Resume Skenario 3 Blok 12
Resume Skenario 3 Blok 12
BLOK 12
TUTORIAL G
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
1
DAFTAR ISI
1. Sifilis .......................................................................................................... 3
2. Toxoplasmosis ............................................................................................ 4
3. Gonore ...................................................................................................... 12
4. Herpes Simpleks Virus ............................................................................. 17
5. ISK ........................................................................................................... 18
6. Vulvitis ..................................................................................................... 20
7. Kondiloma Akuminata ............................................................................. 21
8. Vaginitis & Vaginosis Bakterialis ............................................................ 26
9. Servisitis ................................................................................................... 29
10. Salfingitis ................................................................................................. 29
11. Abses Tuboovarium ................................................................................. 31
12. Hiperplasi Endometrium .......................................................................... 33
13. Menopouse dan Perimenopousal Syndrome ............................................ 37
14. Polikistik Ovarium ................................................................................... 40
15. Kehamilan Ektopik ................................................................................... 41
SIFILIS
Sifilis adalah infeksi kronik yang disebabkan oleh Treponema Pallidum dan
merupakan penyakit menular sedang dengan derajat infektivitas 10% untuk setiap
kali hubungan seksual. Sifilis dapat menular pada satdium primer, sekunder,
2
ataupun masa laten tahun pertama. Organisme ini dapat menembus kulit dan
membaran mukosa dengan masa inkubasi 10-90 hari.
A. Sifilis primer
- Ulkus keras dan tidak terasa nyeri, biasanya sembuh spontan
- Biasanya soliter dan dapat timbul di vulva, vagina, serviks atau lesi
ekstragenital
- Adenopati regional yang tidak nyeri tekan.
- Terapi : Bensatin penisilin G 2,4 juta unit I.M. dalam dosis tunggal
B. Sifilis sekunder
- Penyakit sistemik yang terjadi setelah penyebaran hematogen organisme
dari 6 minggu hingga 6 bulan setelah ulkus primer
- Ruam makropapuler di telapak tangan dan kaki
- Di vulva timbul bercak mukosa dan kondiloma lata, dan juga lesi putih
abu-abu yang meninggi tanpa terasa nyeri
- Adenopati tidak terasa nyeri
- Gejala dapat hilang dalam 2 sampai 6 minggu
- Terapi : Bensatin penisilin G 2,4 juta unit I.M. dalam dosis tunggal
C. Sifilis stadium laten
- Terjadi setelah stadium sekunder yang tidak diobati dan dapat
berlangsung 2 sampai 20 tahun. Gejala sifilis sekunder dapat timbul
kembali
- Terapi :
Sifilis laten awal (< 1 tahun) : Bensatin penisilin G 2,4 juta unit I.M.
dalam dosis tunggal
Sifilis laten akhir (> 1 tahun) : Bensatin penisilin G 7,2 juta unit
diberikan dalam 3 dosis masing-masing 2,4 juta unit I.M. dengan
interval 1 minggu
D. Sifilis Tersier
- Terjadi pada epertiga pasien sifilis yang tidak diobati atau diobati tidak
adekuat
- Dapat meluas ke sistem kardivaskular (aneurisma aorta), syaraf pusat
(paresis generalisata), dan muskuloskeletal (gummata kulit dan tulang)
- Dilakukan uji DFA untuk identifikasi spiroketa dan dapat juga dilakukan
uji serologis nontreponemal dan treponemal
- Terapi : Bensatin penisilin G 7,2 juta unit diberikan dalam 3 dosis masing-
masing 2,4 juta unit I.M. dengan interval 1 minggu
E. Neurosifilis
3
Terapi : Penisilin G kristalin aqua 18-24 juta unit setiap hari diberikan dalam
3-4 juta I.V. setiap 4 jam atau diberikan infus berkelanjutan selama 10-14 hari
F. Sifilis dalam kehamilan
Terapi : Penisilin sesuai stadium dengan ditambahkan dosis kedua bensatin
penisilin G 2,4 juta unit I.M. dalam dosis tunggal setelah 1 minggu dosis
inisial terutama pada trimester ketiga dan untuk mereka yang menderita sifilis
sekunder selama kehamilan.
TOXOPLASMOSIS
A. Definisi
B. Etiologi
4
hidupnya diperantarai oleh sel inang ke intraselular inang dan kemudian
melakukan multiplikasi dan parasit ini mempunyai siklus hidup yang bersifat
obligat dengan fase seksual dan aseksual. Siklus seksual terjadi pada tubuh kucing
dan siklus aseksual terjadi pada berbagai inang antara yang sangat bervariasi.
Transmisi
Inang definitif yaitu kucing dan hewan berdarah panas lainnya dapat terinfeksi
melalui ookista yang tercerna dari daging mentah. Ookista ini kemudian akan
pecah dan berkembang menjadi bentuk yang invasif yaitu takizoit. Bentuk ini
kemudian secara aktif akan menyebar ke seluruh sel dan berproliferasi menginvasi
seluruh tubuh melalui pembuluh darah (Shakespeare 1998).
C. Patogenesa
5
menderita toksoplasmosis (Indrawati 2002). Bradizoit yang ada dalam jaringan
ataupun tropozoit yang lepas dari ookista akan melakukan penetrasi ke sel epitel
usus dan melakukan multiplikasi. Toxoplasma akan menyebar secara lokal pada
limfoglandula mesenterika usus dan melalui pembuluh limfe dan darah akan
menyebar ke seluruh organ. Sebelum organ lain menjadi rusak, nekrosis akan
terjadi lebih dahulu pada usus dan limfoglandula mesenterika, baru kemudian
terjadi focal necrosis terjadi pada organ lain.
Gejala klinis akan tampak segera setelah beberapa waktu jaringan mengalami
kerusakkan khususnya organ mata, jantung, dan kelenjar adrenal. Kejadian
nekrosis pada organ-organ tersebut diakibatkan oleh adanya multiplikasi
intraselular dari takizoit ( Dubey 1999 dalam Indrawati 2002). Limabelas sampai
85% populasi anak-anak didunia secara kronis terinfeksi oleh toxoplasma
dipengaruhi oleh kondisi geografi temperatur ataupun kelembaban (Fuentes 2001
dalam Indrawati 2002). Dengan adanya faktor kelembaban dan temperatur yang
sesuai ookista akan mampu bertahan beberapa bulan sampai lebih dari satu tahun.
Lalat, cacing, kecoak dan serangga lain mungkin dianggap sebagai agen mekanis
dalam penyebaran parasit ini. Faktor lain yang berpengaruh adalah umur, menurut
penelitian para ahli zoonosis, bahwa usia berpengaruh secara serologi pada orang
yang mengkonsumsi daging babi yang proses pemasakannya tidak sempurna dan
pada orang yang selalu menangani daging mentah.
Tingkat mortalitas dan morbiditas dari parasit ini cukup tinggi pada pasien yang
imunocompromise ( AIDS, kanker, transplantasi ) dan pada anak anak yang
tertular melalui ibunya ( Dubey 1999 dalam Indrawati 2002 ). Kondisi yang
muncul pada penderita imunocompromise tersebut biasanya berupa peradangan
selaput otak ataupun adanya abses yang sifatnya multiganda.
D. Gejala Klinis
6
dini (1 : 10 bayi yang terinfeksi) dengan ditemukan gejala infeksi mata,
pembesaran hati dan limpa, kuning pada mata dan kulit dan pneumonia,
ensepalopati dan diikuti kematian. Sedangkan pada bayi yang lahir normal, gejala
akan tampak setelah beberapa minggu, bulan atau tahun setelah lahir. Gejala ini
banyak dijumpai setelah usia pubertas misalnya adanya gangguan pada mata
sampai terjadi kebutaan, kegagalan pada sistem syaraf, gangguan pendengaran
(bisu-tuli), deman, kuning akibat gangguan hati,erupsi kulit, gangguan pernafasan
(Anonim 2001 dalam Indrawati 2002). Pada bentuk laten biasanya berupa
kerusakan psikomotor, konvulsi dan pembesaran kepala (hidrosepalus). Pada
penderita imunocompromise, yaitu penderita AIDS, kanker ataupun transplantasi
organ gejala akan cepat terlihat yaitu adanya gangguan sistem syaraf, encepalitis,
pembesaran limfoglandula, gangguan mata, pendengaran, gangguan pernafasan
dan gangguan jantung dan angka kematian pada penderita diatas cukup tinggi.
Masa inkubasi sampai menunjukka gejala klinis adalah 1-2 hari (Werner 2004).
E. Diagnosa
7
histopatologi. Metode diagnosa lain yang sering digunakan adalah dengan
menggunakan Indirect aemaglutination (IHA), Immunoflourescence (IFAT)
ataupun dengan Enzym mmunoassay (Elisa) (Figueiredo et al 2001 dalam
Indrawati 2002).
F. Pengobatan Toksoplasmosis
Berikut obat-obat :
1. Sulfonamida
8
Mekanisme kerja: bakteriostatik dengan menghambat sintesa asam folat
memblokade enzim yang membentuk asam folat dari PABA (para-aminobenzoic
acid). Sebagian menginaktivasi enzim-enzim lain bakteri seperti dehydrogenase
atau carboxylase yang berperanan pada respirasi bakteri. Karena beberapa bakteri
mempunyai cara tertentu untuk menyuplai asam folat, biasanya mula kerja dari
sulfonamida akan selalu lambat. Golongan sulfonamida adalah obat antiparasit
yang sangat lemah, tetapi mempunyai efek antiparasit sinergistik yang cukup baik
dengan pyrimethamine.
Efek samping yang paling sering adalah reaksi alergi, kerusakan ginjal karena
deposit dari kristal sulfonamida yang sukar larut dalam air, gangguan
gastrointestinal, risiko hiperbilirubinaemia pada kelahiran prematur, abnormalitas
jumlah darah, cyanosis, dan cholestatic jaundice (jarang).
2. Pyrimethamine
Untuk terapi infeksi toksoplasma, dosis oral untuk dewasa secara umum 50--
75 mg per oral sekali sehari, dikombinasi dengan 1--4 gram per hari sulfonamida,
selama 1 hingga 3 minggu. Kemudian kurangi dosis setiap obat setengah dosis
dari yang sebelumnya dan terapi dilanjutkan selama 4 hingga 5 minggu.
Efek samping yang paling sering adalah kerusakan sel-sel darah, khususnya
jika diberikan dalam dosis tinggi. Kekurangan asam folat akan memicu
agranulocytosis. Urtikaria dapat timbul selama terapi dengan pyrimethamine dan
dapat menjadi tanda awal dari efek samping yang lebih serius yaitu, Sindroma
Stevens-Johnson. Pyrimethamine harus digunakan sangat hati-hati pada
kehamilan (katagori kehamilan tipe C). Pada hewan percobaan, dijumpai adanya
efek teratogenik dan mutagenik. Pyrimethamine dapat menurunkan derajat
fertilitas.
9
3. Spiramycin (RovamycineR)
3. Aman bagi fetus. Spiramycin sedikit sekali kadarnya yang dapat masuk ke
janin. Oleh sebab itu, pada janin yang sudah terinfeksi toksoplasma, efek
terapi Spiramycin tidak akan maksimal. Spiramycin tidak dapat mencegah
kerusakan yang sudah terjadi pada janin sebelum terapi Spiramycin
dimulai.
10
4. Isoprinosine dan levamisol
11
Asam folinat 5 mg/dua hari, atau dengan pengobatan
kombinasi:
A. Definisi
Gonore (Gonorrhoea) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman
Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus gram negatif. Penyakit ini sering terjadi.
Infeksi umumnya terjadi karena aktivitas seksual secara genito-genital, namun
dapat juga melalui kontak seksual secara oro-genital dan ano-genital. Pada laki-
laki umumnya menyebabkan uretritis akut, sementara pada perempuan
menyebabkan servisitis yang mungkin saja asimptomatis.
12
B. Etiologi
Neisseria gonorrhoeae adalah kokus gram negatif, diameter 0,6-1,0 m,
biasanya terlibat berpasangan dengan sisi datar yang berdekatan. Organisme ini
sering kali ditemukan intraseluler dalam leukosit polimorfonuklear (neutrofil) dari
bahan eksudat pustular. Fimbriae, yang memainkan peranan yang penting pada
proses perlekatan, memanjang beberapa mikrometer dari permukaan sel.
Neisseria gonorrhoeaemempunyai membrane luar yang khastersusundari
protein, fosfolipiddanlipopolisakharida. LipopolisakharidaN.
gonorrheaedisebutsebagailipooligosakharida (LOS) selamapertumbuhannya.
Neisseria gonorrhoeae merupakan organisme yang relatif fragil, rentan
terhadap perubahan suhu, kering, sinar ultraviolet dan kondisi lingkungan lainnya.
Media yang berisi hemoglobin, NAD, ekstrak jamurdan suplemen lainnya
diperlukan untuk isolasi dan pertumbuhan organisme ini. Kultur tumbuh pada
suhu 35-36 oC, dan tambahan 3-10% CO2.
Patogenesis
Gonore pada dewasa sebagian besar ditularkan melalui kontak seksual.
Bakteri melekat pada sel epitel kolumnar, melakukan penetrasi dan
bermultiplikasi di basement membrane. Perlekatan ini diperantarai melalui
fimbriae dan protein opa (P.II). Bakteri melekat hanya pada mikrovili dari sel
epitel kolumnar yang tidak bersilia. Perlekatan pada sel epitel yang tidak bersilia
tidak terjadi. Setelah itu bakteri dikelilingi oleh mikrovili yang akan menariknya
ke permukaan sel mukosa. Bakteri masuk ke sel epitel melalui proses yang
dinamakan parasite-directed endocytosis. Selama endositosis, membran sel
mukosa menarik dan memetik sebuah vakuola yang berisikan bakteri. Vakuola ini
ditransportasikan ke dasar sel di mana bakteri akan dilepaskan melalui eksositosis
ke dalam jaringan subepitelial. Neisseria tidak dirusak dalam vakuola endositik
ini, tetapi tidak jelas apakah bakteri-bakteri ini bereplikasi dalam vakuola sebagai
parasit intraseluler. Proteinporin yang utama, P.I (Por) yang terdapat pada
13
membran luar merupakan protein yang memerantarai penetrasi pada sel hospes.
Masing-masing strain dari N.gonorrhoea hanya mengekspresikan satu tipe Por.
Dengan alasan yang tidak diketahui,beberapa gonokokus mampu bertahan
hidup dalam fagositosis, setidaknya sampai neutrofil mati dan melepaskan bakteri
yang di cerna.
D. Pemeriksaan Penunjang
14
Pengambilan spesimen
Pada pasien wanita dengan status sudah menikah dilakukan pemeriksaan in
spekulum. Pada pasien dengan status belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan hanya
diambil dengan sengkelit (ose) steril dari vagina dan uretra.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pengecatan Gram
Pengecatan gram adalah tes yang cepat dan tidak mahal.
Pada wanita dengan hasil kultur serviks yang positif, hasil pengecatan
gram dari endoserviks mempunyai sensitifitas 50-60% dan spesifisitas 82-
97%. Adanya lebih dari 30 sel PMN per high-power field dari hapusan
endoserviks mencerminkan adanya servisitis.
Sensivisitas dan spesifisitas pengecatan gram lebih rendah pada spesimen
endoservikal dan rektal.
2. Kultur
Kultur spesifikhapusan dari tempat infeksi merupakan kriteria standar
diagnosis dan juga dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan dengan
memperoleh informasi mengenai kerentanan antibiotik terhadap organisme
tersebut.
Kultur dari endoserviks melalui media selektif mempunyai sensitivitas 80-
90%.
Pada wanita dengan riwayat histerektomi dapat menggunakan kultur dari
uretra untuk membuat diagnosis.
Kultur sangat berguna pada saat diagnosis tidak jelas atau ketika terjadi
kegagalan pengobatan .
3. Tes nucleic acid amplification
Tes ini lebih sensitif dan spesifik daripada tehnik non-amplifikasi.
Didesain untuk memperkuat rangkaian DNA.
Untuk mendeteksi N.gonorrhoea pada spesimen hapusan uretra yang
diperoleh dari pria dan spesimen urine yang diperoleh dari pria dan wanita.
Tes ini lebih cepat dari kultur, lebih spesifik daripada immunoassay dan
tidak memerlukan viabilitas organisme.
4. Tes Lainnya
Florecin conjugated mononucleal antibodies
Enzyme-linked immunoassays
15
Polymerase chain reaction test
E. Diagnosis Banding
Infeksi Chlamydia
Vaginosis Bakterial
Mukopurulen servisitis
F. Tata laksana
Padaservisitis yang tidakadakomplikasi : (serviks, uretra, rectum dan faring)
Ciprofloxacin 500 mg oral dosis tunggal
Ofloxacine 400 mg oral dosis tunggal
Cefixime 400 mg oral dosis tunggal
Ceftriaxone 125 mg i.m dosis tunggal
G. Komplikasi
Pelvic Inflamatory Disease
Bartholinitis
H. Prognosis
Sebagian besar infeksigonorhememberikan respon yang cepat terhadap
pengobatan dengan antibiotik.
Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap.
16
HERPES SIMPLEKS VIRUS
A. Definisi
Merupakan ulkus pada genital yang disebabkan oleh virus herpes simplex
(HSV) Tipe 2.
B. Etiologi
Herpes Simpleks Virus tipe 2, namun akibat penyimpangan perilaku seksual
dapat juga terjadi akibat herpes simpleks virus tipe 1.
D. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan serologi
- isolasi virus
- Pemeriksaan dengan metode ELISA
E. Tata Laksana
-Asiklovir intravena 5 mg/kg
-Asiklovir 200 mg per oral
F. Prognosis
Penderita HSV dapat pulih setelah diterapi dengan antiviral secara dini.
Namun dibeberapa kejadian ada komplikasi HSV pada orang dewasa yaitu aseptic
meningitis, disfungsi sistem saraf autonom dan dapat pula menginfeksi bagian
tubuh lainnya terutama alat-alat dalam tubuh. Dan yang paling parah akan
17
menimbulkan komplikasi yang serius pada penderita dengan gangguan imunitas
bahkan bisa sampai mengakibatkan kematian
ISK
A. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih. Batasan
dalam bahasan kali ini adalah infeksi saluran kemih bagian bawah.
B. Epidemiologi
Pada wanita isidensi ISK sangat besar yakni 20-30% wanita di dunia pernah
mengidap ISK mengingat saluran uretra lebih lebar dan pendek. ISK Bawah
biasanya terjadi akibat pemasangan kateter dan lama pemasangan menjadi factor
risiko peningkatan penyakit ini. Pada perempuan hamil, ISK dengan bakteriuria
tanpa gejala terdapat risiko komplikasi perinatal seperti persalinan preterm hingga
pielonefritis di kemudian hari.
C. Patogenesis
D. Diagnosis
Biakan urin ditemukan 10-5 bakteri atau 10-4 dengan gejala nyata
E. Pencegahan
18
Menjaga hygine
Pada wanita yang mengidap ISK pasca coitus berulang dianjurkan menggunakan
antibiotic sebelum coitus
F. Tata Laksana
Trimetrophim Sulfametoxazole
Sebagai obat utama ISK karena focus pada saluran kencing. Tapi harus dihindari
pada kehamilan akibat efek teratogeniknya karena obat ini merupakan antagonis
asam folat yang pada trimester I kehamilan dibutuhkan untuk menunjang
organogenesis
Nitrofurantoin
Baik karena dapat mencapai konsentrasi tinggi di urin. Berbahaya bagi Ibu hamil
trimester III karena dapat menyebabkan anemia hemolisis
Amoksisilin
VULVITIS
B. Definisi
C. Etiologi
19
Faktor predisposisi: diabetes, obesitas, kehamilan, berdiri lama, periode
menstruasi, dll.
1. Akut : kemerahan hingga labia, panas, gatal, sensitivitas tinggi hingga sakit,
bengkak terkadang sampai kelenjar inguinal, discharge mukoprulen. Jika tidak
diobati vulvitis akut dapat menjadi supuratif dan gangren.
2. Kronis : gejala sama dengan akut hanya lebih ringan, tidak terlalu tampak
kemerahan dan bengkak hanya terasa panas dan sangat gatal.
D. Tata Laksana
KONDILOMA AKUMINATA
Di Amerika Serikat cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade
terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap tahun ada
500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika Serikat. Laporan lain
telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali lebih tinggi dalam dua
dekade terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual (PMS) di
Inggris, bahwa jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir
ini.Di negara Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan akhir-
akhir ini insidensi penyakit ini meningkat terus.Data rumah sakit di Indonesia
menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit
20
penular seksual, sesudah uretritis gonore dan non gonore.
A. Definisi
B. Etiologi
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV
tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam).HPV tipe 16,
18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat).HPV tipe 16 dan 18 seringkali
berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin).Masa
inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3
bulan).VPH (virus papiloma humanus) masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi
21
pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di daerah yang mudah
mengalami trauma pada saat hubungan seksual.Pada pria, tempat yang sering
terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang
pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll.
C. Patofisiologi
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV.Hal ini berpenetrasi melalui
kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan
tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut
fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi
terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma
akuminata.Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks,
perineum dan perineal.Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx,
larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain
yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan
keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi
subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan
onkogenik.
22
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak
tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat.
Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Gejala Klinis
a. Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel
(banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.
b. Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna
kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap.
c. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria,
misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara
uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di:
vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada
porsio uteri.
D. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang dengan:
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam
beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan
warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
2. kolposkopi
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini
terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-
kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
3. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop
cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang
memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.
23
E. Diagnosis Banding
1.Kondiloma lata atau kondiloma latum (pada sifilis).
2. Moluskum kontagiosum.
3. Veruka vulgaris.
4. Karsinoma sel skuamos
5. Rhabdomyolysis
F. Tata Laksana
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan
pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau
digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
24
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6
minggu atau
dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu.
b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-
turut.
9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi
(khitan).
G. Prognosis
Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang kadang dapat kambuh
setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit yang
masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit
kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang sudah positif
terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear juga. Test ini
juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif secara
seksual.
A. Definisi
Vaginosis Bakterial VB seringkali disebut sebagai vaginal bacteriosis adalah
penyakit pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. Oleh CDC-centre of disease
control tidak dimasukkan kedalam golongan IMS-Infeksi Menular Seksual . VB
disebabkan oleh gangguan kesimbangan flora bakteri vagina dan seringkali
dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis) atau infeksi trikomonas.
B. Etiologi
Pada vagina normal, terdapat sejumlah mikroorganisme ; diantaranya
adalah Lactobacillus crispatus danLactobacillus jensenii. Laktobasilus adalah
spesies penghasil hidrogen peroksidase yang mampu mencegah pertumbuhan
mikroorganisme vagina lain. Mikroorganisme yang terkait dengan VB sangat
25
beragam dan diantaranya adalahGardnerella vaginalis, Mobiluncus, Bacteroides,
dan Mycoplasma Perubahan dalam flora vagina normal antara lain adalah
berkurangnya laktobasilus akibat penggunaan antibiotika atau gangguan
keseimbangan pH sehingga terjadi pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain.
Meskipun VB berhubungan dengan aktivitas seksual, tidak ada bukti jelas
mengenai adanya penularan seksual. Pada pasien yang tidak memiliki aktivitas
seksual aktif dapat pula terjadi VB. VB merupakan gangguan keseimbangan
biologi dan kimiawi dari flora normal vagina. Penelitian akhir meneliti hubungan
antara pengobatan pasangan seksual dan eradikasi VB berulang. Ibu hamil dan
wanita dengan IMS memiliki resiko tinggi menderita VB. Kadang-kadang VB
terjadi pada pasien pasca menopause. Anemia defisiensi zat besi merupakan
prediktor kuat adanya VB pada ibu hamil.
C. Epidemiologi
Diperkirakan 1 dari 3 wanita terserang dengan VB dalam satu episode kehidupan
mereka 18
26
vagina dengan kriteria Hay/Ison atau Kriteria Nugent.10
Kriteria Hay/Ison : (Hay et al., 1994)
1. Bau khas fishy odor pada preparat basah yang disebut sebagai whiff
test yang dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxide-
KOH pada microscopic slide yang sudah ditetesi dengan cairan keputihan.
2. Hilangnya keasaman vagina. Seperti diketahui, bahwa untuk
mengendalikan pertumbuhan bakteri, pH vagina berkisar antara 3.8 4.2.
Pemeriksaan dengan kertas lakmus yang memperlihatkan adanya pH > 5
memperlihatkan terjadinya VB.
3. Adanya clue cells . Cara pemeriksaan adalah dengan meneteskan larutan
NaCl pada microscop slide yang telah dibubuhi dengan cairan keputihan. Clue
cell adfalah sel epitel yang dikelilingi oleh bacteria Clue Cell
E. Diagnosa Banding :
27
Keputihan normal.
F. Tata Laksana
Antibiotika
Metronidazole atau clindamycin peroral atau lokal adalah trerapi yang
efektif13 Namun angka kekambuhan juga cukup tinggi 6
Regimen medikamentosa umum adalah Metronidazol 500 mg 2 dd 1 (setiap 12
jam) selama 7 hari14 Dosis tunggal tidak dianjurkan oleh efektivitasnya erendah.
Tidak diperlukan terapi pada pasangan seksual.
F. Komplikasi
Meningkatnya kepekaan terhadap IMS termasuk infeksi HIV dan komplikasi pada
ibu hamil.
SERVISITIS
Diagnosis Klinis:
-dispareunia
-disuria
-perdarahan pervaginam
28
-nyeri panggul
SALFINGITIS
A. Definisi
B. Etiologi
Mual muntah, nyeri perut bagian bawah, perdarahan, nyeri koitus, demam >38OC,
nyeri tekan pada suprasimfisis, takikardi, peritonitis yang menyebabkan nyeri
tekan-lepas dan tanda-tanda ileus paralitik.
D. Pemeriksaan penunjang
Leukosit > 10.000 mm3, adanya bakteri diplococcus gram (-), kuldosentesisi
positif, USG akan menampilkan gambaran abses.
E. Klasifikasi
F. Penatalaksanaan
29
Pada pasien dengan derajat 1, bisa dilakukan penatalaksanaan rawat jalan dengan
memberikan antibiotik ampicilin (500mg tiap 6 jam selama 7 hari) atau
amoxicillin (500mg tiap 8 jam selama 7 hari). Selain itu juga dapat diberikan
analgetik atau antipiretik.
ABSES TUBOOVARIUM
A. Pengertian
a. Tuba adalah saluran (kamus kedokteran)
b. Tuba uterine/fallopi adalah saluran telur, berjalan di sebelah kiri dan sebelah
kanan sebuah dari sudut uterus ke samping, di tepi atas ligament lebar kea arah
sisi pelvis.
c. Ovarial adalah indung telur.
Ovarial/ovarium adalah alat kelamin wanita yang berbentuk biji kenali, terletak di
kanan dan kiri uterus di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uteri.
d. Abses adlaah rongga yang terjadi karena kerusakan jaringan/bengkak
B. Etiologi
30
a. Batasan
Abses Tuba Ovarial (ATO) adalah radang bernanah yang terjadi pada ovarium dan
atau tuba fallopi pada satu sisi atau kedua sisi adneksa
b. Gejala-gejala
Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan
Mual dan muntah, jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang
peritoneum
Kadang-kadang ada tanesmi adalah anum karena proses dekat rectum dan
sigmoid
Toucher :
Kadang-kadang ada penebalan dari tuba. Tuba yang sehat tak teraba.
C. Patofisiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu tuba dan atau
parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini bisa
terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologik
sebelumnya.
Mekanisme pembentukan ATO yang pasti sukar ditentukan, tergantung sampai di
mana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen
tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat yang purulen dari febriae dan
menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis
mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses
31
masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas
mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain
seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain.
Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan,
keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin
terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menghebat dapat terjadi pecahnya
abses.
E. Penatalaksanaan
ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakkukan laparatomi pasang drain
kultur nanah. Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III
dan metronidazol 2 X 1 gr selama 7 hari ( 1 minggu )
F. Prognosis
32
HIPERPLASI ENDOMETRIUM
A. Definisi
33
tanpa pendamping progesteron (unoppesd estrogen) akan menyebabkan penebalan
endometrium. Pada beberapa kasus sel-sel yang menebal ini menjadi tidak
normal yang dinamakan Hiperplasis atipik yang merupakan cikal bakal kanker
rahim.
B. Epidemiologi
C. Etiologi
Faktor Resiko
Risiko terjadinya kelainan Hiperplasia endometrium meningkat pada
wanita dengan factor sebagai berikut:
34
- Usia sekitar menopause.
- Menstruasi yang tidak beraturan atau tidak ada haid sama sekali.
- Overweight.
- Diabetes.
- Polycystic ovary syndrome.
- Mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron untuk mengganti estrogen
yang sudah tidak diproduksi lagi dan untuk mengurangi gejala dari
menopause
D. Pemeriksaan
35
- Terapi sulih hormon yang seimbang (estrogen plus progesteron).
- Jika haid tidak teratur (tidak tiap bulan ada), dapat diberikan
progesteron agar tidak terjadi penebalan endometrium. Pil KB yang
mengandung kombinasi estrogen-progesteron dapat memncegah
hiperplasia pada wanita dengan haid yang tidak teratur.
- Jika overweight, kurangi BB.
A. Pengertian
Kata Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang berati
bulan dan peusis artinya penghentian sementara yang digunakan untuk
menggambarkan berhentinya haid. Sebenarnya secara linguistic yang lebih tepat
adalah Menocease yang berarti berhentinya masa
menstruasi Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus
menstruasi berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan
B. Etiologi
Penyebab menopause adalah matinya (burning out) ovarium. Sepanjang
kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi
folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus ratus dan ribuan ovum
berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun,
hanya tinggal beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh
FSH dan LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila jumlah
folikel primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat
kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang
cukup untuk menyebabkan siklus ovulasi. Akibatnya, FSH dan LH (terutama
FSH) setelah itu dihasilkan dulu jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan
dalam jumlah subkritis dalam waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah
beberapa tahun, waktu sisa terakhir. Folikel primodial menjadi atretis,
pembentukan estrogen oleh ovarium turun sampai nol (Guyton, 2002, p.150)
36
3. Periode Menopause
a. Pre menopause (klimakterium)
1) Pengertian
Merupakan masa perubahan antara pramenopause dan pasca menopause.
Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. hari. Sebanyak 40% wanita
mengalami siklus haid yang anovulatorik.
37
perubahan fisik, pada tahap pre menopause terjadi pula pergeseran atau erosi
dalam kehidupan psikis pribadi yang
b. Menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat. Hingga pada
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang
dan haid tidak terjadi lagi. Yang berakhir dengan terjadinya menopause. Setelah
memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>35
mIU/ml). Perubahan dan keluhan psikologi baik fisik makin menonjol. Terjadi
pada usia 56-60 tahun
- Pada Fisik terjadi : ketidakteraturan siklus haid, gejolak panas, kekeringan
vagina, perubahan kulit, keringat dimalam hari, sulit tidur, perubahan pada mulut,
kerapuhan tulang, penyakit mulai muncul.
- Pada psikologis terjadi : Ingatan menurun, kecemasan, mudah tersinggung,
stress, depresi. Terjadi pada usia 56-60 tahun. Tanda tanda terjadinya menopause
antara lain Perdarahan, Rasa panas dan keringat malam, gangguan berkemih,
gejala emosional, perubahan fisik yang lain
c. Pasca Menopause
Adalah setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan
amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35mIU) dan kadar estradiol sangat
rendah (<30pg/ml). Rendahnya kadar estradiol mengakibatkan endometrium
menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi
d. Senium
Seorang wanita dikatakan senium bila telah memasuki usia
pascamenopause lanjut sampai usia >65 tahun.
Perubahan perubahan yang terjadi akibat berhentinya haid,sebagai
berikut :
a. Uterus
Uterus mengecil selain disebabkan oleh menciutnya selaput lender rahim (Atrofi
endometrium ) juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan
ikat antar sel.
b. Tuba falopi
38
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut ,
endosalping menipis, mendatar serta rambut getar dalam tuba (silia) menghilang
c. Ovarium (indung telur)
Semakin tua jumlah folikel primodial tersebut akan makin berkurang
sehingga siklus haid menjadi anovulasi
d. Serviks
Servik akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripea servikal
menjadi atropik, kanalis servikalis memendek.
POLIKISTIK OVARIUM
A. Definisi
B. Etiologi
Belum diketahui secara pasti penyebab dari polikistik ovarium, diduga terdapat
peran genetik.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. USG : ditemukan adanya massa dengan ukuran >2 cm berjumlah lebih dari 1.
E. Tata Laksana
39
Tujuan dari tata laksana adalah mengembalikan siklus haid menjadi normal,
memperbaiki fertilitas, serta menghilangkan gejala dan tanda hiperandrogenisme.
Tata laksana non farmakologi yang dapat dilakukan adalah menurunkan berat
badan. Tatalaksana farmakologis yang dapat dilakukan dengan pemberian
kontrasepsi progestin dengan dosis 150 mg IM tiap 6 minggy selama 3 bulan atau
20-40 mg per hari. Selain itu juga dapat diberikan anti androge dosis 100 mg/hari
pada hari 5-15 siklus haid. Pemberian GnRh juga menunjukkan pengaruh
perbaikan dengan memperbaiki sekresi LH sehingga tidak terbentuk folikel
prematur. Tindakan operatif dapat berupa ovarian wedge resection, laparoscopy
laser ovarian drilling, laparotomi serta histerektomi.
KEHAMILAN EKTOPIK
A. Definisi
Pada kehamilan normal, telur yang
sudah dibuahi akan melalui tuba falopi
(saluran tuba) menuju ke uterus
(rahim). Telur tersebut akan
berimplantasi (melekat) pada rahim dan
mulai tumbuh menjadi janin. Pada
kehamilan ektopik, telur yang sudah
dibuahi berimplantasi dan tumbuh di
tempat yang tidak semestinya.
Kehamilan ektopik paling sering terjadi
di daerah tuba falopi (98%), meskipun
begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga
abdomen (perut), atau serviks (leher rahim).
40
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang menyebabkan
besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya deteksi
dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami kehamilan ektopik. Kehamilan
ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan
pertama dari kehamilan. Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan
ini tidak bisa menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di
saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan
perdarahan yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami
kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya
risiko yang ditanggungnya.
B. Etiologi
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun
perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor
risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah :
1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15%
setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah
kehamilan ektopik kedua.
2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan
kontrasepsi spiral (3 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga
meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu
pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
3. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga
menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.
41
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba
diantaranya adalah :
- Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali
dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari
indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba,
dan penurunan kekebalan tubuh
- Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran
tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena
infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea Endometriosis : dapat
menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba
- Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah
panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung --> menyebabkan
parut pada rahim dan saluran tuba.
C. Tanda dan Gejala
Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti
kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah,
dan perabaan keras pada payudara.
D. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran rahim dalam masa
kehamilan dan merasakan perut yang keras.
- Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon -hCG. Pemeriksaan ini
diulangi 2 hari kemudian. Pada kehamilan muda, level hormon ini
42
meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari. Kadar hormon yang rendah
menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
- Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG
dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim,
saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain
-
E. Tata laksana
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui :
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker)
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada
obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi
Prognosis
Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat
mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan
untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan.
Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat
melalui operasi, seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui
saluran tuba sebelahnya namun kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %.
Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena perlekatan) maka
terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami gangguan juga.
Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka
kehamilan ektopik selanjutnya.
43