I. PENDAHULUAN
Dalam sistem reproduksi, adneksa terdiri dari tuba fallopii, ovarium, dan ligamentum
penggantung uterus. Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting dalam hal
reproduksi dan pengaturan siklus menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur.
Gangguan yang terjadi pada ovarium bisa berasal dari ovarium tersebut yaitu berupa
tumor non neoplasma ataupun neoplasma yang jinak maupun ganas juga bisa karena
tumor sekunder yang merupakan penyebaran dari tempat lain. 1,2
Tumor ovarium adalah massa abnormal pada adneksa yang paling sering
didapatkan pada rongga pelvis. Tumor ini dapat dibedakan menjadi neoplasma dan
non neoplasma. Neoplasma terjadi akibat dari pertumbuhan sel-sel baru dengan
bentuk yang berbeda dengan sel asalnya. Tumor ini dapat dibedakan menjadi
neoplasma ganas dengan tingkat pertumbuhan yang cepat, dan neoplasma jinak
dengan pertumbuhan lambat dan tidak mengganggu. Tumor unilateral, kistik, mobile,
dengan permukaan rata biasanya jinak, sementara tumor bilateral, padat, terfiksir
dengan permukaan tidak beraturan dan disertai ascites biasanya merupakan tumor
ganas.2,3,4
Tumor non neoplasma, merupakan tumor yang sel-selnya berasal dari sel tubuh
normal yang mengalami perubahan. Tumor non neoplasma terdiri dari tumor akibat
radang dan tumor lain seperti kista folikel, kista korpus luteum, kista lutein, kista
inklusi germinal, kista endometrium dan kista Stein-Leventhal. 1,4
Faktor risiko terjadinya keganasan ovarium meningkat pada usia di atas 40 tahun,
faktor reproduktif yaitu wanita yang tidak memiliki anak ataupun yang paritasnya
rendah, usia menars dini, usia menopause yang lambat dan faktor genetik dimana
terdapat riwayat keganasan dalam keluarga.5
Tumor ganas ovarium merupakan tumor dengan histogenesis beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga dermoblas yaitu ektodermal, entodermal, dan mesodermal
dengan sifat-sifat histologi dan biologi yang beraneka ragam. Secara histologi tumor
ganas ovarium dibagi menjadi dua macam yaitu epitelial dan non epitelial.1,2,5
Tumor sel germinal merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada wanita
usia kurang dari 20 tahun, sedangkan tumor epitelial lebih sering ditemukan pada
2
wanita di atas usia 20 tahun. Tumor ganas epitelial merupakan 90% dari tumor ganas
ovarium yang berasal dari coelomik epitelium dan mesotelium yaitu sel-sel yang
berasal dari mesoderm primitif. 75% dari tumor ganas ini merupakan jenis serosum,
20% jenis musinosum, 2% jenis endometrioid sedangkan clear cell, Brenner dan
karsinoma tak terdiferensiasi masing-masing 1%. Tumor ganas jenis non epitelial
terdiri dari tumor ganas yang berasal dari sel germinal, sex cord stromal cell,
karsinoma metastatik ke ovarium dan tumor ganas lainnya yang jarang terjadi seperti
sarkoma dan sel lipoid.1,3
Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda, terutama
pada tumor yang kecil. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik, dimana
gejala-gejala yang timbul disebabkan oleh efek massa yang menekan organ-organ
abdomen, aktivitas endokrin, atau akibat komplikasi yang terjadi, misalnya
perdarahan, infeksi, dan putaran tangkai tumor. Pada stadium awal dapat berupa
gangguan haid yang disebabkan karena aktivitas hormonal. Jika tumor sudah
menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama. Pada stadium lanjut
dari keganasan gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites, penyebaran ke
omentum dan organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati,
pembesaran abdomen, gangguan nafsu makan, gangguan defekasi, dan miksi, dan
effusi pleura yang mengakibatkan penderita sesak napas.4,5
Untuk meminimalisasi komplikasi, dan optimalisasi terapi bagi penderita,
penegakan diagnosis yang baik akan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan
terhadap massa tumor tersebut, baik tindakan operatif dan tindakan pasca operatif.
Dalam penegakan diagnosis tersebut sangat kompleks, karena luasnya kemungkinan
diagnosis differensial dari massa di daerah adneksa baik berasal dari tumor
ginekologis, tumor traktus urinarius, dan traktus digestivus; dan berbagai terapi yang
mungkin dapat diberikan. Pemeriksaan fisik yang baik, dan didukung oleh
pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan radiologis, ultrasonografi, dan pemeriksaan
tumor marker diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis.4,5
3
Pada tumor neoplastik jinak dapat dilakukan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Pada tumor besar dan terdapat komplikasi dapat dilakukan
salfingoooforektomi. Jika dicurigai terdapat keganasan, perlu dilakukan frozen
section (potong beku) setelah pengangkatan tumor pada saat operasi untuk
memastikan apakah tumor tersebut ganas atau tidak. Tindakan histerektomi dan
salfingo-ooforektomi bilateral dilakukan apabila ditemukan keganasan, namun pada
wanita muda yang masih ingin mempertahankan fertilitas dapat dilakukan operasi
yang tidak terlalu radikal sepanjang tingkat keganasan tumor masih rendah.5
B. ANAMNESIS KHUSUS
1. Keluhan utama
Benjolan di perut
2. Riwayat perjalanan penyakit
Sejak 5 bulan yang lalu yang lalu os mengeluh timbul benjolan pada perut
sebelah kiri yang awalnya sebesar telur bebek kemudian makin lama makin
membesar, namun pada saat itu benjolan tidak menimbulkkan keluhan,
kemudian os berobat ke SpOG dan dikatakan ada kista di indung telur dan
disarankan untuk dilakukan operasi tetapi os masih mempertimbangkan untuk
dilakukan operasi.
1 minggu yang lalu os mengeluh benjolan makin membesar kemudian os
kontrol ke SpOG dan dikatakan menderita NOK suspek ganas dan
direncanakan untuk laparotomi VC. Riwayat perdarahan (-), riwayat
penurunan nafsu makan (-), penurunan berat badan (-). Riwayat BAB/BAK
lancar
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
a. Keadaan umum
Kesadaran : kompos mentis
Tipe badan : asthenikus
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
Tekanan darah : 120/80 mmHg
5
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,5 C
b. Keadaan khusus
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tekanan vena jugularis tidak meningkat, massa tidak ada
Toraks : jantung: murmur tidak ada, Gallop tidak ada; paru-paru: sonor,
vesikuler normal, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : dinding perut cembung, simetris, lemas, pelebaran vena tidak
ada, hepar dan lien sulit teraba, nyeri tekan tidak ada, bising usus
normal (pemeriksaan abdomen untuk ginekologi pada status
ginekologi)
Ekstremitas: edema tidak ada, varises tidak ada, refleks fisiologis(+)/(+),
refleks patologis(-)/(-)
2. Status Ginekologi
a. Periksa luar
Inspeksi :dinding perut cembung, simetris, vulva, dan uretra tampak tenang
Palpasi : dinding perut lemas, fundus uteri sulit dinilai, teraba massa (+),
konsistensi kistik, mobilitas baik, ukuran 10 x 10 cm, permukaan rata,
batas atas umbilikus, batas bawah simfisis pubis, batas kiri linea mid
clavicula sinistra, batas kanan linea mid clavicula dextra, nyeri tekan tidak
ada
Perkusi : tanda cairan bebas tidak ditemukan
Auskultasi: bising usus normal
b. Inspekulo : tidak dilakukan
c. Colok vagina: tidak dilakukan
d. Colok dubur: Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, ampula rekti kosong,
massa intra lumen tidak ada, korpus uteri sebesar normal, teraba pool bawah
tumor, konsistensi kistik.
6
Gambar :
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (18-10-2016)
Darah rutin
Hemoglobin : 12,7 g/dL (11.40 15.00 g/dL)
Eritrosit (RBC) : 4.50 x 106/mm3 (4.00-5.70 x 106/mm3)
Hematokrit : 38 % (35 45 %)
Leukosit : 10.600 mm3 (5.000 10.000/mm3)
Trombosit : 423.000/L (200.000 500.000/L)
Hitung jenis : 0/1/69/25/5
Kimia darah
Ureum : 20 mg/dl (20 40 mg/dl)
Kreatinin : 0,59 mg/dl (0,5 0,9 mg/dl)
Albumin : 4,4 g/dl (3,5 5,0 g/dl)
SGOT : 12 U/l (0-32 U/l)
SGPT : 8 U/l (0-31 U/l)
Natrium : 146 mmol/l (135 -155 mmol/l)
Kalium : 4,2 mmol/l (3,6 - 5,5 mmol/l)
AFP : 0,81 IU/ml
CEA : 1,34 ng/ml
CA 125 : 36,97 U/ml
7
E. DIAGNOSIS KERJA
Neoplasma ovarium kistik
F. DIAGNOSIS BANDING
Tumor Intraabdomen
G. PENATALAKSANAAN
Rencana: Laparotomi + Potong beku
H. KONSULTASI
Konsultasi ke Bagian Penyakit Dalam (18-10-2016):
Kesan : saat ini cor dan pulmo fungsional kompensata
Konsultasi ke Bagian Anestesi (18-10-2016):
Kesan: Setuju dijadwalkan operasi
III. PERMASALAHAN
A. Apakah dasar penegakan diagnosis pada kasus ini?
B. Tindakan apakah yang perlu dilakukan pada kasus ini?
C. Bagaimana penatalaksanaan pasca tindakan pada kasus ini?
IV. DISKUSI
A. Apakah dasar penegakan diagnosis pada kasus ini?
Dalam menegakkan diagnosis adanya suatu tumor di daerah pelvis, harus
dilakukan secara seksama baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan didukung
oleh pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan ultrasonografi transabdominal
dan transvaginal, radiologis, dan penanda tumor.6,7
Tumor ovarium pada awalnya sering tidak memberikan keluhan. Pada stadium
awal dapat berupa gangguan haid. Jika tumor sudah menekan rektum atau
kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga
terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan atau nyeri pada saat bersenggama. Keluhan yang timbul berhubungan
9
dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari
kolon, dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh di perut, serta cepat merasa
kenyang sering dihubungkan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering
timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek
akibat dari efusi pleura dan asites yang masif.8,9,10
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi, dan mobilitas dari massa tumor. Pada
pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior,
ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Douglas dan rektum. Hasil yang
sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada
petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa
adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung
kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor
ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi, dan
sering bilateral. Adanya asites dan nodul merupakan petunjuk adanya keganasan.
Dalam menghadapi suatu tumor ovarium dengan ukuran massa lebih dari 10 cm
harus selalu dianggap ganas sampai dapat dibuktikan bahwa massa tersebut tidak
ganas, walaupun neoplasma ovarium pada usia muda banyak yang jinak. 8,10,11
Jika pada hasil ultrasonografi ditemukan kista yang besar atau massa dengan
adanya bagian padat, multilokuler, bersepta, berpapil dan ada peningkatan aliran
darah, maka besar kemungkinan massa tersebut merupakan neoplasma ganas. Jika
dicurigai adanya keganasan berdasarkan pemeriksaan fisik dan ultrasonografi,
perlu dilakukan foto thoraks untuk menilai ada tidaknya metastasis parenkim paru
dan efusi pleura.14,15
DePriest telah menetapkan suatu indeks morfologi dari tumor ovarium dengan
kriteria seperti terlihat pada tabel dibawah ini :15
Tabel 2. Indeks morfologi tumor ovarium
0 1 2 3 4
Volume (cm3) <10 10-50 50-200 200-500 >500
Dinding kista (mm) Licin < 3 Licin > 3 Papiler < 3 Papiler 3 Terutama solid
Struktur septa (mm) Septa (-) Tebal < 3 Tebal 3-10 Solid 10 Terutama solid
Dikutip dari DePriest15
Bila nilai < 5 maka kemungkinan besar tumor ovarium tersebut adalah jinak. Nilai
5 atau lebih besar maka kemungkinan besar tumor ovarium tersebut ganas. Saat ini
indeks morfologis tersebut telah banyak dimodifikasi. 12,14,15
Dalam membantu menegakkan diagnosis tumor ovarium, saat ini dikenal
penanda yang merupakan bahan yang dilepaskan oleh tumor ke dalam aliran darah
atau cairan tubuh yang lain dalam bentuk dan konsentrasi yang berbeda dari
normal. 80 % tumor ovarium ganas nonmusinous memiliki peningkatan CA-125.
CES adalah penanda tumor yang awalnya digunakan untuk memonitor rekurensi
dari karsinoma kolon, saat ini CEA juga digunakan sebagai penanda pada tumor
12
ovarium, namun CEA juga akan meningkat pada perokok dan penderita
inflammatory bowel disease. Tidak spesifiknya berbagai penanda tumor
menyebabkan sulitnya pemakaian di klinik secara luas, baik untuk penapisan,
diagnosis maupun untuk pemantauan. Penanda tumor yang sering dipakai untuk
masing-masing jenis kanker ovarium adalah untuk kanker ovarium epitel : CA-
125, CA 19-9, CEA, untuk germ cell tumor: Alfa Feto Protein (AFP), Human
Chorionic Gonadotrophin (HCG) sedangkan untuk tumor sel granulosa: estradiol,
alfa inhibin. 6,12,16
Pada kasus ini dari anamnesis didapatkan pertumbuhan massa tumor yang
dirasakan sejak 5 bulan SMRS, dan tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan dinding perut cembung, simetris, lemas, fundus
uteri sulit dinilai, teraba massa (+), konsistensi kistik, mobilitas baik, ukuran 10
x 10 cm, permukaan rata, batas umbilikus, batas bawah simfisis pubis, batas kiri
linea mid clavicula sinistra, batas kanan linea mid clavicula dextra, nyeri tekan
tidak ada, tanda cairan bebas tidak ditemukan. Pemeriksaan colok dubur
didapatkan Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, ampula rekti kosong, massa
intra lumen tidak ada, korpus uteri sebesar normal, teraba pool bawah tumor,
konsistensi kistik. Dari pemeriksaan ultrasonografi didapatkan Tampak uterus AF
bentuk dan ukuran normal. Tampak massa kistik dengan bagian padat
mengandung echo interna inhomogen dengan gambaran garis-garis kasar
didalamnya tidak mengandung vaskuler 13,9 x 11,1 cm kemungkinan berasal
dari kista dermoid kiri. Ovarium kiri dalam batas normal. Kedua ginjal dalam
batas normal. Liver dalam batas normal. Tidak ada asites. Kesan USG adalah
kista dermoid sinistra. Dari pemeriksaan prediktor keganasan tumor didapatkan
pasien memiliki risiko rendah terhadap suatu keganasan. Sehingga disimpulkan
diagnosis pada pasien ini adalah neoplasma ovarium kistik dengan kecurigaan
jinak.
konservatif didapatkan 5-years survival rate adalah 75%. Pada penelitian Parker
dan Berek juga tidak didapatkan perbedaan antara pasien yang dilakukan
histerektomi dan salfingoooforektomi bilateral dan pasien yang dilakukan hanya
salfingoooforektomi.
Berdasarkan kriteria tindakan operasi konservatif pada tumor ovarium adalah
tumor yang berdiferensiasi baik, wanita usia muda yang masih memerlukan fungsi
fertilitas, tidak ada keterlibatan organ pelvis yang lain, tidak ada invasi ke limfatik,
bilasan peritoneum negatif, dan dilakukan pengamatan pasca operasi yang ketat.
Sehingga berdasarkan kriteria ini masih dimungkinkan untuk melakukan tindakan
pembedahan konservatif pada kasus ini.
V. TEKHNIK OPERASI
Prosedur umum yang akan dilakukan20
1. Incisi vertikal akan lebih baik dengan menghasilkan lapangan pandang yang
adekuat dimana besar massa melebihi incisi tranverse yang dapat dilakukan
sehingga akan menyusahkan lapangan operasi.
2. Ascites jika ada akan dilakukan sitologi, jika tidak ada dilakukan washing
cytology 50-100 ml cairan Nacl didaerah pelvis, subdiafragma, di antara kolon.
3. Inspeksi dan palpasi secara sistemati dimulai dari ruang subphrenic dan turun ke
arah pelvik. Khususnya area subdiafragma, kapsul hepar, omentum, kolon,
permukaan peritoneum, bagian retroperitoneum, dan serosa dari usus halus. Jika
ada kecurigaan pada daerah tersebut dilakukan biopsi. Dalam proses ini harus
diwaspadai terjadinya primer kanker non ginekologi.
4. Pemeriksaan tumor ovarium dan pelvis, dengan pemeriksaan kapsul tumor,
pertumbuhan tumor yang asimetrik, perlengketan dengan jaringan sekitar.
Dilanjutkan dengan salfingooforektomi unilateral dan jaringan dikirimkan untuk
potong beku. Jika hasil dari potong beku menunjukkan tanda kegansan
dilanjutkan dengan histerektomi salfingoooforektomi bilateral, atau pun hanya
dilakukan tindakan salfingoooforektomi unilateral apabila pasien masih
menginginkan fungsi fertilitasnya.
5. Jika tampak metastase, maka akan dilakukan konsep pembedahan sitoreduktif
baik omentektomi, reseksi usus, reseksi diafragma, spleenektomi, hingga
tindakan pelvic exenteration.
6. Dilanjutkan dengan pemeriksaan KGB retroperitoneal parakolika dan paraaorta.
7. Melakukan tindakan appendektomi.
16
VI. KESIMPULAN
A. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus
ini didiagnosis kerja Neoplasma ovarium kistik dengan kemungkinan keganasan
belum dapat disingkirkan.
B. Tindakan yang dilakukan pada kasus ini adalah laparotomi dan intraoperatif
dilakukan pemeriksaan potong beku. Jika ditemukan keganasan dilanjutkan dengan
tindakan surgical staging.
C. Penatalaksanaan kasus ini pasca tindakan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan
potong beku, surgical staging dan hasil pemeriksaan histopatologi.
17
VII.RUJUKAN
1. Disaia PJ, Creasmen WT. Clinical gynecologic oncology. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2007.
2. Van Nagell JR, Gershenson DM. Ovarian Cancer: Etiology, Screening, and Surgery. In: John R, Jones
HW, eds. Te Lindes Operative Gyenecology. 10 th Ed. Philladelphia : Lippincott William & Wilkins,
2008 ; 1048-74.
3. Mardjikoen P. Tumor ganas alat genital. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddian AB, Rachimhadhi T, eds.
Ilmu kandungan. 2nd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.1999; 400-408.
4. Nuss RC. Pelvis mass. In: Benrubi GI, ed. Obstetric and gynecology emergencies. Philadelphia:
Lippincont Company. 1994; 263-274.
5. Rasjidi I, Muljadi R, Cahyono K. Imaging ginekologi onkologi. Jakarta: Sagung Seto; 2010.
6. Sukardja, IDG. Onkologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press. 2000; 85-103.
7. Hillard PA. Benign diseases of the female reproductive tract: symptoms and signs. In: Berek JS,
Adashi EY, Hillard PA. Novak`s gynecology. 12 th ed. Pennsylvania: Williams & Wilkins. 1996; 331-
397.
8. Santoso H. Neoplasma ovarium berpotensi maligna rendah. Makalah Ilmiah PIT XII POGI.
Palembang, 2001.
9. Roman, LD. Pelvic examination, tumor maker level and Doppler sonography in the prediction of
pelvic cancer. J Obstet Gynecol. 1997; 89: 493-500.
10. Andrijono. Kanker ovarium. Dalam: Andrijono. Sinopsis kanker ginekologi. Jakarta: Divisi onkologi
departemen obstetri dan genekologi FKUI. 2004; 93-125.
11. Schilder JM, Holladay DV, Gallion HH. Hereditary ovarian cancer: clinical syndromes and
management. In: Rubin SC, Sutton GP, eds. Ovarian cancer. 2 nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins. 2001; 181-200.
12. Look KY. Epidemilogy, etiology, and screening of ovarian cancer. In: Rubin SC. Ovarian cancer. 2 nd
ed. Philadelphia: Lippicott William and Wilkins. 2001; 167-80.
13. Busmar B. Kanker ovarium. Dalam: Aziz, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Husada. 2006; 468-527.
14. Modugno F. Ovarian cancer and high risk women, implications for prevention, screening and early
detection. Gynecologic oncology. Pittsburgh: University of Pittsburgh. 2003;91: 15-31.
15. Kramer JL, Greene MH. Epidemiology of ovarian, fallopian tube and primary peritoneal cancer. In:
Gershenson DM, Mcguire WP, Gore M, Quinn MA, Thomas G, eds. Gynecologic cancer
controversies in management. Canada: Elsevier, 2004; 327-354.
16. Fleischer AC, Cullinan JA, Peery CV, Jones HW. Early detection of ovarian carcinoma with
transvaginal color doppler ultrasonography. Am J Obstet Gynecol. 1996; 174: 101-106.
17. DePriest PD. A morphology index based on sosnographic findings in ovarian cancer. Gynecol Oncol.
1993 ; 51: 7-11.
18. Saleh, AZ. Kanker ginekologi klasifikasi dan petunjuk penatalaksanaan praktis. Palembang :
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-UNSRI/ RSMH Palembang. 2004: 39-53.
19. Baker, VV. Premalignant and malignant disorder of the ovaries and oviducts. In: De Cherney AH,
Pernoll ML, eds. Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 10 th ed. USA: Appleton &
Lange. 2003; 954-966.
20. Pecorelli S, Jones III HW, Ngan HYS, Bender HG, Benedet JL. Cancer of the ovary. In: Benedet JL,
Pecorelli S. Staging classifications and clinical practice guidelines of gynecologic cancers. Oxford:
Elsevier Science Ireland Ltd. 2000; 63-78
21. Benedett JL, Bender H, Jones III H, Ngan HYS, Pecorelli S. FIGO staging classification clinical
practice guidelines in the management of gynecologyc cancers. Int J Obstet gynecol. 2000; 241-9.
18