Anda di halaman 1dari 2

MENEMUKAN IMAN DI DALAM JANTUNG

(Siti Ramadhani, Pendidikan Dokter UIN Alauddin Makassar)

Bismillahirrohmanirrohim…
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahi robbil alamin washolatu wassala muala asyrofil ambiya’ i wal mursalim sayyidina
Muhammad wa ala alihi wa ashabihi ajmain.
Qola ta’ala fil kitabil kariim bismillahirrohmanirrohim “ya ayyuhalladzina amanu kutiba
alaikumussiam kama kutiba alalladzina min qoblikum la allakum tattaqun”
Alhamdulillah, sebuah ungkapan syukur yang tidak henti-hentinya kita ucapkan sebagai seorang
hamba kepada rabb yang telah memberikan sekian banyaknya nikmat yang tidak dapat kita hitung
jumlahnya namun dapat kita rasakan disetiap waktunya, sebagaimana dalam (QS. An Nahl: 18).
‫َوإِ ْن تَ ُع ُّدوا نِ ْع َمةَ هَّللا ِ اَل تُحْ صُوهَا‬

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya

Sholawat dan salam tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah saw, dimana dalam setiap perkataan dan
perilakunya dan bahkan diamnya merupakan sunnah yang menjadi amal kebaikan saat kita
mengaplikasikannya. Sebagaimana dalam QS. Al-Ahzab: 21

َ ‫س ْو ِل هللاِ أ ُ ْس َوةٌ َح‬


‫س َن ٌة‬ ُ ‫لَ َقدْ َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu”

Pada kesempatan ini, insya allah saya akan membawakan sebuah ceramah dengan judul “Menemukan
Iman di Dalam Jantung”. Dalam ilmu psikiatri atau kejiwaan, focus manusia hanya 10-15 menit
pertama sehingga ceramah ini akan saya bawakan insya allah dalam waktu 10-15 menit kedepan.

Adapun maksud dari menemukan iman di dalam jantung adalah, kita sebagai manusia hidup dan dapat
beraktivitas serta menghirup udara itu karena adanya peranan dari jantung. Tanpa jantung, tubuh tidak
mampu melakukan fungsinya. Ukurannya hanya sekepal tangan kita, namun fungsinya sangat
kompleks dan fundamental. Sehingga dari segumpal daging tersebut, berjalanlah kehidupan yang
dimana dikatakan dalam Al-Qur’an sebuah hati yang terletak di dalam dada, yang dalam HR. Bukhori
dan Muslim dikatakan bahwa segumpal daging tersebut (jantung) jika dia baik maka baik pula
jasadnya dan jika dia buruk maka jasad tersebut juga akan buruk. Artinya apa, bahwa hati yang
dimaksud dalam ayat tersebut yang disebutkan dengan kata “Qolbi” yang berasal dari kata “Qulub”
yang diartikan oleh para ulama sebagai “jantung” sebab hati yang kita anggap sebagai perasaan atau
persepsi emosi dalam bahasa arab disebut dengan “kibdun”, dalam hadist tersebut dikatakan jika
jantung atau qolbi itu baik maka baik pula jasadnya, artinya jika jantung sehat dan bekerja dengan
baik maka jasad atau fisiknya juga akan baik begitu pula sebaliknya. Ini membuktikan kebenaran Al-
Qur’an yang sangat relevan dengan ilmu saat ini yang tentunya membimbing kita menemukan
keimanan kepada Allah swt

Bagaimana kita menemukan iman didalam jantung?


Iman dijelaskan oleh para ulama yaitu keadaan dimana kita “tasdiqu bil qolbi” meyakini dalam hati,
“wal iqroro billisan” diucapkan dengan lisan, “wa amalu bil jawali” diamalkan dengan anggota badan.
Seseorang disebut beriman jika ada tiga hal tersebut dalam dirinya, jika salah-satunya tidak ada maka
imannya belum sempurna. Bukan berarti tidak memiliki iman, namun belum sempurna imannya. Dan
inilah yang juga menjadi celah orang Nasrani memecah belah umat islam, menurut sejarah peradaban
islam, orang-orang Nasrani mengakui kekuatan perang Islam pada zaman dahulu, sehingga untuk
menjatuhkan islam mereka tidak melakukan perang fisik lagi tetapi bagaimana mereka melemahkan
iman kita terhadap agama islam itu sendiri, menjauhkan pemudanya dari Al-Qur’an dan menjadikan
iman mereka tidak sempurna. Sehingga lahirlah generasi Islam yang tidak menjalankan syariat islam
secara “kaffah” atau menyeluruh, dan terbentuklah generasi islam yang rapuh dan mudah goyah, tidak
berpegang pada Al-Qur’an, padahal sumber kebenaran dan ilmu baik itu ilmu dunia maupun ilmu
akhirat ada didalamnya. Namun harus kita ketahui, berislam dan beriman itu berbeda. Prof Buya
Hamka mengatakan, berislam dan beriman itu berbeda, jika ingin melihat orang islam lihatlah mereka
yang datang ke masjid pada hari-hari raya (hari raya idul fitri/idul adha) dan jika kamu ingin melihat
orang yang beriman, lihatlah mereka yang datang ke masjid pada saat sholat subuh.

Menemukan keimanan yang sempurna di zaman seperti saat ini memang sangat sulit, dikisahkan oleh
sahabat bahwa Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat tentang “keimanan seperti apa yang
dikagumi oleh Rasulullah?”. Ada yang mengatakan keimanan dari Khulafaul Rasyidin dan para ahli
ibadah, Rasulullah mengatakan salah. Keimanan yang paling Rasulullah kagumi adalah keimanan
yang dimiliki oleh umat yang hidup bukan pada zamanku, tidak melihat tindakan ku secara langsung,
tidak mendengarkan dakwah ku secara langsung namun mengimani ajaran ku. Siapakah yang
dimaksud? Itu adalah kita, umat yang hidup di zaman modern, tidak bersama Rasulullah namun insya
allah ada iman dalam diri kita.

Sebelumnya saya mengatakan unsur ketiga keimanan adalah “wa amalu bil jawali” diamalkan dengan
anggota badan. Jadi, apa yang kita yakini dari hati dan ucapkan dengan lisan selanjutnya kita amalkan
dengan anggota badan kita. Kita yakin bahwa sholat adalah kewajiban, kita ucapkan dengan lisan
dalam rukun islam yang kedua dan kita amalkan dengan menunaikan sholat disetiap waktunya 5 kali
sehari untuk sholat fardhu. Mari kita berfikir secara logika, jika kita memiliki barang misalnya
“buku”, kita yang membelinya sendiri dengan uang sendiri sehingga itu menjadi hak milik kita, jika
kita ingin membuangnya, membakarnya atau merobeknya itu tidak ada masalah sebab itu adalah milik
kita. Nah sekarang, bagaimana dengan anggota badan kita, apakah ini murni milik kita? Apakah kita
yang menciptakannya? Apakah kita yang merancangnya?. Jika ada yang merasa Iya, anggota tubuh
kita adalah milik kita sendiri. Lalu bagaimana dengan jantung? Apakah kita yang mengatur jantung
untuk berdetak? Secara ilmu kedokteran, jantung bekerja secara otonom, artinya ia berdetak dan
bekerja secara otomatis dan diluar kehendak kita, tidak bisa kita atur. Jadi jawabannya bukan milik
kita. Lalu siapa? Sang Maha Pencipta, Allah swt. Jadi kesimpulannya apa? Kita tidak boleh
memperlakukan dan menggunakannya semau kita. Kita harus menggunakan anggota badan kita sesuai
dengan firman allah swt dalam QS. Adz-Dzaariyaat:56

“wama kholaqtul jinna wal insan illa liya’ budu”


(Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku)

Artinya, maksud Allah swt menciptakan kita dengan wujud dan segala kesempurnaan yang diberikan-
Nya tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya sebagai bentuk penyempurnaan iman kita kepada
rabb kita Allah swt.
Sekian…

Anda mungkin juga menyukai