Anda di halaman 1dari 11

BERANDA

Susunan Saraf Autonom


HOME
BUSINESS
DOWNLOADS
PARENT CATEGORY
FEATURED
HEALTH
UNCATEGORIZED
Search

Popular
Tags
Blog Archives

Saraf Autonom
Susunan saraf autonom adalah bagian susunan saraf yang mengurus semua proses badaniah yang
involunter dan timbul secara reflektorik, s...

TOTAL PAGEVIEWS

269

TOTAL PAGEVIEWS

269
Powered by Blogger.

TOTAL PAGEVIEWS

269
GOOGLE+ FOLLOWERS
TRANSLATE

Powered by Translate
ABOUT ME

SUSUNAN SARAF AUTONOM


VIEW MY COMPLETE PROFILE

BLOG ARCHIVE
2015 (1)
o April (1)
Saraf Autonom

BLOGGER TEMPLATES

Saraf Autonom
05:44 No comments

Susunan saraf autonom adalah bagian susunan saraf yang mengurus semua proses badaniah yang
involunter dan timbul secara reflektorik, seperti vasodilatasi-vasokontriksi, bronkhodilatasi-
bronkhokontriksi, peristaltic,berkeringat, merinding dan seterusnya. Sebagai bagian yang
terintegrasi pada susunan saraf, maka susunan saraf autonom mempunyai lintasan-lintasan
dessendens dan asendens. Ia terdiri juga dari bagian pusat dan tepi. Ia pun terintegrasi dalam
mekanisma fungsi luhur, yang menentukan kehidupan emosional. Bahkan maninfestasi aktivitas
susunan saraf autonom sebagian besar terkait pada perangai emosionil. Sekresi air mata timbul
karena seseorang terharu karena senang atau sedih. Beerkeringat banyak timbul pada waktu
seseorang tegang dan takut. Seseorang yang gelisah dan tegang sering kencing bahkan buang air
besar. Contoh dari penghidupan biasa dapat diambil dari cerita berikut. Pagi hari pelayan rumah
tangga menemukan tinja dan air seni di ruang tamu. Ia lebih-lebih terkejut oleh karena pesawat
TV dan lonceng listrik hilang. Polisi datang memeriksa keadaan setempat dan menyimpulkan
bahwa pencuri TV dan konceng itu adalah pencuri yang belum berpengalaman. Kesimpulan
polisi ini didasarkan atas adanya tinja dan air seni dari pencuri yang mencerminkan ketakutan
dan kegelisahannya.
Walaupun maninfestasi susunan saraf autonom terjadi di luar kemauan, pengaruh korteks serebri
memberikan pengerahan secara re flektorik. Mekanisme neuronal pengaruh serebral ini
dilaksanakan oleh neuron-neuron yang menggabungkan daerah-daerah korteks serebri tertentu
dengan hipotalamus. Impuls pengarahan tersebut, kemudian dipancarkan ke periferi melalui saraf
otak-saraf otak dan saraf spinal. Sebagian dari impuls hipotalamus disalurkan ke hipofisis dan ini
merupakan input bagi lintasan neuro-endokrin hipotalamus-hipofisis-gonada.
Peran susunan saraf autonom di dalam klinik akan kita jumpai di dalam bidang :
1. kehidupan vegetatif, yaitu proses-proses yang memelihara pertumbuhan dan penyaluran bahan-
bahan makanan dan sampah-sampahnya secara automatis dan di luar kelola kemauan kita;
2. perangai emosionil, dan
3. neurohormonal

A. ANATOMI SUSUNAN SARAF AUTONOM


Susunan saraf autonom dibagi dalam bagian pusat dan tepi. Bagian pusatnya mencakup
susunan limbik, hipotalamus dan jaras-jarasnya yang menghubungi columna intermedio lateralis
medulla spinalis. Bagian tepinya terdiri dari sepasang rantai neuron-neuron yang dikenal
sebagai ganglion paravertebralis serta juluran aferen dan aferen mereka yang bersambung
dengan neuron-neuron yang berada di organ dalam-organ dalam. Baik secara anatomic maupun
secara fisiologik susunan saraf autonom dapat dibedakan dalam komponen simpatetik dan para
simpatetik. Hal ini didasarkan pada adanya dua macam zat penghantar impuls
(neurotransmitter) yang diproduksi oleh neuron-neuron susunan autonom. Kedua
neurotransmitter itu adalah acetylcholine dan norepinephrine. Walaupun kurang tepat bahwa
acetylcholine merupakan neurotransmitter yang digunakan oleh bagian parasimpatetik dan
norepinephrine oleh bagian simpatetik dalam penyaluran impuls sinaps-sinaps, namun kebiasaan
yang sudah berakar dalam mempertahankan bagian simpatetik dan parasimpatetik sebagai
sinonim dari bagian saraf autonom yang membuat norepinephrine dan acetylcholine pada
terminalianya. Sehingga kini masih berlaku istilah cholinergic dan adrenergic yang sinonim
dengan parasimpatetik dan (orto) simpatetik.
Semua serabut preganglioner dari bagian saraf simpatetik mengeluarkan acetylcholine,
tetapi serabut simpatetik postganglioner mengeluarkan norepinephrine. Pengecualian dari
neurotransmitter serabut postganglioner simpatetik ialah serabut simpatetik yang menyarafi
kelenjar keringat. Walaupun tergolong dalam kelompok simpatetik, transmitter yang diproduksi
serabut postganglionernya ialah acetylcholine.
Semua serabut parasimpatetik, baik yang pre dan postganglioner, mengeluarkan pada
ujung-ujungnya acetylcholine. Juga acetylcholine merupakan neurotransmitter yang diproduksi
diujung serabut postganglioner saraf simpatetik yang menyarafi kelenjar keringat dan ujung saraf
motorik perifer yang bersinaps motor and plate.
Efek dari aktifitas bagian simpatetik dan parasimpatetik tidak saja tergantung pada hiper
atau hipofungsi bagian yang bersangkutan, tetapi tergantung juga pada sifat reseptor dari organ
yang dituju (target organ). Reseptor adrenergik ada dua macam, yaitu alfa dan beta reseptor.
Norepinephrine berkhasiat terhadap alfa-reseptor dengan jelas, dan menimbulkan vasokontriksi,
venokontriksi, glikogenolisis di hepar dan penurunan produksi insulin. Norepinephrine (nor-
adrenalin) dipecah oleh enzim sehingga terbentuk epinephrine (non-adrenalin). Beta-reseptor
digalakkan oleh epinephrine dan efeknya bisa berupa dilatasi bronchus dan peninggian produksi
insulin.
Reseptor cholinergik bersifat muskarinik atau nikotinik. Yang tersebut terakhir ditemukan
terutama pada sel-sel ganglion autonom, dan motor and plate otot-otot lurik. Reseptor
muskarinik terdapat pada otot-otot plos, kelenjar eksokrin dan nodus sinoartrial dan
atriovetrikular pada jantung.

a. Bagian simpatetik
Pembagian dalam simpatetik dan parasimpatetik secara tegas dapat dilaksanakan hanya
pada bagian perifir susunan saraf autonom. Pada bagian pusatnya, kelompok neuron
cholinergic dan adrenergic berbauran satu dengan yang lain dan sukar untuk dibeda-bedakan
secara tegas.
Badan-badan neuron yang menjulurkan serabut preganglioner simpatetik terletak di
semua segmen torakalis dan lumbalis 1 dan 2. Neuron-neuron tersebut menduduki kornu lateralis
substansia grisea medulla spinalis, dan dikenal sebagai kolumna intermediolateralis. Serabut-
serabut preganglioner meninggalkanmedula spinalis bersama-sama dengan radiks ventralis yang
setinggi foramen intervertebralis menggabungan diri dengan radiks dorsalis untuk menyusun
saraf spinal. Pada tempat itu juga mereka meninggalkan saraf spinal sebagai rami komunikantes
raba dan menuju ke trunkus simpatikus. Trunkus ini tersusun oleh sepasang rantai di kedua belah
sisi tulang belakang. Dan rantai itu terdiri dari ganglion-ganglion yang bersambung dengan yang
lain melalui juluran-juluran mereka. Pada umumnya ditemukan 3 pasang ganglion di daerah
servikal, 12 pasang di daerah torakalis, 5 pasang di daerah lumbalis, 2 pasang di daerah sakralis
dan satu ganglion tunggal di garis tengah os koksigis. Serabut-serabut preganglioner tidak
semuanya berakhir pada ganglion yang setingkat, banyak juga yang berakhir di ganglion yang
terletak beberapa segmen lebih atas atau lebih rendah. Sebagian lagi melewati saja ganglion
tronkus simpatikus untuk meneruskan perjalanan mereka ke ganglion-ganglion yang terletak di
dekat organ dalam.
Ganglion-ganglion tersebut terakhir sebgaian menunjukkan pengelompokan dan dikenal
sebagai ganglion soliaka dan ganglion mesenterika. Serabut-serabut preganglioner, yang menuju
ganglion-ganglion tersebut dikenal sebagai nervus splankhnikus mayor dan minor.
Ganglion-ganglion di kedua sisi tulang belakang dinamakan ganglion paravertebralis dan
ganglion-ganglion di dekat organ dalam disebut ganglion prevertrebralis. Kedua kelompok
ganglion itu menjulurkan serabut-serabut yang dikenal sebagai serabut postganglioner. Berbeda
dengan serabut preganglioner, yang mempunyai selubung myelin, serabut postganglioner tidak
tidak mempunyai selubung myelin. Beberapa serabut postganglioner dari ganglion
paravertebralis meninggalkan bronkus simpatikus untuk menggabungkan diri lagi pada saraf
spinal. Srabut-serabut tersebut dinamakan rami komunikantes grisea. Mereka menyarafi
pembuluh dalah dan kelenjar-kelenjar.

Serabut-serabut preganglioner simpatetik untuk kepala berasal dari neuron-neuron


intermediolateralis T.1 dan T.2. mereka bersinaps di ganglion servikalis superior. Serabut-serabut
postganglioner dari ganglion tersebut menyusun pleksus di sekeliling arteria karotis. Seberkas
saraf keluar sebagai nervus karotikotimpanikus yang berjalan di dinding depan kavum timpani.
Ia kembali masuk ke dalam tengkorak dan melalui fisura orbitalis superior serabut-serabutnya
ikut menyusun cabang oftalmikus nervus trigeminus. Sebagian lain menggabungkan diri pada
nervus okulomotorius dan mensarafi otot-otot polos dari kelopak mata. Ganglion servikalis
inferior sering menjadi satu dengan ganglion paravertebralis T.1 dan dikenal sebagai ganglion
stelatum. Serabut-serabut postganglionernya mengikuti arteria subklavia dan menyarafi kengan.
Serabut-serabut postganglioner lainnya yang berasal dari ganglion servikalis, menyusun
nervus kardiakus superior, media dan inferior, yang bersama-sama dengan serabut-serabut
postganglioner yang berasal dari ganglion simpatikus T.1,2,3 dan 4 membentuk plektsus
kardiakus. Serabut-serabut postganglioner yang berinduk pada ganglion soliaka dan ganglion-
ganglion prevertebralis lainnya berjalan melalui aorta abdominalis dan cabang-cabangnya,
akhirnya membentuk pleksus simpatikus hepatikus, splenikus, frenikus, renalis dan lain-lainnya.

a. Bagian parasimpatetik
Bagian parasimpatik dinamakan juga bagian kraniosakral dari susunan saraf autonom,
karena serabut-serabut preganglionernya berinduk pada neuron-neuron di dalam batang otak dan
bagian sacral medulla spinalis. Bagian sacral dari serabut-serabut preganglioner parasimpatetik
berasal dari inti-inti di dekat inti nervus okulomotorius, fasialis, glosofaringeus dan vagus. Dan
mereka keluar dari batang otak bersama-sama dengan saraf otak-saraf otak tersebut tadi. Yang
paling banyak mengandung serabut-serabut preganglioner parasimpatetik ialah nervus vagus.
Serabut-serabut ini berakhir di ganglia intramural dan ganglia postganglioner.
Serabut-serabut postanglioner parasimpatetik nervi vagi menyarafi otot polos dari
trachea, bronchi, esophagus dan seluruh traktus gastrointestianlis kecuali bagian distal dari
kolon. Stimulasi terhadap nervus vagus menimbulkan inhibisi terhadap otot-otot stinkter dan
sekresi dari kelenjar di dalam traktus gastro intertinalis, hepar, dan pancreas.
Serabut-serabut postganglioner parasimpatetik nervi glosofaringisi berinti pada nucleus
salivatorius inferior di dalam medulla oblongata. Mereka berakhir di ganglion otikum. Serabut-
serabut postganglioner ganglion otikum berjalan melalui nervus aurikulotemporalis ke glandula
parotis.
Serabut-serabut postganglioner yang berinduk pada nucleus salivatorius superior ikut
menyusun nervus intermedius. Mereka melewati ganglion genikulatum dan melanjutkan
perjalannya dengan nervus petrosus superfisialis mayor ke depan untuk berakhir di ganglion
sfenopalatinum. Juluran dari ganglion tersebut terakhir merupakan serabut postganglioner yang
menyarafi kelenjar-kelenjar di palatum dan rongga-rongga hidung. Sebagian dari serabut
preganglioner yang ikut berjalan dengan nervus intermedius menggabungkan diri menjadi nervus
fasialis setelah ia melewati ganglion genikulatum. Mereka selanjutnya mengikuti khorda timpani
dan akhirnya berjalan melalui nervus lingualis ke ganglion submaksilaris. Serabut postganglioner
yang berasal dari ganglion submaksilaris menyarafi glandula sublingualis dan submaksilaris.
Sebagian lain dari serabut-serabut preganglioner yang mengikuti nervus intermedius berinti pada
nucleus lakrimalis didekat nucleus salivatorius superior. Serabut-serabut ini menuju ke ganglion
sfenopalatinum bersama-sama dengan mereka yang tersebut diatas. tetapi serabut postganglioner
yang berasal dari ganglion sfenopalatinum juga. Tidak menuju ke palatum dari rongga
hidung,namun mengikuti percabangan cabang ke2 dan kemudian menggabungkan diri dengan
cabang ke 1 nervus trigeminus untuk akhirnya menuju glandula lakrimalis.
serabut-serabut pregangliioner yang mengikuti perjalanan nervus okulomotorius berinti pada
nucleus edinger westphal . mereka bersinaps di ganglion siliarre yang merupakan induk
dariserabut postganglioner yang mensyarafi sfinkter pupil dan korpus siliare ,serta muskulus
siliaris. Bagian sacral dari susunan parasimpatetik terdiri dari serabut preganglioner yang berasal
dari nucleus intermediolateralis medulla spinalis bagian sacral.mereka keluar dari medulla
spinalis melalui radiksventralis dan selanjutnya ikut menyusun nervi erigentes. Saraf pelvikus ini
meuju ke organ organ yang berada di pelvis untuk bersinaps di ganglion-ganglion kecil
ekstramural . mereka ikut menyusun pleksus pelvikus yang sebagian besar dibentuk oleh serabut-
serabut postganglioner ortosimpatetik .berbeda dengan serabut postganglioner ortosimpatetik
yang panjang-panjang ,serabut post ganglioner parasimpatetik cakral adalah pendeek-pendek.

A. LINTASAN AFEREN SUSUNAN SARAF AUTONOM


Dahulu masiih sering diragukan adanya komponen aferen susunan saraf otonom . tetapi kini
sudah banyak data terkumpul yang membuktikan adanya lintasan aferen otonom. Dibbawah ini
impuls otonom akan dinamakan impuls visceral.
Peranan lintasan aferen diperlukan untuk memelihara keseimbangan secara reflektorik. Reflex-
refleks visceral dicetuskan oleh impuls otonom aferen dan impuls somatic eferen. Misalnya
,iritasi terhadap organ-organ yang berbentuk pembuluh seperti saluran gastrointestinal ,ureter
dan sebagainya, akan disusul oleh hiperaktivitas gerakan organ pembuluh ang bersangkutan
,agar sumber iritasi cepat dikeluarkan dari lumennya.
Serabut-serabut aferen visceral berinti pada neuron-neuron di ganglion spinal, seperti halnya
dengan serabut-serabut aferen somatic. Lintasan mana yang menyalurkan impuls aferen visceral
ke thalamus belum diketahui dengan pasti. Tetapi kemungkinan besar lintasannya ikut funikulus
dorsalis dan jaras spinotalamikus.
Perasa yang ditelurkan oleh impuls-impuls aferen visceral bersifat difus, seperti lapar ,haus,
penuhnya kandung air seni dan usus. Visceral kebal terhadap raba, dingin dan panas. Bahkan
kalau disayatpun tidak terasa . jika ada nyeri terasa , maka biasanya karena peregangan ,atau
karena pembesaran organ dalam yang terangsang sehingga menimbulkan nyeri adalah kapsulnya
dan bukannya akibat iritasi terhadap sel parenkimnya, nyeri yang timbul karena iritasi terhadap
organ dalam ,( ginjal ,limpa,hepar dan lain) juga bersifat difus dan terasa pada permukaan tubuh
.nyeri ini dinamakan referred pain.

B. FISIOLOGI SUSUNAN SIMPATETIK DAN PARASIMPATETIK PERIFER


Aktivitas simpatetik melebarkan diameter pupil ,melebarkan fisura palpebrale,meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan memperlancar penyaluran impuls melalui jaras atrioventrikuler,
menyempitkan lumenkonstriksi) hamper semua pembuluh darah , terutama yang menuju ke kulit
dan visera abdominal, tetapi melebarkan lumen(dilatasi ) arteria koroner, menghambat peristaltic
saluran pencernaan , mengeratkan sfinkter saluran pencernaan, menghambat otot destrutor
kandungkemih , membangunkan bulu kulit , menggalakan sekresi keringat dan
adrenalin((epinephrine) dan meningkatkan gula darah dengan jalan glikogenolisis di hepar.
Melalui efeknya terhadap sekresi adrenalin , ia menggallakan dirinya sendiri , oleh karena
adrenalin merangsang susunan saraf simpatetik terhadap pembuluh darah dan jantung,
( konstriksi pembuluh darah umum dan intra abdominal ,dilatasi arteri koroner dan
meningkatkan frekuensi(denyutan jantung) mengakibatkan bertambahnya jatah darah untuk
paru,otak dan otot-otot.
Dilain pihak ,aktivitas parasimpatetik menyempitkan diameter pupil , memperlambat denyutan
jantung, menghambat lancarnya pengahantaran melalui melalui jaras atrioventrikuler
,melebarkan lumen pembuluh darah , menyempitkan lumen bronkhioli, menggalakan sekresi air
liur dan air mata , menggalakan peristaltic dan melonggarkan sfinkter saluran pencernaan m
menggalakan otot destrutor kandung kemih dan sekresi insulin sehingga menurunkan gula darah.
Sifat antagonistic antara komponen simpatetik dan parasimpatetik dapat dianggap perlu untuk
mempersiapkan tubuh untuk menanggulangi tantangan dan memelihara kehidupan tubuh
sepanjang masa . komponen simpatetik merupakan penggalak bagi segala macam proses yang
dibutuhkan untuk bergulat dan melawan . sedangkan komponen parasimpatetik mengatur proses
anabolic, sekretorik dan reeproduktif.

C. EFEK PERANGSANGAN SIMPATIS DAN PARASIMPATIS PADA ORGAN SPESIFIK

Mata
Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan pemusatan
lensa.Perangsangan simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi sehingga pupil
menjadi dilatasi, sedangkan perangsangan parasimpatis mengkontraksikan otot-otot sirkular iris
sehingga terjadi konstriksi pupil.Perangsangan parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi,
sehingga melepaskan tegangan tadi danmenyebabkan lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini
membuat mata memusatkan objeknya dekat tangan.3

Kelenjar-kelenjar tubuh
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar gastrointestinalis terangsang
dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali sekresi
cairan.Kelenjarkelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh parasimpatis adalah
yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut dan lambung.Kelenjar
usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal yang terdapat di saluran usus
sendiri dan oleh sitem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf otonom.Perangsangan simpatis
mempunyai pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam pembentukan sekresi pekat yang
mengandung enzim dan mukus tambahan.Rangsangan simpatis ini juga menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah yang mensuplai kelejar-kelenjar sehingga seringkali mengurangi
kecepatan sekresinya.Bila saraf simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan
banyak sekali keringat, tetapi perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan
pengaruh apapun.

Sistem gastrointestinal
Sistem gastrointestinal mempunyaisusunan saraf intrinsik sendiri yang dikenal sebagai pleksus
intramural atau sistem saraf enterik usus.Namun, baik perangsangan simpatis maupun
parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh peningkatan atau
penurunan kerja spesifik dalam pleksus intramural. Pada umumnya, perangsangan parasimpatis
meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal, yakni dengan memicu terjadinya
gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter, jadi akan mempermudah pengeluaran isi usus melalui
saluran pencernaan dengan cepat.Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan
kecepatan sekresi yang terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak
terlalu tergantung pada perangsangan simpatis

Jantung
Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Keadaan
ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan
parasimpatis terutama menimbulkan efek yang berlawanan. Akibat atau pengaruh ini dapat
diungkapkan dengan cara lain, yakni perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan
jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedangkan perangsangan
parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan tetapi menimbulkan beberapa tingkatan
istirahat pada jantung di antara aktivitas kerja yang berat.

Pembuluh darah sistemik


Sebagian besar pembuluh darah sistemik, khususnya yang terdapat di visera abdomen dan kulit
anggota tubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. Perangsangan parasimpatis
hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah, kecuali pada daerah-daerah tertentu
malah memperlebar, seperti pada timbulnya daerah kemerahan di wajah. Pada beberapa keadaan,
fungsi rangsangan simpatis pada reseptor beta akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah pada
rangsangan simpatis yang biasa,tetapi hal ini jarang terjadi, kecuali setelah diberi obat-obatan
yang dapat melumpuhkan reseptor alfa simpatis yang memberi pengaruh vasokonstriktor, yang
biasanya lebih merupakan efek reseptor beta.

Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadap tekanan arteri


Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan tahanan
terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis meningkatnya
daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah, yang biasanya menyebabkan
tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis menurunkan daya
pompa jantung tetapi sama sekali tidak mempengaruhi tahanan perifer. Efek yang umum adalah
terjadi sedikit penurunan tekanan.

Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadapfungsi tubuh lainnya


Karena begitu pentingnya system pengaturan simpatis dan parasimpatis, maka kedua sistem ini
dibicarakan mengingat banyaknya fungsi tubuh yang belum dapat ditentukan secara rinci. Pada
umumnya sebagian besar struktur entodermal,seperti hati, kandung empedu, ureter, kandung
kemih, dan bronkus dihambat oleh perangsangan simpatis namun dirangsang oleh perangsangan
parasimpatis. Perangsangan simpatis juga mempunyai pengaruh metabolik, yakni menyebabkan
pelepasan glukosa dari hati, meningkatkan konsentrasi guladarah, meningkatkan
prosesglikogenolisis dalam hati ndan otot,meningkatkan kekuatan otot,meningkatkan kecepatan
metabolisme basal, dan meningkatkan aktivitas mental. Akhirnya, perangsangan simpatis dan
parasimpatis juga terlibat dalam tindakan seksual antara pria dan wanita.3

D. TONUS SISTEM SARAF OTONOM


Sistem saraf simpatis dan parasimpatis selalu aktif dan aktivitas basalnya diatur oleh tonus
simpatis atau tonus parasimpatis. Nilai tonus ini yang menyebabkan perubahan-perubahan
aktivitas pada organ yang dipersarafinya baik peningkatan maupun penurunan aktivitas. Sebagai
contoh tonus system saraf simpatis secara normal hanya
menyebabkan konstriksi pembuluh darah sekitar 50% . Peningkatan atau penurunan
aktivitas sistem saraf simpatis menyebabkan perubahan-perubahan yang saling berhubungan
dalam resistensi sistem vaskuler. Bila tidak ada tonus simpatis, sistem saraf simpatis hanya
menyebabkan vasokonstriksi

E. REFLEKS OTONOM

Refleks otonom kardiovaskular


Ada beberapa refleks dalam system kardiovaskular yang terutama membantu mengatur tekanan
darah arteri dan frekuensi denyut jantung. Salah satu refleks ini adalah refleksbaroreseptor,
secara kasar reseptor regang yang disebut baroreseptor terletak didalam dinding arteri besar,
termasuk arteri karotis danaorta.

Refleks otonom gastrointestinal


Bagian teratas dari traktusgastrointestinaldan juga rektum terutama diatur oleh refleks otonom.

Refleks otonom lainnya


Pengosongan kandung kemih caranya mirip dengan pengosongan rektum, peregangan kandung
kemih menyebabkan timbulnya impuls ke medula spinalis, dan keadaan ini menyebabkan refleks
kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter urinaria, sehingga mempermudah pengeluaran
urin. Refleks otonom lainnya meliputi reflex yang membantu pengaturan sekresi kelenjar
pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi
glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya

Sistem simpatis seringkali member respon terhadap pelepasan impuls secara massal
Pada kebanyakan kasus, impuls yang dikeluarkan oleh sistem saraf simpatis hampir merupakan
suatu unit yang sempurna, fenomena ini disebut pelepasan impuls masal (massdischarge). Serat
vasodilator kolinergik spesifik pada otot skelet akan terangsang
secara tersendiri, terpisah dari system simpatis lainnya. Sebagian besar reflek lokal, yang
melibatkan serat afferent sensorik yang berjalan secara sentral disaraf simpatis menuju ganglia
simpatis dan medula spinalis, menyebabkan respons refleks yang sangat terlokalisasi. Sebagai
contoh pemanasan pada suatu daerah kulit setempat menyebabkan vasodilatasi dan
meningkatnya pengeluaran keringat setempat sedangkan pendinginan menimbulkan akibat yang
sebaliknya. Sebagian besar refleks simpatis yang mengatur fungsi gastrointestinal mempunyai
ciri tersendiri, yang kadangkala bekerja melalui jaras saraf namun tidak memasuki medula
spinalis, hanya berjalan dari usus jalan ke ganglia simpatis, terutama di ganglia prevertebral, dan
kemudian kembali ke usus melalui saraf saraf simpatis guna mengatur aktivitas motorik atau
sekretorik.

Respons "tanda bahaya " atau respon "stress" dari sitem saraf simpatis

Bila sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat
yang bersamaan yakni yang disebut pelepasan impuls secara massal maka
dengan berbagai cara keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk
melakukan aktivitas otot yang besar. Marilah kita meringkaskan kejadian ini :
1. Peningkatan tekanan arteri
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran
darah ke organ-organ, seperti traktus gastro intestinal dan ginjal, yang tidakdiperlukan untuk
aktivitas motorik yang cepat
3. Peningkatan kecepatan metabolism sel diseluruh tubuh
4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
5. Peningkatan prosesglikolisis di hati dan otot
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Peningkatan aktivitas mental

8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah

Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh
lebih besar bila tidak ada efek diatas. Oleh karena stres fisik atau mental biasanya akan
menggiatkan system simpatis, maka seringkali keadaan tersebut dianggap merupakan tujuan dari
sistem simpatis untuk menyediakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stres, keadaan ini sering
disebut respons stress simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan kuat pada berbagai
keadaan emosi.

Pengaturan medula, pons, dan mesensefalon pada sistem saraf otonom


Sebagian besar area dalam substansia retikuler dan traktus solitarius medula, pons dan
mesensefalon seperti halnya banyak nuklei khusus mengatur berbagai fungsi otonom seperti
tekanan arteri, frekuensi denyut jantung sekresi kelenjar di traktus gastrointestinal, gerakan
peristaltik gastrointestinal dan kuatnya kontraksi kandung kemih.Perlu ditekankan disini bahwa
factor palingpenting yang dikendalikan oleh batang otak adalah tekanan arteri,frekuensi denyut
jantung dan frekuensi pernafasan. Tentu saja transeksi batang otak diatas tingkat midpontin tetap
tidak mengganggu pengaturan tekanan dasar dari arteri namun mencegah pengaturan pusat saraf
yang lebih tinggi terutama di hipotalamus sebaliknya transeksi tepat dibawah medula akan
menyebabkan tekanan arteri turun sampai kurang dari setengah kali normal selamabeberapa jam
atau beberapa hari sesudah transeksi.Yang sangat berkaitan dengan pusat pengaturan
kardiovaskular pada medula adalah pusat medula dan pontin untuk pengaturan
pernafasan.Walaupun hal ini tidak dianggap sebagai suatu fungsi otonom, tetapi merupakan salah
satu dari fungsi involunter tubuh.

Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi
Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum
dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Contohnya
perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur
kardiovaskular medula dengan cukup kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari
dua kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu tubuh,
meningkatkan atau menurunkan salvias dan aktivitas gastrointestinal, atau menimbulkan
pengosongan kandungkemih. Oleh karena itu, pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di
batang otak bekerja sebagai stasiun pemancar untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada
tingkat otak yang lebih tinggi.Sebagian besar respons perilaku kita dijalarkan melalui
hipotalamus, area retikularis batang otak, dan sistem saraf otonom. Tentu saja area otak yang
lebih tinggi dapat merngubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan cukup kuat
untuk menimbulkan penyakit yang diinduksi otonom, seperti tukak lambung, konstipasi,
palpitasi jantung bahkan serangan jantung

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

Home
0 comments:

Post a Comment

Subscribe to: Post Comments (Atom)

WIKIPEDIA

Submit

BLOGGER NEWS

BLOGROLL

ABOUT
Copyright 2016 Susunan Saraf Autonom | Powered by Blogger
Design by FThemes | Blogger Template by Lasantha - Free Blogger Themes | NewBloggerThemes.com

Anda mungkin juga menyukai