Anda di halaman 1dari 4

Perang Ilmu dan Dakwah untuk Kemerdekaan Islam

Posted on 03/09/2012 by elhakimi


Semua aktifis muslim sepakat bahwa Islam harus diperjuangkan hingga menang di bu
mi Allah manapun, termasuk nusantara. Kemenangan Islam menjadi tujuan terjauh da
ri semua usaha memperjuangkan Islam, dan menjadi agenda bersama yang akan menyat
ukan langkah dan barisan para aktifis.
Secara sederhana, tujuan besar kita memenangkan Islam dapat diringkas dengan kal
imat: Islam menjadi pengendali hati dan pikiran umat Islam, dan umat Islam merde
ka dengan Islamnya. Jika semua aktifis sepakat dengan agenda bersama ini, banyak
hal yang bisa dikerjakan bersama-sama, atau dikerjakan sendiri-sendiri bersama
kelompoknya masing-masing tapi tetap terajut dalam tujuan besar bersama.
Kerjasama yang paling ideal adalah melebur dalam satu kepemimpinan dengan organi
sasi yang solid, karena dengan demikian produktifitas makin meningkat dan rivali
tas bisa diminimalisir. Hanya saja impian ideal ini secara realita nyaris mustah
il diwujudkan, salah satunya karena belum lahir saling percaya sesama aktifis de
ngan kualitas dan kapasitas kawannya.
Ketika kondisi ideal dan menjadi impian ini nyaris mustahil diwujudkan, kita har
us realistis untuk menerima kenyataan bahwa maksimal yang bisa kita lakukan adal
ah memperbanyak silaturrahmi untuk saling sapa, saling tukar info, lalu lahir sa
ling memahami, lalu saling cinta, lalu saling dukung, lalu sinergi bahkan kolabo
rasi.
Dakwah, Jurus saat Damai
Dalam memenangkan Islam ada adagium: dalam damai, senjatanya dakwah, dalam konfl
ik senjatanya jihad. Jujur, situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan di nusanta
ra saat ini adalah damai. Di tengah 250 juta warga, jika terjadi bentrok sana si
ni secara sporadis, itu masih dalam kadar yang wajar. Di manakah ada sekumpulan
manusia tanpa konflik, tanpa ada kasus pembunuhan, bentrok antar kelompok, peram
poka, bombing dan sebagainya? Selagi masih di planet bumi, konflik adalah bumbu
kehidupan yang niscaya. Maknanya, kesimpulan umum kita adalah bahwa nusantara ne
geri damai, bukan negeri yang sedang konflik.
Keberanian mengakui bahwa nusantara adalah negeri damai, ternyata tak semudah ya
ng kita bayangkan. Sebab banyak aktifis yang dilatar-belakangi semangatnya yang
tinggi untuk memenangkan Islam, memaksakan diri untuk menyebut nusantara adalah
negeri konflik dan chaos, layaknya di Suriah, Irak, Afghanistan, Yaman, Somalia
dan lain-lain. Dengan persepsi ini, maka para aktifis tersebut merasa sedang di
medan jihad, yang karenanya bahasa yang dia gunakan untuk memenangkan Islam di n
usantara selalu bahasa jihad. Seperti tak sadar, ada bahasa dakwah dan ilmu.
Jujur kita mengakui, saat ini sedang terjadi perang yang amat dahsyat di nusanta
ra, tapi bukan perang fisik, tapi perang ilmu dan dakwah. Perang ini makin mengg
ila pasca reformasi dan jaminan kebebasan berpendapat bagi seluruh masyarakat. A
palagi didukung dengan realita adanya belantara internet, yang makin menjamin se
tiap ide, pikiran, pendapat, propaganda, provokasi, kritik, iklan, curhat dan se
gala tetek bengek yang keluar dari pikiran dan hati manusia dapat dicurahkan di
belantara internet. Setiap orang punya peluang berbicara, berpendapat, menulis,
membantah, bahkan menghujat. Di alam nyata dijamin kebebasan berbicara, di alam
maya lebih bebas lagi.
Aliran sesat semacam Syiah, Ahmadiah, LDII dan sebagainya, memanfaatkan medan pe
rang ini untuk bertarung habis-habisan. Demikian juga Demokrasi dan nasionalisme
juga dengan gencar dipromosikan. Oleh karenanya, pihak pengusung kebenaran juga
harus menjadikan alam damai ini sebagai medan peperangan. Senjatanya adalah ilm
u dan dakwah.
Kekalahan Perang Ilmu dan Dakwah, Berdampak Kekalahan Perang Jihad
Jika para aktifis lari dari perang ilmu dan dakwah, panggung akan didominasi ole
h du at ala abwabi jahannam man ajabahum ilaiha qodzafuuhu fieha (para perayu di pint
u jahannam, siapa yang tergoda dengan tawarannya akan dicampakkan di jahannam).
Kekhawatiran ini harus lahir sebagai cerminan rencana jangka panjang pemenangan
Islam.
Kegagalan memunculkan kekhawatiran ini pada diri aktifis disebabkan oleh banyak
kemungkinan, yang terpenting, karena tak sabar menekuni perang ilmu dan dakwah,
obsesinya hanya benturan fisik. Sebab yang lain, karena tidak paham bahwa senjat
a bernama ilmu dan dakwah adalah senjata yang sangat mematikan.
Jika menggunakan doktrik Tsun Tsu, seorang pakar strategi perang asal Tiongkok,
bahwa siapa yang menguasai ground (medan), ia akan memenangkan peperangan. Dalam
konteks perang fisik, memang benar yang dimaksud ground (medan) adalah medan te
mpur berupa topografi, sungai, parit, gunung, lembah, peta jalan, sumber air, cu
aca, angin dan sebagainya. Tapi dalam konteks perang ilmu dan dakwah, groung (me
dan) yang menjadi ajang peperangan adalah hati dan pikiran masyarakat. Bahasa mo
dern menyebutnya opini.
Siapa yang bisa mengendalikan hati dan pikiran masyarakat, ia akan didukung masy
arakat, dibela dan dilindungi oleh mereka. Dan ini adalah investasi kemenangan j
ihad jika suatu saat terjadi demi kemerdekaan Islam yang utuh. Dalam ilmu perang
, ini disebut dengan kekuatan territorial. Setiap prajurit di semua angkatan pas
ti mendapat pelatihan dan bekal pengetahuan bagaimana membangun kekuatan territo
rial demi menunjang kemenangan fisik.
Siapa Pengendali Hati dan Pikiran Umat Islam Nusantara ?
Pertanyaan ini mesti dapat kita jawab dengan jujur. Bahwa hati dan pikiran umat
Islam masih dikendalikan oleh kalangan yang anti Islam, phobi Islam, atau minima
l tidak punya keinginan memenangkan Islam. Hati dan pikiran umat Islam masih dik
uasai jargon politik kepartaian, nasionalisme, Demokrasi, Islam budayal, dan obs
esi dunia.
Harusnya, hati dan pikiran umat Islam dikendalikan para aktifis Islam, karena ke
samaan rasa, persepsi, keyakinan, dan cita-cita. Ketika hati dan pikiran mereka
dikendalikan musuh Islam, menjadi bukti kegagalan para aktifis dalam membangun t
eritorial dengan dakwah dan ilmu.
Artinya, para aktifis harus sadar, bahwa ground alias kekuatan territorial yang
akan menentukan kemenangan Islam masih dikuasai pihak yang tidak pro Islam. Jika
kenyataannya demikian, jelas usaha memenangkan Islam masih sangat jauh dari har
apan. Jalan masih sangat panjang. Membutuhkan stamina jangka panjang dan kesabar
an ekstra.
Para aktifis tidak bisa memaksakan kehendak untuk membalikkan situasi damai yang
menjadi medan ilmu dan dakwah ini, menjadi situasi kacau yang akan berobah menj
adi medan jihad. Kalaupun berhasil melakukannya, apalah arti keberhasilan itu, j
ika hati dan pikiran umat Islam masih dikendalikan kekuatan yang anti Islam. Pem
balikan situasi ini justru akan menjadi boomerang. Ini juga hikmah, mengapa Nabi
Muhammad saw melarang para aktifis (umat Islam) untuk berharap ketemu musuh dal
am medan perang, tapi jika Allah taqdirkan ketemu, harus teguh dan sabar.
Ilmu dan Dakwah untuk Kekuatan Teritorial bagi Kemerdekaan Islam
Islam dibangun di atas landasan ilmu dan kebenaran yang kokoh. Naluri manusia su
ka dengan ilmu dan kebenaran. Ilmu dan kebenaran akan melahirkan keyakinan dan k
eteguhan prinsip. Semua film baik yang digarap oleh sutradara muslim maupun non-
muslim, semua endingnya akan memenangkan kebenaran dan ilmu, meski didramatisir
sedemikian rupa agar sang lakon kalah di awal cerita tapi ia akan menang di akhi
r cerita.
Islam memiliki semua yang dibutuhkan manusia berupa ilmu dan kebenaran itu. Ilmu
yang dimaksud adalah ilmu tentang jalan hidup (way of life), ilmu tentang konse
p penghambaan kepada Allah, ilmu tentang tata cara pelaksanaan ibadah kepada All
ah dan segala pernik yang akan menjadi tuntunan hidup manusia. Ilmu ini juga ter
bukti selaras dengan ilmu alam dan sunnatullah kehidupan. Ilmu ini terangkum dal
am dua pusaka umat Islam bernama Al-Qur an dan As-Sunnah.
Landasan ilmu ini akan melahirkan keyakinan akan kebenaran atas sesuatu yang dip
ahami manusia. Keyakinan bahwa apa yang dipahami adalah hal yang benar, akan mel
ahirkan keyakinan dan keteguhan prinsip. Ia akan menjadi orang yang tidak mudah
goyah oleh berbagai godaan dan iming-iming kehidupan dunia.
Alat untuk memasukkan ilmu dan kebenaran ke hati dan pikiran masyarakat adalah d
akwah. Dengan melakukan dakwah yang dilandasi ilmu yang valid, semua kepalsuan,
kemunafikan dan kesesatan akan bisa dibersihkan dari hati dan pikiran umat Islam
. Dakwah yang benar dengan dilandasi ilmu yang valid akan menggeser para jago go
mbal yang suka membual di tengah umat Islam dengan tawaran-tawaran dunia, politi
k, kekuasaan, syahwat, sentiment jahiliyah dan semua buih yang lain.
Mengoptimalkan penyebaran ilmu (nasyrul ilmi) dan dakwah (nasyrul haqq) akan men
ghasilkan buah berupa masyarakat yang cinta Islam, cinta Allah, cinta Rasulullah
saw, cinta Sahabat radhiyallahu anhum, dan pada gilirannya juga akan cinta para
aktifis Islam. Mereka akan siap membantu, mendukung dan membela perjuangan para
aktifis dalam memerdekakan Islam. Bahkan dukungan ini akan lahir secara refleks
tanpa diminta.
Bayangkan, para aktifis Islam yang umumnya hidup sederhana untuk tidak mengataka
n miskin dalam usahanya memerdekakan Islam di nusantara didukung oleh ratusan ju
ta umat Islam. Siapa yang bisa mengalahkan kekuatan masyarakat jika mereka sudah
tergerak hatinya membela Islam dan para aktifis muslim?
Oleh karenanya, ketulusan usaha kita dalam mengajarkan ilmu-ilmu keislaman dan m
endakwahkannya di tengah umat Islam, akan sebanding dengan ketulusan umat Islam
dalam membela para aktifis. Jika kita dakwahnya setengah hati, mereka juga akan
membela setengah hati. Jika dakwah kita kepada mereka disertai pamrih duniawi (h
arta, politik, kekuasaan, gengsi, sekedar mencari pengikut, dsb) maka mereka kel
ak hanya mau membela para aktifis dengan kalkulasi untung rugi juga.
Dakwah Gombal, Senjata Musuh Islam untuk Mengalahkan Islam
Allah swt memberikan informasi bahwa kaum kafir dan pembenci Islam menjadikan da
kwah gombal sebagai senjata mengalahkan Islam. Simak ayat berikut:
?????????? ???????????? ????? ??????? ??????????????? ????????? ??????? ???????
?????? ?????? ????????????? (8)
Mereka musuh-musuh Islam bermaksud memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut me
reka, sedangkan Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir
membencinya. (QS. As-Shoff (61) : 8)
Cermati ayat di atas, salah satu senjata andalan kaum kafir untuk memadamkan cah
aya Allah Islam adalah dengan mulut, alias bualan, alias gombal. Menyadari sebag
ai senjata utama, mereka serius mengasah diri sehingga terampil betul dalam meng
gunakan mulut mereka untuk mengalahkan Islam. Di jaman modern, perwujudannya ten
tu bukan hanya ucapan dari mulut orang kafir, tapi juga berupa tulisan, berita y
ang disesatkan, opini, video, gambar, surat kabar, buku, majalah, jurnal, disert
asi dan sebagainya.
Mereka percaya diri menggunakan kekuatan bualan yang jelas bertentangan dengan n
aluri manusia karena berupa isu, hasutan, kebohongan, penyesatan opini, dan semu
anya lemah secara landasan ilmu. Berarti, sebetulnya senjata mereka ini rapuh, d
an para aktifis Islam punya peluang besar untuk mengalahkannya.
Jadi masalahnya bukan pada keunggulan senjata ilmu yang dimiliki aktifis, tapi p
ada itikad para aktifis untuk mengasah senjata ilmu dan dakwah ini untuk membang
un kekuatan territorial dan menyingkirkan buih gombal yang dijajakan kekuatan an
ti Islam. Problem kita sejatinya factor internal, bukan factor eksternal. Kalaup
un pihak eksternal mengalahkan kita, bukan karena kekuatan senjatanya, tapi kita
yang belum menggunakan senjata kita sendiri dengan benar. wallahu a lam bisshowab
.

Anda mungkin juga menyukai