Artikel Kring Pajak : PPN & PPnBM Fasilitas Pembebasan PPN BKP strategis
I. DASAR HUKUM
o KLIK DISINI
o Atas impor dan/atau penyerahan mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan BKP oleh PKP yang
menghasilkan BKP tersebut, tidak termasuk suku cadang dibebaskan dari pengenaan PPN; (Pasal 1 ayat (1)
huruf a PMK-268/PMK.03/2015)
o Pemberian fasilitas ini menggunakan SKB PPN untuk setiap kali impor dan/atau penyerahan. (Pasal 3 ayat (1)
PMK-268/PMK.03/2015)
A. PKP yang melakukan impor dan/atau menerima penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis ini harus
memiliki SKB PPN sebelum impor dan/atau penyerahan. (Pasal 4 ayat (1) PMK-268/PMK.03/2015)
B. Untuk memperoleh SKB PPN, PKP harus mengajukan permohonan SKB PPN kepada Direktur Jenderal Pajak
c.q. Kepala KPP tempat PKP terdaftar.
C. Permohonan SKB PPN harus dilampiri dokumen pendukung berupa: (Pasal 4 PMK-268/PMK.03/2015)
8. dokumen kontrak
pembelian; dan
9. dokumen
pembayaran atau dokumen pengakuan
utang.
o Atas permohonan SKB PPN, Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKB PPN
paling lama 5 (lima) hari kerja setelah permohonan SKB PPN diterima lengkap.
o SKB PPN diterbitkan atas BKP tertentu yang bersifat strategis yang disetujui untuk diberikan fasilitas
dibebaskan PPN baik sebagian atau seluruhnya oleh Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak.
o Dalam hal terdapat penerimaan pembayaran yang terjadi sebelum penerbitan SKB PPN atas penyerahan BKP
tertentu yang bersifat strategis, SKB PPN diterbitkan atas bagian PPN yang belum dipungut.
o Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau perolehan JKP yang atas penyerahannya dibebaskan
dari pengenaan PPN tidak dapat dikreditkan.(Pasal 16B ayat (3) UU No.42 TAHUN 2009)
o Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan BKP Tertentu yang bersifat strategis tidak dapat dikreditkan.
(Pasal 2 PP 81 TAHUN 2015)
o Wajib Pajak yang melakukan penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan
PPN, wajib melaporkan usahanya kepada Direktur Jenderal Pajak untuk dikukuhkan sebagai PKP sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. (Pasal 9 ayat (1) PMK-268/PMK.03/2015)
o PKP wajib menerbitkan Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan. (Pasal 9 ayat (2) PMK-268/PMK.03/2015)
o Faktur Pajak harus dibubuhi cap atau diberikan keterangan "PPN DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 81
TAHUN 2015 ". (Pasal 9 ayat (3) PMK-268/PMK.03/2015)
VII. DALAM HAL PPN TELAH DIPUNGUT ATAU DIBAYAR (Pasal 4 PP 81 TAHUN 2015)
o Dalam hal PPN yang terutang atas impor atau penyerahan BKP Tertentu yang bersifat strategis ini telah dipungut
atau dibayar, berlaku ketentuan sebagai berikut:
2. PPN yang dibayar atas perolehan BKP Tertentu yang bersifat strategis oleh PKP Pembeli, dapat
dikreditkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
3. PPN yang dibayar atas perolehan BKP Tertentu yang bersifat strategis oleh pembeli yang bukan PKP,
dapat diminta kembali sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
VIII. KETENTUAN BAGI BKP TERTENTU YANG DIBEBASKAN (Pasal 5 PP 81 TAHUN 2015)
A. Terhadap BKP tertentu yang bersifat strategis yang telah mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a (mesin dan peralatan pabrik) dan Pasal 1 ayat (2) huruf a
(mesin dan peralatan pabrik) dan huruf j (RUSUNAMI) , apabila dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak saat
impor dan/atau perolehan:
PPN yang telah dibebaskan atas impor dan/atau perolehan BKP tersebut wajib dibayar.
B. Pembayaran PPN tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak BKP strategis tersebut
dialihkan penggunaannya atau dipindahtangankan. (Pasal 10 ayat (3) PMK-268/PMK.03/2015)
C. PPN yang dibayar tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan. (Pasal 10 ayat (5) PMK-268/PMK.03/2015)
D. Pembayaran PPN disetorkan ke Kas Negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak. (Pasal 10 ayat (4) PMK-
268/PMK.03/2015)
o Tata cara pengisian SSP tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PMK-268/PMK.03/2015.
o PKP yang melakukan impor BKP tertentu yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
huruf a (mesin dan peralatan pabrik) atau PKP yang menerima penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a (mesin dan peralatan pabrik); atau
o Wajib Pajak yang menerima penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 ayat (2) huruf j (RUSUNAMI).
o PKP atau WP yang telah dikukuhkan sebagai PKP ini harus melaporkan PPN yang telah dibayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ke KPP tempat PKP dikukuhkan.
o Pelaporan dilakukan dengan melampirkan lembar ketiga SSP pada SPT Masa PPN Masa Pajak terjadinya
pengalihan penggunaan atau pemindahtanganan BKP tertentu yang bersifat strategis.
o Dalam hal Wajib Pajak yang menerima penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b (terkait RUSUNAMI) belum dikukuhkan sebagai PKP, PPN yang
telah dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaporkan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
Pelaporan ini dilakukan dengan menyampaikan lembar ketiga SSP paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak terjadinya pengalihan penggunaan atau pemindahtanganan BKP tertentu
yang bersifat strategis.
o Dalam hal kewajiban pembayaran tidak dipenuhi, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan SKPKB ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung sejak berakhirnya
jangka waktu pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) PMK-268/PMK.03/2015 sampai dengan
tanggal penerbitan SKPKB, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 11 ayat (1) PMK-
268/PMK.03/2015)
o Dalam hal pembayaran dilakukan setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3)
PMK-268/PMK.03/2015 dan kepada Wajib Pajak belum diterbitkan SKPKB, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
STP untuk menagih sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) PMK-268/PMK.03/2015
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 11 ayat (2) PMK-
268/PMK.03/2015)
Dicetak 6 October 2016 - 09:34