Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN


HIPERTENSI
DI PUSKESMAS PAGELARAN

OLEH :
SIDA NUR HAYATI
19.300.031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Gerontik dengan “Hipertensi” di UPT Puskesmas Pagelaran


yang dilakukan oleh :

Nama : Sida Nur Hayati

NIM : 19.300.31

Prodi : Pendidikan Profesi Ners Program Profesi STIKes Kepanjen


Malang

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Gerontik, yang dilaksanakan pada tanggal 20 Januari
2020 – 02 Februari 2020, yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang,
Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

............................................. .............................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan daraharterilebih dari normal. Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
Diastolik ≥85 mmHg merupakan batas normal tekanan darah (Junaidi,
2010).Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut-sebut sebagai sillent
killer karena sesorang yang mengidap hipertensi yang bahkan sudah bertahun-
tahun seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti
kerusakan organ vital yang cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian.
Sebanyak 70 % penderita hipertensi tidakmenyadari bahwa dirinya mengidap
hipertensi hingga ia memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan.
Sebagian lagi mengalami tanda dan gejala seperti pusing, kencang di tengkuk,
dan sering berdebar-debar (Adib,2009).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi adalah
salah satu yang memegang andil yang penting untuk penyakit jantung dan
stroke yang dapat menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu.
Hipertensi berkonstribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskuler setiap tahunnya.World Health Organization(WHO) tahun 2008
mencatatsekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia
menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2%
di tahun 2025, dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639jutasisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia.
Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk
umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75
tahun.Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan
darah pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di
Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan
Timur (29,6%). (Balitbang Kemenkes RI, 2013).Data Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2013menunjukkan kasushipertensi sebesar 58, 84
% atau sekitar 629.153 dari 1.069.263 kasus penyakit tidak menular (PTM).
Sedangkan di Sukoharjo DKKmencatat kejadian hipertensi pada tahun 2014
sebanyak 22.940 (45,63%) dari 50.275kasus PTMdi Sukoharjo.Kebanyakan
kasus yang ditemukanadalah lansia. Lansia merupakan tahap akhir dari siklus
kehidupan manusia. Menurut pasal 1 ayat 2, 3,4 UU No.13 Tahun 1998
tentang kesehatan lanjut usia yaitu seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Maryam, 2008).
Ada banyak faktor yang menyebabkan hipertensi, faktor risiko tersebut
antara lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam
tinggi, kebiasaan merokok dan minum alkohol (Baradero, 2008). Adapun
menurut Sudoyo et al (2009) faktor-faktor risiko yang mendorong peningkatan
tekanan darah adalah faktor-faktor seperti: diet dan asupan garam, stres, ras,
obesitas,merokok dan genetis. Lansia merupakan orang yang mempunyai
faktor risiko umur dan juga mungkin di sertai faktor-faktor risiko yang
lain,yang harus diwaspadaidan benar-benarsupayamemperhatikan pola hidup
yang sehat supaya tidak menimbulkan hipertensi yang mungkin disertai
dengan komplikasi yang berbahaya.
Hal ini sejalan dengan Arista (2013) yang mengemukakan bahwa bagi
individu yang mempunyai faktor risiko hipertensi tersebut harus waspada serta
melakukan upaya pencegahan sedini mungkin contoh yang sederhana yaitu
dengan rutin kontrol tekanan darah lebih dari satu kali, dan juga berusaha
untuk menghindari faktor pencetus seperti pola makan dan gaya hidup (live
style) yang baik.Penderita hipertensi yang tidak menjaga pola makan dan gaya
hidup yang sehat mempunyai risiko mengalami hipertensi berulang atau
kekambuhan hipertensi. Kekambuhan hipertensi pada lansia dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar lansia. Penelitian Manolis
et.al(2012) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi kekambuhan
hipertensi antara lain faktor gaya hidup meliputi pola makan atau diet rendah
garam, pengobatan, olah raga, kontrol yang teratur dan manajemen stress.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali atau
lebih pengukuran (Kemenkes, 2014). Hal tersebut dapat terjadi karena
jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu
fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.

