Oleh :
Kiki Dwi Lestari
NIM. 1930023
Asuhan Keperawatan pada PPROM di Ruang 8 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang yang dilakukan Oleh :
NIM : 1930023
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Keperawatan
Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2020 – 22 Februari 2020,
yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
2.2 Definisi
2.3 Etiologi
Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat
dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
a. Infeksi.
b. Merokok selama kehamilan.
c. Penggunaan obat-obatan terlarang selama kehamilan.
d. Riwayat KPD atau kelahiran sebelumnya.
e. Polohidramnion (cairan ketuban berlebih).
f. Kehamilan kembar.
g. Setelah mengalami episode perdarahan kapan saja selama kehamilan.
h. Prosedur invasif.
i. Malnutrisi.
j. Kelainan letak janin (sungsang).
k. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
l. Trauma.
m. Keadaan sosial ekonomi rendah.
n. Malnutrisi.
o. Usia, untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35
tahun, usia yang kurang atau lebih akan mempengaruhi sistem reproduksi,
karena organ-organ reproduksinya bisa jadi belum matang atau berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan (Beckman,
2010; Manuaba,2012; DeCherney, 2013 & Cunningham, 2014).
2.4 Klasifikasi
Ketuban pecah dini terbagi dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Premature Rupture of the Membrane (PROM), yaitu pecahnya selaput
ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya ≥ 37
minggu, kurang lebih satu jam sebelum persalinan dimulai.
2. Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM), yaitu pecahnya
selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur
kehamilannya < 37 minggu.
3. Prolonged Premature Rupture of the Membrane, yaitu pecahnya selaput
ketuban ≥ 18 jam dan belum terjadi onset persalina atau setelahnya timbul
persalinan.
4. Midtrimester PPROM atau pre-viable PPROM adalah pecahnya selaput
ketuban pada usia kehamilan <24 mingu. Pada usia kehamilan ini janin tidak
dapat bertahan hidup di luar rahim ibu (Beckman, 2010; Cunningham, 2014).
2.6 Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat
meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat
aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor
dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru
janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan
kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan. Selain itu,
proses infeksi dan inflamasi juga menyebabkan kelemahan kulit ketuban dan
meningkatkan resiko ketuban pecah dini. Melemahnya kulit ketuban juga
disebabkan karena kematian sel, gangguan pembentukkan kolagen dan
kerusakan kolagen (Cunningham, 2014).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa PPROM,
antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi, bau
dan pH-nya. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air
ketuban, urine atau secret vagina. Secret vagina ibu hamil pH: 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes lakmus (tes
Nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan
adanya air ketuban (alklis), pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu.
b. Fern test (Ujii Pakis): Kapas steril digunakan untuk mengumpulkan
cairan dari vagina dan ditempatkana pada slide mikroskop. Setelah
pengeringan, cairan ketuban akan membentuk pola kristalisasi yang
disebut arborisasi yang menyerupai daun tanaman pakis bila dilihat di
bawah mikroskop.
c. Blood test, untuk mengetahui adanya infeksi
2. Pemeriksaan untrasonografi (USG), pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasusn KDP terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita olighidramnion.
3. Pooling test, yaitu dengan melihat ada tidaknya kumpulan cairan amniotik
(ketuban) pada bagian belakangg vagina (fornix vagina) (Manuaba, 2012;
DeCherney, 2013; dan Cunningham et al, 2014).
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPROM antara lain:
1. Mudah terjadinya infeksi baik pada ibu maupun janin.
2. Partus prematur.
3. Gawat janin dan kematian perinatal.
4. Prolaps tali pusat akibat oligohidramnion parah.
5. Lepasnya plasenta.
6. Organ-organ bayi tidak terbentuk sempurna (Kayem & Maillard, 2010;
dan MayoClinic, 2018).
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi:
a. Konservatif
1. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b. Aktif
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea
3. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas ibu
Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM) adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang
umur kehamilannya < 37 minggu. Angka kejadian PPROM yang
dilaporkan di Cina berkisar 2,7%-7% dalam setahun, dan di Amerika
sekitar 5%-15% per tahunnya. Sedangkan di Indonesia sendiri setiap
tahunnya diperkirakan 5-10% mengalami ketuban pecah dini dari
semua kelahiran (KPD) dan 34% diantaranya terjadi pada kehamilan
preterm (Iswanti, 2017).
2) Keluhan Utama
Ibu datang dengan keluhan keluar cairan dari vagina/jalan lahir.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan <37
minggu dengan atau tanpa komplikasi & tidak ada tanda-tanda inpartu
4) Riwayat kesehatan dahulu
a. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
b. Pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.
c. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus.
d. Selaput amnion yang lemah/tipis.
e. Posisi fetus tidak normal.
f. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
g. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
h. Pernah mengalami KPD atau kelahiran premature.
5) Pemeriksaan fisik
1. Kepala, leher dan ketiak
a. Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjunctiva dapat ditemukan
anemis atau tidak
b. Hidung tidak ada pembengkakan, tidak ada hipersekresi mukosa
c. Mulut :gigi tidak karies ,mukosa mulut lembab dan warna mukosa
tidak pucat.
d. Leher dan ketiak: tidak ada peningkatan/pembengkakkan JVP,
KGB dan tiroid.
2. Dada / Toraks
a. Inspeksi: dada simetris, bersih, payudara simetris, putting
payudara menonjol ke luar, areola berwarna kecoklatan, tidak ada
retraksi dinding dada, frekuensi pernapasan normal atau dapat
meningkat.
b. Palpasi: payudara tidak ada pembengkakan, tidak teraba massa.
c. Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas
normal vesikuler
3. Abdomen
a. Inspeksi: bekas operasi ada atau tidak, striae dan linea
kemungkinan ditemui
b. Palpasi: TFU, kontraksi uterus ada/tidak, posisi kandung kemih
penuh/tidak, pemeriksaan leopold I-IV
c. Auskultasi: DJJ ada
4. Genitalia
a. Inspeksi: kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,
Edema, discharge, approxiamately), ditemui pengeluaran air
ketuban (lihat: jumlah, warna, bau) jika keruh dan berbau
menyengat/busuk kemungkinan terdapat infeksi.
b. Palpasi : pembukaan serviks (0-4)
5. Ekstremitas: edema pada ekstremitas bawah kemungkinan besar
ditemui, varises tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agens Cedera Biologis/Fisk
2. Kerusakan Integritas Jaringan b/d Prosedur Pembedahan
3. Ansietas b/d Ancaman Pada Status Terkini
4. Kurang Pengetahuan b/d Kurang Informasi
5. Risiko Infeksi dengan faktor risiko Pecah Ketuban Dini.
6. Risiko Infeksi Area Pembedahan dengan faktor risiko Tipe Prosedur
Bedah
7. Risiko Perdarahan dengan faktor risiko Komplikasi Pascapartum