Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN

Pertumbuhan dan Perubahan Endokrin pada Janin dan Neonatus


Dosen Pembimbing:
Rodiyah, S. Kep, Ns, M. Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Adinda Vici Pandulum (151001002) 7. Nur Aini (151001033)


2. Daniel Tanaem (151001007) 8. Nuratri Harmiani (151001034)
3. Faridatul Umroh (151001014) 9. Puji Rahayu Ningsih (151001036)
4. Hasri Provitasari (151001019) 10. Tiflatul Amin Hidayah (151001040)
5. Irma Maulinda D. (151001021) 11. Vina Ismawati (151001044)
6. Makfiatul Abadyah (151001023)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) PEMKAB JOMBANG

2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pertumbuhan
dan Perkembangan Endokrin pada Janin dan Neonatus . Tidak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari adanya banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.


Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik pembaca yang membangun
demi kesempurnaan dalam makalah ini.

Harapan penyusun agar makalah ini berguna dan dapat dimanfaatkan


sebagaimana mestinya, serta dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang
perencanaan pembelajaran.

Jombang, 17 Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................... 1
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
Sistem Endokrin Neonatus......................................................................................... 3
Sistem Endokrin Ekstra Uterin................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


Kesimpulan................................................................................................................ 11
Saran`......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pematangan janin dan kelangsungan hidup neonatus diatur oleh berbagai
jenis hormon. Tujuan dari pengaturan hormon ini adalah agar seorang bayi dapat
bertahan hidup baik di dalam rahim maupun di luar rahim. Salah satu hormon
yang berperan adalah hormon-hormon yang dihasilkan dari kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu sebab
sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran tetapi
langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan kelenjar.
Macam-macam kelenjar endokrin adalah :
a. Kelenjar hipofisis

b. Kelenjar tiroid dan paratiroid

c. Kelenjar adrenal

d. Kelenjar timus

Kelenjar dari sistem endokrin menghasilkan bahan-bahan kimia yang


mempengaruhi seluruh tubuh. Selama masa kehamilan, banyak perubahan yang
terjadi pada kelenjar ini. Tidak hanya perubahan pada masa kehamilan, tetapi
juga perubahan ketika bayi sudah lahir. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
bagaimana perubahan-perubahan sistem endokrin yang terjadi dari intra uterin
sampai ekstra uterin.

1.2 Rumusan masalah


a. Bagaimana endokrin masa janin dan perubahan pada saat neonatus dan
pada bayi dilahirkan?
b. Apa sajakah kelenjar kelenjar pada Endokrin?
1.3 Tujuan penulisan
a. Mengetahui perkembangan dan persiapan sistem endokrin pada kehidupan
neonatus.

b. Memahami kelenjar kelenjar pada Endokrin.

BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan Dan Persiapan Sistem Endokrin Pada Kehidupan Neonatus


2.1 Sistem Endokrin Neonatus
1. Kelenjar-Kelenjar Endokrin
a. Hipofisis Anterior
Mulchahey dan kawan-kawan (1987), dalam suatu tinjauan yang
bagus sekali tentang ontogenesis fungsi dan regulasi kelenjar hipofisis
janin, mengetengahkan suatu pandangan yang menarik dan patut
diacungi jempol.
Pertama, mereka mengabaikan validitas konsep bahwa
pengendalian sekresi hipofisis anterior janin tergantung pada
pematangan system saraf pusat.
Kedua, mereka menyebutkan bahwa sistem endokrin janin
berfungsi selama beberpa waktu sebelum sistem saraf pusat
melengkapi sinaptogenesisnya dan sistem-sistem integrative lainnya
telah mencapai status maturitas, sehingga mampu melaksanakan banyak
tugas yang berkaitan dengan homeostasis.
Ketiga, mereka melanjutkan dengan mengusulkan bahwa sistem
endokrin janin tidak perlu menyerupai sistem endokrin dewasa, tetapi
dapat merupakan satu dari sistem homeostasik pertama kali yang
dikembangkan.
Akhirnya, hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi lima tipe
sel, yang mensekresi enam hormon protein:
Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL)

Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH)

Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH)


Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating horomone (TSH)

Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-


stimulating hormone (FSH).

ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada minggu ke-7
kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis janin mampu
mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan
LH telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan 13
minggu. Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon
hipofisiotropik dan mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak
kehamilan dini.
Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali
pusat, meskipun peranan untuk hormon tersebut dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in utero tidak banyak
mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti yang
diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-janin
anensefalik manusia dengan jaringan hipofisis kecil tidak banyak
berbeda dari janin-janin normal.
Hipofisis janin menghasilakn dan melepaskan endorfin- dengan
cara yang berbeda dari kadar plasma ibunya. Lagipula, kadar endorfin-
dan lipotrofin- darah tali pusat ditemukan menurun sesuai dengan
menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif
dengan PCO2 janin.

b. Neurohipofisis
Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan 10
sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan oksitosin dan arginin
vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon vasotosin (AVT) terdapat di
hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada kehidupan
janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT
meningkatkan tidur dan merangsang pelepasan prolaktin.
Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin untuk
menghemat air tetapi aksi-aksi ini sebagian besar pada tingkat paru dan
plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal. Pembentukan PGE2 di dalam
ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar AVP di plasma tali
pusat meningkat secara menyolok dibandingkan dengan kadar yang
ditemukan dalam plasma ibu. Di samping itu, AVP dalam darah tali
pusat dan darah janin tampak meninggi pada stress janin.

c. Hipofisis Intermedia Janin


Ada lobus intermedie hipofisis yang berkembang baik pada janin
manusia. Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang sebelum cukup
bulan dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa. Produk sekresi utaria
dari sel-sel lobus intermedia adalah hormon stimulasi -melanosit (-
MSH) dan -endorfin. Kadar -MSH janin menurun secara progesif
sesuai dengan umur kehamilan.

d. Tiroid
Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri trimester
pertama. Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi thyroid-
stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah. Ada peningkatan
yang lumayan besar setelah waktu ini. Mungkin sangat sedikit tirotropin
melintasi plasenta dari ibu ke janin sementara stimulator-stimulator.
Tiroid berjangka panjang LATS dan LATS-protektor demikian juga, bila
terdapat dalam konsentrasi tinggi pada ibunya. Juga, antibody-antibaodi
IgG ibu terhadap thyroid-stimulating hormon (TSH) juga dapat
melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar TSH tinggi palsu pada
neonatus.
Fase-fase pematangan tiroid pada janin dan neonatus manusia. Fase
Peristiwa Umur Kehamilan :
Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid 2 sampai 12 minggu
Pematangan hypothalamus 10 sampai 35 minggu
Perkembangan pengendalian neuroendorin 20 minggu sampai 4
minggu setelah lahir
Pematangan system monodeyodinasi perifer 30 monggu sampai 4
minggu setelah lahir
(Dari Fisher: Ross Conference on Obstetrical Decisions and Neonatal
outcome, San Diego, Mei 1979)
Plasenta manusia secara aktif mengkonsentrasikan yodida pada sisi
janin dan sepanjng trimester kedua dan ketiga kehamilan, tiroid janin
mengkonsentrasikan yodida lebih kuat daripada tiroid ibu. Karena itu,
pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang lebih banyak dari biasa,
jelas berbahaya bagi janin.
Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat
yang sangat terbatas dengan triyodotironin lebih mudah lewat darpada
tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama kehidupan janin. Janin
manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir. Hanya
jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon
tiroid, yaitu otak dan paru.

e. Kelenjar Paratiroid
Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan parathormon
pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi
respon in utero terhadap stimulasi pengaturan. Neonatus dari ibu-ibu
dengan hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani
hipokalsemik. Kadar kalsium plasma dalam janin, 11 sampai 12 mg per
dL, dipertahankan oleh transpor aktif dari darah ibu. Kadar paratiroid
dalam darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi.
Pada biri-biri, paratiroidektomi janin menyebabkan turunnya
konsentrasi kalsium plasma janin. Nefrektomi juga menyebabkan
turunnya kalsium dan 1-hidroksilasi dari 25-OH-kolekalsiferol terjadi
di ginjal janin.

f. Kelenjar Adrenal
Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan totalnya
jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang
dewasa, seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau
yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normalnya
mengalami hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat
setelah lahir. Zone janin tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang,
dimana hipofisis janin secara kongenital tidak ada.
Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Pada satu penelitian,
kadar aldosteron di plasma tali pusat mendekati cukup bulan, melebihi
kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan substrat rennin.
Tubulus-tubulus ginjal bayi baru lahir dan barangkali juga janin tampak
relatif tidak sensitif terhadap aldosteron.
Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel
yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin, sel-sel ini
dengan cepat muncul dan berproliferasi sebelum waktu vaskularisasi
hipofisis oleh hipotalamus sempurna. Hal ini memberi kesan bahwa
perkembangan awal adrenal janin berada di bawah pengaruh-pengaruh
trofik yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh trofik
pada orang dewasa.
Kemungkinan, ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa adanya
factor corticotropin-releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF) lain
yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin, misalnya dari
ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH tidak
menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup
kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan
replikasi sel-sel adrenal zona fetal.
Korteks adrenal fetus normal terus menerus berkembang sepanjang
kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi
kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia. Jelas bahwa laju
pertumbuhan adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh
rangsang trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu
jenis agen yang menunjang pertumbuhan.

g. Gonad
Siiteri dan Wilson (1974) mendemontrasikan sintesis testosteron
oleh testis janin dari progesterone dan pregnenolon pada kehamilan 10
minggu. Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe ( 1985) menemukan bahwa
sel-sel Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada testis
dewasa, yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.
Fenomena dalam testis janin ini mungkin disebabkan oleh:
Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin
Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada testis
janin
Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran perkembangan
sel-sel Leydig dalam testis janin dan kadar hCG, pembentukan
testosteron testis dan kadar hCG, konsentrasi reseptor untuk kadar
LH/hCG dan tidak adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan
sekresi testosteron testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar
hCG tinggi.
Pembentukan estrogen di ovarium janin telah didemonstrasikan
tetapi pembentukan estrogen di ovarium tidak diperlukan untuk
perkembangan fenotip perempuan.

2. Plasenta Sebagai Organ Endokrin


Perubahan-perubahan endokrin yang menyertai kehamilan manusia
mungkin adalah yang paling unik dan paling mengherankan yang dicatat
pada fisiologi atau patofisiologi mamalia. Kalau diteliti niali-nilai ini, jelas
bahwa perubahan-perubahan endokrin pada kehamilan merupakan
fenomena.
Di samping peningkatan pembentukan hormon steroid seks dan
mineralkortikoid ini. juga ada peningkatan menyolok kadar rennin,
angiotensinogen dan angiotensin II plasma, bersamaan dengan produksi
harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL) dan jumlah gonadotropin
koroinik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.
Plasenta juga memproduksi adrenokortikotropin (ACTH) korionik dan
produk-produk lain dari pro-opiomelanokortik, human korionik tirotropin
(hCT) dan juga hypothalamic-like releasing dan inhibiting hormon, yaitu
thyrotropin-releasing hormone (TRH), gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) atau luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH), corticotropin-
releasing factor (CRF) dan somatostatin serta inhibin dan berbagai macam
protein yang unik untuk kehamilan (spesifik-kehamilan) atau proses-proses
neoplastik.
Hormon-Hormon Protein Plasenta :
a. Gonadotropin korionik
b. Adrenokortikotropin dan tirotropin korionik
c. Hormon-hormon hypothalamic like-releasing dari plasenta
d. Inhibin

2.2 Sistem Endokrin Ekstra Uterin (Saat Bayi Baru Lahir)


Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika
berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan maka masih
mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam
perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas
hidup. Bnamun, organ-organ tersebut, misalnya system endokrin masih belum
sempurna sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin lahir barulah
system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup diluar rahim ibunya
kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan ibu.
Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami daptasi agar mampu
bekerja misalnya :
1. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-perubahan
besar funsi dan metabolisnya. Pendinginan atmosfer membangkitkan
peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal 24-26
minggu setelah lahir. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang
terjadi hampir bersamaan.
2. Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-
kira 10 gram atau sedikit ukurannya ertambah dan pada masa remaja
beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar antara lain :
1. Hipofisis interior
2. Neuro hipofisis
3. Hipofisis intermedia janin
4. Tiroid
5. Paratiroid
6. Kelenjar adrenal
7. Gonad
Kelenjar kelenjar endokrin pada intra uterin belum bisa berfungsi secara
maksimal karena pembentukan belum sempurna dan masih mendapatkan bantuan
dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya,
Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin dimulai dari trimester I. Kelenjar-
kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi secara maksimal karena
pembentukannya juga sudah muali sempurna jadi neonatus sudah tidak
mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.

DAFTAR PUSTAKA

Hacker & Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipocrates

Hamilton., Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Mac Donald, dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta :EGC

Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Prawirohardjo., Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai