BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lemak
LEMAK
Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik non polar. Lemak termasuk ester yang tersusun atas asam lemak dan gliserol,
dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol diganti dengan gugus ester.
Istilah fat (lemak) biasanya digunakan untuk trigliserida yang berbentuk padat atau
lebih tepatnya semi padat pada suhu kamar, sedang istilah minyak (oil) digunakan untuk
trigliserida yang pada suhu kamar berbentuk cair.
H C OH
H2 C OH
Sifat fisisnya yaitu berbentuk kristal, rasa manis, tidak berwarna, dalam keadaan
murni bersifat higroskopis, netral terhadap lakmus. Tidak larut dalam benzene dan
karbon disulfida.
b. Asam lemak
Yaitu asam karboksilat yang rantainya lurus dan radikal karboksilatnya terletak di
ujung rantai.
Asam lemak penyusun utamanya adalah :
1. Asamstearat (C17H35COOH)
2. Asamoleat (C17H33COOH)
3. Asamlinoleat (C17H31COOH)
H2C O C R1
O
HC O C R2
O
H2C O C R3
LEMAK
Ada berbagai cara untuk mengambil minyak atau lemak dari tumbuh-tumbuhan atau
jaringan hewan. Cara tersebut antara lain :
Cara Pressing (penekanan)
Pengepressan adalah salah satu cara ekstraksi lemak atau minyak , terutama untuk
bahan yang memiliki kadar lemak / minyak yang tinggi (30%-70%). Sebelum
melakukan pressing biasanya biji / bahan baku di treatment dulu seperti digiling,
dirajang dan dimasak. Ada 2 cara umum pengepressan :
a. Pengepressan Hidraulik
Cara ini adalah dengan menekan bahan baku dengan tekanan sampai dengan
136 atm, hasil minyak/lemak yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu
pengpressan , tekanan yang digunakan dan kadar lemak pada bahan baku.
b. Pengepressan Berulir
Cara ini berawal dengan bahan baku dimasak atau tempering, proses ini
berlangsung pada temperatur 115,5C dengan tekanan 15-20 ton/inch2. (Desy
C , 2008)
Cara Extraction (menggunakan solvent)
Proses ekstraksi menggunakan solvent ini menggunakan prinsip melarutkan lemak
dalam pelarut lemak. Cara ini digunakan untuk bahan baku yang memiliki kadar
lemak rendah yaitu kurang lebih 1 persen. Pelarut yang digunakan adalah pelarut
yang menguap sperti petroleum eter, n-heksan tetapi jumlah pelarut yang menguap
atau hilang tidak boleh lebih dari 5%. (Desy C , 2008)
Ada berbagai jenis solvent yang dapat digunakan sebagai bahan pengekstrak lemak,
diantaranya adalah n-hexana dan diethil eter.
5. Untuk kosmetik.
6. Untuk menyamak kulit.
7. Untuk insektisida dan fungisida.
8. Untuk pembuatan sabun dan deterjen.
9. Untuk pembuatan biodiesel
3. Bilangan Iod
Bilangan iodine adalah bilangan yang menunjukkan berapa mg halogen
(dinyatakan sebagai iodin) yang dapat diikat oleh mg lemak, atau berapa persen
halogen yang dapat diikat lemak. Senyawa halogen yang digunakan untuk penentuan
bilangan iodine adalah senyawa antar halogen, yaitu Iodobromida (IBr, senyawa
hanus). Senyawa hanus bereaksi dengan lemak melalui reaksi adisi pada ikatan
rangkap.
Teknik yang digunakan untuk menentukan bilangan iodine adalah titrasi
iodometri. Titrasi dilakukan setelah reaksi adisi berlangsung sempurna. Kelebihan
bromine direaksikan dengan KI agar terbentuk I2 ,selanjutnya I2 direaksikan dengan
natrium tiosulfit. Reaksi keseluruhan adalah:
Br2 + KI I2 + KBr + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan yang Digunakan
Keterangan:
1. Statif
2. Klem
3. Pendingin balik
4. Tabung Soxhlet
5. Sampel dalam kertas saring
6. Pipa aliran embun
7. Pipa aliran uap
8. N-hexane
9. Labu alas bulat
10. Thermostat
11. Heater
12. Thermocouple
13. Waterbath
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi
Keterangan:
1. Labu Destilasi
2. Pendingin Leibig
3. Thermometer
4. Heater
5. Erlenmeyer
6. Tripot
7. Statif dan klem
LEMAK
1. Labu ekstraksi dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 C, lalu didinginkan.
2. Kacang kedelai yang halus dan kering ditimbang seberat 10 gr.
3. Kacang kedelai dibungkus dengan kertas saring dan diikat dengan benang, kemudian
dimasukkan dalam tabung soxhlet.
4. N-hexane dimasukkan dalam labu alas bulat.
5. Proses ekstraksi dilakukan selama 1,5 jam.
1. N-hexane + lemak yang ada di labu alas bulat dipindahkan ke dalam labu destilasi.
2. Proses destilasi dilakukan untuk menguapkan n-hexane.
3. Proses destilasi dihentikan saat tidak ada lagi n-hexane yang menetes.
4. Timbang cawan kosong untuk tempat lemak yang telah didestilasi.
5. Setelah tidak ada lagi n-hexane yang menetes, pindahkan lemak yang ada di labu
destilasi ke cawan.
6. Oven cawan dan lemak 5 menit lalu timbang, pengovenan dilakukan untuk
menghilangkan sisa n-hexane, lakukan oven dan timbang berat cawan + lemak sampai
3 kali pengovenan.
( W lemak + cawan )( W cawan )
lemak = 100
W kacang kedelai
1. Cawan porselin dipanaskan terlebih dahulu dalam oven, kemudian didinginkan dalam
desikator hingga mencapai suhu ruangan.
2. Selanjutnya 3 gram kacang kedelai ditimbang kemudian diabukan dalam tanur suhu
550oC sampai sampel berubah menjadi buatan mencapai berat konstan.
3. Kemudian didinginkan di dalam desikator hingga mencapai suhu ruangan secara
konstan dan ditimbang.
BeratAbu
Abu= 100
BeratSampel
LEMAK
DAFTAR PUSTAKA
Durant, J., Organic Chemistry, 7th ed., Impression Longmans, Green and Co., London,
1959.
Fieser, L., Fieser.M., Introduction to Organic Chemistry, Maruhen Co Ltd., Tokyo, 1956.
Fieser, L., Fieser.M., Organic Chemistry, Reinhold Publishing Corporation, New York,
1956.
Groggins, PH., Unit Operation in Organic Synthetis, 5 th ed., Mc. Graw Hill Book
Company, New York, 1958.
Morrison, RT., Boyd, RN., Organic Chemistry, 3 th ed., Prentice Hall of India Private
Limited, New Delhi, 1978.
Jacobs, M., The Chemical Analysis of Food and Food Product, Van Nostrand Company
Inc., New York, 1958.
Jamieson, GS., Vegetable, Fat and Oil, The Chemical Catalog Company Inc., 1932.
Woodman, AC., Food Analysis, Mc. Graw Hill Book Company Inc., New york, 1941.