Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA PERILAKU KEKERASAN


DI RUANG RIPD RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Di Susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Di Susun oleh :

1. Ahmad Muarif ( 1205004 )


2. Fitri Wulansari ( 1105034 )
3. Ratna Sekar Sari ( 1205065 )
4. Tutut ( 1205092 )
5. Ulil Absor Al- Jazuli ( 1205080 )

AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA SEMARANG


TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat , taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua , sehingga
dalam kesempatan ini kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
Keperawatan Jiwa yang berjudul: Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
perilaku kekerasan
Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan jiwa.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna dan tidak lepas dari kekurangan , karena kurangnya pengetahuan
dan referensi yang kami dapatkan, sehingga kami memerlukan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya .
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
pengetahuan bagi para pembaca umumnya dan penyusun khususnya .

Semarang, Maret
2015

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PROSES TERJADINYA MASALAH
b. Tanda dan gejala
c. Etiologi
d. Asuhan Keperawatan
2. Pohon Masalah
3. Diagnosa Keperawatan
4. Tindakan keperawatan
A. Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Alasan Masuk
3. Faktor Predisposisi
4. Pemeriksaan fisik
5. Psikososial
6. Status Mental
7. Mekanisme Koping
8. Aspek Medis
9. Daftar Masalah Dan Pohon Masalah
A. Diagnosa Keperawatan
B. Prioritas Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Catatan Perkembangan
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku kekerassan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari
marah atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering
dipandang sebagai rentang dimana agresiv verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) disisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi,
perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini kan mempengaruhi perilaku
seseorang berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang
perillaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang
bagus (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di
ekspresikan dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga-tenaga professional (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa,
2012).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain atau secara fisik maupun psikologis
( Berkowitz dalam Hernawati 1993.
Hasil riset WHO dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 %, saat ini
gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %
(Dayly lost (1998) dalam Rasmun,2001).
WHO menyatakan satu dari empat orang di dunia mengalami masalah
mental atau jiwa.Who memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa. Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat Depkes) mengatakan angka itu menunjukan jumlah
penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu
dari empat penduduk indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, setress,
depresi, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja, sampai skizofrenia (Yosep,
2007).
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik ( Ketneret al., 1995 dalam Keliat, Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas, 2012).
Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien
dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-
tenaga profesional. .
Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa individu yang sakit
jiwa adalah aib dan memalukan, tidak bermoral bahkan tidak beriman.Pada
umumnya pasien gangguan jiwa di bawa keluarga ke rumah sakit jiwa atau unit
pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu merawat dan
terganggu perilaku pasien.
Masalah tindakan kekerasan perilaku agresi merupakan kejadian kompleks
yang bukan hanya mencakup aspaek perilaku (behavior) tapi merupakan suatu
problema kesehatan jiwa yang dapat dialami oleh siapapun. Fenomena social yang
terjadi beberapa tahun belakangan ini seperti krisis berkepanjangan, adakan
penduduk yang tidak merata karena sulitnya mencari kehidupan layak sehingga
penduduk melakukan migrasi (urbanisasi) ke wilayah yang lebih menjanjikan
pendapatan layak secara ekonomi seperti di negara Indonesia banyak terjadi PHK,
antara lapangan pekerjaan yang sedikit .
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan jiwa
yang salah satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk
menulis makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan,
guna membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang di
hadapi melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori dan memberikanAsuhan
Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku kekerasan
b. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Perilaku Kekerasan
c. Mahasiswa mampu mengetahui Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
d. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien dengan
perilaku kekerasanmeliputi pengkajian, pohon masalah, diagnosa keperawatan
serta tindakan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini,
perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu
(riwayat perilaku kekerasan).(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas,
2012)
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi
oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan,
baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun
nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau
orang lain ( Menurut Towsend dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku
yang dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan
barang-barang (Menurut Maramis dalam buku Yosep 2011).
b. Tanda dan gejala
Data subyektif :
1. mengatakan mudah kesal dan jengkel ,
2. merasa semua barang tidak ada harganya sehingga dibanting-banting.
( keliat, proses keperawatan kesehatan jiwa, 1998 )
Data obyektif :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Menegepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/ orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan
(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012).

Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya


adalah :
1. Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreatifitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala pada pasien data yang perlu dikaji
adalah :
masalah keperawatan data yang perlu dikaji
Subjektif
1. Klien mengancam.
2. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
3. Klien mengatakan dendam dan jengkel.
4. Klien mengatakan ingin berkelahi.
5. Klien menyalahkan dan menuntut.
6. Klien meremehkan.
Objektif
1. Mata melotot/pandangan tajam.
2. Tangan mengepal.
3. Rahang mengatup.
4. Wajah memerah dan tegang.
5. Postur tubuh kaku.
Perilaku kekerasan 6. Suara keras.
c. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a) Teori biologi
Beardasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku agresif, dimana jika
terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku) lobus frontal (untuk
pemikiran rasional), lobius temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan
memori) akan menimbulakn mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak
menyerang objek yang ada disekitarnya.
1) Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yamg akan mempengaruhi sifat agresif.
Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan
dan respons agresif.
2) Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun
jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karkotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-
orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
3) Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia menghalangi peningkatan
cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pkerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang
lebih mudah terstimulasi untul bersikap agresif.
4) Biochemistry faktor (Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmiter di otak
(epinephrin, norepinephrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya
stimulus dari luar tubuh yang di anggap mengancam atau membahayakan akan
dihantar melalui implus neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui
serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norephinephrin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebospinal vertebra dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
5) Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus temporal, sindrom
otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilesi ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b) Faktor psikologis
1) Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang(life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpusan
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cendurung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompesasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
yang rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
2) Imitation, modeling, and information processing theory:
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari madia
atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras pukulanya akan
diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihii dan mencium boneka
tersebut dengan reward positif pula (makin baik belainya mendapat hadiah
coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
3) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan
mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan
agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.
(Yosep, 2011)

Menurut Farida (2010)faktor predisposisi berdasarkan faktor psikologis


perilaku kekerasan meliputi :
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan untuk
maengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi PK.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyanangkan.
3) Frustasi
4) Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
c) Factor sosial budaya.
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau
kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada
kemusyrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin
menang sendiri.Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu
dengan maraknya demontrasi,film-film kekerasan, mistik tahayul dan perdukunan
(santet, teluh) dalam tayangan televisi (Yosep, 2011).
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respons yang dipelajari. Sesuai dengan teori menurut bandura
bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Factor ini dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan potdapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.(Wati, 2010).

c) Aspek Religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresifitas merupakan dorongan
dan bisikan syetan yang menyukai kerusakan agar menusia menyesal (devil
support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan yang dituruti masunia
sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan segera
dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (super ego) (Yosep,
2011).

2. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2011) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan sering kali berkaitan dengan:
a) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c) kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak
membisakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d) ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e) adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
f) kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik
berupa imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor
pencetus injury perilkau kekerassan adalah sebagai berikut(Wati, 2010) :
a) Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, mersa
terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c) Lingkungan: panas, padat, dan bising.

d. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap
stressor yang di hadapi oleh seseorang.Respons ini dapat menimbulkan kerugian
baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari
kerugian yang di timbulkan, penanganan pasien perilaku kekerasan perlu di
lakukan secara tepat dan cepat oleh tenaga yang professional(Wati, 2010).
Kaji Faktor predisposisi dan presipitasi, serta kondisi klien sekarang. Kaji
riwayat keluarga dan masalah yang dihadapi klien.
Jelaskan tanda dan geala klien pada tahap marah, krisis atau perilaku
kekerasan, dan kemungkinan bunuh diri.Muka merah, tergang, pandangan mata
tajam, mondar mandir, memukul, memaksa, irritable, sensitive dan agresif.
Fokus pengkajian pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi :
1) Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
psiritual.
a) Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, taki kardi, muka
merah, pupil menebal, pengeluaran urine meningkat. Paad gejala yang sama
dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti
rahang terkatuk tangan di kepel, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan
oleh energi yang di keluarkan saat marah bertambah.

b) Aspek emosional
Individu yang marah karena tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, ngamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
c) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran pasca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang selanjutnya di olah dalam proses intelaktual sebagai suatu pengalaman.
Perawat perlu mengkaji cara pasien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan
bagai mana informasi di proses, di klarifikasi dan di integrasikan.
d) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien sering kali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku orang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan
disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,
menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e) Aspek spiritual
Kepercayaan nilai moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang di manifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang
secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut; aspek fisik terdiri dari muka
merah, pandangan tajam, napas pendek, dan cepat, berkeringat sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
Aspek emosi: tidak adekuat, tidak aman, debdam, jengkel. Aspek intelektual :
mendominasi bawel , sarkasme, berdebat, meremehkan. Aspek sosial : menarik
diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang
ditampilkan klien. Hal ini dapat di analisa dariperbandingan berikut(Yosep,
2011) :
Aspek Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif Positif menawarkan Menyombongkan
pembicaraan merendahkan diri diri misalnya : saya diri, merendahkan
misalnya : bisakah mampu, saya bisa, orang lain, misalnya
saya melakukan hal anda boleh, anda : kamu pasti tidak
itu ? bisakah anda dapat. bisa, kamu selalu
melakukannya ?. melanggar, kamu
tidak pernah
menurut, kamu tidak
akan pernah bisa.
Tekanan suara Lambat. Mengeluh Sedang Keras ngotot
Menunduhkan Kaku condong
Posisi badan kepala Tegap dan santai kedepan
Menjaga jarak Siap dengan jarak
dengan sikap Mempertahankan akan menyerang
Jarak mengabaikan jarak yang nyaman orang lain
Loyo tidak dapat Mengancam, posisi
Penampilan tenang Sikap tenang menyerang
Mempertahankan
Sedikit/sama sekali kontak mata sesuai Mata meletot dan
Kontak mata tidak dengan hubungan dipertahankan
Format pengkajian pada pasien risiko perilaku kekerasan
Berikan tanda centang pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
Pelaku/ usia korban/usia
saksi/usia
1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ] [ ]
2. Aniaya seksual [ ] [ ] [ ][ ] [ ] [
]
3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
5. Tindakan criminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
6. Aktivitas motoric
[ ] lesu [ ] tegang [ ] gelisah [ ] agitasi
[ ] tik [ ] grimasen [ ] tremor [ ] kompulsif
7. Interaksi selama wawancara
[ ] bermusuhan [ ] kontak mata kurang
[ ] tidak kooperatif [ ] defensif
[ ] mudah tersinggung [ ] curiga
2. Pohon Masalah
Stuart dan Sundeen (1997) dalam buku Iyus Yosep, 20111
mengidentifikasikan pohon masalah perilaku kekerasan sebagai berikut :
Koping keluarga tidak efektif
Inefektif proses terapi
Berduka disfungsional
Isolasi sosial
Gangguan harga diri kronis
Perubahan persepsi sensori halusinasi
Perilaku kekerasan
Risiko tinggi mencederai orang lain
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan di tetapkan sesuai dengan data yang di dapat.
Diagnose keperawatan risiko perilaku kekerasan di rumuskan jika pasien saat ini
tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan
danbelum mempunyi kemampuan menecegah/mengendalikan perilaku kekerasan
tersebut.
Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan,
Menurut(Wati, 2010)Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Resiko cedera
2. Perubahan sensori dan persepsi: halusinasi
3. Koping individu inefektif
4. Tindakan keperawatan
Setelah menegakan diagnosa keperawatan perawat melakukan beberapa
tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.
Tindakan keperawatan pada pasien
Tujuan keperawatan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang di lakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan
6) Pasien dapat mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, social dan dengan terapi psikofarmaka
Tindakan keperawatan
1) Mengucapkan salam terapeutik
Dalam membina hubungan saling percaya pasien harus merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan
dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali ketemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang di rasakan pasien jika terjadi
penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekeraan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa di lakukan
pada saat marah :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan
6) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan yaitu
dengan cara berikut :
a) Fisik : pukul Kasur/ bantal, Tarik napas dalam
b) Obat
c) Social / verbal : menyatakan secar aserif rasa marahnya
d) Spiritual : beribadah sesuai keyakinan pasien
7) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik :
a) Latihan napas dalam dan pukul/ bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul Kasur/ bantal
8) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara social/ verbal :
a) Bantu mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dan meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
9) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual :
a) Bantu pasien mengendalikan marah secara spiritual : kegiatan ibadah yang biasa
di lakukan
b) Buat jadwal latihan ibadah dan berdoa
10) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan degngan patuh minum obat :
a) Bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara pemberian, benear dosis, dan benar obat) di
sertai penjelasan mengenai keguanaan obat dan akibat berhenti
b) Susun jadwal minum obat secara tertr
11) Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk mengendalikan perilaku
kekerasan.
(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012)
Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan keperawatan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah.
Tindakan keperawatan
1) Diskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentan perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
4) Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan.
5) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat.
6) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien jika pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
7) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan jika pasien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
8) Buat perencanaan bersama keluarga.
(Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012)
A. Evaluasi
Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan
perawat.Berikut merupakan table evaluasi pada pasien dengan perilaku
kekerasan (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 10 Maret 2015
Tanggal masuk : 5 Maret 2015
No. CM : 10.30.84
Ruang Rawat : RIPD
1. Identitas
a. Klien
Nama : Tn. R
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Pendidikan : SMA
Alamat : Semarang
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. M
Umur : 49 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta
Hub. dengan klien: Paman
Alamat : Semarang
2. Alasan Masuk
Keluarga mengatakan, klien 10 hari pasien mulai diam, bicara kacau, susah
tidur, mandi harus di suruh, 1 hari membentur badannya ke tembok, mengancam
bapaknya dan membentak. Kemudian oleh keluarga di bawa ke UGD RSJD dr.
Amino Gondho Hutomo dan di rawat diruang RIPD .
3. Faktor Predisposisi
Klien rawat inap pertama kali di RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang.
10 hari pasien mulai diam, bicara kacau, susah tidur, mandi harus di suruh, 1
hari membentur badannya ke tembok, mengancam bapaknya dan membentak.
Keluarga pasien mengatakan dulu pasien adalah seorang pemabuk. Keluarga
pasien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,5 C
Nadi : 80 x/menit RR : 18 x/menit
b. Antropometri
Berat badan : 50 kg Tinggi badan : 159 cm
c. Keluhan fisik : tidak ada keluhan
5. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :
= Laki-laki

= perempuan

= tinggal serumah

= klien

= orang terdekat

Dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti klien, klien
tinggal serumah dengan kedua orang tua dan seorang adik perempuannya,
hubungan dengan anggota keluarga baik, komunikasi terbuka, jika ada masalah
pengambil keputusan adalah ayah klien sebagai kepala rumah tangga.
b. Konsep Diri
1) Citra Diri
Klien merasa puas dengan anggota tubuhnya yang normal, terutama bentuk
tubuh.
2) Identitas Diri
Klien Mengatakan dia seorang perempuan berusia 23 tahun, belum menikah,
belum memiliki pekerjaan tetap.
3) Peran Diri
Klien aktif dalam mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong
dan pemuda.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat
pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang sukses.

5) Harga Diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di
percaya adalah ibunya.

Masalah Keperawatan : koping individu tidak efektive


c. Hubungan Sosial
a) Orang yang terdekat
Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ibunya,
apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam
keluarganya ibu adalah orang yang dipercaya oleh klien.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Keluarga klien mengatakan dalam masyarakat klien mengikuti kegiatan
gotong royong,, pemuda.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Keluarga klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain, setelah di rumah sakit hubungan klien dengan klien yang satu tidak ada
masalah.
d. Spiritual
Klien beragama islam, Klien saat di rumah sakit tidak rutin beribadah.
6. Status Mental
a. Penampilan Klien
Kebersihan dan kerapian cukup terawat, kebersihan kulit terjaga, gigi dan
mulut tampak bersih.
b. Pembicaraan
Kontak mata klien tidak bisa dipertahankan,mata melotot, bicara kacau,
klien berbicara berbelit-belit tetapi dapat menjawab pertanyaan perawat.
c. Aktivitas Motorik
Klien gelisah, tidak bisa tenang, klien suka mondar-mandir, dan tangan
mengepal.
d. Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan.
e. Afek
Emosi klien terlihat labil
f. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata tidak dapat dipertahankan, tatapan mata tajam, suara keras,
muka memerah dan tangan mengepal.

g. Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.
h. Proses Pikir
Klien berbicara berbelit-belit tetapi dapat menjawab pertanyaan perawat
( Sirkumstansial ).
i. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat sesuai.
j. Memori
Klien ingat yang membawanya ke RSJ, klien masih ingat siapa saja
saudaranya.
k. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung sederhana 5+5=10, 2x5=10
l. Kemampuan penilaian
Klien dapat mengambil keputusan sederhana seperti menentukan untuk
makan atau mandi terlebih dahulu.
m. Daya Tilik diri
Klien tahu bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar
cepat sembuh.

7. Mekanisme Koping
Klien mengatakan jika ada masalah klien memendamnya sendiri dan
berusaha menyelesaikannya sendiri, klien mampu berkomunikasi dengan orang
lain.
8. Aspek Medis
Diagnosa medis

Therapy

9. Daftar Masalah Dan Pohon Masalah


a. Daftar masalah:
1) Prilaku kekerasan
2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3) Disstres spiritual
4) Deficit perawatan diri

b. Pohon masalah
Akibat Resiko menciderai diri dan orang lain
Cord Problem Perilaku kekerasan

Penyebab Koping Individu Tidak Efektif

Analisa Data
N MASALAH
o DATA FOKUS KEPERAWATAN TTD
Subyektif :
- Keluarga mengatakan klien di
rumah suka menyendiri, jika
keinginan klien tidak terpenuhi klien
bicara dengan nada keras dan kasar,
marah marah, mengancam dan
mengumpat dengan kata-kata kotor.
Obyektif :
- Kontak mata tidak bisa
dipertahankan, Tatapan mata tajam
- Bicara cepat dan suara keras
- Gelisah
- muka memerah
- tangan mengepal.

1. Perilaku kekerasan
Subyektif:
- klien mengatakan saat mempunyai
masalah dipendam sendiri, tidak
mau bercerita.
Obyektif:
- pasien tidak banyak bicara, pasien
berdiam diri
Koping Individu
Tidak Efektif

Subyektif :
- klien tidak mau mandi.
Obyektif :
- klien tampak kotor, rambut tidak
rapi.
2. Deficit perawatan diri
A. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Deficit perawatan diri.
B. Prioritas Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
C. Intervensi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN
Nama Klien : ................................... Dx
Medis : ..............................
No CM : ....................................
Ruangan : ..............................

No Perencanaan
Tgl Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi

1. Setelah ...X pertem


klien menunjukan ta
TUM : tanda percaya ke
klien dapat mengontrol perawat :
perilaku kekerasan o Wajah cerah, tersenyum
o Mau berkenalan
TUK : o Ada kontak mata
Risiko Perilaku1. Klien dapat membinao Bersedia mencerit
Kekerasan hubungan saling percaya perasaan
2. Klien dapat2. Setelah ....X pertem
mengidentifikasi penyebab klien mencerit
penyebab per
kekerasan
dilakukannya :
o Menceritakan peny
perasaan jengkel/kesal
perilaku kekerasan yang dari diri sendiri ma
dilakukannya lingkungannya

3. Setelah ...X pertem


klien menceritakan ta
tanda saat terjadi per
kekerasan
o Tanda fisik :mata m
tangan mengepal, eks
tegang, dan lain-lain
o Tanda emosional : pera
marah, jengkel, bicara k
3. Klien dapato Tanda sosial : bermus
mengidentifikasi tanda-tanda yang dialami saat te
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
4. Klien dapat4. Setelah ...X pertem
mengidentifikasi jenis klien menjelaskan :
perilaku kekerasan yango Jenis-jenis eks
kemarahan yang selam
telah dilakukannya
o Perasaannya saat melak
kekerasan
o Efektifitas cara yang dip
dalam menyelesai
pernah dilakukannya masalah
5. Setelah ...X pertem
klien menjelaskan:
o Diri sendiri : luka, dij
teman, dll
o Orang lain/keluarga :
5. Klien dapat tersinggung, ketakutan,
mengidentifikasi akibato Lingkungan : barang
perilaku kekerasan benda rusak, dll
6. klien dapat6. setelah ....X pertem
mengidentifikasi cara klien :
konstruktif dalamo menjelaskan cara-cara s
mengungkapkan kemarahan mengungkapkan marah
7. klien dapat7. setelah ....X pertem
mendemonstrasikan cara klien memperagakan
mengontrol perilaku mengontrol per
kekerasan kekerasan
o fisik : tarik nafas da
memukul bantal/ kasur
o verbal : mengungka
perasaan kesal/jengkel
orang lain tanpa menyak
o spiritual : dzikir/
meditasi sesuai agamany
8. klien mendapatkan8. Setelah ...X pertem
dukungan keluarga untuk keluarga :
mengontrol perilakuo Menjelaskan cara mer
kekerasan klien dengan per
kekerasan
o Mengungkapkan rasa
dalam merawat klien
9. 1 Setelah ...X pertem
klien menjelaskan :
o Manfaat minum obat
o Kerugian tidak minum o
o Nama obat
o Bentuk dan warna obat
o Dosis yang diber
kepadanya
o Waktu pemakaian
o Cara pemakaian efek
dirasakan
9. klien menggunakan obat 9.2 Setelah ...X pertem
sesuai program yang telah klien menggunakan
ditetapkan sesuai program
D. Implementasi
NoDx Implementasi

Selasa,
10 maret 2015
Jam 09.00 WIB
- Membina hubungan saling percaya
- Mendiskusikan tentang penyebab marah
- Mengidentifikasi tanda dan gejala marah
Jam 12.30 WIB
- Memvalidasi perasaan dan masalah klien
- Mengidentifikasi marah yang dilakukan
- Mendiskusikan akibat marah
- Mengajarkan cara mengontrol marah
- Melatih cara mengontrol marah fisik 1 (nafas dalam)
1 - Membimbing klien menuliskan kegiatan ke dalam jadw
E. Catatan Perkembangan
No
.
Dx Catatan Perkembangan TTD
1 Sabtu, 14 Maret 2015
Jam 11.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sudah bisa mengontrol marah
- Klien mengatakan sudah tidak jengkel
- Klien mengatakan jika merasa jengkel dirinya akan
melakukan cara mengontrol marah yang telah diajarkan
perawat yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal
- Klien mengatakan akan meminta, menolak dan
mengungkapkan sesuatu dengan baik tanpa marah-marah
- Klien mengatakan akan minum obat teratur
- Klien mengatakan sekarang sering berdoa dan sholat

O:
- Klien tampak tenang,
- Wajah sudah tidak tegang,
- Nada bicara tidak keras,

A:
Secara umum kemampuan klien sudah baik karena sudah
sampai ke tahapan kognitif, psikomotor dan afektif.
P:
Perawat :
- Pertahankan cara mengungkapkan marah secara asertif
- Pertahankan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif
klien
Klien :
- Lakukan apa yang telah diajarkan perawat
- Ungkapkan marah secara asertif
Masukan kedalam jadwal kegiatan harian
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di
ekspresikan dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga-tenaga professional.
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol. Dengan tanda dan gejala meliputi : Muka merah dan tegang,
pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, menegepalkan tangan , jalan
mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam
secara verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/ orang lain, merusak
barang atau benda, tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan
perilaku kekerasan.

B. Saran
1. Hindarkan klien dari faktor predisposisi maupun presipitasi yang bisa
menyebabkan perilaku kekerasan
2. Beritahu keluarga untuk membantu klien selama masa penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.


Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC.
Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.

Anda mungkin juga menyukai