Anda di halaman 1dari 3

Fasilitas Penangguhan Pembayaran PPN dan PPnBM Terutang

Kebijaksanaan pemberian fasilitas penangguhan pembayaran PPN dan PPnBM


terutang diberlakukan pada kasus PPN dan PPnBM terutang atas impor atau atas penyerahan
barang modal tertentu di dalam negeri. Apabila ada PPN dan/atau PPnBM terutang atas
penyerahan di dalam negeri atau atas pengimporan barang modal tertentu di mana barang
modal tersebut merupakan Barang Kena Pajak atau BKP Tergolong Mewah, maka atas
penyerahan di dalam negeri atau atas pengimporan barang modal tersebut tidak dipungut
(ditangguhkan dari pemungutan) PPN dan PPnBM sepanjang barang modal tersebut dipakai
untuk kegiatan usaha. Kalau barang modal yang diserahkan atau diimpor itu dijual/dipakai
untuk tujuan lain selain untuk kegiatan usaha, maka PPN yang ditangguhkan tersebut harus
dibayar.
Ini artinya PPN atau PPnBM terutang tidak dipungut untuk selamanya kalau
memenuhi syarat, yaitu BKP tersebut digunakan untuk kegiatan usaha sebagaimana
dinyatakan dalam permohonan penangguhan pembayaran PPN atau PPnBM terutang. Kalau
syarat tersebut dipenuhi, maka PPN atau PPnBM terutang harus dilunasi.
Fasilitas ini saat ini sudah ditiadakan semenjak 1 Januari 2001
Sumber hukum : Keputusan Menteri Keuangan : 577/KMK.00/1989 tentang Penangguhan
Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor Atau Perolehan Barang Modal
Tertentu.
Tujuan : Mempercepat pengkreditan Pajak Masukan dan membantu Likuiditas perusahaan
Subjek Penangguhan:
Pra 1/1/95: PKP.
Pasca 1/1/95: PMA/DN selaku PKP yang Surat Persetujuan PMA/DN sudah
ditandatangani pada 2/1/1992 atau selambat-lambatnya 31/3/1998
Barang Modal Tertentu :
Pra 1/1/95
: mesin, peralatan dan peralatan pabrik, baik adalah keadaan terpasang
maupun terlepas, yang diperlukan untuk proses menghasilkan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak, tidak termasuk suku cadang.
Pasca 1/1/95 : Impor yang dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun sejak penandatangan
Surat Persetujuan PMA/DN
Pemberian penangguhan pembayaran PPN dan/atau PPnBM atas impor atau perolehan
barang modal tertentu dilaksanakan oleh:
- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk perusahaan dalam rangka
Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri;
- Direktorat Jenderal Pajak untuk perusahaan di luar Penanaman Modal Asing dan
Penanaman Modal Dalam Negeri.
Tata cara Penangguhan Pembayaran PPN dan/atau PPnBM atas impor atau perolehan
barang modal tertentu diatur dalam:
- Lampiran I untuk perusahaan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam
Negeri;

Lampiran II untuk perusahaan diluar Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri.

Jumlah PPN dan/atau PPnBM yang telah diberikan penangguhan harus disetor kembali ke
Kas Negara, apabila barang modal:
a) Digunakan untuk kegiatan yang tidak sesuai ketentuan;
b) Dijual atau dipindahtangankan baik sebagian maupun seluruhnya sebelum habis
nilai bukunya sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Pajak
Penghasilan;
c) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewahnya yang
ditangguhkan dikreditkan;
Besarnya Pajak Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
harus disetor sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, sebanding dengan
besarnya nilai buku berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan pada saat terjadinya
penyimpangan penggunaan atau pemindahtanganan barang modal tertentu.
Jumlah pajak harus disetor selambat-lambatnya pada tanggal 15 setelah akhir masa pajak
terjadinya penyimpangan penggunaan atau pemindahtanganan barang modal.
Dalam hal pajak tidak disetor, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
ditambah sanksi yang berlaku sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983

Tata cara Penangguhan Pembayaran Lampiran I Barang Modal Asal Impor:


1. Permohonan persetujuan Daftar Induk Barang Modal (Masterlist) yang diajukan oleh
perusahaan PMA/PMDN kepada Ketua BKPM sekaligus merupakan permohonan
penangguhan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPN/PPn BM) sepanjang telah dilampirkan pula rekaman NPWP dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
2. Persetujuan pemberian penangguhan pembayaran PPN/PPn BM oleh Ketua BKPM sekaligus
akan tertuang dalam persetujuan Daftar Induk Barang Modal (Masterlist/Surat Persetujuan
Pabean) perusahaan yang bersangkutan.
3. Bagi perusahaan PMA/PMDN yang memperoleh Masterlist/Surat Persetujuan Pabean
sebelum ditetapkannya ketentuan ini, dapat mengajukan permohonan kepada Ketua BKPM
untuk penyesuaiannya dengan melampirkan rekaman Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Persetujuan Pemberian Penangguhan Pembayaran PPN/PPn BM hanya terhadap sisa barang


modal yang belum di impor.
4. Pelaksanaan pemberian penangguhan pembayaran PPN/PPn BM pada setiap pengimporan
barang modal tercantum pada setiap Laporan Kebenaran Pemeriksaan (LKP) kolom
PPN/PPnBM dengan kode xoox yang didasarkan kepada Masterlist/Surat Persetujuan Pabean
Perusahaan yang bersangkutan. Apabila karena sesuatu hal, pemberian penangguhan
PPN/PPn BM tersebut belum tercermin pada LKP yang bersangkutan, maka importir
PMA/PMDN dapat mengajukan perubahan LKP kepada PT. Sucofindo/SGS Jakarta dan
untuk itu akan diterbitkan LKP Perubahan.

Tata cara Penangguhan Pembayaran Lampiran II Barang Modal Produksi Dalam Negeri:
1. Perusahaan PMA/PMDN mengajukan permohonan tertulis kepada Ketua BKPM tentang
Permohonan Penangguhan Pembayaran PPN/PPn BM (terlampir), dengan melampirkan
rekaman Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan bukti pembelian atau perjanjian jual-beli.
2. Dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterima permohonan lengkap dan
memenuhi persyaratan Keputusan ini, Ketua BKPM memberikan persetujuan tentang Surat
Keterangan Penangguhan Pembayaran PPN/PPnBM (terlampir), dalam rangkap 4 (empat):
- Lembar ke-1, untuk penjual melalui pemohon;
- Lembar ke-2,untuk pemohon;
- Lembar ke-3, untuk Kantor Pelayanan Pajak setempat;
- Lembar ke-4, arsip.
3. Dalam hal permohonan yang diajukan tidak lengkap, atau tidak memenuhi persyaratan,
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterima permohonan
tersebut, Ketua BKPM memberikan jawaban penolakan tentang Penolakan Permohonan
(terlampir).
4. Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan barang modal tertentu setelah memperoleh "Surat
persetujuan Penangguhan Pembayaran PPN/PPn BM" tetap diwajibkan membuat Faktur
Pajak dengan mencantumkan PPN/PPn BM sekurang-kurangnya 3 (tiga) lembar:
- Lembar ke-1, untuk pembeli;
- Lembar ke-2, untuk dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa;
- Lembar ke-3, untuk arsip penjual
5.

Faktur Pajak sebagaimana dimaksud angka 4 harus diberi cap yang memuat nomor dan
tanggal Surat Persetujuan Penangguhan Pembayaran PPN/PPnBM.

Anda mungkin juga menyukai