1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
(WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari
klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic.(Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu,
maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam
mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman,
gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat
memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di
dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan
lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009
meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang
lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat
(konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap
perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau
binatang (proyeksi).
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat
dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat
dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis Data objektif Data subjektif
halusin
asi
Halusinasi - Bicara atau tertawa - Mendengar suara atau
dengar sendiri kegaduhan
- Marah-marah tanpa - Mendengar suara
sebab yang bercakap-cakap
- Menyedengkan - Mendengar suara
telinga kearah menyuruh melakukan
tertentu sesuatu yang
- Menutup telinga berbahaya
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk - Melihat bayangan,
Penglih kearah tertentu sinar, bentuk
atan - Ketakutan pada geometris, bentuk
sesuatu kartoon, melihat
Yang tidak jelas hantu atau monster
Halusinasi - Menghidu seperti - Membaui bau-bauan
penghi sedang membaui sperti bau darah, urin,
du bau-bauan tertentu feces, kadang-kadang
- Menutup hidung bau itu
menyenangkan
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seprti
pengec - Muntah darah, urin atau feces
apan
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada
Perabaan permukaan kulit serangga
dipermukaan kulit
- Merasa seperti
tersengat listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam?
Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau
hanya sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.
Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien.
Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Menurut Yosep, 2009
Akibat
Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan
Masalah utama
Isolasi sosial
Penyebab
Harga diri rendah
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah
5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan
yang masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi Pasien Keluarga
Sp1 SP 1 k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien masalah yang
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien dirasakan keluarga
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi dalam rawat pasien
pasien 2. Menjelaskan
5. Mengidentifikasi situasi yang pengertian, tanda
menimbulkan halusinasi dan gejala
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi, dan jenis
halusinasi halusinasi yang
7. Mengajarkan pasien menghardik dialami pasien
halusinasi beserta proses
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara terjadinya.
menghardik halusinasi dalam jadwal 3. Mejelaskan cara-
kegiatan harian cara merawat pasien
SP II p halusinasi
1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian SP II k
pasien 1. Melatih keluarga
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi mempraktekkan
dengan cara bercakap-cakap dengan cara merawat pasien
orang lain. dengan halusinasi
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam 2. Melatih keluaraga
jadwal kegiatan harian melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
halusinasi
SP III k
SP III p 1. Membantu keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian membuat jadwal
pasien kegiatan aktifitas di
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi rumah termasuk
dengan melakukan kegiatan (kegiatan minum obat
yang biasa dilakukan pasien) 2. Menjelaskan follow
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam up pasien setelah
kegiatan harian pulang
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
kegiatan harian
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah
masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah
yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan : SD Tidak Tamat
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 14918
4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat,
status perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien
berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam
keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat
pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ
Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk
rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.
5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c. Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e. Afek pasien
Tidak ada gangguan
f. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan
pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul
pada malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat
seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien
memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya
dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j. Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil
keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.
7. MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain
8. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skisofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab
B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi sensorik :
- Pasien mengatakan melihat halusinasi penglihatan
bayangan hantu laki-laki
yang ingin memeluknya
DO :
- Pasien pernah dirawat
sebelumnya namun kurang
berhasil karena putus obat
- Pasien takut
2. DS : Defisit perawatan diri
- Pasien mengatakan merasa
lemah
- Pasien
mengatakan lelah untuk
beraktifitas
DO :
- Penampilan kurang Rapi
- Rambut jarang disisir
3. - Gigi tampak kotor dan bau Isolasi sosial
- Kuku kaki kotor
DS :
- Pasien mengatakan sendiri
pada malam hari
- Pasien mengatakan kesepian
pada malam hari
DO :
- Pasien tampak sedih dan
murung
C. POHON MASALAH
Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :
halusinasi penglihatan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri
DIAGNOSA
NO KEPERAWAT TUJUAN KRITERIA EVALUASI INT
AN
1 Gangguan TUM
persepsi Setelah diberikan
sensorik : tindakan
halusinasi keperawatan selama
penglihatan. 3 hari, pasien dapat
DS : mengontrol
- Pasien halusinasi.
- Ekpresi wajah bersahabat, 1.
mengatakanme TUK
menunjukkan rasa senang,
lihat bayangan 1. Pasien dapat
ada kontak mata, mau
hantu laki-laki membina hubungan
berjabat tangan, mau
DO : saling percaya
menyebutkan nama, mau (Sa
- Pasien pernah
menjawab salam, mau
dirawat
duduk berdampingan
sebelumnya
dengan perawat, dan mau
namun kurang
mengutarakan masalah
berhasil karena
yang dihadapinya.
putus obat
- Pasien dapat menyebutkan
2. Pasien dapat waktu, isi, dan frekuensi
mengenal timbulnya halusinasi
halusinasinya
2.1
2.2
- Pasien dapat
mendemonstrasikan cara 2.3
3. Pasien mengontrol halusinasi
dapatmengontrol
halusinasinya
2.4
- Pasien dapat
mendemonstrasikan
4. Pasien dapat kepatuhan minum obat
memanfaatkan obat untuk mencegah halusinasi
3.1
dengan baik
3.2
3.3
3.4
3.5
4.1
4.2
4.3
4.4
2. Defisit pearawatan TUM
diri pasien dapat
mandiri dalampera
watan diri
- menunjukkan tnada-tanda 1.
TUK :
percaya kepada perawat :
1. Pasien dapt
Wajah cerah, tersenyum
membina hubungan
Mau berkenalan
saling percaya
Ada kontak mata (Sa
dengan perawat
- Pasien dapatmenyebutkan
:
2. Pasien mengetahui Penyebab tidak merawat
pentingnya diri, Manfaat menjaga
perawatan diri perawatan diri, Tanda-
tanda bersih dan rapih
- Pasien menyebutkan 2.
frekuensi menjaga dan
3. Pasien mengetahui pasien dapat menjelaskan
cara-cara cara perawatan diri
melakukann :Frekuensi gosok
perawatan diri gigi,Frekuensi
berhias/berdandan,Frekuen
si gunting kuku
3.2
5.1
5.2
E. Implementasi Keperawatan
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI EV
TANGGAL
1. Selasa, 18 Juni 2013 SP 1
08.00 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany Porong, bisa di
panggil Titie adalahmahasiswa Keperawatan yang
praktek di RS ini selama 3 hari dan ini adalah hari
peratama saya praktek disini. Nama anda ? dan
senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena ses disini ingin
membantu Nn. R untuk memberikan solusi dari
masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi saya melihat
bayangan laki-laki yang ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-bincang
sebentar ? Nn. R mau ? Nn. R mau didalam atau
diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang-binang tentang
halusinasi penglihatan yang Nn. R alami. Maunya
berapa lama ?
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah
halusinasi. Nn. R tau apa itu halusinasi ? 08
PS : tidak ses S
SP1
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P: Selamat Pagi. Kenalkan nama saya Christiany
Porong mahasiswa Poltekkes Jurusan
Keperawatan yang praktek di RS ini selama 3 hari
mulai dari hari ini sampai tanggal 20 Juni
2013. Nama Nona siapa ? Senang dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama panggilan
Rina.
P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah mandi
dan gosok gigi ?
Kamis, 20 Juni 2013
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi, tidak
08.30
ada sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang kebersihan diri tujuannya untuk R
dapat mengetahui jenis-jenis kebersihan diri,
sehingga tidak terserang penyakit. Pertama
yaitumandi. Sebelum diajarkan Berapa lama kita
berbicara ? 20 menit ya ? Mau dimana ? disini aja
ya di ruang tengah. Setuju ?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
P : Berapa kali R mandi dalam sehari? Menurut R
apa kegunaannyamandi ? Menurut R apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?
Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat
diri dengan baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi, alasannya
tidak ada sikat gigi, agar gigi bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri
terutama gigi masalah apa menurut R yang bisa
muncul ?
08
PS : gigi ompong.
S
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan mengajarkan
cara gosok gigi yang benar sesuai janji kita 20
menit. Baiklah caranya . Pertama, kumur-kumur
dengan air bersih. Lalu oleskan pasta gigi ke sikat
gigi. Gosok gigi dengan sikat gigi dari atas ke
O
bawah beberapa kali, lalu gosok kesisi depan gigi
sampai kebelakang gigi, depan gigi dan bagian
dalam gigi, tengah-tengah gigi juga. Lalu buang
A
busa atau cairan dari gosok gigi tadi. Dan terakhir
kumur-kumur 2-3x. Apa R bisa mengerti? Coba di
P
praktekkan kembali ?
PS : R dapat mempraktekkan kembali.
P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi kita
masukkan ke jadwal kegiatan harian,setelah
makan pagi dan makan siang jam 8 pagi dan jam
2 siang. Setuju ?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
P: bagaimana perasaan R saat berbincang-bincang
tadi, coba R jelaskan dan mempraktekkan kembali
cara menggosok gigi dengan benar. R dapat
melakukannya dengan baik, baiklah pertemuan
kita sampai disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat
dan mempraktekkan perawatan diri yang kedua
dan ketiga yaitu berdandan/berhias dengan gunting
kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20
menit saja?
di mana R mau berbincang-bincang dengan saya
besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana kalau besok kita
melakukannya di ruangan tengah ini lagi ?selamat
pagi sampai jumpa besok.
SP 2
Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih ingat dengan saya?
PS : Masih suster Titie
P : Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ? masih
ingat dengan yang kemarin R lakukan? sesuai
dengan janji kita kemarin, hari ini R akan
melakukan perawatan diri yang kedua yaitu
berdandan/berhias sesuai dengan kesepakatan kita
kemarin, kita akan melakukannya selama 20
menit, kesepakatan kita kemarin Kita akan
melakukannya di ruang tengah, Agar tubuh tetap
terawat apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
P : Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan kepada
saya bagaimana cara menggosok gigi sesuai yang
kemarin dijelaskan dan dipraktekkan ?
PS : pasien dapat mempraktekkan dengan benar
P : Hebat, R dapat melakukannya dengan baik...
sekarang, mari kita mempraktekkannya perawatan
diri yang kedua berdandan/berhias.
Caranya siapkan sisir, bedak, dan kaca. sisir
rambut, kemudian mulai berdandan sesuai yang
dinginkan. Ketiga menggunting kuku kaki,
caranya siapkan alat gunting kuku, kemudian
gunting kuku dari ibu jari samapi jari kelinci.
bagaimana masih bisa ???
PS : R dapat mempraktekkannya meskipun masih
malu.
P : Bagus... R dapat mempraktekkan dengan
baik..bagaimana kalau kegiatan di masukkan
kedalam jadwal kegiatan harian?apabila kuku R
mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah kita berbincang-
bincang tadi?
Apa-apa perawatan yang telah dilakukan ?
PS : iya suster, menggosok gigi, berdandan/berhias
dan menggunting kuku.
P : bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan 3
perawatan diri yang telah diajarkan, Baiklah...
pertemuan hari ini kita akhiri. Nanti kita bertemu
lagi di lain waktu karena ses sudah selesai praktek
disini yah