Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN

PACEMAKER

Oleh
Kelompok 8

1. Nur Aini (151001033)


2. Nuratri Harmiani (151001034)
3. Okvita Tri Susanti (151001035)
4. Puji Rahayu N. (151001036)
5. Tiflatul Amin H. (151001040)
6. Vina Ismawati (151001044)

Dosen Pembimbing :
Supriliyah, P, S.Kep, Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015 2016
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang Asuhan Keperawatan Pacemaker yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini memuat tentang Asuhan Keperawatan
PaceMaker yang mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep
khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam
keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan,oleh sebab itu kritik yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing kami yang telah membimbing penyusun agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini
dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang, 28 April 2016

Anggota Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ii

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pacemaker 2
2.2 Manifestasi Klinis 3
2.3 Klasifikasi Pacemaker4
2.4 Komplikasi Pacemaker 5
2.5 Indikasi Pacemaker 5

BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung 8
3.2 Definisi Aritmia 15
3.3 Jenis Aritmia 16
3.4 Etiologi Penyakit Aritmia 20
3.5 Penatalaksanaan Aritmia 22

3.6 Penatalaksanaan Medis 30


3.7 Indikasi Pemakaian 31
3.8 Kontra-Indikasi 32
3.9 Askep Aritmia 32

BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


4.1 Pengkajian 33
4.2 Data Fokus 34
4.3 Analisa Data 35
4.4 Diagnosa Keperawatan 35
4.5 Intervensi 36

3
4.6 Implementasi 40
4.7 Evaluasi 41

BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan 44
3.2 Kritik dan Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 45

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler
yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai
tingkat usia. System kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau
peredaran darah dan keadaan darah yang merupakan bagian tubuh yang
sangat penting karena merupakan pengaturan yang menyalurkan oksigen
serta nutrisi keseluruh tubuh.Bila salah satu organ tersebut mengalami
ganguan terutama jantung maka akan mengganggu semua system tubuh.
Aritmia atau Disritmia merupakan salah satu ganguan dari system
kardiovaskuler.Aritmia atau Disritmia adalah tidak teraturnya irama jantung.
Aritmia atau disritmia disebabkan karena terganggunya mekanisme
pembentukan impuls dan konduksi.hal ini termasuk tergangunya system
syaraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang merupakan
retensi dalam pengobatan. Salah satu terapi pada aritmia atau disritmia
adalah dengan menggunakan terapi mekanis Pace Maker atau bisa di sebut
alat pacu jantung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi pacemaker

2. Bagaimana manifestasi klinis

3. Bagaimana klasifikasi dari pacemaker

4. Bagaimana komplikasi pasien dengan pacemaker

5. Bagaimana indikasi pacemaker

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi pacemaker

2. Mengetahui manifestasi klinis

1
3. Bagaimana klasifikasi dari pacemaker

4. Mengetahui komplikasi dengan pacemaker

5. Mengetahui indikasi pacemaker

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pacemaker


Pacemaker adalah alat pacu detak jantung dan langsung mengontrol
detak jantung. Kontraksi jantung (cardiac) otot pada manusia , alat mekanis
yang disebut alat pacu jantung buatan (atau hanya "alat pacu jantung") dapat
digunakan setelah kerusakan pada sistem konduksi intrinsik tubuh untuk
menghasilkan impuls sintetis (Shadily, 2014). Simpul sinoatrial ( SAnode )
adalah sekelompok sel ditempatkan pada dinding atrium kanan,dekat pintu
masuk vena kava superior.
Sel-sel inidiubah kardiomiosit.Mereka memiliki filamen kontraktil
dasar, namun kontraksinyarelatif lemah. Sel-sel dalam SA node secara
spontan berdepolarisasi , sehingga kontraksisekitar 100 kali per
menit. Tingkat asli ini terus dimodifikasi
olehaktivitas simpatis dan parasimpatis serat saraf, sehingga tingkat jantung
istirahat ratarata pada manusia dewasa adalah sekitar 70 denyut per
menit. Karena simpul sinoatrial bertanggung jawab untuk sisa aktivitas
listrik jantung, kadang-kadang disebut alat pacu jantung utama. (Campbell,
2006)

2
Gambar 1 : pacemaker

Fungsi pacemaker yaitu :


1. Mempercepat irama jantung yang lambat.
2. Membantu mengendalikan irama jantung abnormal atau cepat.
3. Pastikan kontrak ventrikel normal jika atrium yang bergetar bukan
pemukulan dengan irama normal (kondisi yang disebut atrial
fibrilasi ).
4. Mengkoordinasikan sinyal listrik antara bilik atas dan bawah dari
jantung.
5. Mengkoordinasikan sinyal listrik antara ventrikel. Alat pacu
jantung yang melakukan ini disebut terapi sinkronisasi jantung
(CRT) perangkat. perangkat CRT digunakan untuk mengobati gagal
jantung .
6. Mencegah aritmia berbahaya yang disebabkan oleh kelainan yang
disebut sindrom QT panjang .
7. Alat pacu jantung juga dapat memonitor dan merekam aktivitas
listrik jantung Anda dan irama jantung.
8. Alat pacu jantung baru dapat memonitor suhu darah, kecepatan
napas, dan faktor lain dan menyesuaikan detak jantung Anda untuk
perubahan dalam aktivitas Anda.

2.2 Manifestasi klinis


1. Perubahan tekanan darah (hipetensi atau hipotensi), nadi tidak teratur,
irama jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema,
haluan urin menurun bila curah jantung menurut berat.
2. Syncape, pusing,disorientasi letargi perubahan pupil
3. Nyeri dada ringan sampai berat , gelisah

3
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan atau kedalaman pernafasan,
bunyi nafas tambahan (kreskles, ronchi, mengi) menunjukkan adanya
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena trombolitik pulmonal, hematopoiesis
5. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema,
kehilangan fonus otot / kekuatan.

2.3 Klasifikasi pacemaker


1. Transvenous pacing (temporary pacemaker)
temporary pacemaker adalah suatu alat pacu jantung sementara dimana
kawat atau elektrode pacu jantung dimasukan melalui vena (pembuluh
darah balik) biasanya melalui vena femoralis/ vena jugularis/ vena
subclavia menuju atrium atau ventrikel kanan. Sedangkan generatornya
ditempatkan diluar dan bersifat sementara.
2. Permanent pacemaker
Pacu jantung menetap adalah suatu alat medis yang ditanam dalam tubuh
pasien beruapa kawat pacing yang ditanam dalam satu ruang atau
beberapa ruang jantung melalui vena yang tepat dan dihubungkan
generator dari pacu jantung tersebut yang ditanam dibawah kulit atau otot
dada kanan atau kiri. Ada beberapa tipe dari pacu jantung permanen,
yaitu :
a. Single-chamber pacemaker. Pada tipe ini kawat pacing hanya ada
satu yang akan ditempatkan disalah satu ruang jantung yaitu
atrium(serambi) atau ventrikel(bilik).
b. Dual-chamber pacemaker. Disini kawat pacing yang akan
ditempatkan ada 2, satu ditempatkan di atrium dan satu di ventrikel.
Tipe ini lebih fisiologis atau lebih mirip dengan cara kerja pacu
jantung orang yang sehat dengan adanya koordinasi pemacuan antara
atrium dan ventrikel.
c. Rate-responsive pacemaker. Pacemaker tipe ini mempunyai sensor
yang bisa mendeteksi aktifitas fisik pasien dan secara otomatis akan

4
mengatur frekwensi kecepatan pemacuan sesuai dengan kebutuhan
metabolisme pasien.
3. Biventricular pacing atau Cardiac resyncronization therapy (BVP/CRT).
Adalah suatu pacemaker generasi baru dengan 3 kawat pacu yang akan
dipasang yaitu ditempatkan di atrium kanan, ventrikel kanan dan
ventrikel kiri melalui sinus coronarius.

2.4 Komplikasi pacemaker


Komplikasi pacemaker berhubungan dengan
a. Keberadaan dalam tubuh, dan
b. Fungsinya yang tidak sesuai.
2. Komplikasi berikut dapat timbul akibat adanya pacemaker:
a. Infeksi local (sepsis atau pembentukan hematoma) dapat terjadi di
tempat pemotongan vena atau pada penempatan pacemaker di
bawah kulit.
b. Disritmia aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi
dinding ventrikel oleh elektroda.
c. Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh
kateter.
d. Cetusan hilang secara mendadak akibat tngginya ambang ventrikel.
e. Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator, terutama
apabila sedang mengkonsumsi pengencer darah
f. Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf yang berada di dekat
alat pacu jantung
g. Kolaps paru

h. Tusukan pada otot jantung, yang dapat menjadi sumber perdarahan


dalam selaput jantung dan mungkin dapat membutuhkan
penanganan segera.

2.5 Indikasi pacemaker


Kemungkinan alat pacu jantung Anda berhenti berfungsi sebagaimana
mestinya akibat gangguan elektrik sangatlah kecil. Akan tetapi, sebaiknya
Anda tetap mengambil beberapa tindakan pencegahan yaitu :
a. Telepon genggam.

5
Berbicara melalui telepon genggam cukup aman, akan tetapi
hindari menaruh telepon genggam Anda secara langsung dekat
dengan tempat pemasangan alat pacu jantung Anda ketika telepon
dinyalakan. Meskipun jarang terjadi, alat pacu jantung Anda dapat
salah menginterpretasi sinyal telepon genggam sebagai suatu denyut
jantung dan menahan pacu, yang menimbulkan gejala seperti
kelelahan mendadak.
b. Sistem keamanan
Melewati detektor metal di airport tidak akan mengganggu alat
pacu jantung Anda, meskipun metal di dalamnya dapat membunyikan
alarm. Namun hindari berada di dekat atau bersandar pada sistem
deteksi metal. Apabila petugas keamanan bersikeras menggunakan
detektor metal, beritahukan kepada mereka untuk tidak meletakkan
alat tersebut di dekat alat pacu jantung Anda lebih lama dari yang
diperlukan atau tanyakan bentuk alternatif dari pencarian pribadi.
Untuk menghindari masalah yang dapat mengganggu, bawalah
identitas yang menyatakan bahwa Anda menggunakan alat pacu
jantung
c. Peralatan medis
Apabila dokter lain mempertimbangkan tindakan medis apapun
yang melibatkan paparan intensif terhadap energi elektromagnetik,
beritahukan kepadanya bahwa Anda memakai alat pacu jantung.
Tindakan seperti magnetic resonance imaging (MRI), radioterapi
untuk pengobatan kanker, dan shock wave lithotripsy, yang
menggunakan gelombang shock untuk menghancurkan batu ginjal
atau batu empedu yang besar.Apabila Anda akan menjalani operasi,
tindakan untuk mengontrol perdarahan (elektrokauter) juga dapat
mengganggu fungsi alat pacu jantung.
d. Peralatan yang membutuhkan energi (power-generating equipment)
Berdiri sedikitnya 60 cm dari peralatan las, sistem bertegangan
tinggi, atau sistem generator. Apabila Anda bekerja di sekitar
peralatan tersebut, Dokter Kami akan mengatur suatu tes di tempat
kerja Anda untuk menentukan apakah tempat kerja Anda akan
mempengaruhi alat pacu jantung anda

6
e. Alat-alat yang tidak terlalu mempengaruhi alat pacu jantung antara
lain :
Oven microwave, televisi, remote control, radio, pemanggang
roti, selimut elektrik, alat cukur listrikdan bor listrik.

7
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung


A. Anatomi Jantung
1. Ukuran dan bentuk
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul
yang memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di
bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di
sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya
(Ethel, 2003: 228).
2. Pelapis
a. Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh
darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan
pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium
terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan
serosa dalam.
b. Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran
viseral dan parietal (Ethel, 2003: 228-229). Membran
viseral dan parietal sendiri difungsikan untuk mencegah
gesekan pada saat jantung berdenyut (valerie dan Tina, 2007:
250).
3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan
a. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang
berada di atas jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium
menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.

8
c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang
melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan
jantung (Ethel, 2003: 229).
4. Tanda tanda Permukaan
a. Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung
diantara atrium dan ventrikel.
b. Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan
ventrikel kanan dan ventrikrl kiri (Ethel, 2003: 230).
5. Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas
septum interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling
bagian dasar trunkus pulmonar dan aorta (Ethel, 2003: 230).
6. Ruang Jantung
a. Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan
oleh septum intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah
dipisahkan oleh septum interventrikular.
b. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena
yang membawa darah kembali ke jantung.
Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung,
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
1) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang
tidak mengandung oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
2) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding
jantung itu sendiri.
3) Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran
lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih
tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis
yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
c. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar
jantung menuju arteri yang membawa darah meninggalkan
jantung.

9
1) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada
apek jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan
melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati jarak
yang pendek ke paru paru.
2) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks
jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel
kanan darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan
mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
3) Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau
tidak teratur yang menonjol dari permukaan bagian dalam
kedua ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel, 2003: 229).
7. Katup Jantung
a. Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan
ventrikel kanan.
b. Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel
kiri.
c. Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar
ventrikular jantung sampai ke aorta ke trunkus pulmonar
(Ethel, 2003: 229-230)
8. Aliran Darah ke dan dari Jantung
a. Sirkuit pulmonar adalah jalur untuk menuju dan meninggalkan
paru-paru.
b. Sisi kanan jantung menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh
dan mengalirkannya ke paru-paru untuk dioksigenasi. Darah
yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri jantung.
c. Atrium kanan katup trikuspid Ventrikel kanan
d. Katup semilunar arteri pulmonar kanan dan kiri
e. kapilar paru vena pulmonar atrium kiri.
f. Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan bagian
tubuh
g. Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru
dan mengalirkannya ke seluruh tubuh.

10
h. Atrium kiri katup bikuspid Ventrikel kiri katup semilunar
trunkus aorta regia dan organ tubuh (otot, ginjal, otak) (Ethel,
2003: 230-231).
9. Sirkulasi Koroner
a. Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat
diatas katup semilunar aorta
1) Cabang utama dari artri koroner kiri ;
a) Arteri interventrikular anterior (desenden), yang
mensuplai darah ke bagian anterior ventrikel kanan
dan kiri serta membentuk satu cabang, arteri
marginalis kiri yang mensuplai darah ke ventrikel
kiri.
b) Arteri sirkumfleksa mensuplai darah ke atrium kiri
dan ventrikel kiri.
2) Cabang utama dari arteri koroner kanan ;
a) Arteri interventrikular posterior (desenden), yang
mensuplai darah untuk kedua dinding ventrikel.
b) Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk
atrium kanan dan ventrikel kanan.
b. Vena jantung mengalirkan darah dari miokardium ke sinus
koroner, yang kemudian bermuara di atrium kanan.
c. Darah mengalir melalui arteri koroner terutama saat otot-otot
jantung berelaksasi karena arteri koroner juga tertekan pada
saat kontraksi berlangsung (Ethel, 2003: 231)

B. Fisiologi Jantung
1. Sistem konduksi jantung
a. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot
jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan
tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus S-A
mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu
jantung. Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis
dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan

11
frekuensi 60 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium,
sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang
b. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda
impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai
sebelum terjadi kontraksi ventrikular.
c. Berkas A-V atau bundle His berfungsi membawa impuls di
sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel (Ethel,
2003: 231-232).
d. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang
mampu menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat
kecepatan hantaran serabut otot jantung.
2. Peristiwa Listrik Pada Jantung
Miokardium seperti halnya otot rangka, dapat berkontraksi
setelah diinisiasi oleh potensial aksi yang berasal dari sekelompok
sel konduktif pada SA node (nodus sinoatrial) yang terletak pada
dinding atrium kanan.
Dalam keadaan normal, SA node berperan sebagai
pacemaker (pemicu) bagi kontraksi miokardium. Selanjutnya
potensial aksi menyebar ke seluruh dinding atrium dan
menyebabkan kontraksi atrium. Selain menyebar ke seluruh
dinding atrium, impuls juga menyebar ke AV node (nodus
atrioventrikular) melalui traktus internodal, kemudian ke berkas
his dan selanjutnya ke sistem purkinye. Penyebaran impuls pada
sistem purkinye menyebabkan kontraksi ventrikel.
Penyebaran potensial aksi pada ventrikel terdiri dari 5 fase
yaitu :
a. Fase 0 depolarisasi cepat
Yaitu masuknya arus natrium ekstraseluler ke dalam
intraseluler yang berlangsung dengan cepat. Menyebabkan
keadaan di dalam (+) di luar (-)

12
b. Fase 1 Repolarisasi parsial
Yaitu perubahan kadar ion sebagai penyeimbang atau proses
repolarisasi yang mengembalikan potensial dalam sel
menjadi seimbang. Terjadi akibat penutupan atau inaktivasi
Na.
c. Fase 2 Prolonged Plateu
Kalsium mulai masuk ke dalam sel miokard dengan laju
lambat dan menyebabkan keadaan stabil atau tidak terjadi
perubahan muatan listrik, ion masuk dan ke luar seimbang.
d. Fase 3 Late Rapid
Fase ini merupakan fase pengembalian potensial intrasel ke
potensial istirahat, akibat pengeluaran kalium dari dalam sel
ke luar sel, sehingga mengurangi muatan positif di dalam
sel.
e. Fase 4 Resting Membrane Potential
Fase ini disebut dengan fase istirahat. Dimana sel miokard
kembali bermuatan (+) di luar dan bermuatan (-) di dalam
sel, hal ini disebut dengan polarisasi.
3. Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi
(sistole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole dan
diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan
tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama
yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta
aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung :
a. selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan
ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih
besar dari tekanan ventrikel.
1) atrium secara pasif terus menerus menerima darah
dari vena (vena cava superior dan inferior, vena
pulmonar).

13
2) darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui
katup A-V yang terbuka.
3) Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel
mengembang untuk menerima darah yang masuk.
4) Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena
tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar
daripada tekanan dalam ventrikel.
5) Sekitar 70% pengisian ventrikular berlangsung
sebelum sistole atrial.
b. Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls,
atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium
mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam
ventrikel.
c. Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel
yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk
segera menutup.
d. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
1) Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat
kontraksi. Volume sistolik akhir darah yang tersisa
pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml
2) Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole
akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml)
e. Diastole ventricular
1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi.
Tekanan dalam ventrikel menurun tiba-tiba
sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary,
sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung
kedua).
2) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat
penutupan katup semilunar aorta.

14
3) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam
periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk
dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel
menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol,
jauh dibawah tekanan atrium, katup A-V membuka dan
siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003: 234-235).
4. Perdarahan Sirkulasi Koroner
Karena jantung berkerja menggunakan otot khusus yaitu
otot jantung yang sifatnya berkerja tanpa perintah otak. Maka
jantung berdeneyut menggunakan suatu sistem konduksi untuk
menggerakkan otot miokardium. Sehingga selain kerja jantung
adalah sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh dan ke paru-
paru. Jantung juga memperdarahai dirinya sendiri guna
menutrisikan bagian jaringan-jaringan yang bekerja di jantung.
Suplai darah miokardium berasal dari dua arteri koronaria yang
berasal dari radiks aorta.
a) RCA (right coronary arteri) menyuplai sebagian besar
ventrikel kanan. Mempunyai cabang arteri meginalis yang
memperdarahi ventrikel kanan dan arteri intraventrikularis
posterior yang memperdarahi kedua ventrikel.
b) LCA (left coronary arteri), ukurannya lebih besar menyuplai
sebagian besar ventrikel kiri berasal dari sinus aorta
posterior(belakang). Mempunyai cabang arteri
intraventrikularis anterior yang memperdarahi ventrikel
sinistra dextra et sinistra dan septum intraventrikularis dan
arteri circumflex yang juga memperdarahi atrium sinistra
dan ventrikel sinistra.

3.2 Definisi Aritmia


Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat

15
perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi
ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).
Jadi kesimpulan dari beberap adefinisi diatas yaitu, gangguan listrik
jantung atau dalam istilah medis dikenal dengan istilah Aritmia / Disritmia
adalah suatu keadaan dimana impuls listrik yang mengkoordinasikan denyut
jantung seseorang tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat
menyebabkan denyut jantung terlalu cepat (disebut takiaritmia jika denyut
jantung > 100/menit), terlalu lambat (disebut bradiaritmia jika denyut
jantung < 60x/menit) atau bahkan denyut jantung yang tidak teratur
(irregular).

3.3 Jenis Aritmia


Sesuai dengan pengertian Arythmia diatas yaitu gangguan pada
hantaran atau sistem konduksi jantung yang menyebabkan ketidak teraturan
irama jantung. Ada juga pengertian dan maksud dari aritmia / disritmia
jantung ini adalah variasi-variasi diluar irama normal jantung. Kelainannya
irama jantung ini bisa berhubungan dengan kecepatan, keteraturan, atau
tempat asal impuls atau urutan aktivasi dari listrik jantung itu sendiri yang
tergambarkan dari perekaman EKG. Untuk bisa mengetahui akan aritmia ini
kita juga perlu mengetahui bagaimana cara membaca EKG
normal sehingga dengan mengetahui gambaran EKG yang normal maka kita
bisa mengetahui pula akan jenis aritmia yang tidaklah sedikit jumlahnya itu.
Untuk membaca EKG kita harus mengetahui akan dasar-dasar EKG
dan pembacaan EKG itu sendiri. Pembacaan EKG normal terdiri dari :
1. Irama : ukur jarak R-R, teratur atau tidak.
2. Frekuensi (HR) : dapat dipergunakan 3 cara berikut. : A.300 dibagi
jumlah kotak besar jarak R-R. B. 1500 dibagi jumlah kotak kecil jarak
R-R. C. Bila jarak R-R tidak teratur : dalam 30 kotak besar (6 detik)
hitung jumlah QRS-nya, lalu kalikan 10.

16
3. Gelombang P: normal, ada atau tidak, dan apakah selalu diikuti
kompleks QRS.
4. Interval P-R : normalnya, 0,12-0,20 detik, dan apakah jaraknya
memanjang atau tidak.
5. Gelombang QRS: normalnya, 0,06-0,12 detik.
Macam disritmia ini dibedakan dari asalnya dan ini terbagi dari
beberapa macam sumber aritmia. Sumber aritmia dibedakan menjadi :
1. Aritmia yang bersumber dari Nodus SA (SA Node)
2. Aritmia yang bersumber dari Atrium.
3. Aritmia yang bersumber dari Nodus AV. (AV Node)
4. Aritmia yang bersumber dari Ventrikel.
5. Aritmia yang bersumber dari Supraventrikel.
Dari berbagai macam sumber dan asal disritmia tadi di atas bisa
dibekana kembali menjadi jenis aritmia jantung dan bisa dibedakan menjadi:
a) Jenis aritmia yang berasal dari nodus SA, yaitu :
1. Bradikardia Sinus Sinus bradikardia adalah denyut
jantung abnormal lambat (yaitu, kurang dari 60 denyutan per
menit).
2. Takikardia Sinus Takikardia sinus adalah peningkatan denyut
jantung yang normal dan teratur. Kondisi ini terjadi ketika nodus
sinoatrial (alat pacu jantung alami) mengirimkan sinyal-sinyal
listrik lebih cepat dari biasanya. Denyut jantung cepat, tetapi
jantung bekerja dengan benar. Takikardia sinus dapat disebabkan
oleh kecemasan, ketakutan, demam, olahraga atau kondisi seperti
anemia, hipertiroidisme, serangan jantung atau gagal jantung, dan
perdarahan berat.
3. Sinus Arrest terjadi istirahat denyut jantung setelah beberapa
adanya denyut jantung yang teratur.
4. Blok Sinoatrial Gangguan konduksi jantung di mana respon atrium
ditunda atau dihilangkan karena gangguan parsial atau lengkap
dengan penjalaran impuls dari node sinoatrial ke atrium.

17
5. Aritmia Sinus suatu kondisi dimana terjadi perbedaan detak jantung
saat inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (membuang napas).
6. SSS (sick sinus syndrome) jenis aritmia yang mana menunjukkan
bahwa nodus SA tidak berfungsi secara baik.
b) Jenis aritmia yang berasal dari Atrium.
1. Extrasystole Atrial/Kompleks Atrial Premature tidak teratur karena
ada irama yang timbul lebih awal.
2. WAP (wandering atrial pacemaker) jika dilihat dari gambaran EKG
P wave nya akan terlihat tidak beraturan
3. AF (atrial fibrilasi) Sebagai gangguan irama ektopik atrium yang
cepat dengan frekuensi atrium 400 650 X / menit.
4. AFL (atrial flatter) Flutter merupakan irama ektopik atrium cepat
dengan frekuensi 250 350 X / menit
5. SVT (supraventrikel takikardia Supraventrikular Takiaritmia terjadi
karena adanya faktor reentri impuls pada SA node / atrium.
c) Jenis disritmia yang berasal dari Nodus AV.
1. Juctional bradikardia irama ini terjadi pada sel pacu jantung di
berkas His dengan laju < 60 x/menit.
2. Juctional takikardia irama ini terjadi pada sel pacu jantung di
berkas His dengan laju > 60 x/menit.
3. Juctional Extrasystole
4. Juctional acceleration
d) Jenis aritmia yang berasal dari Ventrikel.
Hampir sebagian besar aritmia, yang berasal dari ventrikel
memiliki resiko/potensi mengancam jiwa pada pasien yang memiliki
kelainan jantung. Dan ada beberapa jenis aritmia ini yang
membutuhka resusitasi jantung.
1. VES (ventrikel extrasystole)/PVC (premature ventrikel compleks)
dan meliputi : VES bigemini, VES trigemini, VES quadrigemini,
VES multifokal, VES consecutive, VES RonT. Adalah denyutan
prematur yang muncul lebih dini dari denyutan yang diharapkan.

18
Biasanya gelombang T menunjukkan arah yang berlawan dengan
QRS.
2. Acceleration Idiovetrikular di dalam gambaran EKG akan terlihat
PRint tidak terindentifikasi QRS melebar, cirinya irama teratur,
heart rate bradikardi 20-40x/menit.
3. VT (ventrikel takikardia) terbagi : keadaan ini ditandai dengan
lebih dari tiga PVC berurutan dengan laju lebih dari 100x/menit.
Jika muncul kurang dari 30 detik disebut nonsustained VT, jika
lebih dari 30 detik disebut sustained VT.
4. VF (ventrikel fibrilasi) tidak ada depolarisasi ventrikel yang
terorganisasi, sehingga tidak ada kontraksi miokard yang efektif
dan tidaak ada pulsasi nadi, terdiri dari VF kasar (coarse) dan VF
halus (fine).
5. Asistole dan asistole sama sekali tidak ada aktivitas listrik
ventrikel
6. Torsade de pointes
7. PEA (pulseless electrical activity)
e) Jenis aritmia yang berasal dari Supraventrikel.
Aritmia macam ini ada yang membutuhkan pemasangan pacu
jantung sementara (TPM) Temporary Pace Maker. Dan ada yang
membutuhkan pemasangan pacu jantung permanen (PPM) Permanen
pace Maker. Av block terganggu sistem hantaraannya.
1. AV Blok derajat 1. terlihat oada gambaran EKG tipe ini memiliki
irama yang teratur heart ratenya terhitung normal 60-100x/menit.
Namun pada P-R intervalnya memanjang konstan.
2. AV Blok derajat 2 type Mobitz 1 / Wenchebach. Interval PR
makin memanjang, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang.
Setelah jeda di mana node AV pulih maka siklus ini akan
berulang.
3. AV Blok derajat 2 type Mobitz 2. Ratio AV konduksi (gelombang
P diikuti kompleks QRS) umumnya 2:1, 3:1, atau 4:1. QRS
kompleks biasanya luas karena blok ini biasanya melibatkan

19
kedua cabang bundel. Interval PR tetap, suatu saat ada gelombang
QRS yang hilang. AV B4. AV Blok derajat 3 atau Total AV Block.
Di dalam gambaran EKG Pwave terlihat normal, tetapi ada
gelombang P berdiri sendiri sehingga Gelombang P ada yang
tidak diikuti QRS.

3.4 Etiologi Penyakit Aritmia


Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Alkohol yang berlebihan
2. Kadar hormon tiroid yang berlebihan
3. Tingkat oksigen darah yang rendah
4. Stress
5. Merokok Peradangan jantung misalnya demam rematik, peradangan
miokard (miokarditis karena infeksi)
6. Gangguan sirkulasi koroner (arterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
7. Gangguan sirkulasi yaitu tidak efektifnya masuknya suplai oksigen
kedalam pembuluh darah arteri koroner.
8. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya. Karna pasien terlalu banyak mengkonsumsi
obat-obatan sehingga berpengaruh pada sistem kerja jantung atau
mengganggu jalannya sistem kerja jantung.
9. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalemia).Hiperkalemia yaitu keadaan kadar kalium darah yang
lebih timggi dari normal. Hipokalemia yaitu keadaan kadar kalium
darah yang rendah. Dari jantung mengalirkan darah keseluruh tubuh
dan kesemua organ jika jantung tidak dapat mengalirkan darah secara
optimal maka aliran darah yang seharusnya ke ginjal pun akan
terganggu sehingga produksi urine berkurang.
10. Gangguan pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung.
11. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
12. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).

20
13. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
Kardiomiopati adalah kerusakan atau gangguan otot jantung sehingga
menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam
menyedot dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali
berisiko terkena arritmia dan gagal jantung mendadak.
14. Gangguan hantaran : SA node -- AVnode (biasanya membutuhkan
waktu untuk hantaran 0,20 second) , karena mengalami gangguan
hantaran maka waktu untuk menuju AVnode menjadi lebih lama.
15. Gangguan pembentukan impuls
a. kelainan automatisasi
Pada keadaan normal, automatisasi (depolarisasi spontan)
hanya terjadi pada nodus SA. Hal ini disebabkan karena impuls-
impuls yang dicetuskan di nodus SA sedemikian cepatnya sehingga
menekan proses automatisasi di sel lain. Apabila terjadi perubahan
tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit di
Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia
b. trigger automatisasi
Dasar mekanisme trigger automatisasi ialah adanya early dan
delayed after-depolarisation yaitu suatu voltase kecil yang timbul
sesudah sebuah potensial aksi.
Apabila suatu ketika terjadi peningkatan tonus simpatis
misalnya pada gagal jantung atau terjadi penghambatan aktivitas
sodium-potassium-ATP-ase misalnya pada penggunaan digitalis,
hipokalemia atau hipomagnesemia atau terjadi reperfusi jaringan
miokard yang iskemik misalnya pada pemberian trombolitik maka
keadaan-keadaan tersebut akan mnegubah voltase kecil ini
mencapai nilai ambang potensial sehingga terbentuk sebuah
potensial aksi prematur yang dinamakan trigger impuls.
Trigger impuls yang pertama dapat mencetuskan sebuah
trigger impuls yang kedua kemudian yang ketiga dan seterusnya
samapai terjadi suatu iramam takikardai.

21
16. Jantung koroner yang menyebabkan terjadinya Aritmia
Jantung koroner berkaitan antara sistem konduksi dengan jantung
koroner. Jantung koroner adalah adanya suatu penyumbatan didalam
arteri koronaria. Arteri koroner kanan memberikan asupan makanan ke
atrium kanan, ventrikel kanan dan kesebagian ventrikel kiri. Jika atrium
kanan, ventrikel kanan dan sebagian ventrikel kiri tidak mendapatkan
asupan makanan maka sistem perjalanan impuls terhambat sehingga
menyebabkan Aritmia.

3.5 Penatalaksanaan Aritmia


Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis, seperti yang
diterangkan diatas.Pada situasi dimana obat saja tidak mencukupi,
disediakan berbagai terapi mekanis tambahan.Terapi yang paling sering
adalah kardioversielektif, defibrilasi dan pacemaker.Penatalaksanaan bedah
meskipun jarang juga dapat dilakukan.
a. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya. Digoksin
biasanya dihentikan, 48 jam sebelum dilakukan kardioversi untuk
mencegah terjadinya disritmia pasca kardioversi. Pasien biasanya diberi
penenang secara intravena sebelum kardioversi dilakukan untuk
membantu anestesi, dan jarang sekali diintubasi setelah anestesi.Besarnya
volyase yang digunakan bervariasi mulai dari 25 sampai 400 watt-
detik.Sinkroniser dihidupkan.
Defibrilasi disinkronkan dengan monitor jantung sehingga impuls
listrik akan keluar selama depolarisasi ventrikel (kompleks QRS). Bila
tidak disinkronkan, defibrillator dapat mengeluarkan impuls listrik
selama periode peka (gelombang T), menghasilkan takikardi ventrikel
atau fibrilasi. Tidak ada QRS yang akan terbaca pada fibrilasi ventrikel;
sinkroniser tetap dihidupkan, mesin tak akan menyala karena menunggu
respon QRS. Bila terjadi fibrilasi ventrikel setelah kardioversi, maka
defibrillator harus di-recharge segera, sinkroniser dimatikan, dan

22
defibrilasi diulangi. Setelah penggunaan, defibrillator harus dimatikan
untuk mencegah tertekannya pedal secara tidak sengaja. Aliran oksigen
harus dihentikan selama kardioversi, bila mungkin untuk mencegah
kebakaran.
Petunjuk keberhasilan ditandai dengan konversi ke irama sinus,
denyut nadi perifer kuat, dan tekanan darah yang adekuat.Jalan napas
harus tetap dijaga, dan kesadaran pasien harus dikaji.Tanda vital harus
dipantau dan dicatat sampai pasien stabil.Pemantauan EKG sangat
diperlukan selama dan setelah kardioversi.
b. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan darurat. Biasanya terbatas bagi penatalaksanaan fibrilasi
ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi
akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus,
sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya
sebagai pacemaker. Tegangan listrik yang lebih besar dari kardioversi
diperlukan untuk mendefibrilasi jantung.Berikut ini beberapa kunci
pokok yang harus diingat saat membantu melakukan defibrilasi atau
kardioversi.
1. Gunakan bahan konduktor diantara kulit dengan pedal, seperti kasa
salin atau pasta elektroda
2. Letakkan pedal sedemikian rupa sehingga membentuk lengkung
yng efektif
3. Berikan tekanan sebesar 20 sampai 25 pound pada setiap pedal agar
tepat kontak dengan kuli
4. Jagalah keamanan dengan cara meyakinkan tak ada seorangpun
yang menyentuh tempat tidur atau pasien saat pedal dinyalakan
5. Pada kasus fibrilasi ventrikel, resusitasi jantung paru (RJP) harus
dilakukan dan diteruskan sampai defibrilasi mekanis tersedia dan
berhasil.
Bila defibrilasi tidak berhasil, harus segera dilakukan resusitasi
jantung paru.Epinefrin mungkin perlu digunakan bila pola fibrilasi

23
ventrikelnya halus; artinya, tak ada gelombang undulasi yang terbaca.
Epinefrin dapat membuat fibrilasi menjadi lebih kasar sehingga
memudahkan untuk mengkonversi defibrilasi. Natrium bikarbonat
diberikan untuk mengatasi asidosis akibat berkurangnya perpindahan
respirasi.Epinefrin dan natrium bikarbonat saling berlawanan apabila
dicampur, oleh sebab itu harus diberikan secara terpisah.Tekanan darah
disokong dengan vasopresor.Masase jantung eksternal dan ventilasi tidak
boleh dihentikan selama resusitensi sebelum 5 detik.
c. Defibrillator Kardioverter Implantable
Defibrillator kardioverter implantable (ICD=implantable
cardioverter Defibilator) adalah suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardia ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.
Pasien yang beresiko tinggi adalah mereka yang pernah selamat dari
sindrom henti jantung mendadak, takikardia ventrikel berkepanjangan
atau sinkop sekunder akibat takikardia ventrikel.Kebanyakan pasien
tersebut tidak berespons terhadap pengobatan atau ablasi pembedahan
jaringan miokard.Inilah populasi pasien yang cocok untuk menjalani
ICD.
System mekanis terdiri dari pembangkit pulsa listrik, dua lead
pengindra frekuensi, dan dua lead untuk memasukkan syok listrik
langsung ke otot jantung. Alat ini dipasang melalui torakotomi dengan
pembedahan. Lead pengindera frekuensi dirancang untuk merespons dua
criteria; perubahan frekuensi dan perubahan panjang segmen garis
isoelektrik. Bila terjadi disritmia, sensor frekuensi memerlukan waktu 5
sampai 7 detik listrik dan merubah irama.Alat ini bila diperlukan dapat
membuat 6 kejutan listrik.
Penggunaan ICD tidak menghilangkan terapi medis
disritmia.Pengobatan diberikan bersamaan dengan teknologi ini.
Komplikasi utama sehubungan dengan ICD berasal dari paru.Dua
komplikasi yang paling sering adalah disfungsi paru, akibat torakotomi
yang diperlukan untuk pemasangan ICD, dan infeksi pemedahan.Ada

24
juga komplikasi yang lebih ringan sehubungan dengan aspek teknik
peralatan seperti habisnya baterai sebelum waktunya atau patahnya lead.
Meskipun ada kemungkinan komplikasi, namun para klinisi sepakat
bahwa terapi ini lebih banyak memberikan keuntungan kepada pasien
disbanding risiko yang harus dialami.
Intervensi keperawatan bagi pasien dengan ICD dilakukan dalam
tiga fase yang berbeda: praoperatif, pascaoperatif, dan saat sebelum
pemulangan. Fase pertama, atau fase praoperatif memerlukan
penatalaksanaan episode akut disritmia yang mengancam jiwa disamping
memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai
pemasangan ICD.Fase pascaoperasif meliputi observasi ketat terhadap
pasien dan responsnya terhadap teknologi baru ini.Fase sebelum
pemulangan lebih banyak mencakup pendidikan dan hal ini sangat
penting agar pasien dapat hidup mandiri.
d. Terapi pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.Alat
ini memulai dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker
alamiah jantung tak mampu lagi memenuhi fungsinya.Pacemaker
biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan hantaran atau
loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah
jantung.Pacemaker bisa bersifat permanen atau temporer.Pacemaker
permanen biasanya digunakan pada penyekat jantung komplet
ireversibel; sedang pacemaker temporer digunakan sebagai terapi
tambahan untuk menyokong pasien yang mengalami penyekat jantung
akibat infark miokard atau setelah pembedahan jantung terbuka.Pada
beberapa kasus, pacemaker dapat juga digunakan untuk mengontrol
takikardi disritmia yang tidak berespons terhadap terapi pengobatan.
e. Rancangan pacemaker
Pacemaker tersusun atas dua komponen: (1) Pembangkit pulsa
listrik yang mengandung sirkuit dan baterai yang membangkitkan
stimulus listrik; dan (2) Elektroda pacemaker (juga disebut lead atau

25
kabel) yang menghantarkan impuls pacemaker ke jantung. Stimulus dari
pacemaker berjalan melalui vena ke ventrikel kanan atau dimasukkan
melalui tusukkan ke dinding dada.Pembangkit pulsa biasanya ditanam
dikantung bawah kulit didaerah pectoral atau aksiler; kadang-kadang
juga dipilih daerah abdomen.
Pembangkit pacemaker diisolasi untuk melindungi dari kelembaban
dan panas tubuh.Pembangkit pulsa atau pacemaker mempunyai suplai
tenaganya sendiri, yang disediakannoleh sel baterai. Sumber tenaga
utama yang sering digunakan akhir-akhir ini adalah baterai merkuriseng
(bertahan selama 3 sampai 4 tahun), unit sel litium (berhatan sampai 10
tahun) dan pacemaker bertenaga nuklir yang bertahan 20 tahun sampai
seumur hidup. Ada juga pacemaker yang dapat diisi di luar.Karena
pacemaker bergantung pada baterai, maka kehabisan baterai tak dapat
dihindari (kecuali yang bertenaga nuklir dan yang dapat diisi
ulang).Dengan demikian, pembangkit yang mengandung baterai harus
diganti secara berkala.
f. Jenis-jenis pacemaker
Pacemaker yang paling sering digunakkan adalah pacemaker
demand (sinkronus, nonkompetitif) yang diatur pada frekuensi tertentu
dan menstimulasi jantung saat tidak terjadi repolarisasi jantung
normal.Jenis ini hanya berfungsi bila frekuensi alami jantung berjalan
dibawah ambang tertentu. Pacemaker fixed rate (asinkronus, kompetitif)
menstimulasi ventrikel pada frekuensi konstan yang sudah diatur
sebelumnya, dan tidak tergantung irama pasien. Jenis ini jarang dipakai,
biasanya pada pasien dengan penyekat jantung komplet atau stabil.
System pacemaker sementara.Cetusan sementara basanya
merupakan prosedur gawat darurat dan memungkinkan bila
mengobservasi efek cetusan terhadap fungsi jantung sehingga kecepatan
cetusan optimum pasien dapat dipilih sebelum pacemaker permanen
dipasang.Jenis ini digunakan pada pasien yang mengalami infark
miokard dengan komplikasi penyakit jantung, pada pasien dengan henti
jantung dengan bradikardia dan asistole atau pada pasien pasca operasi

26
pembedahan jantung tertentu.Cetusan sementara dapat digunakan selama
berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu dan diteruskan sampai
kondisi pasien baik atau sampai pacemaker dipasang.
Cetusan sementara dapat dilakukan dengan pendekatan endokardial
(transvena) atau dengan pendekatan transtorakal ke
miokardium.Elektroda transvena dipasang dibawah pengawasan
fluoroskopi melalui berbagai vena perifer (antekubital, bhakhial, jugular,
subklavia, femoral), dan ujung kateter diletakkan di apeks ventrikel
kanan.Komplikasi yang paling sering terjadi selama pemasangan
pacemaker adalah disritmia ventrikel.Jarang terjadi perforasi
jantung.Defibrillator harus selalu tersedia.
System pacemaker permanen.Untuk cetusan permanen, lead
endokardial dimasukkan secara transvena kedalam ventrikel kanan, dan
pembangkit pulsa di pasang didalam tubuh dibawah kulit didaerah
pektorial kiri atau kanan atau dibawah klavikula. Hal ini disebut implant
endokardial atau transvena. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan
anestesi lokal. Metoda lain cetusan permanen adalah memasang
pembangkit pulsa ke dinding abdomen. Elektroda dimasukkan secara
transtorakal ke miokardium dan dijahit.Untuk metoda ini, yang
dinamakan epikardial atau implan miokadrial, diperlukan torakotomi
untuk mencapai jantung.
Pacemaker Atrioventrikel.Teknologi pacemaker, melalui
perkembangan pacemaker AV, telah membantu perkembangan terapi
pacemaker yang aman dan efektif untuk berbagai masalah jantung yang
kompleks.Pacemaker AV diangap yang paling disukai karena dapat
diprogram agar menyerupai fungsi intriksik jantung pasien itu sendiri;
sehingga dinamakan pacemaker fisiologis.
Karena kerja pacemaker yang memuaskan, maka telah dibentuk
suatu kode umum sebagai wahana komunikasi yang aman mengenai
fungsinya. Pengkodean tersebut didasarkan pada kode ICHD karena
sangsinya dijalankan oleh Inter Society Commision for Heart

27
Disease.Kode yang komplet terdiri atas 5 pernyataan, tapi hanya 3 yang
digunakan dalam praktek sehari-hari.
Pernyataan pertama, selalu menyebutkan ruang yang akan
dicetuskan, yaitu ruang yang diisi elektroda cetusan. Karakter huruf yang
mungkin pada kode ini adalah A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual)
artinya A dan V.
Pernyataan kedua menjelaskan ruang yang diindera oleh
pembangkit pacemaker.Informasi yang diindera dihubungkan ke
pembangkit untuk diinterpretasi dan ditindaklanjuti. Karakter huruf yang
mungkin adalah A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual)
Pernyataan ketiga selalu menjelaskan tipe respons yang
ditunjukkan oleh pacemaker. Ada lima huruf untuk menerangkan respons
tersebut, tetapi dari kelima itu hanya dua yang biasa digunakan: I
(inhibitory) dan T (triggered). Respons penghambat (inhibitory) berarti
respons pacemaker dikontrol oleh aktivitas jantung pasien itu sendiri;
artinya pacemaker tidak akan berfungsi bila jantung pasien berdenyut.
Sebaliknya, respons triggered berarti pacemaker akan mencetuskan
respons yang berdasarkan pada aktivitas jantung intrinsic.
Contoh pacemaker dengan kode ICHD adalah DVI:
a) D = electrode dipasang baik diatrium maupun ventrikel
b) V = pacemaker mengindera aktivitas ventrikel saja
c) I = efek stimulus pacemaker akan dihambat oleh aktivitas ventrikel
pasien
g. Komplikasi
Komplikasi pacemaker berhubungan dengan (1) keberadaannya
dalam tubuh dan (2) fungsinya yang tidak sesuai. Komplikasi berikut
dapat timbul akibat adanya pacemaker:

a. Infeksi local (sepsis atau pembentukan hematoma) dapat terjadi


ditempat pemotongan vena atau pada penempatan pacemaker
dibawah kulit.

28
b. Disritmia aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi
dinding ventrikel oleh elektroda.

c. Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh kateter.

d. Cetusan hilang secara mendadak akibat tingginya ambang ventrikel.


Malfungsi pacemaker dapat terjadi akibat kegagalan satu atau
beberapa komponen system cetusan.Kebanyakan kegagalan pembangkit
pulsa adalah akibat habisnya baterai sumber tenaga.Pasien harus
diberitahu bahwa baterai disegel dalam pembangkit pulsa. Bila saatnya
tiba untuk mengganti baterai, irisan baru akan dibuat pada irisan lama.
Pembangkit pulsa lama diangkat, dan unit baru dipasang serta
disambungkan ke lead yang sama kemudian dipasang dikantong yang
sudah tersedia. Biasanya dilakukan dibawah anestesia lokal. Komplikasi
lain meliputi fraktur (pecah) atau dislokasi elektroda atau kegagalan
elektronika.
Malfungsi pacemaker dapat juga terjadi bila ada pajanan terhadap
medan elektromagnetis. Medan elektromagnetis dihasilkan dari peralatan
teknologi seperti oven microwave, peralatan MRI dan detector logam
pada pos pemeriksaan keamanan seperti dibandara atau gedung
pemerintah. Pasien harus diingatkan untuk menghindari situasi yang
melibatkan pajanan medan elektromagnetis. Pasien dianjurkan untuk
memakai pengenal yang akan mengingatkan personel tenaga kesehatan
gawat darurat mengenai adanya pacemaker.
Perubahan frekuensi dan irama jantung secara mendadak
menunjukkan adanya komplikasi.Keparahan gejala yang timbul
tergantung pada tingkat ketergantungan pasien pacemaker.Diagnosis
komplikasi ini ditegakkan melalui analisa EKG.Manipulasi elektroda
atau mengganti pembangkit pacemaker mungkin diperlukan.
h. Pengawasan pacemaker
Klinik pacemaker telah disiapkan untuk memantau pasien dan
untuk menguji pembangkit pulsa bila ada tanda-tanda kegagalan system
pacemaker. Pengujian amplitude pulsa pacemaker dan durasi serta

29
analisis kontur pulsa memerlukan peralatan amplifikasi. Dengan
peralatan khusus, patahanya lead dan rusaknya isolator dapat dideteksi.
EKG 12 lead harus dilakukan pada setiap kunjungan pasien ke klinik.
Metoda tindak lanjut lain yaitu melalui hantaran transtelefon
frekuensi pembangkit pulsa. Peralatan khusus digunakan untuk
menghantarkan nada suara pacemaker pasien dari telefon ke system
penerima di klinik pacemaker.Suara kemudian diubah menjadi listrik dan
direkam secara permanen pada lembar EKG. Kecepatan pacemaker dan
data lain mengenai fungsi pacemaker diperoleh dan di evaluasi oleh
kardiologis. Cara ini memudahkan diagnosis kegagalan pembangkit,
member rasa percaya dan memperbaiki penatalaksanaan pasien yang
secara fisik berdomosili jauh dari fasilitas pengujian pacemaker.

3.6 Penatalaksanaan Medis


A. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi

30
Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
B. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan
prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

3.7 Indikasi Pemakaian


Alat pacu jantung Guidant di indikasikan untuk kondisi
berikut:Permanent tingkat kedua atau ketiga AV Block dengan gejala dan
serangan yang sangat mengganggu.Bilateral bundle branch block
bergejala.Disfungsi sinus node bergejala dan serangan yang sangat
mengganggu dengan/ tidak dengan asosiasi ke AV conduction disorder
(contoh: sinus bradycardia, sinus arrest, sinoatrial block).Sindrom
bradycardia- tachycardia, untuk mencegah bradycardia bergejala atau
beberapa bentuk dari tachyarrhytmia bergejala.Sindrom Neurovascular
(vaso-vagal) atau sindrom hipersensitif carotid sinus.Adaptive-rate pacing di
indikasikan untuk pasien yang bisa memanfaatkan pacing dengan rate lebih
tinggi sebanding dengan bertambahnya tingkat aktifitas fisik.Alat pacu
jantung Guidant dual-chamber (alat pacu jantung dengan dua lead/ kabel)
dan mode untuk atrial tracking diindikasikan untuk pasien yang memerlukan
perawatan AV Synchrony. Alat pacu jantung dual chamber dispesifikasikan
untuk indikasi/ perawatan kondisi berikut:Conduction disorder yang
membutuhkan restorasi dari AV Synchrony, termasuk beberapa tingkat dari

31
AV block.VVI Intolerance (contoh: sindrom pacu jantung) pada persistent
sinus rhythmCardiac output yang rendah/ congestive heart failure (gagal
jantung) sekunder dari bradycardia.
3.8 Kontra-Indikasi
Alat pacu jantung Guidant berkontra indikasi untuk aplikasi seperti
berikut:Pasien dengan unipolar pacing lead (kabel) dan memiliki ICD
(Implanted Cardioverter- Defibrillator) karena dapat menyebabkan atau
menghambat penghantaran dari terapi ICDPemacuan jantung single
chamber pada atrium/ serambi kanan pada pasien dengan AV nodal
conduction yang tidak berfungsiMode atrial tracking pada pasien dengan
refractory atrial tachyarrhythmia kronis (atrial fibrillation/ flutter) yang
dapat mencetus pemacuan ventrikel/ bilikPemacuan atrial/ serambi dual
chamber atau single chamber pada pasien dengan refractory atrial
tachyarrhythmia kronis Pemacuan yang asynchronius (atau adanya
kemungkinan) adanya kompetisi antara irama alami jantung dan irama hasi
pemacuan alat pacu jantung

3.9 Asuhan Keperawatan Aritmia

Kasus Pemicu 1
Mesin motor dirumahnya tiba-tiba nafas berat disertai badan lemas,
berdebar-debar dan rasa Seorang laki-laki masuk RS dengan keluhan
sekitar 4 jam SMRS saat sedang memperbaiki kelelahan. Pasien juga
mengatakan kepala pusing seperti mau pingsan. Pada pengkajian
didapatkan pasien pernah dirawat karena PJK sekitar 6 bulan yang lalu
dan masih mengkonsumsi obat-obatan. Dari hasil EKG didapatkan psien
mengalami aritmia akibat gangguan hantaran yaitu AV Blok Derajat 2
Tipe 1. Heart rate 40x/menit, hasil TD 90/40 mmHg, RR 20x/menit, akral
mulai dingin dan pucat. Untuk menghindari shock kardiogenik pasien
dilakukan pemasangan TPM.

32
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 35
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : PNS
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Pattimura E12
Diagnosa Medis : Aritmia
No. RM :
Tanggal masuk RS : 15 Desember 2015
Tanggal / Waktu pengkajian : 15 Desember 2015

Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Pasien mengatakan sekitar 4 jam SMRS saat sedang memperbaiki


mesin motor dirumahnya tiba-tiba nafas berat disertai badan lemas,
berdebar-debar dan rasa kelelahan.

b. Keluhan tambahan

Pasien juga mengatakan kepala pusing seperti mau pingsan

c. Riwayat penyakit sekarang

33
Pada pengkajian didapatkan pasien pernah dirawat karena PJK
sekitar 6 bulan yang lalu dan masih mengkonsumsi obat-obatan.

d. Riwayat penyakit keluarga

Sebelumnya dari pihak keluarga belum ada yang menderita


penyakit seperti ini

4.2 DATA FOKUS


Data Subyektif Data Obyektif
Pasien mengatakan 4 jam SMRS Pada pengkajian didapatkan PJK
nafasnya berat dan masih mengkonsumsi obat-
Pasien mengatakan 4 jam SMRS
obatan
badannya lemas Dari hasil EKG didapatkan
Pasien mengatakan 4 jam SMRS
aritmia yaitu AV Blok Derajat 2
berdebar-debar
Tipe 1
Pasien mengatakan 4 jam SMRS
Heart rate 40x/menit
merasa kelelahan TD 90/40 mmHg
Pasien mengatakan 4 jam SMRS RR 20x/menit
Akral mulai dingin dan pucat
kepala pusing seperti mau pingsan
Data Tambahan: Data Tambahan:
Pasien mengatakan ketakutan
Produksi urin berkurang
Pasien terlihat cemas dan gelisah
Pemeriksaan LAB:
Elektrokardiogram (EKG), untuk
mendeteksi aktivitas listrik jantung
Holter monitor, untuk merekam
aktivitas jantung pada rutinitas
sehari-hari
Echocardiogram, untuk melihat
struktur serta gerak jantung
CT scan atau MRI, untuk
mendiagnosa masalah jantung yang
dapat menyebabkan aritmia

34
jantung

4.3 ANALISA DATA


Data fokus Masalah Etiologi
Ds :
Penurunan curah Perubahan frekuensi
Pasien mengatakan 4 jam
jantung atau irama jantung
SMRS badannya lemas
Pasien mengatakan 4 jam Gangguan konduksi

SMRS berdebar-debar elektrikal


Pasien mengatakan 4 jam
SMRS merasa kelelahan
Pasien mengatakan 4 jam
SMRS kepala pusing
seperti mau pingsan
Do :
Heart rate 40x/menit
TD 90/40 mmHg
Akral mulai dingin dan
pucat
DS: Intoleransi Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan 4 jam Aktivitas antara suplai dan
SMRS badannya lemah kebutuhan oksigen
DO: Kelemahan umum
TD 90/40 mmHg
Dari hasil EKG
didapatkan aritmia yaitu AV
Blok Derajat 2 Tipe

4.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut irama
jantung

35
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen & kelemahan umum
3. Ansietas berhubungan dengan Ancaman / perubahan status kesehatan

36
4.5 INTERVENSI
Dx Tujuan dan KH Interfensi Rasional
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :
berhubungan dengan keperawatan selama 1 X 24 Anjurkan untuk bedrest Mempercepat pemulihan kondisi
perubahan denyut irama jam masalah penurunan Monitor bunyi jantung Mengetahui perubahan bunyi jantung
jantung curah jantung teratasi Kriteria Selidiki laporan nyeri dada, Sebab nyeri dada bermacam-macam dan
hasil : catat lokasi, lamanya, intensitas, tergantung penyebab aritmia
Haluaran urine adekuat dan faktor penghilang/pemberat. Menurunkan rasa stres dan
Nadi teraba sama Catat petunjuk nyeri non- meningkatkan relaksasi
Pasien tidak merasa lemas verbal, contoh wajah mengkerut, Kolaborasi :
Pasien tidak mengeluh menangis, perubahan Ketidakesimbangan elektrolit spt kalium,
jantung berdebar-debar TD/frekuensi jantung magnesium dan kalsium, secara merugikan
Pasien tidak merasakan Berikan lingkungan tenang mempengaruhi irama dan kontraktilitas
kelelahan dan nyaman jantung
Pasien tidak merasakan Kolaborasi : Meningkatkan sediaan oksigen untuk
sakit pada kepalanya Pantau pemeriksaan LAB, miokard, yang disebabkan oleh hipoksia
contoh elektrolit Aritmia umumnya diobati secara
Berikan oksigen tambahan simtomatik.
sesuai indikasi Contoh:

36
Berikan obat sesuai indikasi Kalium=Memperbaiki hipokalemia
mungkin perlu untuk mengakhiri beberapa
aritmia ventrikel
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Mandiri: Mandiri :
berhubungan dengan keperawatan selama 1 X 24 Berikan dorongan untuk Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
ketidakseimbangan jam masalah intoleransi aktivitas/perawatan diri bertahap peningkatan kerja jantung tiba-tiba dan
antara suplai dan aktivitas teratasi dengan KH: jika dapat ditoleransi, berikan memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan oksigen & Pasien tidak lagi bantuan sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mendorong kemandirian
kelemahan umum mengatakan badannya lemas Intruksikan pasien tentang dlm melakukan aktivitas
Pasien mulai mampu tekhnik penghematan energi Tekhnik menghemat energi mengurangi
beraktivitas seperti biasa Kaji respons pasien terhadap penggunaan energy dan juga membantu
aktivitas, seperti nadi, TD, keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
dipsneu, nrei dada, keletihan dan oksigen
kelemahan Menyebutkan parameter membantu
Kolaborasi: dalam mengkaji respons fisiologi terhadap
Kolaborasi dengan dokter stres aktivitas dan, bila ada merupakan
untuk pemberian obat digixin indikator dari kelebihan kerja yang
Kolaborasi dengan keluarga berkaitan dgn tingkat aktivitas
agar pasien mampu beraktivitas Kolaborasi :

37
mandiri sesuai dengan Untuk memperkuat kerja jantung.
keadaannya Untuk melatih kemandirian pasien
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :
dengan Ancaman / keperawatan selama 1 X 24 Kaji tigkat kecemasan pasien Agar megetahui sejauh mana tingkat
perubahan status jam masalah intoleransi Ciptakan lingkungan nyaman kecemasan pasien
kesehatan. aktivitas teratasi dengan KH: dan tenang Agar pasien tidak bertambah cemas
Pasien tidak lagi Beritahu pasien setiap tindakan Agar pasien tidak kawatir dengan
mengatakan ketakutan yang akan di lakukan kondisinya
Pasien tidak lagi terlihat Dorong keluarga dan teman Meyakinkan pasien bahwa peran dalam
cemas dan gelisah yang menjenguk untuk keluarga dan kerja todak berubah
Menyatakan kesadaran menganggap pasien seperti Kolaborasi :
perasaan ansietas dan cara sebelumnya Mungkin diperlukan untuk membantu
sehat sesuai Kolaborasi : pasien rileks sampai secara fisik mampu
Berikan sedatif, tranquilizer untuk membuat strategi koping adekuat
sesuai indikasi

38
4.6 IMPLEMENTASI
Dx Implementasi
Penurunan curah jantung Mandiri :
berhubungan dengan perubahan Menganjurkan untuk bedrest
denyut irama jantung Memonitor bunyi jantung
Menyelidiki laporan nyeri
dada
Memberikan lingkungan
tenang dan nyaman
Kolaborasi
Memantau pemeriksaan LAB,
contoh elektrolit
Memberikan oksigen
tambahan sesuai indikasi
Memberikan obat sesuai
indikasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan Mandiri :
dengan ketidakseimbangan antara Memberikan dorongan untuk
suplai dan kebutuhan oksigen & aktivitas/perawatan diri bertahap
kelemahan umum jika dapat ditoleransi, berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Mengintruksikan pasien
tentang tekhnik penghematan
energi.
Mengkaji respons pasien
terhadap aktivitas, seperti nadi,
TD, dipsneu, nrei dada,
keletihan dan kelemahan

Kolaborasi:
Mengkolaborasikan dengan
dokter untuk memberikan obat
digixin

40
Mengkolaborasikan dengan
keluarga agar pasien mampu
beraktivitas mandiri sesuai
dengan keadaannya
3. Ansietas berhubungan dengan Mandiri :
ancaman / perubahan status Mengkaji tigkat kecemasan
kesehatan. pasien
Menciptakan lingkungan
nyaman dan tenang
Memberitahu pasien setiap
tindakan yang akan di lakukan
Mendorong keluarga dan
teman yang menjenguk untuk
menganggap pasien seperti
sebelumnya
Kolaborasi :
Memberikan sedatif,
tranquilizer sesuai indikasi

4.7 EVALUASI
Diagnosa Evaluasi
Penurunan curah jantung S :
berhubungan dengan perubahan Pasien mengatakan badannya
denyut irama jantung sudah tidak lemas
Pasien mengatakan sudah
tidak berdebar-debar
Pasien mengatakan tidak lagi
merasa kelelahan
Pasien mengatakan
kepalanya sudah tidak lagi
pusing
O:
Pasien tampak lebih rileks
TTV :
TD :120/90mmhg

41
Nadi :88/menit
RR : 20/menit
A:
Masalah keperawatan teratasi
P:
Tindakan keperawatan
dihentikan
Intoleransi aktivitas berhubungan S :
dengan ketidakseimbangan antara Pasien mengatakan badannya
suplai dan kebutuhan oksigen & sudah tidak lemas
kelemahan umum O:
EKG menunjukkan normal
tidak ada tanda-tanda aritmia
Pasien tampak rileks
TTV :
TD :120/90mmhg
Nadi :88/menit
RR : 20/menit
A:
Masalah keperawatan teratasi
P:
Tindakan keperawatan
dihentikan
3. Ansietas berhubungan dengan S:
ancaman / perubahan status Pasien mengatakan sudah
kesehatan. tidak cemas
O:
Pasien tampak rileks
TTV :
TD :120/90mmhg
Nadi :88/menit
RR : 20/menit
A:

42
Masalah keperawatan teratasi
P:
Tindakan keperawatan
dihentikan

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

43
Pacemaker adalah alat pacu detak jantung dan langsung mengontrol
detak jantung. Dapat digunakan setelah kerusakan pada sistem konduksi
intrinsik tubuh untuk menghasilkan impuls sintetis (Shadily, 2014).
Manifestasinya dapat berupa perubahan tekanan darah (hipetensi atau
hipotensi), nadi tidak teratur, irama jantung tidak teratur, kulit pucat,
sianosis, berkeringat, edema, nyeri dada ringan sampai berat , gelisah,
adanya bunyi nafas tambahan (kreskles, ronchi, mengi) menunjukkan
adanya komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru)
atau fenomena trombolitik pulmonal, hematopoiesis
Klasifikasi pacemaker
1. Transvenous pacing (temporary pacemaker)
2. Permanent pacemaker
a. Single-chamber pacemaker.
b. Dual-chamber pacemaker.
3. Rate-responsive pacemaker. Biventricular pacing atau Cardiac
resyncronization therapy (BVP/CRT).
Komplikasi pacemaker berhubungan dengan
1. Keberadaan dalam tubuh, dan
2. Fungsinya yang tidak sesuai.
Kemungkinan alat pacu jantung Anda berhenti berfungsi sebagaimana
mestinya akibat gangguan elektrik sangatlah kecil.

5.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Valerie dan Tina. 2007. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

Vander at all, 2001, Human Physiology : The Mechanism of Body Function, Eight
Edition: The McGraw Hills Company

44
Despopoulos, Color Atlas Pysiology, Fifth Edition

M, Wilkinson dan Ahren. 2011. B uku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:


EGC

45

Anda mungkin juga menyukai