KARSINOMA PARU
oleh
Nurwahidah
NIM 132310101026
KARSINOMA PARU
1. Definisi Penyakit
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan
pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang
terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan
perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama
asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru merupakan abnormalitas dari
sel – sel yang mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal dari saluran
pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya peningkatan insiden
kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur
rata-rata manusia serta kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru
memang lebih sering terjadi (Alsagaff & Mukty, 2002).
1. Epidemiologi
Menurut Brasher (2007), epidemiologi kanker paru antara lain:
1. Kanker pembunuh nomer satu pada pria dan wanita di Amerika Serikat (>177.000 kasus
dan 159.000 kematian di tahun 1999) dan di dunia.
2. Kematian akibat kanker paru pada penduduk Amerika keturunan afrika dan wanita terus
meningkat; wanita di Amerika serikat memiliki insiden kanker paru tertinggi diantara
semua wainta di dunia.
3. Insiden tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita berusia 50-60 tahun.
4. Beberapa resiko jelas yang dapat diturunkan; saudara derajat pertama yang merokok
memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat dibanding yang tidak memiliki riwayat
keluarga.
5. 80% sampai 90% kanker paru disebabkan oleh asap rokok.
6. Resiko lain meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan industri (misal: asbestos,
arsenik, sulfur dioksida, formaldehid, silika, nikel).
7. Risiko terpajan asap tembakau dan lingkungan (merokok pasif) diperkirakan antara 1,4
dan 3,0 kali dari risiko orang yang tidak terpajan, terutama jika yang terpajan adalah
anak-anak.
8. Obstruksi saluran nafas seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan
indikator penting peningkatan resiko kanker paru.
9. Ketahanan hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih dan 11 % pada warna kulit
hitam di AS.
1. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan
karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana
predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status
imunologis.
Sedangan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru, antara lain :
1. Merokok
Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap
kesehtaan. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah
diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
Merokok merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Perokok pasif
Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif, karena
perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari perokok aktif. Semakin
banyak orang yang berhubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko
terjadinya kanker paru akan semakin meningkat. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap
dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi
pada perokok pasif (Stoppler,2010).
3. Paparan zat karsinogen .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru –
paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan
kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan
arsen.
4. Polusi Udara
Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai dampak
yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi udara mempunyai
pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Karena banyak didaerah perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk
dapat menyaring polusi-polusi udara akibat banyaknya kendaraan bermotor.
Kurangnya lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan
yang sangat besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai keseimbangan
lingkungan.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara,
pemaparan gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah
Patologi,1997).
5. Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian
sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik dapat menjadi
risiko terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
1. Karsinoma Bronkogenik.
A. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya Kanker. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.
Diameter Kanker jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2. Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat asalnya,
atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
2. Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paru-
paru dan tidak bersifat invasif.
3. Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
4. Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah bening
di dekatnya.
5. Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi
yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
6. Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang
sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke organ
tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.
1. Patofisiologi
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan.
Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel
skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi)
dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di
jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya
tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma
sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan
lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi
di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
1. Gejala umum.
Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
Nafas sesak (pendek)
Sakit kepala , nyeri dada, bahu dan bagian punggung .
Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi
saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu
sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe,
febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava
superior syndroma).
1. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma paru
antara lain:
1. Pemeriksaan penunjang
2. Radiologi
Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Foto thorax posterior
– anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana
yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1. Laboratorium
Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena tergantung dari
letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum
yang diperiksa, waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar). Pada kanker paru yang
letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai
67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi
lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar
getah bening servikal, bilasan dan sikatan bronkoskopi.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi
imun pada kanker paru.
Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan
spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :
Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien dengan
kanker paru dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah
dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi..
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1. Penatalaksanaan Medis
2. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara
:
Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk
baji (potongan es).
1. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi merupakan pilihan
pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada SCLC karena
metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi bedah.
Clinical Pathway
1. Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pengkajian keperawatan
Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.
Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah
Malaise
Anorexia
Badan makin kurus
Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang makin luas
Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik
1. Riwayat kesehatan dahulu
Terpapar asap rokok
Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida besi
Konsumsi bahan pengawet
1. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penderita kanker
Data dasar pengkajian pasien
Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi cairan,
kecepatan akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.
1. Aktifitas / istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea
akibat aktivitas
1. Sirkulasi
Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)
1. Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat /
potensi keganasan.
1. Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi /
jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
1. Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan.
Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema wajah/leher,
dada punggung (obstruksi vena cava), edema wajah / periorbital (keidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
1. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi
sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industry. Serak,
paralysis pita suara. Riwayat merokok
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Pengkajian fisik
1. Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung
jari/dasar kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.
1. Telinga
Biasanya tak ada kelainan
1. Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi
Ketidakmampuan menelan
Suara serak
Nafas dangkal
Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan
atau tanpa sputum
1. System Kardiovakuler
Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pada sat
istirahat
1. Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
1. System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
1. System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
1. System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)
1. System muskuluskeletal
Penurunan kekuatan otot
Jari-jari tubuh (clubbing fingers)
1. System persarafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas
dan depresi, kesulitan berkonsentrasi
Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa,
emosi yang labil, marah, sedih.
1) Berikan 1) Mencegah
pasien O2 terjadinya hipoksia
2) Berikan 2) Memaksimalkan
pasien posisi ventilasi
semifowler (jika
tidak hemaptoe)
atau supinasi
(jika hemaptoe)
3) Auskultasi
dada untuk
karakteristik 3) Pernapasan
bunyi napas dan bising, ronki dan
adanya secret mengi menunjukkan
tertahannya sekret
atau obstruksi jalan
4) Observasi napas
karakteristik
batuk, (misalnya,
Setelah dilakukan menetap, efektif, 4) Karakteristik
intervensi keperawatan tak efektif), juga batuk dapat berubah
selama 3 x 24 jam, klien jumlah dan tergantung pada
menunjukkan kepatenan karakter sputum penyebab/ etiologi
jalan napas. Dengan gagal perbafasan.
kriteria hasil : Sputum bila ada
1) Klien akan mungkin banyak,
menunjukkan bunyi kental, berdarah, dan/
napas bersih, bebas atau purulen yang
5) Lakukan memerlukan
kering / bunyi tambahan
penghisapan bila pengobatan lebih
batuk lemah atau lanjut
2) Klien ronki tidak hilang
mengeluarkan secret dengan upaya
tanpa kesulitan batuk. Hindari 5) Penghisapan
penghisapan ETT meningkatkan resiko
dan OTT yang hipoksia dan
3) Klien menunjukkan dalam pada klien kerusakan mukosa.
hilangnya dipsnea pneunomektomi Penghisapan trakeal
bila mungkin secara umum
Bersihan jalan kontraindikasi pada
nafas tidak efektif 4) Tanda-tanda vital
dalam rentang normal klien pneunomektomi
berhubungan 6) Dorong untuk menurunkan
dengan masukan cairan resiko rupture jahitan
peningkatan peroral bronchial
jumlah / viskositas (sedikitnya
1. sekret/sputum 2500ml/hari)
dalam toleransi 6) hidrasi adekuat
jantung untuk meningkatkan
pengeluaran secret
7) Kaji nyeri /
ketidaknyamanan
dan lakukan
latihan
pernapasan 7) mendorong klien
untuk bergerak, batuk
lebih efektif, dan
napas dalam untuk
mencegah kegagalan
pernafasan
8) Bantu klien
dan intruksikan
untuk napas 8) Posisi duduk
dalam dan batuk memkungkinkan
efektif dengan eksansi paru
posisi duduk maksimal dan
tinggi dan penekanan upaya
menekan daerah batuk membantu
insisi. untuk memobilisasi /
membuang sekret
9) Observasi
tanda-tanda vital 9) Mengetahui
kondisi terkini pasien
10) Kolaborasi
penggunakan 10) memberikan
oksigen hidrasi maksimal
humidifikasi / membantu
nebulixer pengenceran sekret.
ultrasonic.
Berikan cairan
tambahan secara
IV sesuai indikasi
11) Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, atau
analgesic sesuai 11) menghilangkan
indikas spasme bronkus
untuk memperbaiki
aliran udara,
meningkatkan upaya
pengeluarn secret
melalui pengenceran
dan penurunan
viskositas serta
penghilangan
ketidaknyamanan
1) Catat 1) pernapasan
frekuensi, meningkat sebagai
kedalaman akibat nyeri atau
pernapasan, sebagai mekanisme
kesukaran kompensi awal
bernapas. terhadap kerusakan
Observasi jaringan paru.
penggunaan otot
bantu pernapasan,
napas bibir,
perubahan kulit /
membrane
mukosa,
misalnya pucat,
setelah dilakukan sianosis.
intervensi keperawatan 2) Catat ada
selama 3×24 jam, klien atau tidak adanya
menunjukkan perbaikan bunyi tambahan
pertukaran gas. Dengan dan adanya bunyi 2) Bunyi nafas
kriteria hasil : tambahan, dapat menurun, tidak
1) Menunjukkan misalnya krekels, sama atau tak ada
perbaikan ventilasi dan mengi pada area yang
oksigenisi adekuat sakit.Krekels adalah
dengan GDA dalam bukti peningkatan
rentang normal dan cairan dalam area
bebas gejala distress jaringan sebagai
pernafasan. akibat peningkatan
permeabilitas
membrane alveolar-
2) Mendemonstrasikan kapiler. Mengi adalah
batuk efektif dan suara bukti adanya tahanan
nafas yang bersih, tidak atau penyempitan
ada sianosis, dan jalan nafas
dispneu, mampu sehubungan dengan
bernafas dengan mudah. mukus/ edema serta
3) Selidiki
perubahan status tumor.
3) Tanda-tanda vital mental / tingkat
Gangguan dalam rentang normal kesadaran 3) Menunjukkan
pertukaran gas peningkatan hipoksia
berhubungan . atau komplikasi
dengan seperti pergeseran
2 hipoventilasi mediastinal bila
disertai dengan
takipnea, takikardia,
deviasi trakea
4) Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan 4) obstruksi jalan
posisi, napas mempengaruhi
penghisapan, dan ventilasi dan
pemberian mengganggu
oksigen sesuai pertukaran gas,
indikasi memaksimalkan
sediaan oksigen
untuk pertukaran
5) Dorong /
bantu latihan
napas dalam 5) meningkatkan
ventilasi dan
oksigenasi maksimal
6) Pantau dan mencegah
AGD, oksimetri atelektasis
nadi. Catat kadar
Hb
6) penurunan PO2
tau peningkatan
PCO2 dapat
menunjukkan
kebutuhan untuk
dukungan ventilasi.
Kehilangan darah
bermakna dapat
mengakibatkan
penurunan kapasitas
7) Observasi
pembawa oksigen
tanda-tanda vital
7) Mengetahui
8) Kolaborasi
konsisi terkini pasien.
pemberian obat-
obatan sesuai
indikasi 8) Membantu
mengatasi masalah
pasien sesia tanda
dan gejala yang
muncul
5) Catat
kemungkinan 5) Insisi
penyebab nyeri posterolateral lebih
patofisologi dan tidak nyaman untuk
psikologi. pasien dari pada
insisi anterolateral.
Selain itu takut,
distress, ansietas dan
kehilangan sesuai
diagnosa kanker
dapat mengganggu
kemampuan
mengatasinya.
7) Meningkatkan
relaksasi dan
7) Berikan pengalihan perhatian.
tindakan
kenyamanan.
Dorong dan
ajarkan
penggunaan
teknik relaksasi 8) Mengetahui
kondisi terkini
pasien.
8) Observasi
tanda-tanda vital.
9) Membantu
mengatasi pasien
9) Kolaborasi sesuai tanda dan
pemberian obat gejala yang muncul.
sesuai indikasi
5) Mengetahui
kondisi terkini pasien
5) Tanda-tanda
vital normal
1. Perencanaan Evaluasi
No Dx Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi
6. Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 1015-21.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B
First.
Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-paru?related=1)
diakses pada tanggal 30 Mei 2015 pukul 20.00 WIB