Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan

Pada Ventrikel Takikardi


Di Poli Klinik Jantung RSUD dr Saiful Anwar Malang

DISUSUN OLEH :

1. Heri Iskandar
2. Sri Rina Agustini
3. Farikhah Mansur

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUAWANGI

2009
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Ventrikel Takikardi
Di Poli Klinik Jantung RSUD dr Saiful Anwar Malang
Juni 2009

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
1. Takikardi ventrikular (Ventricular tachycardia) adalah kecepatan ventrikular
sekurangnya 120 detak permenit yang terjadi di ventrikel.
2. Takikardi ventrikular yang berlanjut (Takikardi ventrikular bertahan setidaknya 30
detik) terjadi pada penyakit jantung yang bervariasi yang merusak ventrikel.
Seringkali hal itu terjadi seminggu atau beberapa bulan setelah serangan jantung

B. ETIOLOGI
1. Jantung koroner
2. Infark miokart akut (IMA)
3. Intoksikasi digitalis
4. Sindrom QT yang memanjang
5. Kelainan struktur sistem konduksi
6. Hipoksia
7. Rangsangan susunan saraf otonom
8. Gangguan keseimbangan elektrolit
9. Obat – obatan vasokonstriksi
10. Cardio miopati
11. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
12. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
13. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
14. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
15. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
C. TANDA KHAS
Ventrikel takikardi.
Biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum takikardi
ventrikel. Vnetrikel takikardia sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan
gawat darurat.
Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas.
 Frekuensi : 150 - 200 denyut per menit.
 Gelombang P : Biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat, tidak
selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak
berhubungan dengan kontraksi atrium.
 Kompleks QRS : sama dengan ventrikel ekstrasistol, dengan gelombang T
terbalik.
 Hantaran : Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke
jaringan penyambung dan atrium.
 Irama : Biasanya regular, tetapi dapat ireguler. Terapi ditentukan oleh kemampuan
pasien bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Obat antidisritmia dapat
digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda penurunan curah
jantung. (9,10,11)

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit
nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun
berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,perubahan
pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obatantiangina,
gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
superfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
E. PENGOBATAN

Pengobatan diberikan pada setiap episode Takikardi ventrikular yang menimbulkan


gejala dan untuk yang terjadi lebih dari 30 detik bahkan tanpa gejala. Jika masa
serangan menyebabkan tekanan darah turun di bawah normal, kardioversi dibutuhkan
secepatnya. Lidokain atau obat sejenis diberikan secara intravena untuk menekan
keberadaan Takikardi ventrikular, dokter selanjutnya dapat menjalankan pemeriksaan
elektrofisiologik untuk membantu mencegah kekambuhan. Takikardi ventrikular
berkepanjangan biasanya disebabkan oleh area kecil abnormal pada ventrikel dan area
penyebab ini kadang-kadang dapat dihilangkan dengan cara operasi. Pada beberapa
penderita Takikardi ventrikular yang tidak dapat merespon terapi obat, alat yang
disebut automatic cardioverter-defribillator dapat diimplantasikan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif
di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin. Pemeriksaan
tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
h. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia. GDA/nadi oksimetri :
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbas disritmia.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Diagnosa tepat melalui ECG
2. Berikan 50 – 100 mg lidnocain IV yang diikuti pemberian lidnocain infus 500 –
1000 mg dalam 500 ml D5%, kecepatan 1 – 2 mg / menit. Jika berhasil dan
penderita sudah sadar diberikan 10 mg diasepam IV atau sodium ventotal 100 –
300 mg IV hingga penderita tertidur lalu cepat diikuti DC detakikardi, bila
frekwensi lebih dari 180x / menit, berikan DC detakikardi 50 – 400x joule.
Teruskan infus lidnocain selama lebih dari 2 hari dengan dosis 1- 2 mg / menit
hingga takikardi ventrikel tidak kembali kemudian diberikan difenilhidantoin 3 x
100 mg peroral.
3. Terapi medis : Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu : Anti aritmia Kelas 1 :
sodium channel blocker
Kelas 1 A
 Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial takikardi atau flutter.
 Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial takikardi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
 Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
 Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
 Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
 Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
 Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade
 Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
 Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT, SVT
berulang
 Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia
4. Terapi mekanis
 Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
 Detakikardi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
 Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami takikardi ventrikel.
 Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Aktifitas dan istirahat
Kelemahan, susah tidur, lelah, tachicardi, sesak nafas, perubahan frekwensi jantung.

b. Sirkulasi
Riwayat miokard infark, penyakit koroner, CHF, masalah tekanan darah, DM

Nadi : penuh, kualitas, capillary refill, ireguler. Suara jantung : murmur, friction rub.
Ritme jantung. Adanya edema, peningkatan tekanan vena jugularis, cyanosis, pucat.
Mempunyai riwayat lama sebelum akut 90% - 95% mengalami disritmia / FV.

c. Integritas Ego
Cemas, takut, gelisah, takut kehilangan keluarga, perasaan gugup.

d. Cairan dan makanan


Mual, tidak ada nafsu makan, turgor jelek, muntah, perubahan berat badan. Dengan
tanda : odema, perubahan pada turgor kulit, perubahan BB.

e. Higiene
Kesulitan dalam perawatan kulit

f. Neurosensori
Kelemahan, tidak terkontrol, pusing. Dengan tanda : status mental / perubahan sensori
(bingung), perubahan prilaku dan pupil.

g. Nyeri
Kejadian, lokasi, kualitas, intensitas

h. Respirasi
Sulit bernafas, sesak, batuk produktif, riwayat merokok, penyakit pernafasan, pucat,
cyanosis, suara nafas adanya sputum.
2. MASALAH & INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa
2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia.
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
4. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung
5. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas
dalam, bimbingan imajinasi
7. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
9. Kolaborasi :
 Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
 Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
 Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
 Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
 Masukkan/pertahankan masukan IV
 Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
 Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
1. menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
2. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping
obat
Intervensi :
1. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
2. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
3. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,
perubahan mental, vertigo.
4. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
5. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
6. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
7. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa Pulang
8. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
9. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala
yang memerlukan intervensi medis
10. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus,
manuver Valsava bila perlu
DAFTAR PSTAKA

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih

bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.

Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth.

Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta :
EGC; 2001.

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI ; 2001

Anda mungkin juga menyukai