Anda di halaman 1dari 6

PENDAPAT TENTANG KELOMPOK ANTI-PANCASILA

DI INDONESIA

UJIAN TENGAH SEMESTER


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

PENDIDIKAN PANCASILA

Yang diampu oleh Ibu Rani Prita Prabawangi, S.Hub.Int,M.Si

Oleh :

Maftuchul Himam Al Kautsar 160514610103

Moh.Dedy Indra Setiawan 160514610063

Maulana Ahsanul Mubarok 160514610076

Muhamad Rifki Ardiansyah 160514610042

Muhamad Chairil 160514601722

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


OFFERING E2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2016
Kelompok kami setuju untuk membubarkan kelompok anti-pancasila
karena gerakan tersebut akan menjadi ancaman bagi eksistensi bangsa Indonesia
sendiri. Kelompok yang cenderung secara ekstrem anti terhadap Pancasila serta
melawannya dengan cara-cara kekerasan akan menimbulkan ancaman yang sangat
serius jika tidak ditanggapi dengan serius oleh pemerintah.Utamanya kelompok-
kelompok yang ingin memecah belah NKRI, yang bersifat sepihak dan sejak awal
memang berasumsi negatif terhadap Pancasila.

Kelompok radikal anti Pancasila termasuk berbahaya karena menghalalkan


segala macam cara untuk mencapai tujuannya seperti yang dilakukan para pelaku
terorisme selama ini. Padahal pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Islam. Bahkan dua tokoh Islam, yakni Wahid Hasyim dari NU dan Kahar
Muzakkir dari Muhammadiyah, turut menandatangani Piagam Jakarta yang
menjadikan Pancasila sebagai landasan dan dasar negara. Sehingga tidak etis bila
mengatasnamakan islam untuk melawan pancasila karena nilai-nilai pancasila
memang tidak ada yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam sama sekali. Jika
ada suatu organisasi yang membenci ataupun menentang ideologi pancasila maka
organisasi tersebut haruslah dibubarkan dengan maksud agar tidak terjadi
perpecahan pemahaman serta keyakinan baru di negeri ini.

Adapun salah satu ormas yang akan kita jadikan contoh dan kita bahas
adalah salah satu yang disebut-sebut sebagai penentang pancasila yaitu Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI). Bagi sebagian umat Islam, retorika Hizbut Tahrir tentang
mengembalikan kejayaan Islam melalui sistem kepemimpinan Khalifah mungkin
terkesan menarik. Namun kalau dipelajari, sistem pemerintahan yang ditawarkan
sebenarnya mengandung banyak persoalan serius. Berikut sejumlah cacat pikir
sistem Khalifah yang ditawarkan HT :

Pertama, HT memutlakkan konsep Khalifah sebagai satu-satunya model


pemerintahan dalam Islam. Dalam konsep ini, HT tidak percaya bahwa Indonesia
boleh berdiri independen sebagai sebuah negara. HT percaya bahwa kaum muslim
Indonesia harus tunduk pada pemerintahan Khalifah dunia Islam di bawah
seorang Khalifah yang mungkin saja berada di negara lain (misalnya di Arab
Saudi atau di Iraq atau di tempat lain). Pemimpin pemerintahan di Indonesia harus
tunduk pada Khalifah itu.

Kedua, sebagai konsekuensi dari pandangan pertama, HT tidak percaya


pada konsep Negara Kesatuan RI yang berdaulat. Indonesia adalah bagian dari
Khalifah Islam. Indonesia adalah semacam negara bagian dari Khalifah. Bila
Indonesia menolak keputusan Khalifah, pemimpin di Indonesia bisa diganti.
Lebih buruk lagi, bila Indonesia tetap menolak setelah ada ancaman sanksi oleh
Khalifah, Indonesia bisa diperangi.

Ketiga, HT tidak percaya pada Pancasila, pada UUD 45 dan segenap


rujukan konstitusi negara Indonesia. HT tidak percaya pada demokrasi, tidak
percaya pada pemilu. Bila saat ini HT menerimanya, itu hanya untuk sementara.
Dalam bayangan HT, suatu saat nanti Indonesia harus diubah menjadi menjadi
bagian dari Khalifah Islam.

Keempat, HT menomorduakan warga non-Islam. Dengan kata lain, HT


diskriminatif. Dalam konsep Khalifah Islam yang dibayangkan HT, kaum non-
Islam adalah warga kelas dua. Melalui jargon izzul Islam wal muslimin (kejayaan
Islam dan orang-orang Islam), HT menganakemaskan kelompok Muslim seraya
menganaktirikan kelompok yang lain. Ini tidak berarti warga non-Islam tidak
mendapat pelayanan pendidikan, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Tapi kaum
non-muslim tidak memiliki hak politik yang sama, misalnya dalam hal memilih
pemimpin.

Kelima, dalam sistem Khalifah yang dibayangkan HT, kalaulah ada partai
politik, maka partai politik itu haruslah berupa partai politik Islam. Kalaulah ada
pemilu, pemilu tersebut hanya boleh diikuti umat Islam.

Keenam, pemilu pada dasarnya hanyalah pilihan terakhir. Yang ideal


dalam pola pemilihan pemimpin adalah pemilihan melalui keputusan organisasi
semacam majelis alim-ulama yang mempersatukan para ulama dan cerdik pandai.
Dalam hal ini setiap negara yang menjadi bagian dari sistem Khalifah (misalnya
saja Indonesia, Malaysia, Brunei, Iraq dan seterusnya) akan mengajukan nama
para calonnya yang akan ditetapkan semacam Majelis Sentral Alim Ulama di
pusat Khalifah.

Ketujuh, HT tidak percaya pada parlemen yang mengendalikan Khalifah


dan pemerintah. Dalam konsep HT, begitu seorang pemimpin terpilih dan dibaiat
(disumpah), seluruh rakyat dalam sistem Khalifah harus tunduk dan percaya
padanya. Si pemimpin kemudian harus menjalankan kepemimpinan dengan
senantiasa merujuk pada Syariah. Ialah yang menunjuk para pembantunya,
termasuk menunjuk pemimpin di setiap daerah yang menjadi bagian dari sistem
Khalifah.

Kedelapan, dalam konsep ini seorang Khalifah tidak memiliki batas


waktu kepemimpinan. Dia baru diganti kalau wafat, tidak lagi melandaskan
kepemimpinannya pada Syariah atau memimpin dengan cara yang zalim. Bila ia
melanggar Syariah, ia boleh ditumbangkan dengan kekerasan.

Kesembilan, selama ia masih memimpin berdasarkan Syariah, keputusan


Khalifah tidak boleh tidak dituruti. Rakyat dan para alim ulama, kaum cerdik
pandai, bisa saja memberi masukan, namun keputusan terakhir da di tangan
Khalifah. Mereka yang berani tidak taat akan dianggap sebagai melakukan
pembangkangan. Dan mereka yang membangkang bisa dihukum mati.

Kesepuluh, HT anti-keragaman hukum. HT menganggap tidak perlu ada


UU yang dibuat oleh para wakil rakyat. HT percaya Syariah saja sudah cukup.
Namun bila memang ada kebutuhan untuk mengeluarkan peraturan, Khalifah dan
pembantu-pembantunya dapat saja membuat peraturan yang mengikat seluruh
warga.

Contoh ormas yang kedua ialah FPI (Front Pembela Islam). Berikut hal-
hal yang berkaitan dengan FPI yang membawa ancaman bagi kedaulatan bangsa
Indonesia dan pancasila:

Pertama, mengeluarkan fatwa yang membuat kontroversi. Front Pembela


Islam mendukung fatwa Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS) adalah kesehatan haram atau tak sesuai
syariat. Menurut FPI, sistem yang diterapkan BPJS tak beda dengan bisnis
asuransi.

Kedua, FPI menghasut warga bali agar tolak ajang mis word. FPI mengaku
siap menggelar demo turun ke jalan sebagai bentuk aksi penolakan terhadap
penyelenggaraan Miss Word 2013 di Indonesia. Hal itu diutarakan oleh ketua FPI
Habib Rizieq Shihab dalam orasinya di peringatan Milad ke-15 FPI di
jl.Petamburan III, minggu (25/8/2013). Kemudian Habib Rizieq juga berpesan
pada pengurus DPD FPI di Jawa Timur, Madura, hingga ke Banyuwangi untuk
melakukan pendekatan ke masyarakat Bali agar juga menolak penyelenggaraan
Miss World 2013 di Indonesia, yakni di Bali.

Ketiga, FPI melawan polisi secara anarkis. Aksi protes FPI yang digelar
sering berakhir dengan kerusuhan, misalnya awal Oktober 2014. Belasan anggota
kepolisian, termasuk Kapolsek Gambir, ketika itu mengalami luka-luka.
Buntutnya, polisi mengepung markas FPI di Jakarta dan menuntut agar
koordinator lapangan aksi demo rusuh itu menyerahkan diri.November 2014 ketua
FPI Habib Rizieq mengancam, kalau Ahok tetap dilantik jadi Gubernur Jakarta,
FPI akan membentuk DPRD tandingan dan memilih sendiri gubernur tandingan.
FPI mengklaim, aksi mereka juga didukung oleh Koalisi Prabowo di DPR, yang
terutama didukung oleh Gerindra, Golkar, PKS dan Partai Demokrat.

Keempat, FPI Kedapatan Membawa Tajam di Pengadilan. Polisi


menangkap tiga anggota Front Pembela Islam yang kedapatan membawa senjata
di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Selasa (6/3/2012). Saat digeledah, ketiganya
ditemukan membawa dua jenis senjata, yaitu pedang dan ruyung.
Tiga pemuda asal Magelang berinisial T, MY, dan AS yang mengenakan jaket
hitam langsung diamankan petugas. Di balik jaket mereka ditemukan tiga senjata
berupa mandau dan pedang serta satu ruyung. Kedatangan massa ormas ini dalam
rangka memberikan dukungan kepada Ketua FPI DIY Jateng Bambang Tedy yang
tengan menjalani sidang kasus dugaan penganiayaan terhadap Erna Efriyanti.

Dari beberapa aksi yang dilakukan oleh beberapa ormas anti-pancasila di


atas sudah jelas bahwa ideologi tersebut sangat bertentangan dengan ideologi
pancasila, Jika konsep dan pemikiran seperti ini tetap dibiarkan, sudah pasti akan
menimbulkan kekacauan serta kehancuran seperti peperangan dengan sebab dari
pemikiran, bahwa pemikirannya sendirilah yang di anggap paling benar. Karena
negara Indonesia ini sendiri tidak hanya terdapat satu keyakinan, melainkan
terdapat keanekaragaman keyakinan agama, suku, dan budaya. Serta kehancuran
ini juga tidak hanya akan terjadi di Indonesia tetapi juga mempengaruhi negara
lain.

Oleh karena itu organisasi-organisasi anti-pancasila seperti Hizbut Tahrir


haruslah dibubarkan karena akan menimbulkan kekacauan dan perpecahan
internal di dalam kubu bangsa Indonesia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai