Anda di halaman 1dari 12

Direktorat Jenderal Pajak - Tax Knowledge Base

Artikel Kring Pajak : PPN & PPnBM Fasilitas Pembebasan PPN BKP/JKP Tertentu

Batas Rumah Sederhana, RSS, dll yang Memperoleh Pembebasan PPN

I. DASAR HUKUM :

A. PP 38 Tahun 2003 (berlaku sejak 14 Juli 2003) tentang perubahan atas PP 146 Tahun 2000 (berlaku
sejak 1 Januari 2001) tentang impor dan/atau penyerahan BKP Tertentu dan/atau penyerahan JKP
tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN

B. KMK-370/KMK.03/2003 (berlaku sejak 14 Juli 2003) tentang pelaksanaan PPN yang dibebaskan atas
impor dan/atau penyerahan BKP tertentu dan/atau JKP tertentu

C. KEP-233/PJ/2003 (berlaku sejak 14 Juli 2003) tentang tata cara pemberian dan penatausahaan
pembebasan PPN atas impor dan/atau penyerahan BKP Tertentu dan/atau penyerahan JKP tertentu

D. PMK-113/PMK.03/2014 (berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal 10 Juni
2014) tentang perubahan keempat atas PMK-36/PMK.03/2007 (berlaku sejak 1 Januari 2007)
tentang batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rusun Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa dan Pelajar, serta perumahan lainnya yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan
PPN

1. PMK-125/PMK.011/2012 (berlaku sejak 3 Agustus 2012) tentang Perubahan Ketiga atas PMK-
36/PMK.03/2007
2. PMK-80/PMK.03/2008 (berlaku sejak 1 April 2008) tentang Perubahan atas PMK-
36/PMK.03/2007

3. PMK-31/PMK.03/2011 (berlaku sejak 28 Februari 2011) tentang Perubahan Kedua atas PMK-
36/PMK.03/2007

II. SURAT DIREKTUR TERKAIT

o S-304/PJ.04/2014 (tanggal 25 Februari 2014) tentang Penegasan Pengenaan PPN atas Penyerahan
Rumah Sederhana

III. YANG MENDAPAT FASILITAS DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

o Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa
dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah
mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah merupakan BKP Tertentu yang
atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 2 PP 38 Tahun 2003)

IV. KETENTUAN TERKAIT PEMBERIAN FASILITAS DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

1. Orang atau badan yang menerima penyerahan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah
Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar serta Perumahan Lainnya yang
dibebaskan dari pengenaan PPN tidak diwajibkan mempunyai Surat Keterangan Bebas PPN yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 11 ayat (2) KMK-370/KMK.03/2003)

2. Atas penyerahan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok
Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar serta Perumahan Lainnya ini, PKP yang menyerahkan BKP
Tertentu atau JKP Tertentu tersebut wajib membuat Faktur Pajak dan membubuhkan cap "PPN
DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 146 TAHUN 2000 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
DENGAN PP NOMOR 38 TAHUN 2003". (Lampiran I Nomor IV.2 KEP-233/PJ/2003)

Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan
peruntukan sebagai berikut: (Lampiran I Nomor IV.2 KEP-233/PJ/2003)

a. Lembar ke-1 : untuk pihak yang menerima penyerahan BKP Tertentu atau JKP Tertentu

b. Lembar ke-2 : untuk PKP yang menyerahkan BKP Tertentu atau JKP Tertentu.

c. Lembar ke-3 : untuk KPP dimana PKP yang menyerahkan BKP Tertentu atau JKP Tertentu
terdaftar sebagai lampiran SPT Masa PPN;

2. Kode Transaksi diisi "08" Kode ini digunakan atas penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN
atau PPN dan PPn BM (Lampiran PER-13/PJ/2010 stdd PER-65/PJ/2010)

V. BATASAN RUMAH SEDERHANA, RUMAH SANGAT SEDERHANA YANG ATAS


PENYERAHANNYA DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

o Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan PPN adalah:
A. Menurut Pasal 2 PMK-113/PMK.03/2014 (berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal 10 Juni 2014) entang Perubahan Keempat atas PMK-36/PMK.03/2007

Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari


pengenaan PPN adalah rumah yang memenuhi ketentuan, sebagai berikut:

1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);

2. harga jual tidak melebihi batasan harga jual dengan ketentuan bahwa
batasan harga jual didasarkan pada kombinasi zona dan tahun yang
berkesesuaian sebagaimana tercantum dalam Lampiran PMK-
113/PMK.03/2014

Pengaturan harga jual ini berlaku ketentuan sebagai berikut:


(Pasal 2 ayat (3) PMK-113/PMK.03/2014)

i. untuk tahun 2014, ketentuan tersebut mulai diberlakukan


pada saat Peraturan Menteri ini berlaku sampai dengan
akhir tahun 2014;

ii. untuk tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, ketentuan


tersebut mulai diberlakukan sejak awal tahun sampai
dengan akhir tahun yang bersangkutan; dan

iii. untuk tahun 2018, ketentuan tersebut mulai diberlakukan


sejak awal tahun 2018 dan tetap berlaku sepanjang tidak
terdapat perubahan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

3. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai


tempat tinggal, dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sejak dimiliki;

4. luas tanah tidak kurang dari 60 m2 (enam puluh meter persegi); dan

5. perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit


bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau melalui pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.

B. Menurut Pasal 2 PMK-125/PMK.011/2012 (berlaku sejak 3 Agustus 2012) tentang Perubahan


Ketiga atas PMK-36/PMK.03/2007

Rumah yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit
bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau melalui pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:

1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);

2. harga jual tidak melebihi:

a. Rp88.000.000,00 (delapan puluh delapan juta rupiah) yang


meliputi wilayah Sumatera, Jawa, dan Sulawesi, tidak termasuk
Batam, Bintan, Karimun, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi;

b. Rp95.000.000,00 (sembilan puluh lima juta rupiah) yang meliputi


wilayah Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa
Tenggara Barat;
c. Rp145.000.000,00 (seratus empat puluh lima juta rupiah) yang
meliputi wilayah Papua dan Papua Barat;

d. Rp95.000.000,00 (sembilan puluh lima juta rupiah) yang meliputi


wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bali, Batam,
Bintan dan Karimun; dan

2. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai


tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sejak dimiliki.

C. Menurut Pasal 2 PMK-31/PMK.03/2011 (berlaku sejak 28 Februari 2011) tentang Perubahan Kedua
atas PMK-36/PMK.03/2007

Rumah yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit
bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau melalui pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, yang memenuhi ketentuan:

1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);

2. harga jual tidak melebihi Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah); dan

3. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat


tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
dimiliki.

D. Menurut Pasal 2 PMK-80/PMK.03/2008 (berlaku sejak 1 April 2008) tentang Perubahan atas PMK-
36/PMK.03/2007
Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang perolehannya,
secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau
melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:

1. harga jual tidak melebihi Rp 55.000.000 (lima puluh juta rupiah); dan

2. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan
tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

Termasuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana adalah Rumah Sederhana Sehat (Rs
Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang diserahkan kepada Bank dalam rangka
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan:

1. harga jual tidak melebihi Rp 55.000.000,- (lima puluh lima juta rupiah)

2. dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat yang
berpenghasilan rendah dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; dan

3. rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dibeli.

D. Menurut Pasal 2 PMK-36/PMK.03/2007

Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang perolehannya,
secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau
melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:

1. harga jual tidak melebihi Rp 49.000.000,- (empat puluh sembilan juta rupiah); dan
2. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan
tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

Termasuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana adalah Rumah Sederhana Sehat (Rs
Sehat/RSH) dan Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang diserahkan kepada Bank dalam rangka
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang memenuhi ketentuan:

1. harga jual tidak melebihi Rp 49.000.000,- (empat puluh sembilan juta rupiah);

2. dibeli oleh bank dengan tujuan untuk dijual kembali kepada masyarakat yang
berpenghasilan rendah dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah; dan

3. rumah tersebut harus dijual kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dibeli.

VI. BATASAN RUMAH SUSUN SEDERHANA YANG ATAS PENYERAHANNYA DIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PPN

o Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah bangunan
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang
dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan
penggunaan komunal, yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit
bersubsidi maupun tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan : (Pasal 3 PMK-36/PMK.03/2007 stdd
PMK-125/PMK.011/2012)

1. harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi Rp 75.000.000,00 (tujuh
puluh lima juta rupiah);

2. luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh satu meter persegi);

3. pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai
Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; dan

4. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan
tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

VII. BATASAN RUMAH SUSUN SEDERHANA YANG ATAS PENYERAHANNYA DIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PPN

o Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah bangunan sederhana,
berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau
koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi para buruh tidak tetap atau para
pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati, yang tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh. (Pasal 4 PMK-
36/PMK.03/2007 stdd PMK-125/PMK.011/2012)

VIII. BATASAN ASRAMA MAHASISWA DAN PELAJAR YANG ATAS PENYERAHANNYA


DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

o Asrama Mahasiswa dan Pelajar yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah
bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai
oleh universitas atau sekolah, perorangan dan atau Pemerintah Daerah yang diperuntukkan khusus
untuk pemondokan pelajar atau mahasiswa, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sejak diperoleh. (Pasal 5 PMK-36/PMK.03/2007 stdd PMK-125/PMK.011/2012)

IX. BATASAN PERUMAHAN LAINNYA YANG ATAS PENYERAHANNYA DIBEBASKAN DARI


PENGENAAN PPN

o Perumahan Lainnya yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi: (Pasal 6
PMK-36/PMK.03/2007 stdd PMK-125/PMK.011/2012)

1. Rumah Pekerja, yaitu tempat hunian, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang
dibangun dan dibiayai oleh suatu perusahaan, diperuntukkan bagi karyawannya sendiri dan
bersifat tidak komersil, yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) huruf a, huruf b, ayat (3) atau Pasal 3 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d PMK-
36/PMK.03/2007, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
diperoleh;

2. Bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam nasional.

X. KETERANGAN TAMBAHAN:

o Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor 403/KPTS/M/2002,


tanggal 2 Desember 2002 (bagian Lampiran halaman 13)

1. Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) yaitu rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan
bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal
dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan
memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, iklim
setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal, dan cara hidup.

2. Rumah Inti Tumbuh (RIT) yaitu rumah yang hanya memenuhi standar kebutuhan minimal
rumah dengan kriteria sebagai berikut:

a. RIT memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruang
terbuka beratap dan fasilitas MCK.

b. RIT memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya perubahan yang bakal
dilakukan yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang
serbaguna.

c. Bentuk generic atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut, dll)
sesuai dengan tuntutan daerah bila itu ada.

d. Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang


memungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari.

3. RIT adalah rumah antara yang pertumbuhannya diarahkan untuk menjadi Rumah Sederhana
Sehat (Rs Sehat).

o Untuk ketentuan luas bangunan dari Rumah Sederhana Sehat dan Rumah Inti Tumbuh dapat dilihat di
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor 403/KPTS/M/2002, tanggal
2 Desember 2002.

Dicetak 6 October 2016 - 11:27

Anda mungkin juga menyukai