BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario 2
Seorang laki-laki, 49 tahun, datang ke Unit Gawat Darurat RS
dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Sesak napas hampir
dirasakan sepanjang hari. Pasien hanya dapat tidur dalam posisi duduk.
Riwayat sering nyeri dada sebelumnya, namun hanya berlangsung ± 5
menit. Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 12 tahun dan merokok
1-2 bungkus perhari. Riwayat hipertensi dialami sejak 5 tahun lalu, tidak
berobat teratur. Riwayat dyslipidemia baru diketahui 2 tahun terakhir dan
mengonsumsi obat statin tetapi sering lupa. Riwayat DM tidak diketahui.
B. Kata Sulit atau Kata Kunci
1. Laki-laki 49 tahun
2. Sesak napas 2 hari yang lalu
3. Sesak napas sepanjang hari
4. Nyeri dada berlangsung ± 5 menit
5. Riwayat merokok sejak usia 12 tahun
6. Tidur dalam posisi duduk
7. Mengkonsumsi obat statin (jarang)
8. Hipertensi
9. Dyslipidemia
10. Diabetes tidak diketahui
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi, Histologi dan Fiologi jantung ?
2. Apa definisi sesak napas dan klasifikasinya ?
3. Bagaimana patomekanisme sesak ?
4. Bagaimana hubungan riwayat pada skenario dengan gejala sesak napas
?
5. Kenapa pasien hanya dapat tidur dalam keadaan duduk ?
6. Bagaimana cara membedakan sesak napas cardio dan non cardio ?
2
KLINIS
DIAGNOSIS
Penatalaksanaan
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Elektrofisiologi jantung
Di dalam otot jantung,
terdapat jaringan khusus yang
menghantarkan aliran listrik. Jaringan
tersebut mempunyai sifat-sifat yang
khusus, yaitu :
1) Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara
spontan.
2) Irama : pembentukan impuls yang teratur.
3) Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4) Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara spontan
dan teratur jantung akan menghasilkan impuls-impuls yang
disalurkan melalui sistem hantar untuk merangsang otot jantung
dan dapat menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls dimulai
dari nodus SA, nodus AV, sampai ke serabut purkinye.
b. SA Node
Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan
aliran listrik impuls yang kemudian menggerakkan jantung secara
7
f. Bundle His
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke
sistem bundle branch.
g. Bundle Branch
Merupakan lanjutan dari bundle of his yang bercabang
menjadi dua bagian.
1) Righ bundle branch (RBB/ cabang kanan), untuk mengirim
impuls ke otot jantung ventrikel kanan.
2) Left bundle branch (LBB/ cabang kiri) yang terbagi dua,
yaitu deviasi ke belakang (left posterior vesicle),
menghantarkan impuls ke endokardium ventrikel kiri
bagian posterior dan inferior, dan deviasi ke depan (left
anterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium
ventrikel kiri bagian anterior dan superior.
h. Sistem Purkinye
Merupakan bagian ujung dari bundle branch. Berfungsi
untuk menghantarkan/ mengirimkan impuls menuju lapisan sub-
endokard pada kedua ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi yang
diikuti oleh kontraksi ventrikel. Sel-sel pacemaker di subendokard
ventrikel dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 20-40 kali/
menit. Pemacu cadangan ini mempunyai fungsi sangat penting,
yaitu untuk mencegah berhentinya denyut jantung pada waktu
pemacu alami (SA node) tidak berfungsi. Depolarisasi yang
dimulai pada SA node disebarkan secara radial ke seluruh atrium,
kemudian semuanya bertemu di AV node. Seluruh depolarisasi
atrium berlangsung selama kira-kira 0,1 detik. Oleh karena
hantaran di AV node lambat, maka terjadi perlambatan kira-kira
0,1 detik (perlambatan AV node) sebelum eksitasi menyebar ke
ventrikel. Pelambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf
simpatis yang menuju jantung dan akan memanjang akibat
perangsangan vagus. Dari puncak septum, gelombang depolarisasi
9
b. Sistem
peredaran
darah besar
Darah yang
kaya oksigen dari
atrium kiri memasuki ventrikel kiri melalui katup mitral/ atau
bikuspidal, untuk kemudian dipompakan ke seluruh tubuh melalui
katup aorta, dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta
11
3. Merokok
iskemik dengan infark miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik
pada penyakit yang lanjut.
a. Test exercise selanjutnya perlu dipertimbangkan dengan indikasi
sebagai berikut:
b. Untuk menyokong diagnosa angina yang dirangsang akibat nyeri
dengan perubahan iskemik pada EKG
c. Untuk menilai penderita dengan resiko tinggi serta prognosa penyakit
d. Untuk menilai kapasitas fungsional dan menentukan kemampuan
exercise
e. Untuk evaluasi nyeri dada yang atipik.
Jenis test exercise bermacam-macam antara lain test treadmill,
protokol Bruce, test Master dan Sepeda ergometri. Test exercise tidak
perlu dilakukan untuk diagnostik pada wanita dengan nyeri dada non
anginal karena kemungkinan penyakit jantung koroner sangat rendah,
sedangkan pada laki-laki dengan angina tipikal perlu dilakukan untuk
menentukan penderita dengan resiko tinggi dimana sebaliknya perlu
dibuat arteriografi koroner. Penderita dengan angina atau perubahan
iskemik dalam EKG pada tingkat exercise yang rendah biasanya
penderita yang mencapai beban kamsimum yang rendah biasanya
menderita kelainan pembuluh darah yang multipel dan bermanfaat bila
dilakukan bedah koroner. Bila tekanan darah turun waktu exercise
perlu dicurigai adanya obstruksi pada pembuluh darah utama kiri yang
juga merupakan indikasi untuk pembedahan. Penderita dengan angina
atipikal terutama wanita sering memberi hasil false positif yang tinggi.
Sedangkan hasil test yang negatif pada angina atipikal dan non-angina
besar kemungkinannya tidak ada kelainan koroner. Bila hasil exercise
test meragukan perlu dilakukan pemeriksaan radionuklir karena jarang
sekali didapatkan hasil false positif. Thallium scintigrafi
menggambarkan perfusi miokard saat istirahat maupun exercise
ataupun gangguan fungsi ventrikel kiri yang timbul akibt exercise.
18
b. Etiologi
a. Output rendah, disfungsi sistolik (dilatasi kardiomipati) dapat
disebabkan iskemik koroner, Infark miokard, regurgitasi,
konsumsi alkohol, kekurangan gizi, deplesi kalsium dan
kalium, induksi obat, idiopatik. Juga dapat disebabkan
hipertensi, stenosis aorta dan volume overload.
b. Disfungsi diastolik dapat disebabkan iskemik koroner, infark
miokard, hipertensi, stenosis aorta dan regurgitasi, perikarditis,
pembesaran septum ventrikel kiri.
c. High-output failure disebabkan oleh anemia dan hipertiroid.
(ewika,2007)
c. Faktor Resiko
Di Indonesia prevalensi penyakit jantung dari tahun ke
tahun terus meningkat. Merokok, obesitas, kadar kolesterol,
tekanan darah tinggi, kurang aktifitas, diabetes melitus dan stress
merupakan faktor resiko utama CHF. Hasil penelitian akhir-akhir
ini menyebutkan bahwa reaksi peradangan (inflamasi) dari
28
Stadium D Kelas IV
e. Patofisiologi
f. Manifestasi klinis
1) Sesak nafas saat beraktifitas muncul pada sebagian besar
pasien, awalnya sesak dengan aktifitas berat, tetapi kemudian
berkembang pada tingkat berjalan dan akhirnya saat istirahat.
2) Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk
tidur. Hal ini menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung
disebabkan oleh CHF, tetapi terjadi pada tahap berikutnya.
3) Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan
bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh CHF, tetapi
sebagian besar pasien dengan CHF tidak memiliki PND.
4) Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari. Pasien
mendapatkan kesalahan terapi untuk asma, bronkitis atau batuk
yang diinduksi ACEi.
31
g. Penatalaksanaan
38
DAFTAR PUSTAKA
40
Amna, Faza Khilwan dan Hendri Okarisman, Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60
Obrlan Inspiratif Perkara Kesehatan Bersama dr. Abu, PT Aqwam
Media Profetika, Solo, 2015
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Ewika, DNA (2007). Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari –
Desember 2006. Artikel Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Fauci AS, Dennis LK, dkk. Heart Failure and Cor Pulmonale.2008. Dalam
Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th ed. United States of
America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Harun, Sjaharuddin dan Ika Prasetya Wijaya. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Internal Publishing: Jakarta.
Hidayatuallah, Nur, Rahasia Hidup Sehat Cara Rasulullah Saw, Jakarta, Katalog
Dalam Terbitan(KDT), 2002
Indrajaya, taufik. 2017. Stenosis mitral buka bahan ajar ilmu penyakit dalam jilid
1 edisi VI. Jakarta : interna publishing
Junqueira,et.all, Histologi Dasar, Teks dan Atlas edisi 10, EGC, Jakarta,2007
Kabo peter.2017. menggunakan obat-obat kardiovaskular secara
rasional. Jakarta. Fakultas kedokteran universitas Indonesia.
Lauralee sherwood,2014 fisiologi manusia dari sel ke sistem, jakarta: EGC
Marulam M, Gagal jantung. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1 hal 1135. 2014
Richard Drake, PhD, FAAA, A. Wayne Vogl, PhD, FAAA and Adam W. M.
Mitchell, MB BS, FRCS, FRCR, 2013, “Gray dasar-dasar
anatomi,Elsevier
Wardhani, Dyah Paramita dan Anna Uyaina. Kapita Selekta Kedokteran essential
of medicine. Edisi IV. Jakarta. Media Aesculapius. 2014
Yancy. CW. 2013. Guideline for The Management of Heart Failure. American
Heart Association.