.
2. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sprema
melalui serviks uteri.
3. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi
4. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.

Keuntungan

13
Keuntungannya adalah efektivitas tinggi, sederhana pemakaiannya, cukup
menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun), reversible, cocok untuk ibu-
ibu yang menyusui anak.
Waktu pemberian dan dosis
Depo Provera sangat cocok untuk program post partum karena tidak
menganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan-suntikan Depo Provera
tidak akan mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa postpartum,
karena masa ini terjadi amenorea laktasi. Untuk program postpartum, Depo Provera
disuntikkan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit; sebaikanya sesudah air susu ibu
terbentuk, yaitu kira-kira hari ke 3 sampai ke 5. Depo Provera disuntikkan dalam
dosis 150 mcg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus intramuskulus dalam.
Efek samping
Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting, breakthrough
bleeding) amenorea, menoragia, metrorrhagia. Seperti halnya dengan kontrasepsi
hormonal lainnya, maka dijumpai pula keluhan mual, pusing, menggigil, mastalgia
dan berat badan bertambah.3

Gambar 3. Contoh Kontrasepsi Depo Provera


f. Norplant
Sinonim: Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), implant, KB susuk.
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang
dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah
kapsul yang disusukkan di bawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing
kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel.

14
Mekanisme kerja
1. Menghentikan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
2. Menimbulkan perubahan-perubahn pada endometrium sehingga tidak cocok
untuk implantasi zygote.
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
Kelebihan
Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan
darah, risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Selain itu cara Norplant ini dapat
digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat reversible.
Efek samping
Gangguan pola haid seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang
atau lebih sering berdarah (metrorrhagia), amenorea, mual-mual, anoreksi,pening,
sakit kepala,kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan, timbul
akne. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil,
maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB.
Indikasi
Wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
tetapi tidak bersedia menjalani kontrasepsi mantap atau menggunakan AKDR.
Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KByang mengandung estrogen.
Kontraindikasi
1. Kehamilan atau disangka hamil.
2. Penderita penyakit hati.
3. Kanker payudara.
4. Kelainan jiwa
5. Varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik.

15
7. Diabetes mellitus.
8. Kelainan kardiovaskular.
Waktu Pemasangan
Waktu yang paling baik untuk pemasangan norplant adalah sewaktu haid
berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat
disingkirkan. Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel
ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan kanan atas akseptor yang kidal)
lebih kurang 6-10 cm dari lipatan siku.
Pengangkatan atau Ekstraksi
Pengangkatan norplant dilakukan atas indikasi:
1. Atas permintaan akseptor.
2. Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan
pengobatan biasa.
3. Sudah habis masa pakainya.
4. Terjadi kehamilan.

Gambar 4. Contoh Kontrasepsi Norplant


g. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR adalah metode kontrasepsi reversibel dalam jangka waktu lama
dengan dampak yang menguntungkan pada pengurangan kehamilan yang tidak
diinginkan. AKDR biasanya ditoleransi dengan baik, terutama jika itu sesuai dengan
kavum uteri.7

16
Awalnya penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad
lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin
kedalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kehamilan dalam perjalanan jauh2 .
Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya
pada manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena
dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis,
dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko
infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.

Gambar 5. Contoh Kontrasepsi AKDR

Mekanisme kerja
Mekanisme kerja AKDR dalam menginhibisi kehamilan dalam beberapa
hipotesis yang diajukan antara lain yaitu timbulnya reaksi radang lokal yang non
spesifik di dalam kavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi
terganggu. Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body
giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari
spermatozoa atau ovum dan blastokista. Peningkatan kadar prostaglandin sehingga
menghambat implantasi embrio dan mengganggu terlepasnya blastokista yang telah
berimplantasi di dalam endometrium serta immobilisasi spermatozoa dalam cavum
uteri.6
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion

17
logam tembaga (Cu)10,11; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi
logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan).
Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling
banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan
spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf
T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang
(Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).
Keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
Efek samping AKDR
Perdarahan
Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-
bulan pertama pemakaian
Rasa nyeri dan kejang di perut
Gangguan pada suami
Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

18
Komplikasi AKDR
Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan.
Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi
yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan
AKDR.
Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan
segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang
mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika
dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung
logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan
dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya
dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah dikeluarkan
lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya tidak kelihatan,
sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.
Kontraindikasi AKDR
Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang
relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:

19
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1.
Kehamilan
2.
Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3
3.
Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4.
Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5.
Pasangan yang tidak lestari/harmonis
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.
Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang
terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul
akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada
uterus yang sedang hamil tidak ada.
Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga
bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan
sama sekali dengan partus atau abortus.

20
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai
6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara
minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau
ekspulsi lebih besar.
Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion
merupakan kontraindikasi
Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum
AKDR dipasang.
Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang
dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek
samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit, AKDR yang keluar sendiri.

Gambar 6. Teknik pemasangan AKDR


Teknik pemasangan AKDR
Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi
disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling
banyak digunakan di Indonesia.
Tekniknya berupa (gambar 7):
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologi dalam posisi litotomi.

21
Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine
Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus
Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan
larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan
dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya
kanalis servikalis serta kavum uteri.
AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong
ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.
Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
AKDR bebas.
Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan
tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;
pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilepaskan
lebih awal apabila diinginkan.

Cara mengeluarkan AKDR2


Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang
AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau
dengan cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.
Tidak terlihatnya benang oleh karena :
Akseptor menjadi hamil
Perforasi usus
Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor

22
Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus,
seperti adanya mioma uterus.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.


Dan usaha-usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan
dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok
untuk mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat
harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai
kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontraindikasi dari masing-masing alat
atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi
pada peningkatan Sumber Daya Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan
keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada khususnya.
Kontrasepsi hormonal secara umum dapat dibagi menjadi pil/tablet, suntikan,
Norplant, dan AKDR hormonal. Dalam memilih kontrasepsi yang ideal, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya.
2. Tidak ada efek samping atau hanya ada efek samping yang ringan.
3. Tidak mempengaruhi fungsi seksual.
4. Mudah dalam penggunaannya.
5. Harga terjangkau.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar M, Keluarga Berencana, dalam Lutan D (ed), Sinopsis Obstetri,


Obstetri Operatif-Obstetri Sosial, EGC, Jakarta, 1998, hal.249 254.
2. Saifudin AS, Rachimhadi T, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal. 905 910.
3. Albar E, Kontrasepsi, dalam Saifudin AS, Rachimhadi T (ed), Ilmu
Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999,
hal. 535 572.
4. Hartanto H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 2003, hal 46 50.
5. Baziad A, Kontrasepsi Hormonal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
6. Sari NH, Rodiana, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penggunaan
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR), 2015, Majority, vol.4, no.9, hal. 110-
111
7. Goldstuck ND, Wildemeersh D, Role of Uterine Forces in Intrauterine Device
Embedment, Perforation, and Expultion, 2014, Int J Womens Health. 2014; 6:
735744
8. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama
cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2003
9. Zannah IR, Maryati I, Widiasih R, Gambaran Keluhan-keluhan Akibat
Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Pada Akseptor IUD di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukajadi Kota Bandung, 2012, vol.1, no.1, hal. 1-20

24
10. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002
11. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006

25

Anda mungkin juga menyukai