2.2 Klasifikasi
Menurut JNC VIII (The Enighth Joint National Committee) (2013) yang
didasarkan pada rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada
pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun). Klasifikasi tekanan darah mencakup empat
kategori dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg
dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mmHg. Berikut merupakan tabel
klasifikasi Menurut JNC VIII (2013), sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII Tahun 2013
Klasifikasi Tekanan Tekanan Diastolik (mmHg)
Sistolik
(mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre Hipertensi 120-139 80-90
Stadium I 140-159 90-99
Stadium II ≥ 160 ≥ 100
Sumber : National Heart, Lung and Blood Institute(NHLBI), 2013

2.3 Faktor Resiko


1) Merokok
Nikotin dapat mengganggu sistem saraf simpatis yang
mengakibatkan meningkatnya frekuensi denyut jantung dan kebutuhan
oksigen di jantung. Asap rokok (CO) memiliki kemampuan menarik sel
darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga dapat
menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan
jaringan lainnya. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup
ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya (Tandra, 2003).
2) Kolesterol
Kolesterol yang berlebih dapat membuat dinding pembuluh darah
menebal dan lebih kaku. Sehingga pada saat jantung mengalirkan darah
membutuhkan tekanan yang lebih banyak untuk memompa yang dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.
3) Diabetes
Orang yang memiliki kadar gula darah tinggi akan mengakibatkan
darah menjadi lebih kental. Darah yang kental membutuhkan tekanan yang
lebih tinggi untuk memompa, jika dibiarkan secara terus menerus akan
menyebabkan tekanan darah tinggi (Masharani & German, 2007).
4) Peningkatan usia
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan secara
fisik, pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi ginjal dan sensitivitas
berkurang. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan
peningkatan tekanan darah (Kumar dkk, 2005). Pendapat Purwati dkk
(2006), menyatakan bahwa pada umumnya hipertensi pada laki-laki terjadi
di atas usia 31 tahun, sedangkan pada perempuan terjadi setelah umur 45
tahun atau setelah masa menopause.
5) Obesitas
Lebih dari 50% hipertensi, baik laki-laki maupun perempuan
berhubungan dengan kegemukan. Makin besar massa tubuh, makin banyak
pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri
menjadi lebih besar yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
(Purwati dkk, 2006).
6) Kurang aktivitas
Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula
tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan
tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya
aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang
akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.
7) Jenis Kelamin
Secara umum insiden hipertensi yang terjadi pada usia 55 tahun
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Perempuan
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses penyempitan pembuluh darah yang
disebabkan penumpukan plak dipembuluh darah. Pada premenopause
perempuan mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah sesuai dengan umur
wanita secara alami, umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun (Kumar dkk., 2005).
8) Riwayat keluarga
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Hal tersebut berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium dalam darah dan rendahnya rasio antara
potassium terhadap sodium di dalam darah.
9) Makan tidak sehat
Makanan yang mengandung kolesterol dan natrium terlalu banyak
dapat mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku yang dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi.
10) Penyakit ginjal
Apabila ada kerusakan pada ginjal akan menyebabkan peningkatan
hormon yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Selain itu
seseorang yang memiliki penyakit ginjal mengalami pengeluaran air dan
garam secara berlebihan sehingga darah dalam pembuluh darah menjadi
pekat yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
11) Stress
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon
adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan
jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun
meningkat (Dinkes, 2007).

2.4 Tanda Gejala


Tekanan darah tinggi sering disebut “pembunuh diam-diam” karena
terkadang tidak ada tanda atau gejala yang perlu di waspadai dan banyak
orang tidak mengetahui bahwa mereka menderita tekanan darah tinggi atau
hipertensi, sehingga sangat penting untuk melalukan pengukuran tekanan
darah secara rutin.Tekanan darah tinggi atau hipertensi biasanya
memunculkan gejala seperti :
1. sakit kepala bagian belakang
2. kaku kuduk
3. kepala pusing
4. jantung berdebar
5. berkeringat
6. telinga berdengung
Pada keadaan yang parah tekanan darah tinggi menimbulkan gejala sepeti :
1. Kelelahan
2. Mual
3. Muntah
4. Kecemasan
5. nyeri dada
6. sesak napas
7. tremor / gemetar

2.5 Pengobatan
1) Pola Pengobatan Hipertensi
a. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang
panjang sekali sehari dan dosis dititrasi
b. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan
pertama perjalanan terapi
c. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada
keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti hipertensi.
d. Kemudian jika tekanan darah yang diinginkan belum tercapai maka
dosis obat ditingkatkan lagi, atau ganti obat lain, atau dikombinasikan
dengan 2 atau 3 jenis obat dari golongan yang berbeda
2) Prinsip Pengobatan Hipertensi
Menurut Depkes RI (2006), prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai
berikut:
a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
penyebabnya. Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk
menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan
mengurangi timbulnya komplikasi
b. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat
anti hipertensi. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka
panjang, bahkan pengobatan seumur hidup.
c. Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat antihipertensi di
Puskesmas dapat diberikan di saat kontrol dengan catatan obat yang
diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan baru.
d. Untuk penderita hipertensi yang baru didiagnosis (kunjungan pertama)
maka diperlukan kontrol ulang disarankan 4 kali dalam sebulan atau
seminggu sekali, apabila tekanan darah sistolik >160 mmHg atau
diastolik >100 mmHg sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah
kunjungan kedua (dalam dua minggu) jika tekanan darah tidak dapat
dikontrol
Menurut NICE Guideline Clinical Management of Primary Hypertension,
prinsip pengobatan hipertensi adalah sebagai berikut :
a) Anti hipertensi diberikan pada pasien berusian < 80 tahun dengan
Hipertensi derajat 1 yang memiliki kerusakan organ, penyakit jantung
dan pembuluh darah, gangguan ginjal, kencing manis, dan risiko
penyakit jatung
b) Pasien hipertensi derajat 1 tanpa risiko penyakit jantung dan tanpa ada
kerusakan organ, piihan terapi pertamanya adalah dengan modifikasi
gaya hidup 4-6 bulan
c) Obat hipertensi harus diberikan pada semua pasien berusia berapapun
dengan hipertensi derajat 2
d) Pasien hipertensi berusia < 40 tahun harus dicari kemungkinan
penyebab hipertensi sekunder (hipertensi yang diakibatkan oleh
penyakit lain) dan diobati penyebabnya
3) Macam-macam Obat Antihipertensi
No. Nama Merk Obat Dosis Umum Dewasa
1. Furosemide Tablet 20-40 mg 1-2x perhari
Tablet 25-150 mg 2-3x perhari satu jam
2. Captopril
sebelum makan
3. Lisinopril Tablet 10-20 mg 1x perhari
4. Ramipril Tablet 2,5-20 mg 1x perhari
5. Amlodipin Tablet 5-10 mg 1x perhari
6. Nifedipin Tablet 10 mg 3x perhari
7. Nicardipin Tablet 20-40 mg 3x perhari
8. Candesartan Tablet 8-32 mg 1-2x perhari

2.6 Diet Makanan


Tujuan diet
a. Membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
b. Menurunkan faktor resiko lain: berat badan yang berlebih dan kolesterol
yang tinggi
Prinsip diet
1. Makanan beranekaragam dan gizi seimbang
2. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita
3. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
Diet garam: Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur.
Garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang
berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Anjurkan konsumsi garam
dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan
garam lain diluar natrium.
Bahan makanan yang diperbolehkan
1. Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati dan hewani,
sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat
2. Makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium.
Vetsin, kaldu bubuk
3. Sumber protein hewani: segar atau beku tanpa penambahan sayur
4. Susu segar 200 ml/hari
Bahan makanan yang dihindari
1. Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing
2. Makanan yang diolah menggunakan garam natrium
3. Makanan dan minuman dalam kaleng
4. Makanan yang diawetkan
5. Mentega dan keju
6. Bumbu-bumbu: terasi, tauco, kecap asin
7. Makanan yang mengandung alkohol: durian

2.7 Pencegahan
Pencegahan dan mengontrol menurut WHO, 2011 yaitu:
1. Mengurangi dan memanajemen stress melalui yoga, meditasi dan teknik
relaksasi lainnya.
2. Makan makanan yang sehat seperti buah dan sayur yang mengandung
nutrisi seperti potasium dan serat
3. Mengurangi konsumsi garam. Total konsumsi garam dalam satu hari tidak
boleh lebih dari 1 sdt (5 gram). Waspada terhadap makanan cepat saji yang
mengandung banyak garam. Hindari atau kurangi makanan asinan, kripik
asin, kecap asin yang mana banyak mengandung garam
4. Mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak. Batasi konsumsi lemak
jenuh seperti mentega, kulit ayam, hati ayam, rempala ayam, usus dan
lain-lain.
5. Rutin melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah. Orang dewasa harus melakukan akivitas fisik selama 30 menit per
hari.
6. Tidak merokok. Merokok dapat melukai pembuluh darah dan pengerasan
arteri/ pembuluh darah. Merokok merupakan faktor risiko dari penyakit
jantung dan stroke. Berhenti merokok dapat menurunkan risiko terkena
penyakit jantung dan stroke.
7. Mengurangi penggunaan alkohol. Sering minum alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah.
8. Rutin mengukur tekanan darah. Penting untuk mengukur tekanan darah
secara teratur karena tekanan darah yang tinggi seringkali tidak ada tanda
dan gejalanya.
9. Mengobati tekanan darah tinggi. Jika seseorang menderita tekanan darah
tinggi maka segera periksa ke dokter untuk mendapatkan resep obat yang
harus dikonsumsi, selain itu perubahan gaya hidup juga harus dilakukan.
10. Mencegah dan memanajemen masalah kesehatan lainnya seperti diabetes.
Sekitar 60% orang yang menderita diabetes juga menderita tekanan darah
tinggi. Mengurangi risiko diabetes dengan makan makanan yang sehat,
mempertahankan berat badan ideal dan aktivitas fisik. Jika seseorang
menderita diabetes maka segera periksa ke dokter untuk mendapatkan
resep obat yang harus dikonsumsi, selain itu perubahan gaya hidup juga
harus dilakukan.
11. Mempertahankan berat badan ideal. Kegemukana dapat meningkatkan
tekanan darah mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
2.8 Komplikasi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya menurut Price dan Wilson (2006), Corwin (2009), Vitahealth
(2005), Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, dan Syam (2014), Irianto (2014)
seperti :
a. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah adalah kondisi jantung tidak mampu lagi memompa
darah yang dibutuhkan tubuh karena kerusakan otot jantung atau sistem
listrik jantung.
b. Stroke
Darah tinggi merupakan faktor penyebab utama terjadi stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah
yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah
otak, maka terjadi pendarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke
juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet
dipembuluh yang sudah menyempit.
c. Penyakit Ginjal
Darah tinggi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan
adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan
membuangnya kembali kedarah.
d. Kerusakan Pengelihatan
Darah tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau buta.
Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan menjadi kabur,
kerusakan organ mata dengan memeriksakan mata untuk menemukan
perubahan yang tidak normal pada mata karena hipertensi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Biodata Pasien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Agama, Status,
Alamat
b. Biodata Penaggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan,
Agama, Status, Alamat
c. Riwayat Kesehatan
d. Aktivitas / istirahat.
1. Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
e. Sirkulasi
1. Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
2. Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna
kulit, suhu dingin
f. Integritas Ego
1. Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
factor stress multipel
2. Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
g. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
h. Makanan / Cairan
1. Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
2. Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
i. Neurosensori
1. Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
2. Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
j. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
k. Pernapasan
1. Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
2. Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis
l. Keamanan
1. Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
2. Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
m. Pembelajaran/Penyuluhan
1. Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit ginjal.
2. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone

B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
b. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan adanya tahanan pembuluh darah
c. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan b.d intake makanan yang
berlebihan/kebiasaan makan yang salah.
d. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi/salah.
e. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload,vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
C. Intervensi

a. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
1. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
2. Pasien tampak nyaman
3. TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
6. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
7. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas
(lorazepam, ativan, diazepam, valium )
b. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung
Kriteria hasil :
1. Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan :
2. TD dalam batas yang dapat diterima
3. tidak ada keluhan sakit kepala, pusing
4. nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
5. Haluaran urin 30 ml/ menit
6. Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring
2. Tinggikan kepala tempat tidur
3. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
4. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5. Amati adanya hipotensi mendadak
6. Ukur masukan dan pengeluaran
7. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
8. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
c. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan b.d intake makanan yang
berlebihan/kebiasaan makan yang salah.
Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan perubahan pola makan sesuai
program
Kriteria Hasil:
1. Menurunkan berat badan 10 % - 20 %
2. Makan sesuai program diet
3. Mengikuti program aktifitas.
Intervensi:
1. Tentukan tingkat pemahaman klien : hipertensi dan obesitas.
2. Diskusikan pengurangan intake kalori dan batasi lemak, garam dan gula.
3. Rencanakan bersama klien tentang program penurunan berat badan. R :
Penurunan berat badan secara bertahap.
4. Kolaborasi dengan petugas diet.
d. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi/salah.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit
dan pengobatan
Kriteria Hasil:
1. Menyebutkan proses penyakit dengan tepat.
2. Menyebutkan penggunaan obat dengan tepat.
3. Mempertahankan tekanan dtah tetap terkontrol.
Intervensi:
1. Tentukan tingkat kesiapan dan hambatan belajar klien.
2. Jelaskan : Mempertahankan tekanan darah dalam batas toleransi,
jelasdkan BPdan pengaruh terhadap jantung, pembuluh darah, ginjal dan
otak.
3. Hindari kata-kata “tekanan darah normal”, dan gunakan batasan
“terkontro ldengan baik”.
4. Bantu klien mengidentifikasi faktor risiko yang dapat dihindari.
5. Diskusikan pentingnya tidak merokok dan bantu merencanakan
upayamenghentikan rokok.
6. Beri penguatan/pujian bila klien mau bekerja sama dalam program
pengobatan.
7. Ajarkan kien/keluarga tehnik monitor tekanan darah.
8. Jelaskan hal-hal yang berhubungan dengan pengobatan ; pengaruh dosis,
aturan.
9. Timbang berat badan sesuai jadwal.
e. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload,vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak
terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil :
1. Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
bebankerja jantung
2. mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima,
3. memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam
rentangnormal pasien.
Intervensi :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang
tepat.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi napas.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5. Catat edema umum.
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher.
9. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
10. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kabupaten


Kampar tahun 2006. Bangkinang 2007.
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn
and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders, 2005.p 528- 529.
Masharani, U,. German, M.S. 2007. A Large Greenpan’s Basic and Clinical
Endocrinology (8th ed). McGraw Hill Companies, USA. 18: 661-747.
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek
Klinis. Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai
Penerbi FKUI
Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita
Mizan Pustaka
Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2009. Hipertensi di Jawa Tengah. Diunduh dari
http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil
2009/htn. Diakses pada 18 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai