Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SISTEM PEMBUMIAN

Disusun oleh:
NILA NURWAJID OKTORI
14.01.014.009

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMATIKA


PROGRAM STUDY TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah SISTEM PEMBUMIAN ini.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

SUMBAWA,
Penyusun

Nila Nurwajid Oktori


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pembumian............................................................
2.2 Metode Jala .........................................................................................
2.3 Metode Bola Bergulir ........................................................................

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem pembumian (grounding system) adalah suatu perangkat instalasi


yang berfungsi untuk melepaskan arus petir ke dalam bumi, salah satu
kegunaannya untuk melepas muatan arus petir. Tingkat kehandalan sebuah
grounding ada di nilai konduktivitas logam terhadap tanah yang ditancapinya.
Semakin konduktif tanah terhadap benda logam, maka semakin baik.
Kelayakan grounding harus bisa mendapatkan nilai tahanan sebaran
maksimal 5 ohm (PUIL 2000 : 68) dengan menggunakan earth ground tester.
Namun begitu, untuk daerah yang resistans jenis tanahnya sangat tinggi,
resistans pembumian total seluruh sistem boleh mencapai 10 ohm (PUIL 2000
: 68).

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian system pembumian
b. sistem pembumian menggunakan metode jala dan bola bergulir?

1.3 Tujuan
a. Memahami ap itu system pembumian
b. sistem pembumian menggunakan metode jala dan bola bergulir
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pembumian


Sistem pembumian merupakan proteksi atau perlindungan peralatan
terhadap gangguan baik gangguan bumi maupun gangguan oleh kilat.
Gangguan bumi adalah kegagalan isolasi antara penghantar dan bumi atau
kerangka, serta gangguan yang disebabkan oleh penghantar yang terhubung
ke bumi atau karena resistansi isolasi ke bumi menjadi lebih kecil daripada
nilai tertentu.
Terdapat dua jenis pembumian pada sistem tenaga listrik, yaitu:
a. Pembumian sistem;
b. Pembumian peralatan.
Pembumian sistem adalah pembumian pada sistem tenaga listrik ke bumi
dengan cara tertentu. Pembumian sistem ini dilakukan pada transformator
pada gardu induk (GI) dan transformator pada gardu distribusi (GD) pada
pada saluran distribusi.
Pembumian peralatan berbeda dengan pembumian sistem. Pembumian
peralatan adalah pembumian Bagian Konduktif Terbuka (BKT) peralatan yang
pada waktu normal tidak bertegangan.

Sedangkan secara khusus pembumian sistem bertujuan untuk:


1 Mencegah terjadinya kejut listrik pada sentuhan tak langsung pada BKT
peralatan akibat bekerjanya GPAL (Gawai Pemutus Arus Lebih) pada
instalasi listrik;
2 Memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya
dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau
ledakan pada bangunan beserta isinya;
3 Memperbaiki penampilan (performance) dari sistem.

2.2 Metode Jala


Metode ini digunakan untuk keperluan perlindungan permukaan yang
datar karena bisa melindungi seluruh permukaan bangunan. Daerah yang
diproteksi adalah keseluruhan daerah yang ada di dalam jala-jala.

Metode jala juga dikenal dengan metode sangkar faraday. Pada metode
ini finial batang tegak, konduktor atap, saling dihubungkan sehingga
membentuk poligon tertutup (jala), dengan ukuran sesuai dengan tingkat
proteksi (tabel 2.1). Daerah ruang proteksi adalah keseluruhan daerah yang
ada terletak dibawah jala.
Garis putus-putus yang di gambarkan pada gambar adalah konduktor
diaatas atap Dan konduktor ke bawah.

Metode Jala tampak depan Metode Jala Tampak Atas

Jika sistem terminasi udara terdiri dari jala konduktor, paling sedikit
diperlukan dua konduktor penyalur dengan nilai rata- rata jarak antar
konduktor penyalur tidak lebih dari nilai yang tercantum dalam tabel berikut:

2.2 Metode Bola Bergulir

Analisis dengan metode bola bergulir, metode ini sangat baik digunakan
terutama jika bentuk bangunannya rumit. Metode ini dilakukan dengan cara
menggambarkan bangunan dan bola bergulir dengan jari-jari yang sesuai
sebesar 45 m disekeliling bangunan. Daerah antara perpotongan permukaan
tanah, gedung dan keliling bola bergulir dan bangunan itu sendiri adalah
proteksinya dengan cara ini terlihat bahwa masi diperlukan penangkap petir
lagi pada ujung dari atap bangunan karena titik tersebut tepat tersentuh oleh
bola bergulir dan mempunyai dan mempunyai kemungkinan besar tersambar
petir sehingga harus dipasangi terminasi udara. Bila terminasi udara
ditambahkan pada puncak atak yang berada disisi kanan dan kiri maka jarak
terminasi dengan bagian atap yang paling luar adalah 2,5 meter. Berdasarkan
persaman diperoleh.
Berarti dengan tambahan penangkap petir bangunan maksimal bias
menahan sampai 3,39 kA. Jika ada sambaran petir dengan arus bernilai lebih
dari 3,39 kA maka akan ditangkap oleh sistem proteksi petir.

Metode bola bergulir pada gedung tampak depan

Metode bola bergulir pada gedung tampak samping

Metode berdasarkan elektrogeometri dimana ruang proteksinya adalah


daerah perpotongan antara bidang referensi, bangunan dan keliling bola
gelinding, dengan jari- jari sesuai tingkat proteksi.
BAB III
KESIMPULAN

gedung gedung baru, cenderung bertingkat sebagai solusi karena


semakin sempitnya lahan tanah. Mengingat letak geografis Indonesia yang
dilalui garis katulistiwa menyebabkan Indonesia beriklim tropis, akibatnya
Indonesia memiliki hari guruh rata rata per tahun yang sangat tinggi.
Dengan demikian bangunan bangunan di Indonesia memiliki resiko lebih
besar mengalami kerusakan akibat terkena sambaran petir. Kerusakan yang
ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta manusia yang berada di
dalam gedung tersebut.

Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran


petir maka dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem
pengaman itu salah satunya berupa sistem penangkal petir beserta
pentanahannya. Pemasangan sistem tersebut didasari oleh perhitungan resiko
kerusakan akibat sambaran petir terhadap gedung. Perhitungan resiko ini
digunakan sebagai standar untuk mengetahui kebutuhan pemasangan sistem
penangkal petir pada bangunan bertingkat tersebut.

Dengan metode bola bergulir sangat baik digunakan terutama jika bentuk
bangunannya rumit. Sedangkankan dengan metode jala untuk keperluan
perlindungan permukaan yang datar karena bisa melindungi seluruh
permukaan bangunan. Daerah yang diproteksi adalah keseluruhan daerah yang
ada di dalam jala-jala.
DAFTAR PUSTAKA

Emmy Hosea , Edy Iskanto , Harnyatris M. Luden. Penerapan Metode


Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal
yang Diaplikasikan pada Gedung W Universitas Kristen Petra, Jurnal Teknik
Elektro Vol. 4, No. 1, Maret 2004: 1 - 9.

http://catatan.baha.web.id/1746
NFPA 780: Lightning Protection code. National Fier Protection
Association,1992.
Perauran Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan Di
Indonesia.Jakarta :Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,1983

Anda mungkin juga menyukai