Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PRE OPERASI PASIEN PACE MAKER

Dosen Pembimbing :
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Sistem Kardiovaskuler II

Disusun Oleh :
Kelompok 3 S16A
1. Angesti Dyah T (S16006) 11. Meta M (S16040)
2. Apin Fadila H (S16008) 12. Monita Sukma (S16041)
3. Dyah Permatasari(S16015) 13. Novia A (S16046)
4. Emila Yudianti (S16017) 14. Nur Aeni K (S16047)
5. Gusnanda Dewa (S16024) 15. Nur Kholis (S16048)
6. Hana Permata (S16025) 16. Rizki Zulfiana (S16054)
7. Husadaning P (S16026) 17. Sari Malak H (S16055)
8. Indarti (S16031) 18. Vika Septia N (S16062)
9. Intan Anjasmara (S16032) 19. Wahyu H (S16063)
10. Maya Puji A (S16039) 20. Yuantika K (S16064)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nyalah
sehingga tugas “ MAKALAH PRE OPERASI PASIEN PACEMAKER “ ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada pihak – pihak yang telah membantu kami
dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dari
teman – teman yang bersifat membangun.
Demikianlah penulisan makalah kami ini semoga bermanfaat bagi para
pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol  frekuensi jantung. Alat ini memulai
dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengaami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung. Pacemaker bias bersifat permanen
atau temporer. Pacemaker permanen biasanya digunakan pada penyekat
jantung komplet ireversibel, sedang pacemaker temporer digunakan sebagai
terapi tambahan untuk menyokong pasien yang mengalami penyekat jantung
akibat infark miokard atau setelah pembedahan jantung terbuka. Pada beberapa
kasus, pacemaker dapat juga digunakan untuk mengontrol takikardi disritmia
yang tidak berespons terhadap terapi pengobatan.

B. Rancangan Pacemaker
Pacemaker tersusun atas dua komponen:
1. Pembangkit pulsa listrik, yang mengandung sirkuit dan baterai yang
membangkitkan stimulus listrik.
2. Elektroda pacemaker juga disebut lead atau kabel, yang menghantarkan
impuls pacemaker ke jantung. Stimulus dari pacemaker berjalan melalui
elektroda kateter elastic yang dimasukan langsung melalui tusukan ke
dinding dada. Pembangkit pulsa biasanya ditanam di kantung bawah kulit di
daerah pectoral atau aksiler; kadang-kadang juga dipilih daerah abdomen.
Pembangkit pacemaker diisolasi untuk melindungi dari kelembapan dan
panas tubuh. Pembangkit pulsa (atau pacemaker) mempunyai suplai
tenaganya sendiri, yang disediakan oleh sel baterai. Sumber tenaga utama
yang sering digunakan akhir-akhir ini adalah baterai merkuri-seng (bertahan
selama 3 sampai 4 tahun), unit sel litium (bertahan samoai 10 tahun) dan
pacemaker bertenaga nuklir (sumber 238plutonium) yang bertahan 20 tahun
sampai seumur hidup. Ada juga pacemaker yang dapat diisi diluar. Karena
pacemaker bergantung pada baterai, maka kehabisan baterai tak dapat
dihindari (kecuali yang bertenaga muklir danyang dapat diisi ulang).
Dengan demikian, pembangkit yang mengandung baterai harus diganti
secara berkala.

C. Jenis-Jenis Pacemaker
Pacemaker yang sering digunakan adalah pacemaker demand (sinkronus,
nonkompetitif) yang diatur pada frekuensi tertentu dan menstimulasi jantung
saat tidak terjadi repolarisasi jantung normal.  Jenis ini hanya berfungsi bila
frekuensi alami jantung berjalan di bawah ambang tertentu. Pacemaker fixed
rate (asinkronus, ompetitif) menstimulasi ventrikel pada frekuensi konstan
yang sudah diatur sebelumnya, dan tidak tergantung irama pasien. Jenis ini
jarang dipakai, biasanya pada paien dengan penyekat jantung komplet atau
stabil.
1. Sistem Pacemaker Sementara 
Cetusan sementara biasanya merupakan prosedur gawat darurat dan
memungkinkan kita mengobservasi efek cetusan terhadap fungsi jantung
sehingga kecepatan cetusan optimum pasien dapat dipilih sebelum
pacemaker permanen dipasang. Jenis ini digunakan pada asien yang
mengalami infark miokard dengan komplikasi penyekat jantung, pada
pasien dengan henti jantung dengan bradikardia dan asistole, atau pada
pasien pasca operasi pembedahan jantung tertentu. Cetusan sementara dapat
digunakan selama berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu dan
diteruskan sampai kondisi pasien baik atau sampai pacemaker permanen
dipasang.
Cetusan sementara dapat dilakukan dengan pendekatan endokardial
(transvena) atau dengan pendekatan transtorakal ke miokardium. Elektroda
transvena dipasang dibawah pengawasan fluoroskopi melalui berbagai vena
perifer (antekubital, brachial, jugular, subklavia, femoral), dan ujung kateter
diletakkan di apeks ventrikel kanan. Komplikasi yang paling sering terjadi
selama pemasangan pacemaker adalah disritmia ventrikel. Jarang terjadi
perforasi jantung. Defibrilatorharus selalu tersedia.
2. Sistem pacemaker permanen
Untuk cetusan permanen, lead endokardial dimasukkan secara transvena
kedalam ventrikel kanan, dan pembangkit pulsa dipasang didalam tubuh di
bawah kulit di daerah pectoral kiri atau kanan atau di bawah klavikula. Hal
ini disebut implant endokardial atau transvena. Prosedur ini biasanya
dilakukan dengan anastesia local. Metoda lain cetusan permanen adalah
memasang pembangkit pulsa ke dinding abdomen. Elektroda dimasukkan
secara transtorakal ke miokardium, dan dijahit. Untuk metoda ini, yang
dinamakan epikardial atau implant miokardial, diperlukan torakotomi untuk
mencapai jantung.   
Pacemaker Atrioventrikel (cetusan Fisiologis). Teknologi pacameker,
malelui perkembangan pacemaker AV, telah membantu perkembangan
terapi pacemaker yang aman dan efektif untuk berbagai masalah jantung
yang kompleks. Pacemaker AV dianggap yang paling disukai karena dapat
diprogram agar menyerupai fungsi intrinsic jantung pasien itu sendiri,
sehingga dinamakan pacemaker fisiologis.
Karena kerja pacemaker yang memuaskan, maka telah dibentuk suatu
kode umum sebagai wahana komunikasi yang aman mengenai fungsinya.
Pengkodean tersebut didasarkan pada kode ICHD karena sangsinya
dijalankan oleh Inter Society Comission For Heart Disease. Kode yang
komplet terdiri atas lima pernyataan, tapi hanya tiga yang digunakan dalam
praktek sehari-hari.
Pernyataan pertama, selalu menyebutkan ruang yang akan dicetuskan,
yaitu ruang yang diisi electrode cetusan. Karakter huruf yang mungkin pada
kode ini adalah A (atrium), V (ventrikel), dan D (dual, artinya A dan V).
Pernyataan kedua, menjelaskan ruang yang diindera oleh pembangkit
pacemaker, informasi yang diindera dihubungkan ke pembangkit untuk
diinterpretasi dan ditindaklanjuti. Karakter huruf yang mungkin di isi adalah
A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual).
Pernyataan ketiga selalu menjelaskan tipe respons yang ditunjukan oleh
pacemaker. Adalima huruf untuk menerangkan respons tersebut, tetapi dari
kelima itu hanya dua yang biasa digunnakan: I (inhibitory) dan T
(Triggered). Respons penghambat (ihibitory) berarti respons pacemaker
dikontrol oleh aktivitas jantung pasien itu sendiri; artinya pacemaker tidak
akan berfungsi bila jantung pasien berdenyut. Sebaliknya respons triggered
berarti pacemaker akan mencetuskan respons yang berdasarkan pada
aktivitas jantung intrinsic
.

D. Komplikasi
Komplikasi pacemaker berhubungan dengan :
3. Keberadaan dalam tubuh, dan
4. Fungsinya yang tidak sesuai.
Komplikasi berikut dapat timbul akibat adanya pacemaker:
1. Infeksi local (sepsis atau pembentukan hematoma) dapat terjadi di tempat
pemotongan vena atau pada penempatan pacemaker di bawah kulit.
2. Disritmia – aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi dinding
ventrikel oleh elektroda.
3. Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh kateter.
4. Cetusan hilang secara mendadak akibat tngginya ambang ventrikel.
5. Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator, terutama apabila
sedang mengkonsumsi pengencer darah.
6. Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf yang berada di dekat alat pacu
jantung.
7. Kolaps paru.
8. Tusukan pada otot jantung, yang dapat menjadi sumber perdarahan dalam
selaput jantung  dan mungkin dapat membutuhkan penanganan segera.
Malfungsi pacemaker dapat terjadi akibat kegagalan satu atau beberapa
komponen system cetusan. Kebanyakan kegagalan pembangkit pulsa adalah
akibat habisnya baterai sumber tenaga (mis, kegagalan baterai). Pasien harus
diberitahu bahwa baterai disegel dala pembangkit pulsa. Bila saatnya tiba
untuk mengganti baterai, irisan baru akan dibuat pada irisan lama.
Pembangkit lama pulsa diangkat, dan unit baru dipasang serta
disambungkan ke lead yang sama kemudian dipasang di kantong yang
sudah tersedia. Biasanya dilakukan di bawah anastesia local. Komplikasi
lain meliputi fraktur (pecah) atau dislokasi elektroda atau kegagalan
elektronika.
Malfungsi pacemaker dapat juga terjadi bila ada pajanan terhadap medan
peralatan teknologi seperti oven microwave, peralatan MRI dan detector
logam pada pos pemeriksaan keamanan seperti di bandara atau di gedung
pemerintah. Pasien harus diingatkan untuk menghindari situasi yang
melibatkan pajanan medan elektromagnetis. Pasien dianjurkan untuk
memakai oengenal yang akan mengingatkan personel tenaga kesehatan
gawat darurat mengenai adanya pacemaker.
Perubahan frekuensi dan irama jantung secara mendadak menunjukan
adanya komplikasi. Keparahan gejala yang timbul terhantung pada tingkat
ketergantungan pasien pada pacemaker. Diagnosis komplikasi ini
ditegakkan melalui analisa EKG. Manipulasi elektroda atau mengganti
pembangkit pacemaker mungkin diperlukan.

E. Persiapan Pasien
Sebelum Dokter memutuskan apakah klien membutuhkan sebuah alat pacu
jantung, klien akan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk menentukan
penyebab irama jantung klien yang tidak teratur. Pemeriksaan ini meliputi:
1. Elektrokardiogram (EKG). Pada pemeriksaan sederhana ini, alas sensor
yang terhubung dengan kabel, yang dinamakan elektroda, akan ditempelkan
pada dada klien dan terkadang pergelangan kaki dan tangan Anda untuk
menilai hantaran listrik jantung klien. Gambaran pola jantung klien dapat
memberi petunjuk pada Dokter mengenai jenis irama jantung yang tidak
teratur. Selengkapnya dapat dilihat disini.
2. Holter monitoring. Juga dikenal sebagai monitor EKG berjalan, suatu
monitor Holter akan merekam irama jantung selama 24 jam penuh. Kabel
dari elektroda di dada  akan bekerja dengan tenaga baterai sebagai alat
perekam yang dapat kantongi atau dibawa kemana-mana dengan ikat
pinggang atau tali pengikat di bahu.Selama memakai monitor, klien akan
menyimpan buku catatan (diary) mengenai aktivitas dan gejala yang klien
alami. Dokter akan membandingkan buku catatan klien dengan rekaman
untuk mencari penyebab dari keluhan klien.
3. Echocardiogram. Pemeriksaan non-invasif ini menggunakan gelombang
suara yang tidak berbahaya sehingga Dokter  dapat melihat jantung tanpa
perlu membuat sayatan. Selama tindakan ini berlangsung, sebuah alat kecil
terbuat dari plastik yang dinamakan transducer ditempatkan di dada klien.
Alat tersebut akan mengumpulkan bayangan dari gelombang suara yang
direfleksikan (echoes) dari jantung dan mentransmisikannya ke mesin yang
kemudian menampilkan gambar jantung klien yang sedang berdetak di
layar. Gambar ini akan menunjukkan seberapa bagus fungsi pompa jantung
klien,dan juga merekam gambar sehingga Dokter dapat mengukur ketebalan
dari dinding otot jantung klien.
4. Stress test. Beberapa masalah jantung hanya terjadi saat berolahraga. Pada
stress test, jantung  akan diperiksa terlebih dahulu dengan echocardiogram
atau EKG sebelum dan segera sesudah berjalan diatas treadmill atau
bersepeda statis. Tipe treadmill exercise test lainnya juga dapat dilakukan
untuk mengevaluasi jantung, termasuk pemeriksaan konsumsi oksigen
untuk mengukur berapa banyak oksigen yang tubuh butuhkan.
F. Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai