SISTEM PEMBUMIAN
Disusun oleh:
NILA NURWAJID OKTORI
14.01.014.009
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah SISTEM PEMBUMIAN ini.
SUMBAWA,
Penyusun
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pembumian............................................................
2.2 Metode Jala .........................................................................................
2.3 Metode Bola Bergulir ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Memahami ap itu system pembumian
b. sistem pembumian menggunakan metode jala dan bola bergulir
BAB II
PEMBAHASAN
Metode jala juga dikenal dengan metode sangkar faraday. Pada metode
ini finial batang tegak, konduktor atap, saling dihubungkan sehingga
membentuk poligon tertutup (jala), dengan ukuran sesuai dengan tingkat
proteksi (tabel 2.1). Daerah ruang proteksi adalah keseluruhan daerah yang
ada terletak dibawah jala.
Garis putus-putus yang di gambarkan pada gambar adalah konduktor
diaatas atap Dan konduktor ke bawah.
Jika sistem terminasi udara terdiri dari jala konduktor, paling sedikit
diperlukan dua konduktor penyalur dengan nilai rata- rata jarak antar
konduktor penyalur tidak lebih dari nilai yang tercantum dalam tabel berikut:
Analisis dengan metode bola bergulir, metode ini sangat baik digunakan
terutama jika bentuk bangunannya rumit. Metode ini dilakukan dengan cara
menggambarkan bangunan dan bola bergulir dengan jari-jari yang sesuai
sebesar 45 m disekeliling bangunan. Daerah antara perpotongan permukaan
tanah, gedung dan keliling bola bergulir dan bangunan itu sendiri adalah
proteksinya dengan cara ini terlihat bahwa masi diperlukan penangkap petir
lagi pada ujung dari atap bangunan karena titik tersebut tepat tersentuh oleh
bola bergulir dan mempunyai dan mempunyai kemungkinan besar tersambar
petir sehingga harus dipasangi terminasi udara. Bila terminasi udara
ditambahkan pada puncak atak yang berada disisi kanan dan kiri maka jarak
terminasi dengan bagian atap yang paling luar adalah 2,5 meter. Berdasarkan
persaman diperoleh.
Berarti dengan tambahan penangkap petir bangunan maksimal bias
menahan sampai 3,39 kA. Jika ada sambaran petir dengan arus bernilai lebih
dari 3,39 kA maka akan ditangkap oleh sistem proteksi petir.
Dengan metode bola bergulir sangat baik digunakan terutama jika bentuk
bangunannya rumit. Sedangkankan dengan metode jala untuk keperluan
perlindungan permukaan yang datar karena bisa melindungi seluruh
permukaan bangunan. Daerah yang diproteksi adalah keseluruhan daerah yang
ada di dalam jala-jala.
DAFTAR PUSTAKA
http://catatan.baha.web.id/1746
NFPA 780: Lightning Protection code. National Fier Protection
Association,1992.
Perauran Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan Di
Indonesia.Jakarta :Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,1983