Anda di halaman 1dari 3

PITIRIASIS ALBA

Defenisi

Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai dengan
adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area
yang depigmentasi.

Etiologi
Menurut pendapat para ahli menduga adanya infeksi strepkococcus, tetapi belum dapat
dibuktikan. Pitiriasis alba merupakan manifestasi dermatitis non-spesifik yang belum diketahui
penyebanya.

Epidemiologi

Di Amerika Serikat, pitiriasis alba umumnya terjadi sampai 5 % pada anak-anak, tetapi
epidemiologi yang pasti belum dapat dijelaskan. Pitiriasis alba umumnya terjadi pada anak-
anak yang berusia 3-16 tahun. Sembilan puluh persen kasus terjadi pada anak yang berusia lebih
mudadari 12 tahun. Sering juga terjadi pada orang dewasa.
Pitiriasis alba dapat terjadi pada semua ras, tetapi memiliki prevalensi yang tinggi
padaorang-orang yang memiliki kulit yang berwarna. Wanita dan pria sama banyak.

Patogenesis
Penyakit ini juga dapat digolongkan sebagai kelainan kulit yang timbul setelah inflamasi,
diduga karena inflamasi dapat menyebabkan gangguan sel pigmen. Bakteri Propionibacterium
acnes yang hidup dalam folikel rambut, dianggap mampu memproduksi faktor depigmentasi
secara teoritis. Pada anak-anak dengan jerawat komedo atau popular, Propionibacterium acnes
memproduksi sejumlah faktor virulen bioaktif yang merupakan agen inflamasi dan
imunomodulatornya. Sejumlah enzim ekstraseluler dan metabolit secara langsung dapat merusak
jaringan host, termasuk melanosit.
Beberapa sumber menggolongkannya sebagai kelainan pigmentasi kulit. Hipopigmentasi
diduga secara sekunder dapat disebabkan oleh pityriacitrin, suatu substansi yang diproduksi oleh
ragi Malassezia, yang berperan sebagai tabir surya alami. Hipopigmentasi juga dapat dijelaskan
sebagai kerusakan terhadap melanosit dan inhibisi dari tyrosinase by decarboxylic acid, azelic
acid (inhibitor kompetitif dari tyrosinase), dan atau metabolit yang diturunkan tryptophanyang
diproduksi oleh ragi normal Malassezia furfur,yang merupakan bagian dari permukaan kulit
normal. Jadi, beberapa pasien dengan pityriasis alba mengalami sensitivitas terhadap jamur ini.
Berbeda dengan tinea versicolor, organisme ini tidak berkembang dalam jumlah banyak pada
pityriasis alba. Jamur patogen juga tidak terlibat dalam kondisi ini.
Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi diduga menyebabkan penyakit ini
jelas terlihat, meskipun penelitian fotobiologik untuk membuktikannya belum dilakukan. Fakta
bahwa radiasi ultraviolet dapat memicu kekeringan kulit mungkin dapat menjelaskan hubungan
dengan penyakit ini. Melanosit diduga menjadi lebih sensitif pada pasien dengan penyakit ini.
Berdasarkan musim, hipopigmentasi pityriasis alba lebih jelas terlihat saat musim panas karena
proses tanning pada kulit sekitarnya yang normal membuatnya menjadi kontras. Sedangkan pada
musim dingin, kulit menjadi kering dan skuama jelas terlihat. Pada penelitian anak-anak di Turki
yang menderita pityriasis alba, sebagian besar (45,9%) mengalami eksaserbasi saat musim
dingin.

Kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat terhadap perkembangan pityriasis alba.


Peningkatan frekuensi mandi dan penggunaan air panas untuk mandi dihubungkan dengan
xeroderma atau kekeringan kulit yang diduga memicu timbulnya penyakit ini. Selain itu,
seringnya mandi dapat mempengaruhi hilangnya daya tahan epidermis dan substansi pelindung
lainnya dari permukaan kulit. Hal lain yang dapat mencetuskan pityriasis alba adalah gigitan
serangga, iritasi mekanis dari scrubbing, atau bentuk lain dari eczematous dermatitis

Gejala Klinis
Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak umur 3-16 tahun (30-40%). Wanita dan pria
sama banyak, lesi berbentuk bulat, oval atau plakat yang tak teratur. Warna merah muda atau
sesuai warna kulit dengansquama paling halus. Pada stadium ini penderita datang berobat
terutama pada orang dengan kulit berwarna. Bercak biasanya multiple 4-20 dengan diameter
diangtara smpai 2 cm. pada anak anak lokasi kelainan pada muka (50-60%), paling sering
disekitar mulut, dagu, pipi, serta dahi.
Pemeriksaan Penunjang

1. Histopatologi
Perubahan histopatologi, hanya dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dengan
hyperkeratosis sedang dan para keratosis setempat. Tidak adanya pigmen disebabkan karena
efek penyaringan sinar oleh stratum korneum yang menebal atau oleh kemampuan sel
epidermal, mengangkut granula pigmen melanin berkurang.
2. Mikroskop Elektron
Pada mikroskop elektron ditemukan jumlah melanosit aktif menurun dan jumlah serta
ukuran dari melanosom menurun pada kulit yang terinfeksi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil diagnosa yang benar umumnya diusulkan berdasarkan umur pasien, skuama,
hipopigmentasi, dan distribusi luka. Pemeriksaan hidroksida kalium (KOH) dilakukan untuk
mengeliminasi tinea versikolor.

Penatalaksanaan
Umunya mengecewakan. Skuama dapat dikurangi dengan krem emolien. Dapat dicoba
dengan preparat tert, misalnya likuorkarbonet detergen 3-5% dalam kream atau salep, setelah
dioleskan harus banyak terkena matahari.

Prognosis
Penyakit dapat sembuh spontan setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun.

Daftar Pustaka
Djuanda,Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed.6. FK UI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai