Endokrin
Endokrin
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pertumbuhan
dan Perkembangan Endokrin pada Janin dan Neonatus . Tidak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................... 1
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
Sistem Endokrin Neonatus......................................................................................... 3
Sistem Endokrin Ekstra Uterin................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
c. Kelenjar adrenal
d. Kelenjar timus
BAB II
PEMBAHASAN
ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada minggu ke-7
kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis janin mampu
mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan
LH telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan 13
minggu. Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon
hipofisiotropik dan mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak
kehamilan dini.
Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali
pusat, meskipun peranan untuk hormon tersebut dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in utero tidak banyak
mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti yang
diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-janin
anensefalik manusia dengan jaringan hipofisis kecil tidak banyak
berbeda dari janin-janin normal.
Hipofisis janin menghasilakn dan melepaskan endorfin- dengan
cara yang berbeda dari kadar plasma ibunya. Lagipula, kadar endorfin-
dan lipotrofin- darah tali pusat ditemukan menurun sesuai dengan
menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif
dengan PCO2 janin.
b. Neurohipofisis
Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan 10
sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan oksitosin dan arginin
vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon vasotosin (AVT) terdapat di
hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada kehidupan
janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT
meningkatkan tidur dan merangsang pelepasan prolaktin.
Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin untuk
menghemat air tetapi aksi-aksi ini sebagian besar pada tingkat paru dan
plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal. Pembentukan PGE2 di dalam
ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar AVP di plasma tali
pusat meningkat secara menyolok dibandingkan dengan kadar yang
ditemukan dalam plasma ibu. Di samping itu, AVP dalam darah tali
pusat dan darah janin tampak meninggi pada stress janin.
d. Tiroid
Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri trimester
pertama. Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi thyroid-
stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah. Ada peningkatan
yang lumayan besar setelah waktu ini. Mungkin sangat sedikit tirotropin
melintasi plasenta dari ibu ke janin sementara stimulator-stimulator.
Tiroid berjangka panjang LATS dan LATS-protektor demikian juga, bila
terdapat dalam konsentrasi tinggi pada ibunya. Juga, antibody-antibaodi
IgG ibu terhadap thyroid-stimulating hormon (TSH) juga dapat
melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar TSH tinggi palsu pada
neonatus.
Fase-fase pematangan tiroid pada janin dan neonatus manusia. Fase
Peristiwa Umur Kehamilan :
Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid 2 sampai 12 minggu
Pematangan hypothalamus 10 sampai 35 minggu
Perkembangan pengendalian neuroendorin 20 minggu sampai 4
minggu setelah lahir
Pematangan system monodeyodinasi perifer 30 monggu sampai 4
minggu setelah lahir
(Dari Fisher: Ross Conference on Obstetrical Decisions and Neonatal
outcome, San Diego, Mei 1979)
Plasenta manusia secara aktif mengkonsentrasikan yodida pada sisi
janin dan sepanjng trimester kedua dan ketiga kehamilan, tiroid janin
mengkonsentrasikan yodida lebih kuat daripada tiroid ibu. Karena itu,
pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang lebih banyak dari biasa,
jelas berbahaya bagi janin.
Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat
yang sangat terbatas dengan triyodotironin lebih mudah lewat darpada
tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama kehidupan janin. Janin
manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir. Hanya
jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon
tiroid, yaitu otak dan paru.
e. Kelenjar Paratiroid
Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan parathormon
pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi
respon in utero terhadap stimulasi pengaturan. Neonatus dari ibu-ibu
dengan hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani
hipokalsemik. Kadar kalsium plasma dalam janin, 11 sampai 12 mg per
dL, dipertahankan oleh transpor aktif dari darah ibu. Kadar paratiroid
dalam darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi.
Pada biri-biri, paratiroidektomi janin menyebabkan turunnya
konsentrasi kalsium plasma janin. Nefrektomi juga menyebabkan
turunnya kalsium dan 1-hidroksilasi dari 25-OH-kolekalsiferol terjadi
di ginjal janin.
f. Kelenjar Adrenal
Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan totalnya
jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang
dewasa, seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau
yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normalnya
mengalami hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat
setelah lahir. Zone janin tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang,
dimana hipofisis janin secara kongenital tidak ada.
Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Pada satu penelitian,
kadar aldosteron di plasma tali pusat mendekati cukup bulan, melebihi
kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan substrat rennin.
Tubulus-tubulus ginjal bayi baru lahir dan barangkali juga janin tampak
relatif tidak sensitif terhadap aldosteron.
Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel
yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin, sel-sel ini
dengan cepat muncul dan berproliferasi sebelum waktu vaskularisasi
hipofisis oleh hipotalamus sempurna. Hal ini memberi kesan bahwa
perkembangan awal adrenal janin berada di bawah pengaruh-pengaruh
trofik yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh trofik
pada orang dewasa.
Kemungkinan, ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa adanya
factor corticotropin-releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF) lain
yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin, misalnya dari
ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH tidak
menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup
kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan
replikasi sel-sel adrenal zona fetal.
Korteks adrenal fetus normal terus menerus berkembang sepanjang
kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi
kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia. Jelas bahwa laju
pertumbuhan adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh
rangsang trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu
jenis agen yang menunjang pertumbuhan.
g. Gonad
Siiteri dan Wilson (1974) mendemontrasikan sintesis testosteron
oleh testis janin dari progesterone dan pregnenolon pada kehamilan 10
minggu. Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe ( 1985) menemukan bahwa
sel-sel Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada testis
dewasa, yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.
Fenomena dalam testis janin ini mungkin disebabkan oleh:
Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin
Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada testis
janin
Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran perkembangan
sel-sel Leydig dalam testis janin dan kadar hCG, pembentukan
testosteron testis dan kadar hCG, konsentrasi reseptor untuk kadar
LH/hCG dan tidak adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan
sekresi testosteron testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar
hCG tinggi.
Pembentukan estrogen di ovarium janin telah didemonstrasikan
tetapi pembentukan estrogen di ovarium tidak diperlukan untuk
perkembangan fenotip perempuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar antara lain :
1. Hipofisis interior
2. Neuro hipofisis
3. Hipofisis intermedia janin
4. Tiroid
5. Paratiroid
6. Kelenjar adrenal
7. Gonad
Kelenjar kelenjar endokrin pada intra uterin belum bisa berfungsi secara
maksimal karena pembentukan belum sempurna dan masih mendapatkan bantuan
dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya,
Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin dimulai dari trimester I. Kelenjar-
kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi secara maksimal karena
pembentukannya juga sudah muali sempurna jadi neonatus sudah tidak
mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.
DAFTAR PUSTAKA
Hacker & Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipocrates
Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia