Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DC SHOCK

OLEH :
RIAN SEPTIANTORO
NIM. 220103179

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ALIH JENJANG


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional
yang merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan dengan bentuk pelayanan biologis, psikologis,
social, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai tenaga profesional dalam bidang kesehatan
hendaknya mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan teknologi
terutama terkait dengan peralatan medis yang ada saat ini, sehingga dalam
aplikasinya perawat memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup
tentang fungsi beberapa peralatan medis.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas tentang
salah peralatan medis yaitu DC Syok.
B. Tujuan Penulisan
Untuk memperoleh gambaran dan wawasan pengetahuan tentang peralatan
DC Syok.
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Defenisi
Defibrilasi (eksternal) adalah suatu tindakan terapi dengan cara
memberikan aliran energi listrik yang kuat ke jantung pasien melalui
electrode (pedal) yang ditempatkan di permukaan dinding dada pasien. DC
syok yaitu suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung
lewat sepasang elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk
menghentikan takikardia ventricular dan supraventrikuler. Pemberian
renjatan sinkron gelombang R (Kompleks QRS). Renjatan listrik
mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta
menghilangkan atritmia. Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan
system purkinje mengambil alih irama jantung.
Tujuan dilakukannya Tindakan defibrilasi adalah untuk:
1. Meminimalkan ancaman kematian karena Fibrilasi Ventrikel (VF) atau
Ventrikel Tachikardi (VT) Non Pulse Jantung.
2. Mengembalikan irama jantung dan cardiac output yang hilang karena
VF / VT Non Pulse.
3. Mengembalikan oxygenasi dan perfusi jaringan.
B. Indikasi
Kardioversi darurat
1. Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan
hipotensi, hipoperfusi sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia
miokard.
2. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus
dengan lidokain atau amiodaron.
Kardioversi elektif.
Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial,
dan fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis,

3
propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak
dan lebih rendah angka embolisme.
C. Kontraindikasi
1. Intoksikasi digitalis. Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun
dilakukan kardioversi sinkron, Stimulasi cepat atrium dengan pemacu
temporer (TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik
Temporer Pace Maker (TPM).
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin
profilaktik.
6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM
dapat menghentikan takiaritmia.
D. Evaluasi Pasien
Evaluasi tentang hipertiroidisme, intake, digitalis, hipoksemia, stress
psikologik, anemia, hipokalemia, hiperkalemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia, atau gangguan metabolic autonom lain yang
menyebabkan aritmia.
E. Persiapan
Persiapan Pasien:
1. Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien, termasuk komplikasi
potensialnya dan dapatkan izin tertulis.
2. Berikan antikoagulan profilaktik, dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi
dengan riwayat embolisme, stenosis mitral, gagal jantung kongestif, atau
pembesaran atrium kiri.
3. Hentikan digitalis, 24 jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada
pasien tua. Digoxin bekerja selama 2-5 hari.
4. Berikan kuinidin(300 mg tiap 6 jam) selama 2 hari sebelum kardioversi,
menurunkan 40% pemulihan ke irama sinus, tetapi kadang pencetus VT
atau VF.
5. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi.

4
6. Rawat pasien dengan monitor EKG, untuk evaluasi irama dan evaluasi
EKG 12 lead.
7. Letakkan lempeng resusitasi jantung di bawah dada pasien.
Personalia:
Dokter atau perawat terampil kardioversi, anestesi dibutuhkan untuk
penatalaksanaan intubasiendotrakeal.
Persiapan Alat:
1. Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop, modus
sinkronisasi tombol seleksi tingkat energi, pedal elektroda dan jelly
elektroda.
2. Obat sedasi: amnesia atau anastesi selama kardioversi dengan diazepam
(valium), pentothal atau brevithal.
3. Resusitasi: Lempeng dipunggung, section, oksigen, intubasi set(ETT,
lavingoskope, guidel, jelly, spatel) ambubag dan obat atropine serta
antiaritmia.
F. Penatalaksanaan Kardioversi
1. Letakkan pasien terlentang di atas lempeng resusitasi jantung.
2. Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien.
3. Nyalakan tombol kardioversi dan sinkronisasi.
4. Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar.
5. Berikan obat sedative perlahan, pantau frekuensi jantung, respirasi dan
tekanan darah.
6. Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi, bantalan kasa larutan
garam tidak dipakai karena menyebabkan lengkungan arus.
7. Tipe kardioverter anteroapikal, elektroda pertama diletakkan di bawah
klavikula kanan tepat lateral sternum dan elektroda kedua diletakkan di
bawah putting susu anterior aksilaris.
8. Pilih tingkatan energi 100 joule.
9. Pastikan tidak ada kontak operator, orang lain dan pasien terhadap bahan
konduktor (logam, air, ventrikulator).
10. Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan tekanan
mantap 11,25 kg pada pedal elktroda.

5
11. Periksa nadi pasien, EKG, dan jalan napas segera setelah renjatan listrik
kardioversi. Reaksi kardiovaskuler setelah renjatan listrik tampak vagal
dengan bradikardia disusul takikardia 30 detik reaksi simpatis.
Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat menunjukkan
kerusakan miokard akibat renjatan atau interaksi obat denga renjatan
listrik.
12. Bila renjatan gagal, tingkatkan dosis energi secara bertahap 100, 200,
300, 360 joules sampai aritmia dikonversi atau sampai 360 mjoules
gagal, Biarkan 2 menit di antara renjatan listrik untuk supraventrikular
takikardia, karena lambat berkonversi.
G. Asuhan Keperawatan Post Kardioversi
1. Lakukan pemeriksaan singkat, kaji komplikasi segera seperti hipotensi,
embolisasi sistemik, edema paru, dan aspirasi.
2. Periksa EKG 12 lead dan pantau irama EKG pasien selama beberapa
jam.
3. Pasien bedrest total.
4. Lanjutkan obat antiaritmia maintenance amiodaron 450 mg/24 jam.
H. Komplikasi kardioversi.
1. Luka baker kulit. Kontak elektroda tidak memadai atau renjatan
berulang dapat timbul luka baker derajat I-II.
2. Aritmia. Irama qtrioventrikuler, VES, VT dan VF dapat timbul setelah
renjatan.
3. Kerusakan otot jantung. Perubahan gelombang T dan ST terjadi sekitar
1% dan peningkatan CKMB sekitar 9% pasien.
4. Pembesaran jantung.
5. Edema paru. Diduga paralisis atrial kiri.
6. Embolisasi sistemik, sekitar 0,8% lebih tinggi pada atrium kiri besar,
stenosis mitral, CHF, atau emboli sebelumnya.
7. Hipotensi. Singkat dan berakhir beberapa jam.
8. Pneumonia aspirasi.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DC Syok adalah suatu cara memberikan renjatan arus listrik
langsung ke jantung lewat sepasang elektroda yang diletakkan pada dinding
toraks untuk menghentikan takikardia ventricular dan supraventrikuler.
Oleh karena itu, sangat penting bagi perawat untuk memiliki
pengetahhuan aplikasi tentang fungsi dan cara kerja DC syok dan
komplikasinya bagi pasien sehingga dalam penerapannya dapat
dilaksanakan dengan baik.
B. Saran
Untuk meningkatkan kulaitas pelayanan keperawatan maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut;
1. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional
2. Diharapkan kerja sama yang baik dari berbagai pihak dari tim
kesehatan lainnya khususnya tim tenaga medis lainnya untuk berbagi
pengetahuan tentang fungsi dan manfaat peralatan medis yang
digunakan di fasilitas kesehatan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, (2015). Pedoman Pelayanan Keperawatan


Gawat Darurat di Rumah Sakit. Direktorat Bina Keperawatan Direktorat
Jendral Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan RI, (2015). Standar Pelayanan Keperawatan di


ICU.
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jendral
Pelayanan Medik

http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2015/02/dc-syok-kardioversi-dan-
defibrilasi.html

Tim Keperawatan Kritis UNAIR. 2017. Modul Praktikum Keperawatan


Kritis. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai