DISUSUN OLEH :
Reza Fajri Hidayat 1113045000008
Arya Chairunnisa 1114045000000
Siti Nurhasanah 1113045000000
Badhawi Fathurrahman 1113045000000
Mega iswan 1113045000000
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai Hukum Pribadi atau Perorangan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata. dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tugas
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama Dosen Pengampu
kami Nahrowi yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengajak pembaca untuk memberikan saran serta kritik atau sanggahan
bila ada kekurangan yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil. Jika hukum publik mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum, misalnya politik dan pemilu
(hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha
negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk
atau warga negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian,
pewarisan, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) terdiri dari empat bagian, yaitu :
Namun, seperti yang tertulis dalam judul makalah, kami hanya akan membahas Buku I KUH
Perdata tentang orang yang lebih spesifik lagi tentang hukum perorangan atau pribadi.
Pengertian hukum perorangan menurut subekti adalah Peraturan - peraturan perihal
kecakapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk bertindak sendiri, melaksanakan
hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan itu1.
Definisi ini terlalu sempit karena hukum perorangan tidak hanya mengkaji ketiga hal
tersebut, namun juga mengkaji tentang domisili dan catatan sipil. Jadi, hukum perorangan adalah
keselurah kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang subyek hukum dan kewenangan,
kecakapan, domisili, dan catatan sipil. Definisi ini dititikberatkan pada wewenang subyek hukum
dan ruang lingkup peraturan hukum perorangan.
Dari latar belakang tersebut dapat kita tarik garis besar rumusan masalah atau topik
pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut:
Pengertian subyek hukum
Pengakuan sebagai subyek hukum
Kewenangan berhak dan berbuat
Akibat ketidak cakapan
Pendewasaan dan akibat hukumnya
1 Defenisi hukum perorangan yang dikemukakan oleh subekti di atas,di tulis dalam
bukunya pokok-pokok hukum perdata
Domisili dan keadaan tak hadir
pencatatan sipil
BAB II
PEMBAHASAN
5Pasal 2 KHUPer
apabila yang bersangkutan meninggal dunia. Contoh hak perdata ialah hak hidup, hak memiliki,
hak untuk kawin, hak untuk melahirkan, hak waris, hak atas nama, hak atas tempat tinggal.
Hak perdata berbeda dengan hak publik. Hak publik dapat hilang atau lenyap apabila
negara menghendakinya demikian. Hak publik itu ada karena diberikan oleh negara. Sedang hak
perdata itu diberikan oleh kodrat. Contoh hak publik itu adalah hak memilih dan dipilih dalam
pemilihan umum hak menjadi anggota ABRI, hak menjadi pegawai negeri hak menduduki
jabatan tertentu.
Pengertian wenang berbuat :
1) Cakap atau mampu berbuat karena memenuhi syarat hukum, kecakapan atau kemampuan
berbuat karena memenuhi syarat hukum.
2) Kuasa atau berhak berbuat karena diakui oleh hukum walaupun tidak memenuhi syarat
hukum, kekuasaan atau kewenangan berbuat.
Pada dasarnya setiap orang dewasa adalah cakap atau mampu melakukan perbuatan hukum
karena memenuhi syarat umur menurut hukum. Tetapi apabila orang dewasa itu dalam keadan
sakit ingatan atau gila, tidak mampu mengurusi dirinya sendiri karena boros maka disamakan
dengan orang belum dewasa atau oleh hukum dinyatakan tidak cakap atau tidak mampu
melakukan perbuatan hukum (pasal 330 KUHPer), Perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek
hukum yang tidak cakap hukum maka perbuatan hukum tersebut tidak sah.
Dan apabila sudah terjadi maka bisa dimintakan pembatalan oleh hakim.
Kepentingan orang yang tidak cakap dapat diwakilkan kepada pihak yang mewakili. Misal: anak
dibawah umur oleh ortunya (pasal 50 UU No.1/74). Kepentingan orang dewasa yang dibawah
pengampuan diurus oleh wali pengampunya (pasal 433 KUHPer), Pengecualian bagi subjek
hukum belum dewasa yang bisa melakuakan perb hukum karena diakui oleh Undang Undang.
Misal: usia perkawinan dlm UU No.1 tahun 1974, Usia 18 th berhak buat surat wasiat (pasal 897
KUHPer)
7 pencatatan sipil
Pencatatan sipil adalah catatan tentang peristiwa penting mengenai keperdataan seseorang
seperti kelahiran, perkawinan, perceraian dan kematian. Dalam pencatatan ini pemerintah
menugaskan kepada kantor atau lembaga catatan sipil dengan tujuan :
a Agar setiap warga masyarakat dapat memiliki bukti-bukti otentik tentang peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi sehubungan dengan dirinya.
b Untuk memeprlancar aktivitas pemerintah di bidang kependudukan.
c Untuk mendapatkan data-data selengkap mungkin agar status warga masyarakat dapat
diketahui.
Petugas yang melakukan pencatatan adalah Pegawai Kantor Catatan Sipil yang merupakan
sebuah lembaga. Ia mencatatanya dalam daftar-daftar atau register-register tertentu untuk
selanjutnya dibuat akta catatan sipil (akt kelahiran, akta perkawinan, akta perceraian, dan akta
kematian). Selain petugas atau pegawai Pegawai Kantor Catatan Sipil yang berhak membuat
catatan sipil adalah Pegawai Perwakilan RI di Luar Negeri seperti Duta, Konsul, Komandan
Perang. 6
Fungsi Lembaga catatan sipil dalam Kepres No 12 Tahun 1983 telah ditentukan, bahwa
kantor Catatan Sipil mempunyai fungsi menyelenggarakan :
a Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran.
b Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perkawinan.
c Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perceraian.
d Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak.
e Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Kematian.
f Penyimpanan dan pemeliharaan Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta
Pengakuan, Akta Pengesahan anak, dan Akta Kematian.
g Penyadiaan bahan dalam rangka perumusan kebijaksanaan di bidang kependudukan
/kewarganegaraan. 7
BAB III
KESIMPULAN
7Ibid 156
DAFTAR PUSTAKA
Soeroso,"Pengantar Ilmu Hukum",SinarGrafika, Jakarta, 2005
H.A.M.Effendy, Pokok-pokok Hukum adat,Semarang ( DUTA GRAFIKA,1990) cet.3, hal81
KHUPer
R.Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata,Jakarata(Sinar Grafika, 1993)