Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan


mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai
penyebab kematian bayi di Indonesia1. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh
infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan
malabsorpsi2. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik2.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau
menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus
dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif
dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat
kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan
penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit3Pada sebagian
besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh
virus, bakteri atau parasit, Akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat
menyebabkan diare akut, termasuk sindrom malabsorpsi. Diare karena virus
umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus
diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
2

kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan


akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan
sering disertai dengan asidosis metabolikkarena hilangnya basa.2
Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan
kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber
data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB
terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan makanan, Difteri dan Campak.
Keadaan ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2009, menurut data STP KLB 2009 ,
KLB diare penyakit ke 7 terbanyak yang menimbulkan KLB. 3
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor
kesehatan oleh karena ratta-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada
dirumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga
dipelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan
10 penyakit terbanyak dipopulasi. 2
Berikut ini akan dibahas refleksi kasus mengenai diare pada bayi usia 11
bulan disertai dengan dehidrasi ringan sedang.
3

BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir/Umur : 11-09-2015/ 1 tahun 7 bulan
Tanggal masuk : 05 April 2017
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. A Umur : 30 tahun
Nama Ibu : Ny. N Umur : 29 tahun
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Sisingamangaraja

Pohon Keluarga

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang:
4

Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak tadi malam,


frekuensi sudah 4 kali. BAB disertai ampas (+) dan lendir (-), darah tidak
ada, tidak berbau, warna kuning kehijauan, volume sedang. Pasien juga
muntah (+) 3 kali sejak tadi malam, muntah berisi sisa makanan dan
cairan, tidak ada darah. Selain itu pasien juga tidak demam. Kejang (-),
batuk (-), sesak (-) dan flu (-). BAK lancar.
Orang tua pasien juga mengatakan bahwa anaknya rewel dan
banyak minum.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya dan keluhan ini baru
pertama kali dirasakan.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Pada keluarga tidak ada yang mengalami hal atau keluhan serupa yang
seperti pasien alami.
Riwayat Sosial dan Ekonomi:
Pasien tinggal bertiga serumah dengan orang tua. Rumah berlantai kramik
dan berdinding beton. Di rumah terdapat 3 buah kamar tidur dan 1 kamar
mandi jamban ada dalam rumah.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan tumbuh seperti anak
seusianya. Ibu pasien mengaku di rumah tersedia air bersih .
Riwayat Kehamilan:
Pasien dikandung cukup bulan dan ibunya sering memeriksakan diri ke
bidan selama masa kehamilan dan tidak pernah mengalami kelainan
selama masa kehamilan.

Riwayat Persalinan
Pasien lahir di rumah sakit dengan SC, cukup bulan, langsung menangis.
Dibantu oleh dokter. BBL 2600 gr.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi:
. Anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan saat ini.
Penyakit yang Pernah di Alami:
- Morbili : (-)
- Varicella : (-)
- Pertussis : (-)
- Diare : (-)
- Cacing : (-)
5

- Batuk / pilek : (+)


- Lain lain : (-)
Anamnesis Makanan:
- ASI : 0 bulan- 6 bulan
- Susu formula: 6 bulan sampai sekarang
- Bubur saring: 6 bulan sampai 1 tahun
- Makanan dewasa: 1 tahun sampai sekarang
Riwayat Imunisasi:
- Imunisasi dasar lengkap

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Gizi : Baik (BB 10 kg, PB 80 cm) Z-score: (0) (-1)
Kejang : (-)
Kulit:
Warna : Sawo matang
Turgor : Kembali lambat (> 2 detik)
Tonus : Baik
Pemeriksaan Tanda Vital:
Nadi : 118 kali/menit
Suhu : 36,7 0C
Respirasi : 28 kali/menit
Berat Badan : 10 kg
Panjang Badan : 80 cm
Status Gizi : Gizi baik
Kepala:
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam
Mata: : Tampak cekung (+/+)
Exophtalmus : (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kornea refleks : (+/+)
Pupil : Isokor (+/+)
6

Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada


sekret dan epistaksis.
Telinga : Otorrhea (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (+), hiperemis (-),
gusi berdarah (-).
Lidah : Tidak kotor
Tenggorokan:
Pembesaran kelenjar getah bening : (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Thoraks:
Paru-paru:
Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru (+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonchi (-/-),Wheezing (-/-)

Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC IV linea midclavicula
sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi :
Suara dasar : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular
Bising : Tidak ditemukan
Abdomen:
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan meningkat

Perkusi :
Bunyi : Timpani
Palpasi :
Nyeri tekan: (-)
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Genitalia : Tidak ada kelainan
Kelenjar : Tidak ada pembesaran
Anggota gerak : Akral hangat, edema tidak ada
7

Tulang-belulang : Tidak ada kelainan


Otot-otot : Eutrofi, tonus otot normal
Refleks-refleks : Fisiologis (+/+/+/+), patologis (-/-)

D. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
- WBC 12,600 /L (4,800-10,800 /L)
- RBC 4,600,000 / L (4,700,000-6,100,000 / L)
- Hemoglobin 12,8 g/dL (14-18 g/dL)
- Hematokrit 41,8 % (42-52 %)
- PLT 286,000 / L (150,000-450,000 / L)

RESUME:
Pasien anak laki-laki 1 tahun 7 bulan dibawa ke RS Undata Palu dengan
keluhan diare sejak tadi malam, frekuensi sudah 4 kali. Berampas (+) dan lendir
(-), darah tidak ada, tidak berbau, warna kuning kehijauan, volume sedang. Pasien
juga vomitus (+) 3 kali sejak tadi malam, berisi sisa makanan dan cairan, tidak ada
darah. BAK lancar. Orang tua pasien juga mengatakan bahwa anaknya rewel dan
banyak minum.
Dari pemeriksaan fisisk di dapatkan, suhu : 36,7 oC, pernapasan : 28
x/menit, nadi : 118 x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan mata tampak cekung,
mulut kering, peristaltik meningkat dan turgor kulit berkurang.

Skor Dehidrasi modifikasi UNHAS:

Kriteria 1 2 3
Keadaan Umum Gelisah, lemas,
Baik Lemas
mengantuk, syok.
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x/menit 30-40x/menit >40x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120x/menit 120-140x/menit >140x/menit
Interpretasi 10 Dehidrasi ringan sedang.
8

Pada pasien ini nilai skor dehidrasi modifikasi UNHAS adalah 10 yaitu
dehidrasi ringan-sedang.

Skor Dehidrasi WHO :


Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa *haus, ingin *malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang bila
ada 1 tanda * Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
Terapi : Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Pada pasien ini nilai skor dehidrasi menurut WHO yaitu dehidrasi
ringan sedang.

DIAGNOSIS KERJA:
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

TERAPI :
1. Zink 20 mgx1
2. Oralit cc pada 3 jam pertama , 100 cc / BAB

FOLLOW UP
9

1. Tanggal 23 November 2016 . (Perawatan Hari kedua)


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik (BB 5,1 kg, PB 65 cm) Z-score: (+1, 0)
Keluhan : BAB cair 2 kali, ampas (+), lendir (-), darah (-) , warna kuning .
panas (-), muntah (-).
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 120x/menit, regular
Frekuensi nafas : 38 x/menit
Suhu tubuh : 37,30C
Pemeriksaan fisik
Kepala - Leher :
Normocephali, Rambut hitam.
Mata tampak cekung (-), anemis -/-.
Mukosa bibir biasa, Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 hiperemis (-).

Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, massa (-),
Palpasi : Organomegali (-), Turgor baik kembali dalam 2 detik
Perkusi : Bunyi Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Tanda dehidrasi WHO
Keadaan umum : Rewel
Mata : Cekung (-)
Mulut : Kering
Turgor kulit : Cepat
Rasa haus : Minum dengan lahap
Kesimpulan : Dehidrasi ringan-sedang

Diagnosis Kerja
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
10

Terapi
1. IVFD KAEN 3B 20 tetes per menit (Mikro)
2. Cefotaxim 150 mg/12 j/iv
3. L-Zink 10 mg 1x1 Cth
4. Oralit 100 cc setiap BAB

2. Tanggal 24 November 2016 (Perawatan hari ketiga)


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik (BB 5,1 kg, PB 65 cm) Z-score: (+1, 0)
Keluhan : BAB 1 x , ampas (+), lendir (-), darah (-) , warna kuning . panas (-),
muntah (-).
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 122x/menit, regular
Frekuensi nafas : 40 x/menit
Suhu tubuh : 37,00C
Pemeriksaan fisik
Kepala - Leher :
Normocephali, Rambut hitam.
Mata tampak cekung (-), anemis -/-.
Mukosa bibir lembab, Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 hiperemis (-).

Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, massa (-),
Palpasi : Organomegali (-), Turgor baik kembali dalam 2 detik
Perkusi : Bunyi Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Tanda dehidrasi WHO
Keadaan umum : Biasa
Mata : Cekung (-)
Mulut : Lembab
Turgor kulit : Cepat kembali dalam 2 detik
Rasa haus : Minum biasa
11

Kesimpulan : tanpa dehidrasi


Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi.
Terapi
1. IVFD KAEN 3B 20 tetes per menit (Mikro)
2. Cefotaxim 150 mg/12 j/iv
3. L-Zink 10 mg 1x1 Cth

3. Tanggal 25 November 2016 (Perawatan hari keempat)


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan.
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik (BB 5,1 kg, PB 65 cm) Z-score: (+1, 0)
Keluhan : BAB 1 x biasa , ampas (+), lendir (-), darah (-) , warna kuning .
panas (-), muntah (-).
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 122x/menit, regular
Frekuensi nafas : 42 x/menit
Suhu tubuh : 36,80C
Pemeriksaan fisik
Kepala - Leher :
Normocephali, Rambut hitam.
Mata tampak cekung (-), anemis -/-.
Mukosa bibir basah, Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 hiperemis (-).
Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, massa (-),
Palpasi : Organomegali (-), Turgor baik kembali dalam 2 detik
Perkusi : Bunyi Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Tanda dehidrasi WHO
Keadaan umum : Biasa
Mata : Cekung (-)
Mulut : Lembab
Turgor kulit : Cepat kembali dalam 2 detik
12

Rasa haus : Minum biasa


Kesimpulan : tanpa dehidrasi
Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi.
Terapi
Rencana Pulang
Lepas infus
L-zink 10mg 1x1 cth

BAB III
DISKUSI KASUS

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa
pasien BAB cair dengan frekuensi 10 kali dengan konsistensi cair, berampas,
berwarna kuning kehijauan dan tidak bercampur darah dan lendir. Selain itu
didapatkan juga muntah dan demam yang menyertai keluhan pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien sedang mengalami diare akut dimana frekuensi BAB
> 3 kali dalam sehari disertai muntah dan demam.
Diare akut adalah buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dengan
konstitensi cair tanpa atau dengan lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
14 hari. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari
3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi tidak meningkat normal, hal
tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara
akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.2
Pada kasus ini kemungkinan besar diare pada pasien disebabkan oleh
rotavirus. Hal ini dapat dilihat dari masa tunas 17-22 jam, panas (+),muntah (+),
nyeri perut (+), volume BAB sedikit-sedikit, frekuensi 5-10x/hari, konsistensi
cair, tidak bercampur darah, bau langu, warna kuning kehijauan.
13

Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh organisme renik seperti


bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter,
Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang
menyebabkan epidemi diare pada anak. Kolera merupakan salah satu contoh kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan penyebabkan kematian utama pada
anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang disebabkan oleh kolera terjadi
pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Diare cair pada anak
sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus , V. cholera dan E.coli. Diare
berdarah paling sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009).
Sedangkan diare cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. 2,3
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 2
1) Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dan
lain-lain.
- Infeksi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
14

4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat


menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
5) Kesulitan makan
6) Defek anatomis : Malrotasi, Penyakit Hirchsprung, Short Bowel
Syndrome, Atrofi mikrovilli, Stricture
7) Endokrinopati : Thyrotoksikosis, Penyakit Addison, Sindroma
Adrenogenital
8) Neoplasma : Neuroblastoma, Phaeochromocytoma, Sindroma
Zollinger Ellison

Sifat Tinja Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC KOLERA


Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10 >10/ Sering Sering Sering Terus
/hari hari menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - Sering Kadang - + -
Bau Langu Busuk + Tidak Amis khas
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah- Seperti air
hijau hijau berwarna hijau cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anoreksia Kejang Sepsis meteorismus Infeksi
sistemik

Tabel 1. Gejala khas diare oleh berbagai penyebab.


15

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tampak gelisah, mata cekung, mukosa


bibir kering, turgor kulit agak lambat, perasaan haus minum dan peristaltik
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sedang dalam keadaan dehidrasi
ringan sedang (tabel 2) dimana gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan
kategori B (tabel 3).

GEJALA KLASIFIKASI
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE
Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI
Mata cekung BERAT
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE


Gelisah, rewel/mudah marah DEHIDRASI
Mata cekung RINGAN/
Haus, minum dengan lahap
SEDANG
Cubitan kulit perut kembali lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare DIARE TANPA
dehidrasi berat atau ringan/sedang DEHIDRASI

Tabel 2. Klasifikasi diare dengan dehidrasi berdasarkan WHO. 4

Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa *haus, ingin *malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
16

Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


pemeriksaan ringan/sedang bila
ada 1 tanda * Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
Terapi : Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 3. Derajat dehidrasi menurut WHO. 4

Pada kasus ini, rencana penanganan yang dianjurkan adalah rencana terapi B.
Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh banyak yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang
diperlukan tubuh.
Berdasarkan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dalam pengobatan
diare dibagi menjadi 3 macam rencana terapi, yaitu : 3,4

- Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah


Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Pemberian Oralit :
Sampai umur 1 tahun: 50-100 mL tiap BAB
1- 5 tahun: 100-200 mL tiap BAB
Beri tablet Zink selama 10 hari
Lanjutkan pemberian makan
Kapan harus kembali
- Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
Menentukan jumlah oralit 3 jam pertama :
BB (dalam Kg) 75 mL
Berikan tablet Zink selama 10 hari
Setelah 3 jam, nilai dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Rencana Terapi C : Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat
IV RL 100 ml/kgBB
Jika bisa minum, berikan Oralit :
< 12 bulan 1 jam pertama 30 ml/kgBB, 5 jam berikut 70
ml/kgBB
1-5 tahun 30 menit pertama 30 ml/kgBB, 2 jam 70 ml/kgBB
Berikan juga tablet Zink
17

Periksa kembali kondisi anak sesudah 3-6 jam dan klasifikasikan


dehidrasi. Kemudian tentukan Rencana Terapi yang sesuai (A,B, atau
C) untuk melanjutkan pengobatan.

1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit
yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.
Pada pasien ini jumlah ciran oralit yang dbutuhkan 75 ccx 5,1 kg = 383 cc
dibulatkan menjadi 400 cc (2 gelas)

Setelah 3 jam:
1. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
2. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
3. Melanjutkan memberi makan pasien

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:


1. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
2. Mengajarkan ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah
untuk
3. Menyelesaikan 3 jam pengobatan.
Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang di anjurkan dalam rencana terapi A.
4. Menjelaskan aturan perawatan diare di rumah:
1) Beri cairan tambahan (susu low atau free laktosa)
2) Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan
Cara memberikan larutan oralit yaitu dengan meminumkan sedikit-sedikit
tapi sering dari cangkir/ mangkuk/ gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit
kemudian berikan lagi lebih lambat serta lanjutkan pemberian ASI.

2. Tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :


Anak 2-6 bulan = 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet) per hari
Zink termasuk mikronutrien yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh
dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Pemberian zink dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
18

sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Pada kasus
ini tidak diberikan tablet zink karena keadaan pasien yang cepat membaik.

3. ASI dan makanan diteruskan


ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang pada saat terjadi diare. Bayi yang minum ASI harus
diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak minum
ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.

4. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E.
Coli, Enteroinvasif E. Coli dan sebagainya.
Pada kasus ini pasien diberikan injeksi cefotaxim 150mg/ 12 jam pada
pengobatan . Pemberian cefotaxim pada kasus ini kemungkinan diperkirakan
penyebab diare pada pasien ini bukan hanya akibat virus tetapi juga bakteri.
Selain pemberian antibiotik, pasien juga diberikan obat antipiretik yang
bertujuan untuk menurunkan keluhan demam pada pasien.

5. Nasehat kepada orangtua


Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau
untuk penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika
timbul demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu
disarankan untuk selalu menjaga kebersihan bayi dan mencuci tangan dengan
baik dan benar sebelum dan sesudah memberi makan/minum bayi. Hal ini
bertujuan agar tercipta higienitas ibu dan bayi yang baik. Pada kasus ini
nasehat telah diberitahukan dan mendapat respon yang baik dari kedua
orangtua pasien.5,6
19

DAFTAR PUSTAKA
20

1. Endang Poerwati. Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare.
Vol 27. No. 4. Jurnal Kedokteran Brawijaya: Jakarta Timur; 2013.
2. Jufrie, M., Oswari, H., Arief, S., et al. Buku Ajar Gastroenterologi
Hepatologi. Jilid I. Cetakan 3. Badan Penerbit IDAI: Jakarta; 2012. Hal 87-
118.
3. Depkes. RI Buku saku petugas kesehatan Lintas Diare. Jakarta; Depkes RI:
2011.
4. Departemen Kesehatan Republik Indone
5. sia. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen
Kesehatan RI: Jakarta. Hal 3, 16-18, 29.
6. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric
Diagnosis Little Brown and Company 2010;20 23.
7. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in
Children Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 274

Anda mungkin juga menyukai