Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI INDIKATOR PREDIKSI

KEBANGKRUTAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

Diajukan Kepada Ibu Dini Rosdini Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian

Diajukan Oleh :

Febby Citra Lestari

120110140031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala, pencipta dan
pemilik semesta alam. Segala puji bagi Allah yang kepada Nya kita memohon petunjuk dan
pertolongan seta hanya kepada-Nya kita bersyukur atas segala limpahan rahmat, nikmat dan
karunia-Nya sehingga saya berhasil menyelesaikan proposal penelitian ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, keluarga
dan para sahabatnya. Ucapan terimakasih saya haturkan kepada :

1. Ibu Dini Rosdini selaku dosen mata kuliah Metodhologi Penelitian yang selalu
bersemangat untuk membina dan memberikan ilmu nya, terimakasih atas kesediaan
untuk meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan yang mampu menjawab
segala kebingungan sampai terselesainya proposal penelitian ini.
2. Para pegawai akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas kerjasama dan
bantuannya.
3. Kedua orang tua yang senantiasa mengiringi langkah saya, atas pengorbanan yang
tulus dan kasih sayang yang tiada hentinya.
4. Seluruh teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran angkatan
2014 di setiap jurusan, semoga kesuksesan senantiasa mengiringi langkah kita.

Semoga Allah senantiasa memberikan balasan yang lebih baik atas segala amal kebaikan.
Sungguh banyak pelajaran yang berarti yang saya dapatkan dalam proses penyusunan
proposal penelitian ini.

Saya menyadari adanya kekurangan dalam proposal penelitian ini. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Harapan saya semoga proposal penelitian
ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dalam penyusunan skripsi kedepannya dan bagi
para pembaca serta masyarakat pada umumnya. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan
wacana mengenai perbankan syariah dan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk
lebih memahami perbankan syariah.

Bandung, 27 Maret 2017

Febby Citra Lestari

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
1.1.............................................................................................. Latar Belakang
4
1.2...................................................................................... Identifikasi Masalah
5
1.3.......................................................................Maksud dan Tujuan Penelitian
5
1.4.......................................................................................... Batasan Masalah
5
1.5........................................................................................ Manfaat Penelitian
6
1.6...................................................................................... Hipotesis Penelitian
6
1.7...................................................................................... Kerangka Pemikiran
7
BAB II..................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 8
2.1........................................................................................... Pengertian Bank
8
2.1.1 Pengertian Bank Syariah.....................................................................8
2.1.2 Ciri-Ciri Bank Syariah..........................................................................9
2.1.3 Peran dan Fungsi Bank Syariah.........................................................10
2.2........................................................................................ Laporan Keuangan
10
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan.............................................................10
2.2.2 Arti Penting Laporan Keuangan.........................................................10
2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan..............................................................11
2.2.4 Unsur Laporan Keuangan..................................................................11
2.3 Teori- Teori Kebangkrutan Bank............................................................13
2.4 Mengukur Kinerja Bank........................................................................14
2.5 Early Warning System..........................................................................15
BAB III.................................................................................................................. 17
Methodologi Penelitian......................................................................................... 17

3
3.1......................................................................................... Metode Penelitian
17
3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian........................................................17
3.1.2 Data Penelitian.................................................................................. 18
3.2 Operasional Variable Penelitian............................................................18
3.3 Teknik Analisis Data.............................................................................19

4
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan.
Laporan keuangan tidak hanya mencerminkan kondisi suatu perusahaan pada masa lalu,
tetapi juga digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan pada masa
yang akan datang. Rasio keuangan merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
menilai perusahaan. Indikator kinerja pada industri perbankan dapat dilihat melalui beberapa
rasio seperti rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio risiko usaha bank, rasio permodalan dan
rasio efisiensi usaha. Rasio-rasio keuangan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk
mendeteksi kesulitan keuangan (Financial Risk). Kesulitan keuangan suatu perusahaan dapat
tercermin dari indikator kinerja, yakni apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan
jangka pendek (likuiditas) yang tidak segera ditasi akan mengakibatkan kesulitan keuangan
jangka panjang (solvabilitas)sehingga dapat berujung pada kebangkrutan suatu perusahaan
(Suharman, 2007).

Kebangkrutan perusahaan dapat dideteksi lebih awal dengan adanya early warning
system. Sebuah model early warning system yang mengantisipasi kebangkrutan perbankan
merupakan sebuah alat yang mempunyai kekuatan untuk membantu manajemen dalam
mengidentifikasi dan diharapkan mengatasi masalah sebelum mencapai krisis. Sistem
peringatan dini sangat diperlukan mengingat kompleksnya jejaring sistem perbankan, adanya
potensi domino effect yang muncul apabila terdapat satu atau lebih bank dalam sistem
tersebut mengalami kegagalan operasi serta munculnya biaya yang sangat besar akibat
adanya kebangkrutan suatu bank. Terdapat beberapa analisa yang dapat dijadikan model
early warning system, salah satunya adalah analisa Z-Score Altman. Altman menggunakan
angka-angka di dalam laporan keuanagn dan merepresentasikannya dalam suatu angka, yaitu
Z-Score yang dapat menjadi acuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan perbankan
berpotensi untuk bangkrut atau tidak. Output tunggal ini dapat membantu memecahkan
kebingungan apabila terdapat penafsiran yang saling bertentangan pada beberapa rasio.

Sebuah prediksi adalah sebuah pernyataan mengenai distribusi probabilitas variable


dependen (peristiwa yang di prediksi) tergantung pada nilai dari variable independen. Beaver,
et all(1968) menyatakan ada hubungan penting antara prediksi dan pengambilan keputusan.
Sebuah prediksi dapat dibuat tanpa pembuatan sebuah pengambilan keputusan, namun
sebuha pengambilan keputusan tidak dapat dibuat tanpa pembuatan prediksi (Penni, 2015)

5
Bank-bank yang memiliki modal kecil dan memiliki modal kecil dan tidak memiliki
market mengalami kesulitan keuangan yang pada akhirnya dilikuidasi, dibekukan atau di take
over oleh pemerintah. Dengan adanya likuidasi, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan mengalami penurunan sehingga dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam
menghimpun dana. Dengan adanya early warning system maka risisko keuangan dapat di
deteksi lebih awal sehingga mengetahui kondisi perbankan, maka kesulitan keuanagn dapat
diantisispasi sebelum mencapai krisis.

1.2 Identifikasi Masalah


Penelitian ini memprediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia periode 2010-2015,
maka permasalahan yang ada adalah :

1. Apakah Altman Z-Score dapat dijadikan sebagai early warning system ?


2. Apakah CAR, LDR, BOPO, ROA, ROE dan NIM berpengaruh terhadap probabilitas
kebangkrutan bank ?
3. Apakah terdapat hubungan searah antara Altman Z-Score sebagai early warning
system dengan rasio keuangan sebagai indikator probabilitas kebangkrutan bank ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Altman Z-Score dapat dijadikan alat early warning system.
2. Untuk memberikan bukti mengenai pengaruh yang signifikan CAR, LDR, BOPO,
ROA, ROE dan NIM berpengaruh terhadap probabilitas kebangkrutan bank.
3. Untuk mengetahui hubungan searah antara Altman Z-Score sebagai early warning
system dengan rasio keuangan sebagai indikator probabilitas kebangkrutan bank.

1.4 Batasan Masalah


Agar pembahasan tidak menyimpang dari yang diharapkan, maka permasalahan
dibatasi pada :

1. Data yang digunakan yaitu laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) pada
bank syariah dari tahun 2010-2015.
2. Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun menfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

6
1. Bagi penulis
Melatih ketajaman analisis dan meningkatkan ilmu pengetahuan analisis
rasio keuangan terhadap prediksi kebangkrutan perbankan syariah di Indonesia.
2. Bagi Akademis
Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data
sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang analisis rasio
keuangan yang dapat dijadikan alat untuk memprediksi kebangkrutan
perbankan syariah di Indonesia.
3. Bagi Perbankan Syariah di Indonesia
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada pihak
pimpinan perusahaan perbankan syariah di Indonesia untuk mengevaluasi
kinerja bank, khususnya yang berkaitan dengan tingkat likuiditas dan
solvabilitas.

1.6 Hipotesis Penelitian


H01 : Rasio CAR tidak berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di
Indonesia

H02 : Rasio LDR tidak berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di
Indonesia

H03 : Rasio BOPO tidak berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di
Indonesia

H04 : Rasio ROA tidak berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di
Indonesia

H05 : Rasio ROE tidak berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di
Indonesia

H06 : Rasio NIM tidak berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di
Indonesia

H07 : Terdapat hubungan tidak searah antara Altman Z-score sebagai early warning
system dengan rasio keuangan sebagai prediksi kebangkrutan bank.

H1 : Rasio CAR berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia

H2 : Rasio LDR berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia

7
H3 : Rasio BOPO berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia

H4 : Rasio ROA berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia

H5 : Rasio ROE berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia

H6 : Rasio NIM berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia

H7 : Terdapat hubungan searah antara Altman Z-Score sebagai early warning system dengan
rasio keuangan sebagai prediksi kebangkrutan bank.

1.7 Kerangka Pemikiran

8
B
AB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bank


Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank
umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.

2.1.1 Pengertian Bank Syariah


Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun
pinjaman Bank dapat dibedakan menjadi dua (Totok dan Sigit, 2006), yaitu :
1. Bank Konvensional, yaitu bank yang aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan

9
yang berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase dari dana untuk
suatu periode tertentu.

2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas
dasar prinsip syariah, yaitu jual beli dan bagi hasil.

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah, atau dengan kata lain bank syariah adalah
bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (UU No. 10 tahun 1998
tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan).

Kegiatan usaha bank syariah antara lain:


a) Mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
b) Musyarakah, pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan
c) Murabahah, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
d) Ijarah, pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa

2.1.2 Ciri-Ciri Bank Syariah


Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-
ciri bank syariah yaitu :
a) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan
dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan
dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut
hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
b) Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas
waktu perjanjian telah berakhir.
c) Di dalam kontak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena

10
pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai
bank hanyalah Allah semata.
d) Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai
titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang
dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada
penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
e) Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank
dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus
menguasai dasar-dasar muamalah Islam.
f) Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik
modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus
yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas
keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil
pemiliknya.

2.1.3 Peran dan Fungsi Bank Syariah


Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institution), adalah sebagai berikut :
a) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
d) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan
syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola
(menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana
sosial lainnya.

2.2 Laporan Keuangan


2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Zainul (2002 : 65), laporan keuangan (financial statement)
menyimpulkan kegiatan dalam setiap bidang fungsional. Neraca mewakili kesimpulan

11
tentang keputusan manajemen yang telah diambil untuk bidang-bidang fungsional dan
pernyataan Laba-Rugi mengukur tingkat kemampuan menghasilkan laba
(profitability) dari keputusan-keputusan manajemen selama periode tertentu.

2.2.2 Arti Penting Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya analisis tentang suatu usaha,
sehingga harus mengerti arti dari laporan keuangan. Arti dari laporan keuangan yaitu
keseluruhan aktifitas-aktifitas yang bersangkutan dengan usaha-usaha untuk
mendapatkan dana yang diperlukan dan biaya minimal dengan syarat-syarat yang
paling menguntungkan serta usaha-usaha untuk menggambarkan dana tersebut
seefisien mungkin.

2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan


Sesuai penelitian Abarbanell dan Bushee (1997) dalam Scott (2001). Pada
pendekatan yang digunakan oleh Ou and Penman (1989) dan Lev and Thiagarajan (1993)
diperlihatkan bagaimana fundamental signals yang pasti dari laporan keuangan saat ini
seperti perubahan pada penjualan, piutang dagang, persediaan, gross margin dan
pengeluaran modal dapat meningkatkan prediksi perubahan earning pada tahun
mendatang. Sesuai dengan Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 tentang
Tujuan dari pelaporan keuangan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat kepada
investor, kreditor dan pemakai lainnya, baik yang sekarang dan potensial pada pembuatan
keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis secara rasional. Tujuan kedua pelaporan
keuangan untuk menyediakan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai
lainnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu dan
ketidakpastian dari prospective penerimaan kas dari deviden atau bunga. (Scott, 2000).

2.2.4 Unsur Laporan Keuangan


Laporan keuangan menggambarkan dampak dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan (neraca)
adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan yang berkaitan dengan pengukuran

12
kinerja dalam laporan laba-rugi adalah penghasilan dan beban. Pos-pos tersebut
didefinisikan sebaai berikut:
1. Aset
Adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan darimana manfaat ekonomis dimasa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan (IAI, 1999 : 9). Suatu aktiva mempunyai 3 (tiga) sifat pokok :
a. Mempunyai kemungkinan manfaat dimasa datang yang berbentuk kemampuan
(baik sendiri maupun kombinasi dengan aktiva yang lain) untuk menyumbang
pada aliran kas masuk dimasa datang baik secara langsung maupun tidak
langsung.
b. Suatu badan usaha dapat memperoleh manfaatnya dan mengawasi manfaat
tersebut.
c. Transaksi-transaksi yang dapat menimbulkan hak perusahaan untuk
memperoleh dan mengawasi manfat tersebut sudah terjadi (Bridwan, 1992 : 20
21)

Dalam neraca aktiva dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak
lancar. Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar jika aktiva tersebut
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam
jangka waktu siklus operasi normal perusahaan.

b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuang jangka pendek dan


diharapkan dapat direalisasi dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan dari
tanggal neraca.

c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. Sedangkan
aktiva yang tidak memenuhi kategori tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva
tidak lancar, seperti investasi jangka panjang aktiva tetap terwujud, aktiva
tetap tidak berwujud , dan aktiva lain-lain.

2. Kewajiban (hutang/liabilitas)

13
Kewajiban merupakan hutang perushaan masa kini yang timbuldari peristiwa masa
lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban dibedakan antara
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek jika :
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan,

b. Jatuh tempo dalam waktu 12 bulan dari tanggal neraca. Semua kewajiban
lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

3. Ekuitas (Modal)
Adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran aktiva
dan kewajiban. Secara kebetulan biasanya jumlah ekuitas agregat sama dengan
jumlah nilai pasar keseluruhan dari saham perusahaan atau jumlah yang diperoleh
dengan melepaskan seluruh aktiva bersih perusahaan baik secara satu persatu atau
secara keseluruhan dalam kondisi going concern.

4. Penghasilan
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akutansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

5. Beban
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal

14
2.3 Teori- Teori Kebangkrutan Bank
Menurut Penni (2008), teori-teori yang dikembangkan oleh praktisi
perbankan, antara lain:
1. The Commercial Loan Theory
Teori ini mengemukakan bahwa suatu bank akan tetap likuid, jika
sebagian besar kredit yang disalurkan merupakan kredit
perdagangan jangka pendek dan dapat dicairkan dalam keadaan
bisnis yang normal (usual business).
2. The Shiftability Theory
Teori ini beranggapan bahwa likuiditas suatu bank akan lebih
terjamin jika bank bersangkutan memiliki aset yang dipindahkan
atau dijual secara cepat, seperti Surat Berharga Bank Indonesia.
3. The Anticipated Income Theory
Menurut teori ini, likuiditas suatu bank akan dapat dipertahankan
jika bank itu dapat merencanakan pembayaran kembali
utangnya dengan pendapatan di masa yang akan datang.

4. The Gentleman Agreement Theory


Menurut teori ini suatu bank dalam menjaga likuiditas
minimumnya dilakukan dengan membina kerja sama yang saling
menguntungkan di antara sesama bank anggota kliring, yaitu
dengan cara interbank call money market, dari lending bank kepada
borrowing bank.
5. The Liability Management Theory
Teori ini beranggapan bahwa suatu bank dalam menjaga
likuiditas minimumnya dilakukan dengan cara mempunyai
jaringan pinjaman yang cukup banyak, baik dari rekanan
maupun dari call money atau sumber lainnya.

2.4 Mengukur Kinerja Bank


Untuk mengetahui kinerja pada masing-masing bank, kita dapat menggunakan
analisis rasio keuangan. Menurut Purwaningsih (2008:85-99), rasio keuangan merupakan
ekspresi hubungan antara angka-angka laporan kuangan sehingga menghaslkan informasi
yang lebih bermakna. Menurut Foster (1986 didalam Purwaningsih, 2008:85-99), ada 4
hal yang mendorong analisis laporan keuangan menggunakan model rasio keuangan,
yaitu:

15
1. Mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu;
2. Membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan;
3. Meninvestigasikan teori yang terkait dengan rasio keuangan; dan
4. Mengkaji hubungan empiris antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi
variable tertentu (misalnya, kebrangkrutan).

Untuk menghitung rasio keuangan kita dapat menggunkana pedoman perhitungan


rasio keuangan Bank Indonesia yang dilampirkan pada lampiran 14 mengenai Surat
edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.

CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk menghitung rasio permodalan, NPL (Non
Performing Loan) untuk menghitung aktiva produktif, dan ROA (Return on Asset) untuk
menunjukkan kemampuan dari keseluruhan aktiva yang ada yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan, LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk melihat indikator
kerawanan atau kemampuan dalam suatu Bank, dan BOPO (Rasio Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional) unruk menghitung tingkat efisiensi bank..

1. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan
(Dendawijaya 2005:121 didalam Yuwono, 2012). Jika nilai CAR tinggi maka
bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
2. NPL (Non Performing Loan) adalah kredit bermasalah dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang
kualitas aktiva produktif yang berlaku (SE, No.6/9/PBI/2004 didalam Alhaq
dkk). Menurut Alhaq dkk. apabila NPL semakin rendah maka bank tersebut
mengalami keuntungan, sebaliknya jika tingkat NPL tinggi maka bank
tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan oleh tingkat
pengembalian kredit macet.
3. ROA (Return on Asset) menurut Utami (2012) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari
setiap satu rupiah asset yang digunakan. Menurut Ang (1997:18.33 didalam
skripsi Setiawan,2011) semaikin besar ROA menunjukan kinerja yang
semakin baik, karena tingkat pengembaliannya semakin besar. Dengan
semakin tingginya ROA meningkatkan daya tarik investor sehingga harga
saham meningkat.

16
4. LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan
bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya 2005:121 didalam
Yuwono, 2012).
5. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) adalah rasio
rentabilitas yang menggambarkan tingkat efisiensi bank. Semakin besar rasio
BOPO yang dimiliki oleh suatu Bank maka semakin rendah tingkat efisiensi
bank tersebut (Rakhmawati dan Hermana, 2005).

2.5 Early Warning System


Permasalahan biasanya tidak terjadi secara mendadak. Selalu ada pertanda untuk
mulai terjadinya suatu kejadian, apapun itu. Dalam kehidupan berbisnis maka perlu
dipelajari pertanda-pertanda tersebut agar lebih siap dalam menghadapinya. Tentu ada
cara untuk mengenali pertandapertanda tersebut yaitu dengan mengembangkan suatu
sistem peringatan dini. Dengan sistem peringatan dini ini dapat dideteksi kemungkinan
ancaman yang sifatnya kompetitif dan kemungkinan berpotensi untuk mempengaruhi
bisnis jangka panjang yang mengakibatkan terjadi kegagalan bisnis. Sistem tandatanda
peringatan dini ini dikenal sebagai Early Warning System (EWS). Sistem peringatan dini
yang dikembangkan haruslah dengan cara yang sifatnya strategis sehingga dapat
dinamakan sebagai Strategic Early Warning System (SEWS).

SEWS diciptakan untuk membantu organisasi ketika berhadapan dengan


kemungkinan terhentinya bisnis atau usaha suatu perusahaan. Dengan SEWS maka suatu
organisasi/perusahaan dapat menghindari adanya ketidaksiapan karena timbulnya masalah
secara tiba-tiba dan juga dapat menghindari hal-hal yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Dengan mendeteksi tanda-tanda kelemahan yang dapat dipersepsikan
sebagai adanya masalah penting yang mungkin akan menjadikan terhentinya
keberlangsungan usaha, maka SEWS akan memungkinkan organisasi untuk bereaksi
cepat secara strategis sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Pendeteksian untuk tanda-tanda buruk diperoleh dengan melakukan scanning atas


lingkungan organisasi. Konsep scanning lingkungan digambarkan sebagai suatu proses
scan informasi yang relevan secara otomatis atas lingkungan dimana organisasi
beroperasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan tanda-tanda awal kemungkinan
adanya perubahan lingkungan dan untuk mendeteksi perubahan lingkungan yang sedang
terjadi. Pendeteksian tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan proses analisis,

17
contohnya adalah analisis rasio keuangan untuk aspek di bidang keuangan. Apabila dalam
analisis tersebut terlihat gambaran yang tidak bagus yaitu rasio keuangan menunjukkan
situasi yang mengkhawatirkan keadaan organisasi, maka hasil analisisnya tersebut
menunjukkan tanda-tanda buruk.

Dengan mengenal tanda-tanda peringatan dini tersebut maka manajemen perusahaan


dapat segera memperbaiki permasalahan sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat.
Dengan SEWS, krisis bisnis tersebut dapat diantisipasi dan dapat diperkirakan apa saja
yang akan terjadi sehingga organisasi dapat fokus pada media untuk mencegah krisis
yang menghadang.

18
BAB III

Methodologi Penelitian

3.1 Metode Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan analisis yakni pengujian hipotesis dengan
melakukan pengujian hipotesis terhadap semua variabel yang diteliti. Horizon waktu riset
bersifat longitudinal karena meneliti selama 6 periode dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2015. Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah yang terdaftar
di BEI selama tahun 2010-2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Bank Syariah di Indonesia yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2015. Tahun penelitian didasarkan pada hasil
penelitian Suharman (2007) bahwa model prediksi satu tahun mendatang lebih akurat.
Keseluruhan populasi digunakan sebagai sampel. Besar populasi sejumlah 9 bank di
Indonesia. Data yang digunakan merupakan data dari laporan keuangan tahunan dengan
alasan ketersediaan data untuk variabel dependen.

3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Syariah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sample yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan metode
purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Periode 2010-2015
2. Memiliki data keuangan yang lengkap dari tahun 2010-2015
3. Tidak sedang de-listing selama periode pengamatan

Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah :

1. BCA Syariah

2. BRI Syariah

3. BNI Syariah

4. Bank Syariah Mandiri

5. Bank Bukopin Syariah

6. Bank Mega Syariah

19
7. Bank Muamalat

8. Bank Panin Syariah

9. Bank Victoria Syariah

3.1.2 Data Penelitian


Data penelitian dapat berupa data primer atau data sekunder. Data primer adalah
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui
media perantara). Sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dan sudah dipublikasikan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan laporan keuangan
yang bersumber dari IDX, Pusat Referensi Pasar Modal, JSX Statistics, Fact Book dan
Indonesian Capital Market Directory, ataupun sumber-sumber lain yang dapat diakses
melalui internet.

3.2 Operasional Variable Penelitian


1. Status Usaha Perbankan.
Status usaha perbankan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kategori
bangkrut dan tidak bangkrut. Bank yang bangkrut adalah bank yang memperoleh
peringkat kesehatan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dinyatakan sebagai
bank kurang sehat dan tidak sehat , sedangkan bank yang tidak bangkrut
adalah bank yang memperoleh tingkat kesehatan berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia dinyatakan sebagai bank cukup sehat dan bank sehat. Tingkat
kesehatan bank berdasar peringkat kesehatan bank versi Biro Riset Info Bank yang
berdasarkan atas nilai kredit yang dihitung berdasar kinerja keuangan.

2. Capital Adequancy Ratio (CAR)


Muljono (1999) mendefinisikan CAR sebagai rasio untuk mengukur kemampuan
permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan
perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.

3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

20
Menurut Santoso (1996) LDR merupakan rasio untuk mengukur peranan dana
dalam pinjaman keuangan. Sedangkan menurut Riyadi (2006) LDR adalah
perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dapat dihimpun oleh bank.

4. Non Performing Loan (NPL)


NPL adalah rasio untuk mengukur kualitas kredit dengan menggunakan
perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit (Ganiarto dan Ibad,
2003).

5. Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO)


BOPO merupakan rasio biaya operasional per pendapatan operasional, yang
menjadi proxy efisiensi operasional seperti yang biasa digunakan oleh Bank
Indonesia (Kesowo dalam Kuncoro dan Suhardjono, 2002).

6. Return on Asset (ROA)


Santoso (1996) mengatakan bahwa ROA menunjukkan kemampuan bank untuk
menghasilkan income dari setiap unit asset yang dimiliki.

7. Return on Equity (ROE)


ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan income dari setiap unit
equity yang dimiliki (Santoso, 1996).

8. Net Interest Margin (NIM)


NIM mengukur kemampuan earning asset / aktiva produktif atas hasil
pendapatannya (net interest income / NII) (Sawir dalam Suharman, 2007).

3.3 Teknik Analisis Data


Terdapat beberapa tahapan dalam menganalisis data yaitu:
1. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, yaitu berupa laporan keuangan
yang sebelumnya telah diaudit oleh auditor independen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2010-2015.
2. Mengumpulkan data-data lainnya yang dibutuhkan dalam melengkapi analisis
data yang terkait dengan cara melakukan studi kepustakaan.
3. Melakukan perhitungan serta penilaian kesehatan bank syariah yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2015 berdasarkan aspek-aspek
berikut:

21
Aspek capital atau permodalan yang menggunakan rasio capital
adequacy ratio (CAR).
Aspek asset quality yang menggunakan rasio Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP).
Aspek Earnings yang menggunakan rasio Return On Asset (ROA)
dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO).
Aspek Liqudity yang menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR).

4. Melakukan analisis data dari laporan keuangan guna mengetahui tingkat


kesehatan perbankan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2010-2015 yang dinilai menggunakan rasio Capital, Asset, Earnings,
dan Liquidity.
5. Memperoleh hasil penelitian.

22

Anda mungkin juga menyukai