Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era perekonomian yang semakin maju ini, persaingan antar perusahaan
dari berbagai industri juga semakin ketat. Masing- masing perusahaan tentunya
melakukan berbagai cara untuk dapat mencapai profitabilitas tinggi. Salah
satunya adalah dengan terus meningkatkan mutu dan kualitasnya dengan tujuan
untuk memikat para investor. Kegiatan investasi inilah yang nantinya akan
menambah aliran modal untuk menunjang pertumbuhan ekonomi sebuah
perusahaan.

Seperti yang kita ketahui, investasi sendiri adalah aktivitas penanaman modal
atau uang dengan harapan mendapatkan keuntungan atas penempatan uang
tersebut. Sehingga atas dasar inilah, kegiatan investasi tidak bisa terlepas dari 2
acuan penting yang harus diperhatikan oleh investor dalam pengambilan
keputusan keuangan yaitu risk dan return dari perusahaan yang dituju. Return
atau tingkat pengembalian yang diharapkan sebagai imbalan atas modal yang
ditanamkan oleh investor selalu diikuti dengan risk atau resiko yang berlawanan
dengan hasil yang diinginkan dalam melakukan penanaman modal. Risk dan
return sebuah perusahaan dapat kita kalkulasi menggunakan data harga saham
perusahaan secara periodik. Hal ini dikarenakan pergerakan saham yang naik-
turun secara konstan dapat menunjukkan kemungkinan keuntungan atau kerugian
yang akan diperoleh investor.
Dapat kita lihat pada contoh tabel diatas, bahwa semakin tinggi harga saham
maka return yang diperoleh juga meningkat. Namun sebaliknya, apabila
pergerakan harga saham bersifat negatif maka sebaiknya investor
mempertimbangkan kembali keputusan investasi yang akan diambil karena
kondisi ini akan menyebabkan kerugian yang besar.

Dalam pengambilan keputusan keuangan, tidak hanya melihat dari satu aspek
saja karena risk dan return saling berkaitan dimana keduanya memiliki hubungan
yang linear atau searah. Pada umumnya dalam dunia keuangan hal ini dikenal
sebagai prinsip High risk, high return. Prinsip ini mengemukakan bahwa
semakin tinggi tingkat pengembalian yang didapat dari sebuah keputusan
keuangan maka semakin besar pula resikonya, dan sebaliknya. Pada kesempatan
kali ini, penulis menggunakan HM Sampoerna Tbk sebagai referensi perusahaan
dengan kondisi High risk, high return. Namun tidak dapat dipungkiri dalam
dunia perekonomian, kesenjangan dapat muncul kesenjangan antara teori dengan
fakta empiris yang ada. Kesenjangan ini terjadi apabila suatu perusahaan justru
mengalami kondisi High risk, low return.
Kondisi hubungan antara return dan risk dalam saham yang tidak linear ini
dapat kita lihat pada saat terjadinya gejolak dalam pasar saham yaitu sekitar tahun
2008 dan tahun 2011-2012. Dalam periode tersebut, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan yang tidak sebanding dengan periode
bullish yaitu tahun 2003- 2007 dan masa pemulihan 2009-2010. Investasi yang
dilakukan pada periode bearish atau selama terjadinya gejolak bursa akan menjadi
investasi saham yang beresiko tinggi dengan tingkat pengembalian rendah.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, yaitu : valuasi saham yang
terlalu mahal dan kondisi ekonomi makro yang sangat baik sehingga
meningkatkan kepercayaan diri investor. Kondisi ini jugalah yang dialami oleh
Bumi Resources Minerals Tbk sebagai perusahaan yang mengalami High risk,
low return. Oleh karena keadaan dua perusahaan yang bertolak belakang inilah,
penulis akan membandingkan risk dan return milik HM Sampoerna Tbk dan
Bumi Resources Minerals Tbk .

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana kesenjangan antara teori High risk, high return dengan fakta
empiris High risk, low return yang terjadi pada HM Sampoerna Tbk dan
Bumi Resources Minerals Tbk?
2. Apa penyebab dari kondisi High risk, low return?
3. Bagaimana solusi dari kesenjangan yang terjadi agar perusahaan dapat
kembali pada prinsip High risk, high return?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori High risk, high return dengan
fakta empiris High risk, low return yang terjadi pada HM Sampoerna Tbk
dan Bumi Resources Minerals Tbk.
2. Untuk mengetahui penyebab dari kondisi High risk, low return.
3. Untuk mengetahui solusi dari kesenjangan yang terjadi agar perusahaan dapat
kembali pada prinsip High risk, high return.

Anda mungkin juga menyukai