Anda di halaman 1dari 11

Ujian hidup adalah sesuatu yang pasti dijalani.

Tidak ada seorang pun yang tidak menemui ujian.


Murid yang akan naik kelas, pasti diuji.
Yang tidak diuji adalah yang tidak sekolah.

Orang yang beriman pasti diuji.


Ujian hidup sama sekali tidak berbahaya.
Bahkan ujian hidup bagian dari nikmat dari Alloh Swt.

Jadi jangan pernah takut dengan ujian hidup, tapi takutlah dengan salah menyikapi ujian
hidup.
Dihinaan sama sekali tidak berbahaya, yang berbahaya adalah salah menyikapi
penghinaan.
Sakit sama sekali tidak berbahaya, yang berbahaya adalah salah menyikapi penyakit.
Ditipu orang / bangkrut sama sekali tidak berbahaya. yang berbahaya adalah salah
menyikapinya.
Tapi selama ini, kita mengangggap ujian yang berbahaya itu adalah yang susah-susah.
Seperti disakiti orang, ditipu, susah jodoh, dan sakit.
Padahal ujian yang tidak enak atau susah, banyak yang berhasil mengemasnya untuk
dekat dengan Alloh Swt.
Dibanding dengan ujian kelapangan / kesenangan.
Kita jarang mengaggap naik pangkat itu ujian, bisa membeli barang-barang mewah itu
ujian, atau mengaangap pujian itu ujian.

-------------------------

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw bersabda, Tidak akan berhenti ujian
kesusahan dan penderitaan terhadap seorang mumin dan muminat, baik yang
menimpa dirinya sendiri, anak-anaknya, maupun hartanya, sehingga ia menemui Allah,
meninggal dunia dalam keadaan tidak membawa satu dosa pun. (HR. Tirmidzi).

Demikianlah hikmah datangnya ujian dan kesulitan yang datang menimpa kita.
Adakalanya manusia diuji oleh Allah Swt secara terus-menerus atau bertubi-tubi. Hal itu
tiada lain adalah akan mengurangi dosa-dosanya. Adapun makna dari hadits di atas
adalah bahwa ketika seseorang ditimpa ujian demi ujian hingga tiba waktunya ia
meninggal dunia, maka ketika itu ia meninggalkan dunia dalam keadaan bersih dari
noda-noda dosa.

Jangan salah sangka atau berprasangka buruk ketika kesulitan hidup atau ujian datang
menimpa kita. Kita menilai bahwa ujian itu adalah kepahitan, karena kita menggunakan
hawa nafsu saat menilainya. Ingatkah kita pada kisah seorang laki-laki yang telah
berbuat zina di zaman Rasulullah Saw?

Laki-laki itu datang menghadap kepada Rasulullah Saw menyampaikan perbuatan dosa
yang telah dilakukannya. Laki-laki itu mengakui kesalahannya dan meminta kepada
Rasulullah Saw agar dihukum sesuai dengan hukum Islam yaitu hukuman rajam. Laki-
laki itu benar-benar meminta agar Rasulullah Saw menunaikan hukuman itu
terhadapnya.

Mengapa laki-laki ini sedemikian memintanya kepada Rasulullah Saw? Hal itu ia lakukan
karena ia tahu bahwa itulah hukuman yang bisa menebus dosa yang telah dilakukannya
sehingga ia terbebas dari hukuman berkepanjangan di akhirat. Ini adalah bentuk
pertaubatan laki-laki tersebut kepada Allah Swt. Seandainya taubatnya itu dibagikan
kepada seantero penduduk kota Madinah, maka akan masih banyak tersisa melampaui
seluruh penduduk yang ada.

Mengapa laki-laki ini sedemikian siap menghadapi hukuman tersebut? Tiada lain adalah
karena ia lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Ia lebih
mengutamakan keselamatan di akhirat ketimbang keselamatan di dunia. Karena setiap
orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, ia akan berat menjalani kehidupan ini.
Sedangkan orang yang tujuannya adalah akhirat, insya Allah kehidupan dunia ini akan
terasa mudah dan ringan.

--------------------------------

Setiap Masalah Pasti Bersama Jalan


Keluarnya
Posted by: AndySyauqi in AaGym

Saudaraku, Allah Swt memberikan segala sesuatu secara tepat kepada kita.
Termasuk ketika Dia memberikan ktia persoalan atau masalah, selalu hadir lengkap
dengan jalan keluarnya.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw bersabda, Tidak akan berhenti ujian
kesusahan dan penderitaan terhadap seorang mumin dan muminat, baik yang
menimpa dirinya sendiri, anak-anaknya, maupun hartanya, sehingga ia menemui
Allah, meninggal dunia dalam keadaan tidak membawa satu dosa pun. (HR.
Tirmidzi).

Demikianlah hikmah datangnya ujian dan kesulitan yang datang menimpa kita.
Adakalanya manusia diuji oleh Allah Swt secara terus-menerus atau bertubi-tubi. Hal
itu tiada lain adalah akan mengurangi dosa-dosanya. Adapun makna dari hadits di
atas adalah bahwa ketika seseorang ditimpa ujian demi ujian hingga tiba waktunya ia
meninggal dunia, maka ketika itu ia meninggalkan dunia dalam keadaan bersih dari
noda-noda dosa.
Jangan salah sangka atau berprasangka buruk ketika kesulitan hidup atau ujian
datang menimpa kita. Kita menilai bahwa ujian itu adalah kepahitan, karena kita
menggunakan hawa nafsu saat menilainya. Ingatkah kita pada kisah seorang laki-laki
yang telah berbuat zina di zaman Rasulullah Saw?

Laki-laki itu datang menghadap kepada Rasulullah Saw menyampaikan perbuatan


dosa yang telah dilakukannya. Laki-laki itu mengakui kesalahannya dan meminta
kepada Rasulullah Saw agar dihukum sesuai dengan hukum Islam yaitu hukuman
rajam. Laki-laki itu benar-benar meminta agar Rasulullah Saw menunaikan hukuman
itu terhadapnya.

Mengapa laki-laki ini sedemikian memintanya kepada Rasulullah Saw? Hal itu ia
lakukan karena ia tahu bahwa itulah hukuman yang bisa menebus dosa yang telah
dilakukannya sehingga ia terbebas dari hukuman berkepanjangan di akhirat. Ini
adalah bentuk pertaubatan laki-laki tersebut kepada Allah Swt. Seandainya
taubatnya itu dibagikan kepada seantero penduduk kota Madinah, maka akan masih
banyak tersisa melampaui seluruh penduduk yang ada.

Mengapa laki-laki ini sedemikian siap menghadapi hukuman tersebut? Tiada lain
adalah karena ia lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.
Ia lebih mengutamakan keselamatan di akhirat ketimbang keselamatan di dunia.
Karena setiap orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, ia akan berat
menjalani kehidupan ini. Sedangkan orang yang tujuannya adalah akhirat,insya
Allah kehidupan dunia ini akan terasa mudah dan ringan.

Allah Swt Maha Tepat Tindakan-Nya. Termasuk ketika ujian Dia turunkan kepada
manusia. Ujian diturunkan-Nya secara tepat. Bahkan, ujian itu Allah Swt turunkan
kepada hamba-Nya dengan tujuan untuk meninggikan derajatnya. Ada suatu derajat
yang tidak bisa digapai oleh manusia kecuali dengan ujian dari Allah Swt.

Dalam satu hadits, Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya seseorang yang akan
diberi kedudukan tinggi di sisi Allah, sedangkan ia tidak dapat mencapai kedudukan
itu dengan amalnya, maka Allah akan terus menerus mengujinya dengan kesusahan
dan kesulitan yang tidak disukainya. Sehingga ia dapat menggapai kedudukan
tersebut. (HR. Abu Yala).

Betapa Allah Swt sayang kepada kita. Allah bermaksud mengembalikan kita kepada-
Nya dalam keadaan bersih dari noda dosa dan derajat atau kedudukan yang tinggi.
Ketika ada seorang hamba yang derajat di hadapan-Nya biasa-biasa saja, maka ia
akan dipacu agar menggapai derajat yang lebih baik lagi dengan cara diberikan ujian
kepadanya. Ujian-ujian tersebut berbagai macam bentuknya. Misalnya adalah tiba-
tiba dibenci, dicaci, dimaki dan dijauhi oleh orang lain.

Orang yang akan meraih kedudukan atau derajat yang lebih tinggi saat ditimpa ujian
memiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu cirinya adalah sikapnya yang tetap tenang. Ini
adalah pengalaman yang paling mahal. Ini tanda bahwa ia adalah pecinta akhirat.
Sedangkan pecinta dunia, ketika ia ditimpa ujian, maka ia akan panik, resah, putus
asa dan berusaha mencari perlindungan kepada sesuatu atau makhluk, bukan
kepada Allah Swt.

Tidak jarang kita menemukan orang yang menjadikan dukun atau tukang ramal
sebagai tempat pelarian mereka saat ditimpa kesulitan atau ujian hidup. Ia tunggang
langgang mencari pertolongan kepada sesama makhluk dan lupa pada Allah Swt
Yang Maha Memberi pertolongan.
Orang pencinta dunia akan sedemikian rupa meminta pertolongan kepada makhluk.
Padahal orang yang dimintai pertolongan pun dililit banyak persoalan di dalam
hidupnya. Ia tidak meminta pertolongan kepada Dzat Yang memberinya kehidupan
dan memberinya persoalan. Padahal Dialah Dzat Yang kuasa memberikan jalan
keluarnya. Dialah Allah Swt.

Ketika Allah Swt memberikan ujian persoalan hidup kepada kita, sungguh Allah telah
mengukur dengan sangat tepat ujian tersebut sehingga sesuai dengan kadar
kemampuan kita untuk menghadapinya. Semua tentang diri kita, Allah Swt telah
mengetahuinya. Allah Swt mengetahui kekuatan yang kita miliki. Allah Swt pun
mengetahui seberapa berat ujian yang diberikan-Nya kepada kita. Segalanya sudah
terukur oleh Allah Swt secara tepat.

Allah Swt berfirman,


..Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.. (QS. Al
Baqarah [2]: 233).

Adapun ketika kita merasakan penderitaan atas ujian-Nya, itu bukanlah disebabkan
karena Allah Swt keliru mengukur kadar kemampuan kita dan kadar ujian-Nya itu.
Kita menderita karena kita salah menyikapi ujian tersebut. Kita menderita karena kita
selalu tidak merasa puas dengan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita. Sehingga
apa yang telah dimiliki malah menjadi penderitaan. Padahal tidaklah mungkin Allah
Swt salah alamat ketika memberikan sesuatu kepada hamba-hamba-Nya.

Ketika kita sekolah dahulu. Kita menghadapi ujian kenaikan kelas yang sesuai dengan
kadar keilmuan kita saat itu. Dan ujian-ujian tersebut selalu telah siap dengan
jawaban-jawabannya. Tidak mungkin soal hadir tanpa ada jawabannya. Demikian
juga dengan ujian hidup yang kita hadapi. Allah Swt memberi kita ujian sesuai
dengan kadar kemampuan kita. Dan, Allah Swt memberikan ujian hidup kepada kita
secara lengkap dengan jawaban-jawabannya. Hanya saja, hawa nafsu seringkali
membuat kita menjadi buta untuk bisa menemukan jawaban-jawaban itu.

Sungguh, tidak ada yang sulit di dalam hidup ini. Kecuali kesulitan itu adalah sikap
kita yang tidak menerima ketentuan-Nya. Padahal di dalam Al Quran Allah Swt telah
menjelaskan,
..Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.(QS. Al Baqarah [2]: 216).

Bolehkah kita memiliki keinginan? Tidak ada yang melarang kita memiliki keinginan.
Punya keinginan adalah salah satu tabiat alami kita sebagai manusia. Akan tetapi,
hendaklah keinginan kita itu adalah hal-hal yang disukai oleh Allah Swt. Karena
masalahnya adalah kita seringkali maksa, ngotot, mendapatkan apa-apa yang tidak
disukai oleh-Nya. Bahkan jika pun berdoa, kita tetap saja memaksa kepada-Nya,
seolah tidak yakin bahwa apa yang disukai-Nya bukanlah hal yang baik untuk kita.

Jika kita mau sejenak melihat ke dalam diri kita sendiri, maka kita akan saksikan
bahwasanya keinginan-keinginan kita itu lebih dekat kepada hawa nafsu. Jika kita
diberikan pilihan antara dipuji dengan dicaci, manakah yang akan kita pilih? Tentu
kebanyakan kita akan memilih untuk dipuji. Kita senang sekali menerima pujian dan
sanjungan. Padahal jika sekali lagi kita melihat diri secara jujur, apakah diri kita ini
lebih pantas dipuji ataukah lebih pantas dicaci?!

Kita selalu ingin dipuji dan dihormati, padahal sesungguhnya diri kita ini tidak pantas
menerima pujian dan penghormatan. Jikapun kita memang dipuji dan dihormati oleh
orang lain, itu hanya karena Allah Swt menutupi aib atau kejelekan kita saja di
hadapan orang lain. Allah Swt menutupi bekas-bekas kemaksiatan, dosa, keburukan
yang kita lakukan sehingga tidak diketahui oleh orang lain. Jika mau jujur, sungguh
kita tidak pantas menerima penghormatan dan pujian.

Tidak perlu kita merasa dendam pada orang yang berbuat dzalim terhadap diri kita.
Karena sesungguhnya Allah Swt sudah memiliki perhitungan sendiri terhadap
perbuatannya. Sikap dendam justru malah akan melahirkan dampak tidak baik
terhadap diri kita sendiri. Hati menjadi resah, gelisah, dan tidak tenang setiap kali
mengingat perbuatannya. Pasrahkanlah semua pada Allah Swt. Kesabaran kita
menghadapi perbuatannya akan berbuah kebaikan untuk kita. Sementara kedzaliman
pasti akan mendatangkan akibat pada pelakunya. Tidak akan meleset.

Apabila Allah Swt hendak memuliakan seseorang, maka tidak akan ada yang bisa
mengalang-halanginya. Demikian juga apabila Allah Swt berkehendak mengambil
kemuliaan seseorang, maka tidak akan ada yang kuasa menahannya untuk menjadi
hina.

Allah Swt berfirman,


Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran [3]: 26).

Bukanlah hal yang penting dihina atau dibenci oleh manusia. Terlebih lagi jika alasan
kebencian dan hinaan mereka adalah karena kita menjaga diri untuk tetap
berpegang teguh kepada Allah Swt. Selama kita tetap teguh kepada Allah, pasti Dia
memberi kita ketenangan, meski manusia menghujani kita dengan serangan hinaan
dan kebencian.

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )


Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung Jakarta.
-------------------------

Saudaraku, seseorang yang yakin kepada Alloh ia akan berbeda melihat dunia ini.
Bahkan melihat musuh yang sangat besar kebencian kepadanya, ia tidak sedikitpun
merasa terancam. Ia merasa terancam adalah justru oleh keburukan dirinya sendiri.
Karena, yang pasti membahayakan kita adalah keburukan diri kita sendiri.

Keburukan orang lain kepada kita itu hanya menyampaikan apa yang Alloh tetapkan
atas kita. Sedangkan, keburukan kita menjadi petaka bagi kita.

Alloh Swt. berfirman, Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh, dan apa
saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.. (QS. An Nisaa
[4] : 79)

Imam Ibnu Katsir menerangkan ayat ini bahwa nikmat yang kita peroleh adalah
pemberian dari Alloh Swt., sedangkan keburukan yang menimpa kita itu berasal dari diri
kita sendiri dan disebabkan perbuatan kita sendiri, sebagaimana firman Alloh Swt., Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(QS. Asy Syuro [42] : 30)

Jikalau ada orang lain yang berbuat buruk kepada kita, maka sikap terbaik adalah tidak
menyimpan dendam kepadanya, apalagi sampai membalas dendam kepadanya. Karena
jika orang lain berbuat jahat kepada kita dan kita membalasnya dengan kejahatan pula,
maka apa bedanya antara kita dengan dirinya. Terlebih, Rosululloh Saw. pun
mencontohkan hal ini, setiap keburukan yang datang kepadanya justru selalu beliau
balas dengan kebaikan.

Bukan tidak boleh membela diri, karena membela diri juga bagian dari apa yang
Rosululloh Saw. ajarkan. Akan tetapi membela diri berbeda dengan menyakiti orang lain.
Bahkan, pada apa yang diajarkan oleh Rosululloh Saw., membela diri pun senantiasa
diiringi dengan akhlak yang mulia.

Saudaraku, semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mengutamakan akhlak


mulia, menebarkan kebaikan sebagai tugas kita menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Wallohualam bishowab.

------------------

Hindari Harta Haram


Posted by: AndySyauqi in AaGym, Akhlak

Allah yang menciptakan iblis dan keturunannya.

Iblis akan menipu kita dari depan, belakang, kiri dan kanan.

Menipu kita dari depan, membuat kita tidak yakin akan kehidupan akhirat, seakan-
akan akhirat tidak ada.

padahal orang akan mudah berubah kehidupannya bila yakin dengan akhirat. tapi
bila tidak yakin, orang tersebut tidak takut kepada Allah.

Mau licik / maksiat dia merasa aman karena tidak dilihat orang. padalah pasti ada
perhitungannya dari sisi Allah.

Menipu kita dari belakang, yaitu membuat duniawi ini mengesankan, sehingga
sangat ingin barang-barang mahal. seperti mobil mahal, handphone mahal, padahal
fungsinya tidak terlalu diperlukan.

Bila ingin berbuat baik selalu tertunda, bila berbuat jelek seakan-akan kejelekan itu
menyenangkan dan memuaskan.
syaitan selalu menipu agar maksiat nampak indah, seperti pacaran nampak indah.
padahal orang pacaran ujungnya zina. kalau tidak ditolong Allah pasti akan terus
hanyut. hati-hati.

Untuk suami yang telah berumah tangga jangan sekali-kali mengambil sesuatu yang
tidak halal, suami yang paling jahat adalah suami yang memberikan nafkah untuk
anak dan istrinya dengan uang yang tidak halal, dia meracuni istri dan anaknya. dan
pasti akan ada buahnya yaitu PETAKA.

Memang tidak ada yang melihat, tapi pada waktunya Allah membuka, maka pasti
akan terbuka. tidak ada yang tersembunyi dari pandangan Allah.

Kalau mengambil yang bukan hak nya berarti memang sedang membinasakan,
mencelakakan, menganiaya keluarganya sendiri.

Kita akan mendapatkan rezeki yang cukup bila dekat dengan Allah. pasti ada jalan
yang halal.

Tapi bila tidak mau dijalan Allah, maka tidak akan pernah cukup, dan pasti akan
berbuah perilaku hina.

Mudah-mudahan kita bisa menjaga diri karena bila kita menjaga diri, maka Allah akan
menjaga kita.

Tidak ada yang tidak halal yang boleh menyentuh kita. harta, makanan, minuman,
pakaian ataupun perbuatan.

InsyaAllah orng yang waro, akan tidak mempan ditipu syaitan.

Mudah-mudahan kita sangat serius menjaga diri kita.

----------------------------

Doa Dulu Atau Ikhtiar Dulu ?


Posted by: AndySyauqi in AaGym

Coba dijawab pertanyaan ini

Doa dulu atau ikhtiar dulu ?

Kalau mata ditutup, jalan dulu atau bertanya dulu?

Kalau kita sedang lemah, Minta dibantu dulu atau langsung bergerak?

Jawaban .

Jadi yang tau segalanya hanya Allah


Hanya Allah yang tau rejeki kita

Hanya Allah yang menciptakan rejeki kita

Hanya Allah yang kuasa memudahkan rejeki kita

Jadi jawaban pertanyaan Doa dulu atau ikhtiar dulu? adalah DOA dulu

Doa, minta ke Allah, supaya ditunjukan rejeki kita jatahnya yang mana, halal yang
mana, kemudian kita ikhtiar.

Ikhtiar yang dituntun oleh Allah pasti tepat.

Tapi ikhtiar tanpa dituntun Allah, pasti stress

Doa adalah saripati ibadah

Firman Allah :

Tidak sekali kali Aku ciptakan jin dan manusia untuk Ibadah. (Adz Dzaariyaat: 56)

Dan Doa adalah senjatanya mukmin. Doa adalah cahaya bagi langit dan bumi.

Anjuran Berdoa Banyak diriwayatkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang


menganjurkan dan mendorong seseorang hamba untuk berdoa, diantaranya :

Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah, selain daripada doa. (HR. Ibnu Majah dan
Abu Hurairah)

Siapa saja yang tidak mau memohon (sesuatu) kepada Allah, maka Allah akan murka
kepadanya. (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang apabila
dimintai (sesuatu). (HR Tirmidzi dari Ibnu Masud)

Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan
memutus hubungan silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu diantara
tiga hal : dikabulkan doanya ; ditangguhkan hingga hari kiamat ; atau dijauhkan dari suatu
keburukan/musibah yang serupa. (HR. Ahmad dari Abi Said Al Khudri)
Tidak ada seorang muslim pun di muka bumi ini yang berdoa kepada Allah, kecuali akan
dikabulkan doanya atau dijauhkan suatu keburukan/musibah yang serupa. (HR. Tirmidzi dan
Hakim dari Ubadah Ibn Shamit)

Doa yang paling bagus adalah doa yang husnudzon kepada Allah, kalau kita yakin
Allah akan menolong, maka pasti akan ditolong Allah, tapi yakin harus dengan amal.

KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung Jakarta.

----------------------------------

Berbuat Taat
Posted by: andysyauqi in AaGym

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Menolong,
menggolongkan kita sebagai orang-orang yang senantiasa semangat memperbaiki
diri. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad
Saw.

Kita bukanlah syaitan yang sepenuhnya berbuat buruk. Kita adalah manusia yang
memiliki kemampuan untuk memilih antara kebaikan dan keburukan, sehingga salah
satu hal yang kerap kita lakukan setiap hari adalah ketaatan kepada Alloh Swt. Dalam
satu hari, banyak praktik ibadah yang kita tunaikan, sholat lima waktu, bahkan
ditambahi dengan sholat sunnah rowatibnya. Kemudian, mengucap salam saat
masuk dan meninggalkan suatu kumpulan, bersedekah, mengaji, dan ketaatan
lainnya.

Saudaraku, apakah disela-sela kita melakukan ketaatan itu ada peluang berbuat lalai
atau maksiat? Tentu saja ada, karena syaitan senantiasa mengendap-endap, mencari
celah sekecil apapun untuk menggoda kita. Akantetapi, ciri dari orang yang beriman
adalah senantiasa memaksa dirinya sendiri untuk kuat, tangguh agar konsisten
dalam ketaatan. Sekali terpeleset pada kelalaian, ia langsung berdiri dan
menguatkan dirinya dengan beristighfar, mendirikan sholat, menenangkan hati
dengan membaca Al Quran. Maasyaa Alloh!

Alloh Swt. berfirman, Apa yang diberikan Rosul kepadamu maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Alloh.
Sesungguhnya Alloh sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al Hasyr [59]: 7)

Ibadah kepada Alloh Swt. sebagaimana dicontohkan Rosululloh Saw. adalah sarana
dari Alloh untuk kita. Banyak cara syaitan menjerumuskan kita pada kemaksiatan,
akantetapi banyak sarana pula yang Alloh sediakan bagi kita untuk berbuat taat
kepada-Nya. Sungguh, berbuat taat itu mudah dan ringan bagi orang yang hatinya
sudah terpaut kepada Alloh Swt. Sedangkan berbuat maksiat itu mudah dan ringan
bagi orang yang gelap hatinya.
Semoga Alloh Swt. memasukkan kita kepada golongan orang-orang yang berhati
halus nan bening sehingga mudah sekali menerima hidayah-Nya dan istiqomah
dalam ketaatan kepada-Nya. Aamiin yaa Robbalaalamiin.[]

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )


Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung Jakarta.

----------------------------------

Jika Hati Ingat Pada Alloh AaGym


Posted by: AndySyauqi in AaGym

Segala puji hanya milik Alloh Swt. Sesungguhnya Alloh selalu melihat perbuatan kita.
Alloh selalu mendengar setiap bisikan kita. Alloh mengetahui apapun rahasia kita.
Tak ada yang tersembunyi dari-Nya sekecil apapun. Sholawat dan salam semoga
selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Sahabatku, dimanapun kita berada, kapanpun kita berada, sesungguhnya Alloh pasti
memperhatikan kita. Dimanapun kita berada, kapanpun kita berada, sesungguhnya
ada malaikat yang mencatat setiap ucapan dan amal perbuatan kita.

Alloh dan malaikat-Nya memang ghoib, kita tidak bisa melihatnya. Akan tetapi,
jikalau seseorang memiliki iman yang kuat, walaupun Alloh dan malaikat tidak
nampak pada pandangan matanya, namun ia yakin bahwa ia selalu ada dalam
pengawasan-Nya. Ia meyakini itu seolah ia sedang melihat Alloh secara langsung.
Rosululloh Saw. menerangkan hal ini sebagai konsep ihsan.

Ketika malaikat Jibril a.s bertanya kepada Rosululloh Saw. mengenai ihsan, maka
beliau Saw. bersabda,Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan
engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu. (HR. Muslim)

Semakin kuat iman seseorang, maka semakin mudah ia untuk selalu ingat kepada
Alloh Swt. Sebaliknya, semakin lemah imannya, maka akan semakin jauh dia dari
mengingat Alloh Swt. Kita perlu mengukur kadar keimanan kita. Mengukurnya bukan
dengan pengakuan lisan, tapi dengan kejujuran hati.

Ada orang yang ingat kepada Alloh hanya ketika ditanya saja. Jika tidak ditanya,
maka dia lupa. Semakin seseorang ingat terus kepada Alloh, dalam setiap keadaan,
maka itu tanda iman yang bagus. Semakin imannya bagus, yakin kepada Alloh, maka
dunia ini baginya semakin tidak menarik. Mengapa? Karena yang menarik baginya
hanyalah Alloh Swt. Semakin imannya bagus, maka semakin tidak tertarik ia untuk
bergantung kepada makhluk. Mengapa? Karena satu-satunya tempat bergantung
baginya hanyalah Alloh Swt.

Semakin kuat iman seseorang, maka pangkat dan jabatan baginya tak berarti lagi.
Karena ia akan fokus pada tanggungjawab menjalankannya. Ia ingat bahwa itu
adalah amanah dan akan diperhitungkan di hadapan Alloh Swt. di yaumil hisab. Ia
tidak akan membangga-banggakan pangkat, jabatan itu, karena yang terbayang
olehnya adalah pertanggungjawaban atas amanah itu. Ia tidak akan membangga-
banggakan harta kekayaan, karena yang terbayang olehnya adalah hisabnya, setiap
satu sen yang ia gunakan akan dipertanggungjawabkan. Maa syaa Alloh.

Maka dari itu saudaraku, penting bagi kita mengupayakan agar iman kita selalu
meningkat. Iman kita memang akan naik turun, namun penting bagi kita berikhtiar
agar setelah turun, selalu naik lagi lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Kuncinya adalah
dengan mengingat Alloh Swt. di setiap waktu kita, selalu menghadirkan Alloh di
dalam hati dan pikiran kita.

Karena Alloh Swt. berfirman, (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Radu [13] : 28)

Semoga kita tergolong orang-orang yang senantiasa mengingat Alloh Swt. dalam
keadaan apapun. Sehingga kita memiliki iman yang kuat dan meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[]

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai