Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA LINGKUNGAN

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR LIMBAH RUMAH MAKAN WARUNG


NUSA INDAH DENGAN PARAMETER KANDUNGAN BAHAN ORGANIK,
KADAR SULFAT, KADAR KLORIDA, DAN KESADAHAN.

Oleh:

Adi Rahman (1413031022)

Ni Putu Riska Novelia. U (1413031031)

Farah Aidil Fitri (1413031036)

Komang Melina Dewi (1413031037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017
I. JUDUL
Penentuan Karakteristik Air Limbah Rumah Makan Warung Nusa Indah
dengan Parameter Kandungan Bahan Organik, Kadar Sulfat, Kadar Klorida,
dan Kesadahan
II. TUJUAN
Menentukan karakteristik dari air limbah rumah makan Warung Nusa
Indah berdasarkan parameter kandungan bahan organik, kadar sulfat, kadar
klorida, dan kesadahan.
III. DASAR TEORI
Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan kegiatan manusia baik bentuk
padat, cair, ataupun gas yang dipandang murah tidak memiliki nilai ekonomis
sehingga cenderung untuk dibuang (Vini, 2011). Menurut UU No. 23 Tahun
2007 tentang pengelolaan lingkungan hidup, pengertian limbah adalah sisa
suatu usaha dan kegiatan. Jadi, limbah merupakan bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia yang dipandang tidak memiliki
nilai ekonomis.
Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari
daerah pemukiman, perkantoran dan industri yang kadang-kadang hadir
bersama air tanah, air permukaan dan air hujan (Metcalf & Eddy dalam Vini,
2011).
Berdasarkan sumbernya, limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu :(a)
limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan,
dan rekreasi; (b) limbah industri; dan (c) limbah rembesan dan limpasan air
hujan. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate),
rumah makan (restaurant ), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama
(Vini, 2011). Adapun menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
112 Tahun 2003 Baku Mutu dari karakteristik limbah domestik (limbah rumah
tangga) yaitu:
Tabel 1. Karakteristik Limbah Domestik

Parameter Kisaran
Fisik

Zat padat, total 300 - 1300 mg/l

Mudah menguap 50 - 200 mg/l

Tercampur 100 - 400 mg/l

Tercampur, volatil 70 - 30 mg/l

Terlarut 250 - 850 mg/l

Terlarut, volatil 100 - 300 mg/l



Kimia

BOD5 100 - 400 mg/l

COD 200 - 1000 mg/l

TOD 100 mg/l

TOC 100 - 400 mg/l

Nitrogen
Total sebagai N 15 - 90 mg/l

Organik 1 - 15 mg/l

Ammonia 5 - 15 mg/l

Fosfor

Total (sebagai P)
5 - 20 mg/l

Organik
1 - 15 mg/l

Anorganik
5 - 15 mg/l

PH 7,0 7,5

Kalsium 30 - 50 mg/l

Klorida 30 - 85 mg/l

Sulfat 20 - 60 mg/l

Salah satu contoh dari air limbah domestik adalah air limbah rumah
makan. Air limbah rumah makan didapatkan dari aktivitas yang ada dalam
rumah makan. Beberapa aktivitas dalam rumah makan yang dapat
menghasilkan limbah yaitu pada proses pencucian alat dan makanan serta pada
proses pengolahan makanan maupun minuman. Berdasarkan dari aktivitas
tersebut pada umumnya kandungan yang terdapat dalam limbah rumah makan
yaitu bahan buangan organik dan sisa olahan bahan makanan maupun
minuman. Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke
perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Tidak tertutup
kemungkinan dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula
bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia
Air limbah rumah makan selain mengandung bahan-bahan organik juga
mengandung klorida. Selain itu air limbah rumah makan juga mengandung
sulfat yang terlarut. Sulfat yang terlarut ini pada umumnya berasal dari air
cucian buah, daging, piring dan sebagainya.
Air limbah selain mengandung bahan organik, klorida, dan sulfat, juga
mengandung beberapa mineral mineral tertentu yang terkandung dalam air
misalnya kalsium, magnesium dan lain-lain yang direpresentasikan sebagai
kesadahan total
Untuk mengetahui kandungan bahan organik, klorida dan sulfat yang
terlarut, dan mineral-mineral yang terdapat pada air limbah rumah makan maka
dilakukan pengujian terhadap air limbah rumah makan tersebut. Pengujian
yang dilakukan yaitu penentuan bahan organik dengan titrasi permanganometri,
penentuan kadar sulfat secara turbidimetri, penentuan kesadahan total dengan
cara titrasi kompleksometri, dan penentuan kadar klorida dengan cara titrasi
argentometri.
Pada pengujian ini air limbah yang dijadikan sampel adalah air limbah
yang berasal dari rumah makan Warung Nusa Indah.

Penentuan Bahan Organik sebagai Angka Permanganat dalam Air


Limbah dengan Titrasi Permanganometri.
Untuk menentukan kandungan bahan organik dalam limbah cair rumah
makan digunakan titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat
(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi permanganometri digunakan
untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam dengan menggunakan
kalium permanganat sebagai titran.
Berikut adalah reaksi yang terjadi pada titrasi permanganometri dalam
kondisi sangat asam, asam lemah, dan basa lemah:
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O (dalam kondisi sangat asam)
MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 2H2O (dalam asam lemah)
MnO4- + 2H2O+ 3e MnO2 + 4OH- (dalam basa lemah)
Larutan kalium permanganat dapat digunakan untuk menentukan kadar
bahan organik pada sampel limbah rumah makan. Berdasarkan reaksi redoks
yang dialami, maka indikator atau penunjuk bahawa titik ekivalen telah
tercapai ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna larutan dari
kekuningan menjadi merah muda. Penentuan kadar bahan organik sebagai
angka permanganat dalam limbah rumah makan dapat ditentukan dengan cara
menghitung jumlah kelebihan KMnO4 yang ditambahkan, kelebihan KMnO4
yang ditambahkan kemudian ditentukan dengan cara menambahkan oksalat
berlebih, oksalat berlebih tersebut kemudian dititrasi dengan menggunakan
KMnO4. Penentuan oksalat berlebih dapat menggunakan rumus berikut:

V1 x N1 = V2 x N2

Setelah didapat oksalat berlebih kemudian didapat oksalat yang dipakai


untuk bereaksi dengan KMnO4 berlebih melalui perhitungan. KMnO4 sisa
dapat ditentukan setelah diketahui oksalat yang dipakai untuk bereaksi dengan
KMnO4 berlebih. Sehingga dapat ditentukan KMnO4 yang terpakai dengan
perhitungan KMnO4 awal KMnO4 sisa.

Penentuan Kesadahan Total pada Air Limbah Rumah Makan dengan cara
Titrasi Kompleksometri
Kesadahan pada air limbah merupakan kandungan mineral-mineral
tertentu yang terdapat dalam air limbah. Mineral-mineral yang terkandung pada
air limbah seperti Kalsium, Magnesium, dan sebagainya. Apabila kesadahan
dari air limbah tinggi maka kadar mineral-mineral yang terdapat dalam air
limbah tersebut juga tinggi. Kesadahan total dari air limbah rumah makan
dapat ditentukan dengan cara titrasi kompleksometri. Titrasi ini didasarkan
pada pembentukan senyawa kompleks antara bahan atau sampel yang akan
dianalisis dengan titran dalam hal ini titran yang digunakan adalah EDTA.
Penggunaan EDTA sebagai titran dikarenakan EDTA merupakan chelating
agents dan dapat membentuk kompleks yang stabil dengan Ca2+, Mg2+, dan ion
divalen lain yang menyebabkan kesadahan. Sedangkan indicator yang
digunakan untuk mengetahui titik akhir dari titrasi adalah Eriochrome Black T
(EBT). Indikator EBT ini merupakan larutan yang berwarna biru kehijaun. Saat
indikator ditambahkan pada sampel maka akan terjadi reaksi antara mineral-
mineral divalent misalkan Ca2+ yang terdapat pada sampel dengan EBT yang
menghasilkan warna larutan merah anggur. Adapun reaksinya yaitu sebagai
berikut:
Ca2+(aq) + EBT(aq) Ca-EBT(aq) + Ca2+(aq) sisa
(merah anggur)

Setelah itu Ca-EBT dititrasi dengan larutan EDTA, maka mula-mula


EDTA akan bereaksi dengan Ca2+(sisa) sehingga membentuk senyawa kompleks
Ca-EDTA, dan selanjutnya kompleks Ca-EBT mengikat EDTA dan
melepaskan kembali EBT yang ditandai dengan timbulnya warna biru sebagai
titik akhir titrasi. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
Ca2+(aq) + EDTA(aq) Ca-EDTA(aq)
Ca-EBT(aq) + EDTA(aq) Ca-EDTA(aq) + EBT(aq)
(biru)
Perubahan warna ini berarti jumlah molekul EDTA yang ditambahkan
sebagai titran sama dengan jumlah ion kesadahan dalam sampel dan molekul
indikator EBT terlepas dari ion kesadahan. Sehingga akan didapat kesadahan
total.
Perhitungan kesadahan total, kesadahan kalsium (Ca) dan kesadahan
magnesium (Mg) dalam sampel limbah cair dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1000
xV EDTA(a) x MEDTA x 100
VC.u .
Kesadahan total (mg CaCO3/L) =
1000
xV EDTA(b) x MEDTA x 40
VC.u .
Kesadahan kalsium (mg Ca / L) =
1000
x [VEDTA (a) VEDTA (b)] x MEDTA x 24
VC.u .
Kesadahan magnesium (mg Mg / L) =
Keterangan:
VC.u. adalah volume larutan contoh uji (mL)
VEDTA(a) adalah volume rata-rata larutan baku Na 2EDTA untuk titrasi kesadahan
total (mL)
VEDTA(b) adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan
kalsium (mL)
MEDTAadalah molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL)

Penentuan Kadar Sulfat dalam Air Limbah Rumah Makan secara


Turbidimetri
Penentuan kadar sulfat dalam air limbah rumah makan dapat dilakukan
dengan cara turbidimetri menggunakan alat spektronik 20 +. Prinsip dari
penentuan sulfat secara turbidimetri ini adalah berdasarkan kekeruhan yang
terbentuk. Kekeruhan yang terbentuk merupakan suatu suspensi BaSO 4 yang
dihasilkan dari reaksi ion sulfat yang terdapat dalam sampel air limbah rumah
makan dengan BaCl2. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

SO42-(aq) + BaCl2(s) BaSO4(s) + 2Cl-(aq)


Kekeruhan yang terbentuk kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 420 nm menggunakan alat spektronik 20 +. Tidak lupa juga untuk
mengukur absorbansi dari larutan sampel. Setelah itu dibuat plot hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi sehingga dapat diturunkan persamaan
regresi linear. Dari persamaan tersebut dapat ditentukan kadar sulfat yang
terlarut dalam air limbah rumah makan.

Penentuan Kadar Klorida pada Air Limbah Rumah Makan dengan cara
Titrasi Argentometri
Penentuan kadar klorida yang terlarut pada air libah rumah makan dapat
ditentukan dengan cara titrasi argentometri. Ada 3 cara dalam titrasi
argentometri yaitu; Metode Mohr, Metode Volhard, dan Metode Fajans. Pada
praktikum ini menggunakan Metode Mohr.
Pada titrasi argentometri dengan metode Mohr ini suatu larutan sampel
yang mengandung klorida dikondisikan pHnya agar netral, setelah itu
ditambahkan indikator kromat dan dititrasi dengan larutan perak nitrat.
Apabila ion klorida yang ada pada sampel air limbah telah habis bereaksi
dengan perak nitrat membentuk suatu garam yang tidak mudah larut (AgCl),
selanjutnya indikator kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk
endapan perak kromat yang berwarna coklat kemerahan sebagai titik akhir
titrasi.

IV. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan

N Nama Alat Ukuran Jumlah


o
1 Erlenmeyer 100 mL 3 buah
2 Labu ukur 500 mL 5 buah
3 Stop watch - 1 buah
4 Pipet ukur 10 mL 2 buah
5 Gelas ukur 10 mL 3 buah
6 Pemanas listrik - 1 buah
7 Buret 25 mL 1 buah
8 Gelas kimia 100 mL 6 buah
9 Pipet tetes - 6 buah
10 Termometer 1000C 1 buah
11 Statif dan klem - 1 set
12 Batang pengaduk - 2 buah
13 Corong - 2 buah
14 Stop watch - 1 buah
15 Magnetic stirrer - 1 buah
16 Labu erlenmeyer 250 mL 6 buah
17 Labu erlenmeyer 500 mL 3 buah
18 Labu Ukur 100 mL 5 buah
19 Spektrofotometer - 1 buah
20 Kaca arloji - 3 buah
21 Batang pengaduk - 3 buah
22 Spatula - 3 buah
23 pH meter - 1 buah
24 Neraca analitik - 1 buah
25 Spektronik 20+ - 1 buah

b) Bahan yang diperlukan


N Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
o
1 Larutan H2SO4 8N 7,5 mL
2 Larutan KMnO4 0,5 N 15 mL
4 Larutan Na-oksalat 0,2 N 15 mL
5 Limbah cair rumah makan - 500 mL
6 Air suling bebas sulfat - 10 mL
7 Kertas saring - 4 lembar
8 Barium Klorida (BaCl2) - 2,1 gram
9 Amonium Sulfat Anhidrat - 0,07 gram
10 MgCl2.6H2O - 5 gram
11 CH3COONa - 1 gram
12 CH3COOH - 20 mL
13 KNO3 - 1 gram
14 Indikator Eriochrome Black T
- 0.5 gram
(EBT)
15 Larutan Na2EDTA 0,01 M 10 mL
16 NaOH 0,1 M 5 mL
17 Buffer salmiak pH 10 6 mL
18 Aquades - 500 mL
V. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
5.1 Penentuan Bahan Organik sebagai Angka Permanganat pada Air
Limbah Rumah Makan secara Titrasi Permanganometri

No

Prosedur Kerja

Hasil Pengamatan

Sebanyak 50 mL sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Kemudian


dimasukkan batu didih secukupnya. (sampel yang mengandung indeks permangat
yang tinggi diencerkan, sehingga hasil pengenceran sampel berada pada kisaran
0,5 mg/L hingga 10 mg/L).

Sampel yang digunakan berwarna kuning pudar.

Pengenceran tidak dilakukan hal ini karena konsentrasi dari sampel sudah encer
terlihat dari warna sampel yang memudar.

Gambar 1. Sampel air limbah rumah makan warung nusa indah

Ditambahkan 2,5 mL H2SO4 8 N bebas zat organik (panaskan campuran pada suhu

60-70C, jika terdapat bau H2S, pendidihan diteruskan selama 10 menit).

Saat penambahan H2SO4 terlihat warna larutan sedikit memudar, dan terdapat bau
yang tak sedap.
Gambar 2. Sampel + H2SO4 dan dipanaskan

Ditambahkan KMnO4 0,5 N berlebih kedalam contoh larutan uji hingga berwarna
merah muda.

KMnO4 yang ditambahkan sebanyak 5 mL. Larutan uji setelah ditambahkan


H2SO4 dan KMnO4 berwarna merah.

Gambar 3. Sampel + H2SO4 + KMnO4 berlebih

Ditambahkan 5 mL larutan Na-oksalat 0,2 N kedalam campuran larutan uji.

Larutan Na-oksalat berwarna bening


Larutan Na-oksalat sebanyak 5 mL ditambahkan kedalam larutan uji sehingga
larutan menjadi tidak berwarna.

Gambar 4. Sampel + H2SO4 + KMnO4 berlebih + Na2C2O4


Volume
No Titrasi
KMnO4

1. I 3 mL 4
2. II 4 mL
Larutan contoh uji dititrasi dengan KMnO4
3. III 3 mL
0,5 N hingga warna merah muda tidak hilang
Rata rata 3,33 mL kira-kira selama 30 detik. Volume pemakaian
KMnO4 dicatat.

Volume pemakaian KMnO4 saat titrasi adalah sebagai berikut :

5.2 Penentuan Kesadahan Total Air Limbah Rumah Makan dengan cara
Titrasi Kompleksometri
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Pembuatan Larutan penyangga pH 10 + 0,11
1. Sebanyak 0,5895 gram Na2EDTA - Padatan Na2EDTA berwarna
dihidrat dan 0,390 gram putih.
- Padatan magnesium klorida
magnesium klorida heksahidrat
heksahidrat berwarna putih
(MgCl2.6H2O) dilarutkan dalam 25
- Campuran kedua zat tersebut
mL air suling.
dengan air suling menghasilkan
larutan bening tak berwarna.
2. Larutan tersebut ditambahkan ke - NH4Cl berwarna putih
- Larutan ditambahkan NH4Cl dan
dalam 8,45 gram NH4Cl dan 71,5
NH4OH menghasilkan larutan
mL NH4OH pekat sambil diaduk.
bening tak berwarna.

3 Campuran tersebut diencerkan Larutan buffer yang terbentuk


dengan air suling hingga bening tak berwarna.
volumenya menjadi 100 mL.

Gambar 1. Larutan penyangga


pH 10
Pembuatan Larutan Baku Dinatrium Etilen Diamin Tetra Asetat
dihidrat (Na2EDTA 2 H2O) 0,01 M
1. Sebanyak 3,723 g Na2EDTA Na2EDTA berupa serbuk berwarna
dihidrat ditimbang pada neraca putih
analitik.

Gambar 2. Padatan Na2EDTA


2. Padatan Na2EDTA yang telah Larutan Na2EDTA 0,01 M tidak
ditimbang dimasukkan ke dalam berwarna sebanyak 200 mL.
gelas kimia dan dilarutkan dengan
aquades. Kemudian larutan
dimasukkan kedalam labu ukur
200 mL dan ditambahkan dengan
aquades sampai mencapai tanda
batas kemudian dikocok hingga
homogen. Gambar 3. Larutan Na2EDTA
0,01 M tidak berwarna sebanyak
200 mL
Penentuan Kesadahan Total pada Air Limbah Rumah Makan
1. Sampel uji disaring dan diencerkan Limbah cair rumah makan disaring
5.3 Penentuan Kandungan Sulfat pada Air Limbah Rumah Makan dengan
Metode Turbidimetri
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
2-
Pembuatan Larutan Induk Sulfat, SO4 100 mg/L
1. Na2SO4 anhidrat ditimbang Na2SO4 berwarna putih.
sebanyak 0,07 gram dan Na2SO4 ditimbang sebanyak
dilarutkan dengan air suling 0,0735 gram
bebas sulfat dalam labu ukur 500
mL.
2. Ditempatkan sampai tanda tera Larutan Na2SO4 100 ppm dalam
dan dikocok sampai homogen. 500mL yang merupakan larutan
tidak berwarna.

Gambar 1. Larutan Na2SO4 tidak


berwarna
Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Larutan baku sulfat 100 mg/L Larutan baku sulfat 100 ppm
diambil dengan menggunakan dimasukan dalam 5 labu ukur 100
pipet sebanyak 0 mL; 10 mL; 20 mL dengan volume masing-
mL; 30 mL; 40 mL; 50 mL dan masing yaitu 10 mL; 20 mL; 30
dimasukkan ke dalam labu ukur mL; 40 mL; 50 mL dan untuk 1
100 mL. labu ukur tidak dimasukkan
larutan baku sulfat untuk
membuat larutan dengan
konsentrasi sulfat 0,0 mg/L.
Gambar 2. Larutan baku sulfat
dimasukan kedalam labu ukur
2. Air suling bebas sulfat Setelah ditambahkan air suling,
ditambahkan sampai tanda tera semua larutan dalam labu ukur
sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing 0 ppm, 10 ppm,
sulfat: 0,0 mg/L; 10,0 mg/L; 20,0 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50
mg/L; 30,0 mg/L; 40,0 mg/L dan ppm tidak berwarna.
50,0 mg/L.

Gambar 3. Larutan baku sulfat


dimasukan kedalam labu ukur

3. Masing-masing larutan kerja Larutan sulfat masing-masing


sulfat dipindahkan ke dalam dipindahkan ke dalam labu
erlenmeyer ukuran 250 mL Erlemeyer sebanyak 25 mL.
sebanyak 50 mL.

Gambar 4. Larutan sulfat dalam


labu Erlenmeyer
4. Larutan buffer ditambahkan Setelah ditambah BaCl2 larutan
sebanyak 20 ml dan sulfat 0 ppm tidak mengalami
dihomogenkan dengan
cara perubahan yaitu tetap bening.
diaduk menggunakan pengaduk Larutan sulfat 10 ppm, 20 ppm,
magnet pada kecepatan tetap 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm
selama 1 menit, sambil diaduk setelah ditambah BaCl2 berwarna
ditambahkan 0,2-0,3 gram barium lebih keruh.
Masing-masing larutan sulfat
klorida, BaCl2.
ditambahkan BaCl2 sebanyak 0,3
gr.

Gambar 5. Larutan sulfat


ditambahkan dengan BaCl2
5. Absorbansi campuran diukur Absorbansi campuran diukur 2
dengan spektronik 20+ pada menit setelah ditambahkan
panjang gelombang 420 nm BaCl2.
setelah (5-0,5) menit ditambahkan
barium klorida Konsentrasi
standar Absorbansi
sulfat (ppm)

0,00 0,1
10,00 0,35
20,00 0,8
30,00 1,3
40,00 2,0
50,00 2,4
.
Gambar 6. Pengukuran
absorbansi dengan spektronik
20+

6. Kurva kalibrasi dibuat dengan


mengalurkan konsentrasi (sumbu
X) terhadap absorbansi (sumbu Y)
selanjutnya tentukan persamaan
garis regresinya.

Gambar 7. Kurva kalibrasi


Larutan Standar Sulfat
Penentuan Konsentrasi Sulfat dalam Sampel Air
1. Sebanyak 100,0 mL sampel uji Sampel berwarna kekuningan.
diambil, kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 250 mL.

Gambar 8. Sampel Air


2. Larutan buffer ditambahkan pH sampel 5.
sebanyak 10 ml dan Setelah BaCl2 sebanyak 0,3 gr
dihomogenkan dengan cara di ditambahkan kedalam larutan
aduk menggunakan pengaduk sampel, warna larutan menjadi
magnet pada kecepatan tetap kuning keruh.
selama 1 menit, sambil di aduk
tambahkan 0,3 gram barium
klorida, BaCl2

3. Campuran didiamkan sekitar 5 Setelah ditambahkan BaCl2


menit setelah penambahan barium sampel didiamkan selama 2
klorida, kemudian diukur menit.
absorbansinya menggunakan Absorbansi sampel pada
spektrofotometer pada panjang panjang gelombang 420 nm
gelombang 420 nm. yaitu 2.2

Gambar 9. Absobansi air


sampel
4. Konsentrasi sulfat ditentukan Konsentrasi dari sulfat didapat
dengan menggunakan bantuan dengan bantuan kurva kalibrasi.
kurva kalibrasi.

5.4 Penentuan Kadar Klorida pada Air Limbah Rumah Makan dengan
cara Titrasi Argentometri

No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


.
1. Diambil sebanyak 100 mL sampel - Sampel disaring dan dicek
air uji yang mempunyai nilai pH 7- pHnya.
10, apabila sampel tidak berada - pH sampel awal adalah 5
dalam kisaran pH tersebut,
ditambahkan H2SO4 N atau NaOH 1
N menjadi pH 7-10.
2. Diambil sebanyak 10 mL sampel air Sampel diambil sebanyak 10 ml,
yang telah dikondisikan pH 7-10, sampel berwarna kuning keruh.
masukkan ke dalam Erlenmeyer
ukuran 100 mL, kemudian
ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4.
Setelah ditambah indikator
K2CrO4 sebanyak 3 tetes,
warna sampel berubah menjadi
kekuningan

3. Larutan dititrasi dengan larutan Larutan AgNO3 yaitu bening


standar perak nitrat (AgNO3) tidak berwarna
sampai timbul endapan merah bata. .

Dilakukan pengerjaan triplo.

Sampel dititrasi dengan


AgNO3 0,1 M, sampai
terbentuk endapan merah
bata.
- Berikut volume AgNO3 yang
digunakan untuk menitrasi
sampel
Titrasi Volume
I 0,5 mL
II 0,5 mL
III 0,5 mL
Rata-rata 0,5 mL
Gambar 1. Setelah dititrasi
sampel berubah menjadi warna
merah kecoklatan
4. Dilakukan titrasi blanko dengan - Air suling berwarna bening agak
mengambil sebanyak 10 mL air kehijauan
- Berikut volume AgNO3 yang
suling dan selanjutnya dikerjakan
digunakan untuk mnenitrasi
sama dengan perlakuan sampel.
blanko
Dilakukan pengerjaan triplo.

Titrasi Volume
I 0,2 mL
II 0,2 mL
III 0,1 mL
Rata-rata 0,16 mL

Titrasi dari blanko berwarna


merah kecoklatan
-
5. Kadar klorida (Cl ) dihitung dalam Perhitungan kandungan klorida
sampel air. dalam sampel ditulis dalam
analisis data.

1.4
VI. Analisis Data
a) Penentuan Angka Permanganat
Tabel 3. Volume KMnO4 yang digunakan untuk titrasi sampel

No Titrasi Volume sample Volume Larutan


ke KMnO4
1 I 50 mL 3 mL
2 II 50 mL 4 mL
3 III 50 mL 3 mL
Rata-Rata 3,33 mL

Dari data di atas dapat ditentukan konsentrasi bahan organik sebagai angka
permanganat dalam sampel air limbah rumah makan dengan menggunakan
persamaan berikut:

V1 x N1 = V2 x N2

3,33 mL x 0,5 N = 50 mL x N2

N2 = 0,033 N

= 0,0165 M

Oksalat sisa = 0,0165 M x 5 mL = 0,0825 mmol, sehingga oksalat yang


terpakai dapat dihitung yaitu: 0,5 0,0825 = 0,4175 mmol. Setelah didapatkan
oksalat yang terpakai, maka didapat KMnO4 sisa yang bereaksi dengan oksalat
yaitu: 2/5 x 0,4175 = 0,167 mmol. Kemudian dapat ditentukan KMnO4 yang
dipakai yaitu sebesar KMnO4 awal KMnO4 sisa = 0,5 mmol 0,167 mmol =
0,333 mmol.

Sehingga dapat diketahui KMnO4 yang digunakan untuk mengoksidasi bahan


organik yaitu sebesar 0,333 mmol dalam 50 mL sampel.
b) Titrasi Kompleksiometri Untuk Menentukan Kesadahan Total (Ca Dan
Mg), Kesadahan Kalsium (Ca) Dan Kesadahan Magnesium (Mg)
Perhitungan kesadahan total dalam sampel air limbah rumah makan
Tabel 5. Volume larutan EDTA yang diperlukan untuk mentitrasi sampel pada
pH 10
Titrasi ke- Volume Sampel Volume EDTA
I 10 mL 0,8 mL
II 10 mL 0,9 mL
III 10 mL 0,8 mL
Rata-rata 0,83 mL

Berdasarkan data di atas, maka kesadahan total dalam sampel limbah cair rumah
makan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1000
xV EDTA x MEDTA x 100
VC.u .
Kesadahan total (mg CaCO3 / L) =
Dik: Vol EDTA = 0,83 mL
[EDTA] = 0,01 M
Mr CaCO3 = 100 gr/mol
Vsampel = 10 mL
Penyelesaian:
1000
x 0,83 mL x 0,01 mol/L x 100 gr/mol
10
Kesadahan total (mg CaCO3/L)=
= 83 mg/L
= 83 ppm
Nilai 83 ppm di atas merupakan kesadahan total dalam sampel yang diencerkan
5 kali. Oleh karena itu, untuk mengetahui kesadahan total sampel awal sebelum
diencerkan dapat ditentukan sebagai berikut:
Vsampel pengenceran x Msampel pengenceran = Vsampel awal x Msampel awal
50 mL x 83 ppm = 10 mL x M2
M2 = 415 ppm
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa kesadahan total dalam
sampel limbah cair rumah makan adalah 415 ppm.

Perhitungan kesadahan kalsium (Ca) dalam sampel air limbah rumah makan
Tabel 6. Volume larutan EDTA yang diperlukan untuk mentitrasi sampel
pada pH 12
Titrasi ke- Volume Sampel Volume EDTA
I 10 mL 0,6 mL
II 10 mL 0,5 mL
III 10 mL 0,4 mL
Rata-rata 0,5 mL

Berdasarkan data di atas, maka kesadahan kalsium (Ca) dalam sampel limbah cair
rumah makan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1000
xV EDTA x MEDTA x 40
VC.u .
Kesadahan kalsium (mg Ca/ L) =
Dik: Vol EDTA = 0,5 mL
[EDTA] = 0,01 M
Ar Ca = 40 gr/mol
Vsampel = 10 mL
Penyelesaian:
1000
x 0,5 mL x 0,01 mol/L x 40 gr/mol
10
Kesadahan kalsium (mg Ca/L) =
= 20 mg/L
= 20 ppm
Nilai 20 mg/L di atas merupakan kesadahan kalsium (Ca) dalam sampel yang
diencerkan 5 kali. Oleh karena itu, untuk mengetahui kesadahan kalsium (Ca)
sampel awal sebelum diencerkan dapat
ditentukan sebagai berikut:
Vsampel pengenceran x Msampel pengenceran = Vsampel awal x Msampel awal
50 mL x 20 mg/L = 10 mL x M2
M2 = 100 mg/L
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa kesadahan kalsium (Ca)
dalam sampel limbah cair rumah makan adalah 100 mg/L.

Perhitungan kesadahan magnesium (Mg) dalam sampel air limbah rumah makan
Dengan mengetahui kesadahan total dan kesadahan kalsium (Ca) dalam sampel
limbah rumah makan, maka kesadahan magnesium (Mg) dapat dihitung
menggunakan rumus sebagaiberikut:
1000
x [VEDTA (a) VEDTA (b)] x MEDTA x 24
VC.u .
kesadahan magnesium (mg Mg/ L) =
Dik:
Vol EDTAa (kesadahan total) = 0,83 mL
Vol EDTAb (kesadahan kalsium) = 0,5 mL
[EDTA] = 0,01 M
Ar Mg = 24 gr/mol
Vsampel = 10 mL
Penyelesaian:
1000
x (0,83 - 0,5 ) mL x 0,01 mol/L x 24 gr/mol
10
Kesadahan Mg (mg Mg/L) =
= 7,92 mg/L
= 7,92 ppm
Nilai 7,92 mg/L di atas merupakan kesadahan magnesium (Mg) dalam sampel
yang diencerkan 5 kali. Oleh karena itu, untuk mengetahui kesadahan
magnesium (Mg) sampel awal sebelum diencerkan dapat ditentukan sebagai
berikut:
Vsampel pengenceran x Msampel pengenceran = Vsampel awal x Msampel awal
50 mL x 7,92 mg/L = 10 mL x M2
M2 = 39,6 mg/L
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa kesadahan magnesium
(Mg) dalam sampel limbah cair rumah makan adalah 39,6 mg/L

c) Penentuan Kadar Sulfat pada Air Limbah Rumah Makan secara Titrasi
Turbidimetri

Pembuatan Larutan Induk Sulfat, SO42- 100 mg/L


1. Pembuatan Larutan Induk Sulfat, SO42- 100 mg/L
Pada percobaan ini, larutan induk sulfat, SO42- dibuat dari padatan Na2SO4.
Untuk mebuat larutan induk sulfat, SO42- dengan konsentrasi 100 ppm, maka
padatan Na2SO4 yang diperlukan adalah sebagai berikut:
100 ppm = 100 mg/L
Mr Na2SO4
x 50 mg/L
Mr SO4

142 gr/mol
x50 mg/L
96 gr/mol

= 73,5 mg/L
= 73,5 mg/ 500 mL
= 0,0735 gr / 500 mL
2. Pembuatan Larutan Standar Sulfat, SO42-, 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm,
40 ppm, 50 ppm dari larutan induk sulfat, SO42-, 100 ppm.
a. Konsentrasi 10 ppm, 100 mL d. Konsentrasi 40 ppm, 100 mL
V1 x M1 = V2 x M2 V1 x M1 = V2 x M2
V1x 100 ppm = 100 mL x 10 ppm V1 x 100 ppm = 100 mL x 40 ppm
V1 = 10 mL V1 = 40 mL

b. Konsentrasi 20 ppm, 100 mL e. Konsentrasi 50 ppm, 100 mL


V1 x M1 = V2 x M2 V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100 ppm = 100mL x 20 ppm V1 x 100ppm = 100 mL x 50 ppm
V1 = 20 mL V1 = 50 mL

c. Konsentrasi 30 ppm, 100 mL


V1 x M1 = V2 x M2
V1x 100 ppm = 100 mL x 30 ppm
V1 = 30 mL
Jadi, V2 merupakan banyaknya larutan induk sulfat, SO42-, 100 ppm yang
dipipet untuk membuat 100 mL larutan dengan konsentrasi 0 ppm, 10
ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm.

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi


Kurva kalibrasi larutan standar sulfat, SO 42-, dibuat dengan mengalurkan
konsentrasi (sumbu X) terhadap absorbansi (sumbu Y). Absorbansi dari
larutan standar sulfat, SO42- diperoleh dari pengukuran dengan
menggunakan instrument spectronic 20+. Berikut ini adalah data absorbansi
larutan standar sulfat, SO42- pada berbagai konsentrasi.
Tabel 5. Absorbansi larutan standar sulfat pada berbagai konsentrasi
Konsentrasi standar sulfat (ppm) Absorbansi
0,00 0,1
10,00 0,35
20,00 0,8
30,00 1,3
40,00 2,0
50,00 2,4

Dari data tersebut, maka diperoleh kurva kalibrasi larutan standar sulfat,
SO42- sebagai berikut:

Gambar 9. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Sulfat, SO42-

4. Penentuan Konsentrasi Sulfat dalam sampel Air Limbah Rumah Makan


Pada praktikum ini, nilai absorbansi sampel air limbah rumah makan Warung
Nusa Indah yang terukur pada panjang gelombang 420 nm adalah 2,2. Dengan
menggunakan persamaan regresi linear yang diperoleh dari kurva kalibrasi di atas,
maka konsentrasi sulfat pada sampel dapat ditentukan. Adapun persamaan regresi
linear yang diperoleh dari kurva adalah y = 0,0484x-0,0524, yangmana y adalah
nilai absorbansi dan x adalah konsentrasi. Dengan mensubstitusi nilai absorbansi
sampel yang diperoleh dari pengukuran ke y, maka konsentrasi sulfat dalam
sampel dapat ditentukan sebagai berikut:
y = 0,0484x-0,0524
2,2 = 0,0484x-0,0524
2,2524 = 0,0484x
x = 46,537 mg/L
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui bahwa kadar sulfat,
SO42- yang terdapat dalam sampel limbah rumah makan Warung Nusa Indah
adalah sebesar 46,537 mg/L.

d) Titrasi Argentometri untuk Menentukan Kadar Klorida

Tabel 4. Volume larutan AgNO3 0,1 M yang diperlukan untuk mentitrasi


sampel
Titrasi ke- Volume Sampel Volume AgNO3
I 10 mL 0,5 mL
II 10 mL 0,5 mL
III 10 mL 0,5 mL
Rata-rata 0,5 mL

Tabel 5. Volume larutan AgNO30,1 M yang diperlukan untuk mentitrasi


blanko
Titrasi ke- Volume Blanko Volume AgNO3
I 10 mL 0,2 mL
II 10 mL 0,2 mL
III 10 mL 0,1 mL
Rata-rata 0,16 mL

Berdasarkan data di atas, maka kandungan klorida (Cl) dalam sampel air limbah
rumah makan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3540
Konsentrasi klorida (mg/L) = (A-B) x N x V sampel

Keterangan:
A : volume AgNO3yang dipakai untuk titrasi sampel (mL)
B : volume AgNO3yang dipakai untuk titrasi blanko (mL)
N : normalitas AgNO3
V: volume sampel (mL)
Dik:
A = 0,5 mL
B = 0,16 mL
AgNO3 = 0,1 M = 0,1 N
Vsampel = 10 mL
Dit : Konsentrasi klorida (mg/L) = ... ?
Penyelesaian:
3540
Konsentrasi klorida (mg/L) = (0,5-0,16) x 0,1 x 10

= 12,03 mg/L
= 12,03 ppm
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa kandungan klorida (Cl)
dalam sampel air limbah rumah makan adalah 12,03 ppm.
VII. Hasil dan Pembahasan
a) Hasil Percobaan
Dari pengujian yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh dalam
analisis limbah cair rumah makan pada masingmasing parameter secara
ringkas disajikan dalam table dibawah ini.

Table 08. Karakteristik Limbah cair rumah makan Warung Nusa Indah
No Parameter Kadar
1 Bahan organik 0,333 mmol
2 Kesadahan Total 415 ppm
3 Sulfat 46,537 ppm
4 Klorida 12,03 ppm

b) Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis limbah cair rumah
makan. Adapaun limbah cair yang digunakan merupakan limbah cair
rumah makan Warung Nusa Indah yang berada di Jalak Putih, Kota
Singaraja, Kabupaten Buleleng. Limbah ini diambil langsung dari tempat
pembuangan limbah. Limbah ini selanjutnya dianalisis menggunakan
parameter ada atau tidaknya kandungan bahan organic, uji kesadahan total,
uji kadar sulfat yang terlarut dalam air limbah, dan terakhir yaitu uji kadar
klor yang terlarut pada sampel air limbah
4.2.1 Bahan Organik
Untuk menentukan kandungan bahan organik dalam limbah cair
rumah makan digunakan titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam
suasana asam dengan menggunakan kalium permanganat sebagai titran.
Tahap pertama adalah mengambil sampel limbah rumah makan sebanyak
50 mL. Setelah itu ditambahnkan H2SO4 pekat sebanyak 2,5 mL,
penambahan H2SO4 ini bertujuan untuk membuat kondisi reaksi asam
sehingga Mn2+ stabil atau tidak berubah menjadi MnO 2, kemudian
dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mengoptimalkan reaksi
oksidasi zat organiknya. Setelah penambahan H2SO4 kemudian
ditambahkan KMnO4 berlebih sehingga larutan berubah menjadi warna
ungu. Adapun fungsi penambahan KMnO4 berlebih yaitu untuk
mengoksidasi zat organik yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya
penambahan Natrium oksalat sebanyak 5 mL. Titrasi pada praktikum kali
ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan data yang lebih
akurat. Adapun volume ketiga titrasi tersebut yaitu titrasi pertama
sebanyak 3 mL, titrasi kedua sebanyak 4 mL, dan titrasi ketiga sebanyak 3
mL, sehingga diperoleh volume rata-rata kalium permanganat yang
dihabiskan untuk mentitrasi sampel adalah sebanyak 3,33 mL dan
konsentrasi bahan organik sebagai angka permanganat dalam sampel
limbah rumah makan adalah 0,333 mmol.

4.2.2 Kesadahan

Pada praktikum ini dilakukan pengukuran kesadahan total pada


limbah cair rumah makan dengan metode kompleksiometri. Adapun
langkah awal dari pada praktikum ini adalah persiapan sampel limbah cair
rumah makan, dimana sampel diencerkan 5 kali dari sampel awal. Tujuan
dari pengenceran ini adalah untuk membantu kerja dari larutan NaOH agar
pH yang diinginkan lebih mudah terbentuk. Larutan NaOH ditambahkan
sampai pH sampel = 10. Kemudian ke dalam sampel ditambahkan buffer
salmiak dengan pH=10,04. Selanjutnya ke dalam sampel ditambahkan
indikator Eriochrome Black T (EBT). Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium
dan magnesium dalam sampel akan bereaksi dengan indikator Eriochrome
Black T (EBT) dan membentuk larutan berwarna merah anggur. Fungsi
penambahan EBT adalah untuk mereaksikan kation penyebab kesadahan
(Ca2+ dan Mg2+) menjadi lebih kompleks dengan ditandai oleh perubahan
warna. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.

Ca2+(aq) + EBT(aq) Ca-EBT(aq) + Ca2+(aq) sisa


(merah anggur)
Mg2+(aq) + EBT(aq) Mg-EBT(aq) + Mg2+(aq) sisa
(merah anggur)
Selanjutnya sampel dititrasi dengan larutan EDTA yang berfungsi
untuk mengganggu warna yang dihasilkan oleh EBT compleks (merah
anggur) karena EDTA mampu membentuk kondisi lebih stabil dengan ion-
ion penyebab kesadahan. Setelah sampel dititrasi dengan larutan EDTA,
maka mula-mula EDTA akan bereaksi dengan Ca2+(sisa) dan Mg2+(sisa)
membentuk senyawa kompleks Ca-EDTA dan Mg-EDTA, dan selanjutnya
kompleks Ca-EBT dan Mg-EBT mengikat EDTA dan melepaskan kembali
EBT yang ditandai dengan timbulnya warna biru sebagai titik akhir titrasi.
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
Ca2+(aq) + EDTA(aq) Ca-EDTA(aq)
Ca-EBT(aq) + EDTA(aq) Ca-EDTA(aq) + EBT(aq)
(biru)
Mg2+(aq) + EDTA(aq) Mg-EDTA(aq)
Mg-EBT(aq) + EDTA(aq) Mg-EDTA(aq) + EBT(aq)
(biru)
Perubahan warna ini berarti jumlah molekul EDTA yang
ditambahkan sebagai titran sama dengan jumlah ion kesadahan dalam
sampel dan molekul indikator EBT terlepas dari ion kesadahan. Sehingga
akan didapat kesadahan total (Ca dan Mg).
Titrasi pada sampel yang telah diencerkan sebanyak 5 kali dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat. Dari titrasi yang dilakukan, volume rata-rata larutan EDTA yang
digunakan titrasi adalah 0,83 mL. Dengan menggunakan rumus
perhitungan kesadahan total pada analisis data, maka di dapatkan
kesadahan total pada limbah cair rumah makan sebesar 83 ppm. Namun,
karena pada sampel dilakukan pengenceran sebanyak 5 kali, maka nilai 83
mg/L tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran 5 kali, sehingga
kesadahan total (Mg dan Ca) pada sampel limbah cair rumah makan
sebesar 415 ppm.
Langkah selanjutnya adalah penentuan kesadahan kalsium (Ca) pada
sampel, pertama-tama sampel ditambahkan dengan NaOH yang berfungsi
untuk meningkatkan pH sampel. Sampel ditambahkan NaOH sampai
mencapai pH 12, karena secara teori pada pH tinggi (12) ion Mg 2+ akan
mengendap menghasilkan Mg(OH)2 sehingga EDTA hanya dapat diikat
oleh ion Ca2+. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Mg2+ + OH- Mg(OH)2
sehingga;
Ca2+(aq) + EDTA(aq) Ca-EDTA(aq)

Ca-EBT(aq) + EDTA(aq) Ca-EDTA(aq) + EBT(aq)


(biru)
Sampel dititrasi dengan larutan EDTA sebanyak tiga kali dengan
volume rata-rata yang diperlukan untuk titrasi yaitu 0,83 mL. Dengan
menggunakan rumus perhitungan kesadahan kalsium (Ca) pada analisis
data, maka didapatkan kesadahan kalsium (Ca) pada limbah cair rumah
makan sebesar 20 mg/L. Namun, karena pada sampel dilakukan
pengenceran sebanyak 5 kali, maka nilai 20 mg/L tersebut dikalikan dengan
faktor pengenceran 5 kali, sehingga kesadahan kalsium (Ca) pada sampel
limbah cair rumah makan sebesar 100 mg/L.
Sedangkan untuk penentuan kesadahan magnesium (Mg) pada
praktikum ini ditentukan dengan cara mengurangi volume titran kesadahan
total dengan kadar kalsium (Ca). Dengan menggunakan rumus perhitungan
kesadahan magnesium (Mg) pada analisis data, maka didapatkan kesadahan
magnesium (Mg) pada limbah cair rumah makan sebesar 7,92 mg/L.
Namun, karena pada sampel dilakukan pengenceran sebanyak 5 kali, maka
nilai 7,92 mg/L tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran 5 kali,
sehingga kesadahan magnesium (Mg) pada sampel limbah cair rumah
makan sebesar 39,6 mg/L.

4.2.3 Kadar Sulfat


Penentuan kadar sulfat dalam air limbah rumah makan dapat
dilakukan dengan cara turbidimetri menggunakan alat spektronik 20+.
Prinsip dari penentuan sulfat secara turbidimetri ini adalah berdasarkan
kekeruhan yang terbentuk. Kekeruhan yang terbentuk merupakan suatu
suspensi BaSO4 yang dihasilkan dari reaksi ion sulfat yang terdapat dalam
sampel air limbah rumah makan dengan BaCl2.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah
membuat larutan standar induk Na2SO4dengan konsentrasi 100ppm dalam
500 mL. Kemudian diencerkan pada berbagai konsentrasi yaitu 0, 10, 20,
30, 40, dan 50 ppm dalam 100 mL. Sebelum dilakukan pengukuran
absorbansi, larutan standar terlebih dahulu ditambahkan 10 mL buffer
asetat dengan kristal BaCl2. Penambahan kristal BaCl2.2H2O bertujuan
agar ion sulfat dalam sampel berikatan dengan ion Ba2+ dari kristal
sehingga terbentuk garam BaSO4.

BaCl2(s) + SO42-(aq)BaSO4(s) + 2Cl-(aq)

Penambahan BaCl2 ke dalam larutan standar dibarengi dengan


pengadukan, hal ini dilakukan agar BaCl 2 tercampur homogen dan
didiamkan selama 2 menit. Setelah itu, larutan standar diukur dengan
instrument spektronik 20+. Setelah dilakukan pengkuran, didapat nilai
absorbansi larutan standar pada berbagai konsentrasi. Nilai absorbansi
yang diperoleh digunakan untuk membuat kurva kalibrasi hubungan
absorbansi terhadap konsentrasi sulfat standar. Sehingga didapat
persamaan garis lurus yang nantinya dapat digunakan untuk menghitung
kadar sulfat yang terkandung di dalam sampel.
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi larutan standar,
dilakukan juga pengukuran absorbansi larutan sampel. Langkah yang
pertama yang dilakukan adalah menyiapkan sampel limbah cair rumah
makan. Setelah disaring pH dari sampel dicek. Kemudian dilakukan
penambahan buffer asetat sebanyak 10 mL. Penambahan buffer asetat ini
bertujuan untuk membuat suasana menjadi asam untuk membentuk BaSO 4
karena pada keadaan basa ion Ba2+ akan berikatan dengan ion OH-
membentuk Ba(OH)2.Sama seperti membuat larutan standar, sampel juga
ditambahkan padatan BaCl2 sebelum diukur absorbansinya. Kemudian,
setelah dilakukan pengukuran didapat nilai absorbansi dari sampel yaitu
sebesar 2.2.
Untuk mengetahui kadar sulfat di dalam sampel dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan garis yang diperoleh setelah membuat
kurva kalibrasi larutan standar. Pada percobaan kali ini, persamaan garis
yang diperoleh adalah y = 0,0484x-0,0524. Persamaan garis yang
diperoleh bernilai negatif, hal ini dikarenakan pada larutan standar 0 pmm
yang dalam praktikum ini digunakan aquades mengandung sulfat. Setelah
dilakukan perhitungan, didapat kadar sulfat dalam sampel yaitu sebesar
46,537 mg/L.

4.2.4 Kadar Klorida


Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar klorida dengan titrasi
argentometri. Dimana titran yang digunakan pada praktikum ini adalah
AgNO3 dan indikator yang digunakan yaitu K2Cr2O4. Langkah awal yang
dilakukan pada praktikum ini yaitu pembuatan larutan AgNO3 sebagai titran.
Larutan ini dibuat dengan konsentrasi 0,1 M atau setara dengan 0,1 N.
Warna larutan AgNO3 yaitu berupa larutan bening tak berwarna. Selanjutnya
dilakukan persiapan sampel, sampel yang akan digunakan disaring terlebih
dahulu. Warna sampel yaitu kuning keruh. Kemudian sampel diukur pH nya.
Pada praktikum ini, pH sampel yang digunakan yaitu 5. Kemudian sampel
diambil masing-masing sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam 3 buah
labu Erlenmeyer.
Ketiga sampel dalam labu Erlenmeyer tersebut ditambahkan indikator
kalium kromat (K2CrO4) masing-masing sebanyak 3 tetes. Indikator yang
digunakan pada praktikum ini harus memiliki konsentrasi yang jauh lebih
kecil dibandingkan titran yang digunankan (AgNO3) agar titik akhir titrasi
dapat diamati dengan jelas. Setelah ditambahkan indikator, warna sampel
menjadi bening kekuningan. Sampel tersebut kemudian dititrasi dengan
AgNO3 sampai larutan membentuk endapan merah bata. Pada titrasi ini,
AgCl akan diendapkan terlebih dahulu yaitu membentuk endapan putih.
Setelah pengendapan AgCl sempurna kelebihan Ion Ag bereaksi dengan
kromat membentuk perak kromat, perubahan warna ini digunakan sebagai
acuan titik akhir titrasi (endapan merah bata). Adapun reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut.
Ag+ + Cl- AgCl (endapan putih)

2 Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (endapan merah bata)


(Sastrawidana, 2015)
Pada praktikum ini, titrasi dihentikan setelah terbentuk endapan merah
bata dan volume AgNO3 yang digunakan yaitu 0,5 mL. Selanjutnya
dilakukan titrasi pada blanko (aquades). Aquades dimasukkan ke dalam 3
buah Erlenmeyer dengan masing-masing volume yaitu 10 mL. Selanjutnya
ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 3 tetes indikator kalium kromat. Warna
aquades menjadi bening kekuningan. Selanjutnya blanko dititrasi dengan
AgNO3, volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi yaitu 0,05 mL dan
warna aquades menjadi merah bata yang dianggap sebagai titik akhir titrasi.
Langkah berikutnya yaitu penentuan kandungan klorida (Cl) dalam
sampel air limbah rumah makan, dimana perhitungannya dapat dilihat pada
analisis data. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kandungan klorida
dalam sampel air limbah rumah makan yaitu 12,03 ppm.
VIII. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan


bahwa karakteristik limbah cair rumah makan ditinjau dari parameter bahan
organiknya adalah sebesar 0,333 mmol. Kadar klorida dalam sampel limbah cair
rumah makan, yaitu sebesar 12,03 mg/L. Kadar sulfat dalam sampel limbah cair
rumah yaitu sebesar 46,537 mg/L. Kesadahan total limbah cair rumah makan
yaitu sebesar 415 mg/L.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni Kriza, Dian . 2014. Analisis Sulfat SO42- secara Turbidimetri dengan
Spektrofotometri UV-Vis.
http://www.scribd.com/doc/228518807/ANALISIS-SULFAT-SO42
SECARA-TURBIDIMETRI-DENGAN-SPEKTROFOTOMETER-UV-
VIS#scribd. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Cara uji nilai permanganat secara titrimetri
BSN. 2004. Air & Air Limbah: Bagian 20: Cara Uji SO4-2 secara Turbidimetri
Himka1Polban. 2015. Laporan Spektrofotometri Penentuan Kadar Sulfat
Spektronic 20.
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-
penentuan-kadar-sulfat-spektronic-20/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016
I Dewa Ketut Sastrawidana dan Maryam Siti.2015.Penuntun Praktikum Analisis
Tanah dan Air.Undiksha Press:Singaraja
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor: 112 Tahun 2003
Priyono Rahmat. 2014. Kesadahan Total Kalsium dan Magnesium secara
Titrimetri. https://www.academia.edu/9394021/Kesadahan14. Diakses
tanggal 23 Maret 2017.
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Limbah

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Yongma FISIP UI, Skirpsi
Program S1, Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai